Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FILSAFAT ILMU

AKAL DAN INSTUISI SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN

Dosen pengampuh:

Muhammad Rizky, M.I.Kom

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

SELFI FEBRIANTI 2023030105038

NOVI SAFITRI 2023030105039

TAUFIK 2023030105037

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Kami yakin masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
saya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 12 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. AKAL SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN...................................................2
B. INSTUISI SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN..............................................3
BAB III..............................................................................................................................7
PENUTUP.........................................................................................................................7
A. KESIMPULAN......................................................................................................7
B. SARAN..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan yang
melahirkan pengetahuan objektif dan sistematis yang telah divalidasi
secara teoritis yang didasari oleh akal sehat dan dapat diuji secara teoritis
sehingga muncul dalam bentuk fakta empiris. Ilmu pengetahuan dapat
diperoleh melalui pemikiran berdasarkan akal dan dalam diri sendiri atau
instuisi.

Manusia selalu berusaha untuk mencari kebenaran dalam hidupnya


agar dirinya dapat diterima di lingkungan tempat mereka melakukan
kegiatan sosial. Cara memperoleh pengetahuan setiap individu berbeda-
beda baik melauli wahyu (teks), pancaindara, akal dan hati. Perbedaan alat
dalam memperoleh pengetahuan mengakibtakan Kebenaran yang
dihasilkan dari pengalaman setiap orang individu dengan dengan individu
yang lainya akan menghasilkan tingkat kebenaran yang berbeda-beda pula.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana akal sebagai sumber pengetahuan?
2. Bagaimana instuisi sebagai sumber pengetahuan?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui akal sebagai sumber pengetahuan
2. Untuk mengetahui instuisi sebagai sumber pengetahuan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. AKAL SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN


Pemikiran berdasarkan akal sebagai sumber pengetahuan
melibatkan penggunaan logika, analisis, dan pemahaman rasional untuk
memahami dunia. Ini mencakup proses berpikir kritis dan evaluasi secara
objektif untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang realitas.

Di kalangan kaum rasionalis, hanya akal yang menjadi sumber


pengetahuan sedangkan yang lainnnya hanya memperkuat atau membantu
memberi bahan-bahan pemikiran bagi akal intuisi yang datang kepada
manusia lebih banyak tidak rasional, baik itu berupa wahyu maupun ilham
dan jenis jenis lainnya. Intuisi sifatnya rasonal, karena orang lain yang
tidak mengalaminya tidak dapat di katakan sebagai pemegang
pengetahuan intuitif.

Rasionalisme merupakan faham filsafat yang mengatakan bahwa


akal adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes
pengetahuan [ahmad tafsir, 2005”127]. Menurut ahmad tafsir,
rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara
berfikir. alat dalam berfikir ialah kaidah-kaidah logis atau logika.

Kaum Rasionalis, selain alam semesta atau alam fisik, meyakini


bahwa akal merupakan sumber pengetahuan yang kedua dan sekaligus
juga sebagai alat pengetahuan. Mereka menganggap akal-lah yang
sebenarnya menjadi alat pengetahuan sedangkan indra hanya pembantu
saja. Alam akal digolongkan sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan
karena

2
a. Dalam pemikiran, Akal menarik kesimpulan. Yang dimaksud dengan
menarik kesimpulan adalah mengambil sebuah hukum atas sebuah
kasus tertentu dari hukum yang general. Aktivitas ini dalam istilah
logika disebut silogisme kategoris demonstratif.
b. Mengetahui konsep-konsep yang general. Mengatakan bahwa
pengetahuan akal tentang konsep yang general melalui tiga tahapan,
yaitu persentuhan indra dengan materi, perekaman ke dalam benak,
dan penyimpulan.
c. Pengelompokkan Wujud. Akal mempunyai kemampuan
mengelompokkan segala yang ada di alam realita ke beberapa
kelompok, misalnya realita-realita yang dikelompokkan ke dalam
substansi, apakah benda itu bersifat cair atau keras, dan lain
sebagainya.Pemilahan dan Penguraian.
d. Akal dapat menggabungan dan dapat menyusun. Akal juga dapat
memilah dan menguraikan.
e. Kreativitas. Dalam hal ini, akal dapat bersifat membangun dan
mengeluarkan pendapat atau pemikiran dalam mengefisiankan sesuatu.

