Anda di halaman 1dari 3

Pendekatan psikologi Sastra (Literature psychological Approach)

Bimo Walgito (dalam Fananie, 2000: 177) mengemukakan psikologi adalah salah satu
cabang ilmu pengetahuan yang objek studinya adalah manusia, karena perkataan
psyche atau psicho mengandung pengertian “jiwa”. Dengan demikian, psikologi
mengandung makna “ilmu pengetahuan tentang jiwa”.

Psikologi sastra berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional


yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan
objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek
kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan.

Metode

Penelitian psikologi sastra dilakukan melalui dua cara. Pertama, melalui pemahaman
teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya sastra.
Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek
penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relefan untuk
melakukan analisis (Ratna, 2004: 344).

Secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi, sebab sastra berhubungan dengan
dunia fiksi, drama, puisi, dan esay yang diklasifikasikan ke dalam seni (art), sedangkan
psikologi merujuk kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental.
Meski berbeda, keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya berangkat
dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Bicara tentang manusia, psikologi
jelas terlibat erat, karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas
dari aspek kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Psikologi
sastra mempelajari fenomena, kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama
dalam karya sastra ketika merespon atau bereaksi terhadap diri dan lingkunganya.
Dengan demikian, gejala kejiwaaan dapat terungkap lewat perilaku tokoh dalam
sebuah karya sastra.
Karya sastra merupakan karya seorang pengarang yang merupakan hasil perenungan
dan imajinasi secara sadar dari hal-hal yang diketauhi, dihindari, dirasa, ditanggapi, dan
difantasikan, disampaikan kepada khalayak melalui media bahassa dengan segala
perangkatnya, sehingga menjadi sebuah karya yang indah. Itulah sebabnjya masalh-
masalh yang terdapat di dalam karya sastra mempunyai kemiripan dengan keadaan
diluar karya sastra. Sesuai pendapat yang menyatakan bahwa karya sastra merupakan
cermin dari dunia nyata. Baik cermin dari dunia nyata yang sesungguhnya, maupun
cermin dari dunia nyata yang sudah bercampur dengan imajinasi dan perunangan
pengarang (Siswanto, 1993: 19).

Pendekatan adalah salah satu prinsip dasar yang digunakan sebagai alat untuk
mengapresiasi karya sastra, salah satunya ialah ditentukan oleh tujuan dan apa yang
hendak ditentukan lewat teks sastra, pembaca dapat menggunakan beberapa
pendekatan, salah satunya adalah pendekatan psikologis. Semi (1993:76) menyatakan
pendekatan psikologi sastra adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya
sastra selalu membahas tentang kehidupan manusia yang senantiasa memperlihatkan
perilaku yang beragam. Apresiasi sastra menggunakan pendekatan psikologi sastra
pada mulanya diperkenalkan di Barat oleh L.A Richard, dan di Indonesia pertama kali
dilakukan oleh M.S Hutahulung, Boen S. Oemarjati, dan Made Mukada.

Mengapa pendekatan psikologi sastra?

Budi Utama (2004:138)_ mengemukakah tiga alasan psikologi sastra masuk dalam
kajian sastra adalah sebagai berikut (1) mengetahui perilaku dan motivasi para tokoh
dalam karya sastra. Langsung atau tidak langsung, perilaku dan motivasi para tokoh
nampak juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dalam kehidupan sehari-
hari mungkin kita juga bertemu dengan orang-orang yang perilaku dan motivasinya
mirip dengan perilaku dan motivasi para t tokoh dalam karya sastra, (2) mengetahui
perilaku dan motivasi pengarang, dan (3) mengetahui reaksi psikologi pembaca.

Hubungan antara karya sastra dan psikologi juga dikemukakan oleh suwardi (2004:96)
yang mengemukakah bahwa karya sastra dipandang sebagai gejala psikologis, akan
menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa
prosa atau drama sedangkan jika dalam bentuk puisi akan disampaikan melalui larik-
larik dan pilihan kata khas.

Sastra sebagai “gejala kejiwaan” yang didalamnya terkandung fenomena yang tampak
melalui perilaku tokoh-tokohnya. Sedangkan psikologi (Pasaribu dan Simanjuntak,
1984:3-4), adalah ilmu jiwa atau studi tentang jiwa. Dengan demikian, teks sastra (karya
sastra) dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologi. Hal ini dikarenakan
sastra dan psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional
(Darmanto yatman dan Roekhan dalam Aminudin, 1990:93).

Hubungan tak langsung yang dimaksudkan adalah baik sastra maupun psikologi sastra
kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama, yaitu kejiwaan manusia. Pengarang
dan psikolog adalah sama-sama manusia biasa. Mereka menangkap kejiwaan manusia
secatra mendalam, kemudian diungkapkan dalam bentuk karya sastr. Sedangkan
hubungan fungsional antara sastra dan psikologi adalah keduanya sama-sama berguna
sebagai sarana untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Perbedaannya adalah
adalah dalam karya sastra gejala-gejala kejiwaan dari manusia-masia imajiner sebagai
tokoh dalam karya sastra, sedangkan dalam psikologi adalah gejala kejiwaan manusia-
manusia riil (Suwardi, 2004:97).

Contoh

Analisis Novel Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazy, tinjauan


psikologi sastra menggunakan pendekatan tekstual (tertulis), yaitu mengkaji aspek
psikologi tokoh Raihana dalam sebuah karya sastra dengan cara membaca kepribadian
tokoh Raihana dalam novel yang digunakan sebagai sumber data primer.

Anda mungkin juga menyukai