B. INSTUISI SEBAGAI SUMBER PENGETAHUAN


Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui
proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat
pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukan jawaban atas
permasalahan tersebut. Jawaban atas permasalahan yang sedang
dipikirkannya muncul dibenaknya bagaikan kebenaran yang membukakan
pintu. Suatu masalah yang kita pikirkan, dibenak kita yang lengkap dengan
jawabannya yang kemudian kita tunda karena menemui jalan buntu, tiba-
tiba muncul.

Secara harfiah intuisi dapat diartikan perasaan batin atau getaran


jiwa yang dapat merasakan sesuatu, yang selanjutnya menimbulkan
pengaruh ke dalam sikap, ucapan dan perbuatan.

3
Tentang bukti-bukti yang menguatkan adanya orang yang
memperoleh pengetahuan intuisi ini dapat dijumpai di kalangan sufi.
Benar seperti halnya mimpi, pengalaman mistik hanya dialami oleh orang
perorang atau individual. Tetapi, tidak berarti oleh satu orang saja. Setiap
diri manusia berpotensi untuk mengalami pengalaman mistik ini. Dari
sejarah mistisisme, kita mengenal bukan hanya seorang mistikus,
melainkan berpuluh-puluh bahkan ratusan mistikus yang tersebar dalam
ruang geografis yang berbeda dalam rentangan temporal yang berlainan
mengalami pengalaman mistikus.

Bukti empirik memperlihatkan bahwa para ulama yang tinggi


tingkat ilmunya dan luhur kepribadiannya, serta senantiasa memelihara
kesucian diri, adalah orang-orang yang tergolong memiliki pengalaman
memperoleh ilmu secara intuitif. Mereka mampu menulis kitab yang
terkadang dalam satu judul berpuluh-puluh jilid tanpa melakukan
penelitian yang mengandalkan pancaindera dan akal pikiran melalui
observasi dan eksperimen. Mereka setelah memiliki persyaratan
akademik, berupa penguasaan bahasa Arab dengan berbagai cabang
ilmunya, seperi ilmu nahwu, sharaf, balaghah, ilmu al-Qur’an, ilmu hadis,
qawaid fiqhiyah, ushul fiqh, sejarah, dan lainnya. Mereka melakukan
pendekatan dengan Allah melalui penyucian diri (tazkiyah al-nafs), dzikir,
shalat sunah, memelihara wudlu, dan sebagainya.

Tidak hanya dari kalangan sufi dan ulama saja yang bisa
memperoleh pengetahuan langsung dari Tuhan. Semua orang bisa
memperoleh pengetahuan melalui intuisi sesuai dengan tingkatan,
kesungguhan dan metode yang ditempuhnya sebaimana akan dijelaskan
pada bagian berikutnya. Pengetahuan intuitif bisa datang kepada mufassir,
yaitu berupa bimbingan, pengetahuan dan pemahaman yang mendalam
tentang ayat-ayat tersebut pada saat mufassir itu sedang berupaya
memahami dan menangkap makna di balik ayat (simbol).

4
Pengetahuan intuitif bisa datang kepada para penyair, yaitu ketika
mereka sedang menggubah atau menyusun suatu syair, tib-tiba mereka
memperoleh pencerahan secara batin dari Tuhan yang selanjutnya mereka
dapat melahirkan karya-karya puisi, syair, taushih, kata-kata hikmah dan
sebagainya yang original. Para penyair, sastrawan, pujangga, penulis
novel, penulis lagu, penulis cerita, pembuat disain, arsitektur dan rancang
bangun, ornamen, assesoris dalam bentuk karya seni yang indah, disain
kendaraan, pesawat, alat-alat komunikasi, kesehatan, teknik pengobatan,
dan lainnya adalah orang-orang yang sesungguhnya memperoleh
pengetahuan dari Tuhan, melalui intuisi, bukan dari bangku kuliah.Kita
seringkali secara tiba-tiba mendapatkan pengetahuan dengan pencerahan
batin kita. Pengalaman ini adalah pengalaman intuisi, dan mungkin setiap
orang pernah mengalaminya, hanya frekwensinya yang membedakan
masing-masing orang dalam mendapatkan intuisi itu. Ada orang yang
kerap kali mendapatkan intuisi, tetapi sebaliknya, ada juga yang jarang
sekali.

Perbedaan perolehan intuisi ini sebenarnya juga menarik ditelusuri


dari sudut penyebabnya. Dalam kadar, tingkat dan keragamannya,
seseorang bisa mendapatkan pengetahuan langsung dari Tuhan melalui
intuisi saat dia sedang buang air besar, berjalan-jalan, menjelang tidur, dan
kedaan-kedaan lainnya yang tidak dipersiapkan untuk memikirkan secara
serius terhadap pengetahuan. Sebaliknya terkadang seseorang sedang
serius memikirkan sesuatu untuk mendapatkan pengetahuan, justeru intuisi
itu tidak kunjung datang. Dengan pengertian lain, bahwa intuisi itu bisa
datang kepada semua orang, termasuk kepada orang yang tidak percaya
dan tidak mengakui intuisi itu sendiri. Intuisi datangnya sewaktu-watu
tanpa memandang waktu, kesibukan maupun orang yang menerimanya.

Intuisi sebagai Metode Ilmiah

5
Kajian tentang intuisi sebagai metode llmiah dapat dijumpai pada
pemikiran para pakar yang menyujui eksistensi dan peran intuisi tersebut.
Sebaliknya bagi para pakar yang menolak intuisi sebagai metode ilmiah
baik dari kalangan Muslim maupun non-Muslim menganggap bahwa
intuisi itu secara metodologis mengandung kelemahan, karena mengalami
kesulitan dalam mengujinya. Di sinilah salah satu letak problem intuisi
ketika dijadikan sebagai metode atau pendekatan untuk menemukan
pengetahuan. Belum jelas, alat apa yang dapat dipakai untuk menguji
kebenaran atau keabsahan pengetahuan yang dihasikkan dari intuisi.
Padahal menurut tradisi keilmuan, pengetahuan yang didapatkan melalui
metode apapun harus dapat diuji kebenarannya. Sedangkan dalam
menguji kebenaran pengetahuan itu harus ada alat uji yang andal dan jelas.
Jika terdapat pengetahuan yang ditemukan atau diperoleh tetapi
kebenarannya tidak dapat diuji, maka tidak diakui sebagai pengetahuan
ilmu.
Di samping itu, kelemahan lain dari intusi itu adalah bahwa
manusia menjadi pasif sama sekali. Mestinya manusia harus dinamis atau
progresif. Dalam berfikir intuitif ini memang manusia berada pada posisi
yang lemah. Padahal yang dikehendaki oleh ilmu pengetahuan adalah hasil
pemikiran berupa kesimpulan sebagai produk dari usaha aktif manusia
dalam menemukan kebenaran, bukan pengetahuan yang dianugerahkan.
Persepsi umum di kalangan ilmuwan terhadap intuisi umumnya demikian.
Intuisi dikesankan tidak dapat diuji kebenarannya, dan menempatkan
manusia sebagai makhluk yang pasif, menunggu perolehan atau anugerah
dari Tuhan.
Anggapan ini bisa dimaklumi karena akibat dari keterbatasan
sumber, alat dan metode yang mereka gunakan yang tidak sepenuhnya
dapat memecahkan masalah, serta akibat dari kesalahan dalam
menggunakan alat dan metode tersebut. Mereka yang menolak intuisi
sebagai metode ilmiah, karena mereka memandang, bahwa sumber ilmu
hanya alam jagat raya dengan segala isinya serta fenomena sosial.

6
7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pemikiran berdasarkan akal sebagai sumber pengetahuan melibatkan
penggunaan logika, analisis, dan pemahaman rasional untuk memahami
dunia. Ini mencakup proses berpikir kritis dan evaluasi secara objektif untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang realitas.
2. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Secara harfiah intuisi dapat diartikan perasaan
batin atau getaran jiwa yang dapat merasakan sesuatu, yang
selanjutnya menimbulkan pengaruh ke dalam sikap, ucapan dan
perbuatan.

B. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini mungkin
masih terdapat banyak kekurangan, karena itu kami menerima kritik yang
bisa membangun penulis agar bisa membuat makalah yang lebih baik lagi
kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Basyit, A. s. (2015). Filsafat Ilmu. Banten.

Abdullah, D. (2009). Filsafat Ilmu . Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

Darwis, A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perpektif Barat dan Islam,

Bandar Publising cet.1 2019.

Muliadi, M.Hum. “Filsafat Umum”, Fakultas Ushuluddin Sunan Gunung Jati

Bandung. 2020.

Muhammad Muslih, FILSAFAT ILMU Kajian atas Asumsi Dasar,

Paradigma,dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, L E S F I,

2016

Anda mungkin juga menyukai