Anda di halaman 1dari 28

PENGELOLAAN MASALAH

DALAM KOMUNITAS

Dosen pembimbing: Syukrianti Syahda,S.ST.M.Kes

Disusun Oleh: Kelompok 4


Anggrini ( 2015201002 )
Chyndi Erliani ( 2015201006 )
Dhea Wahdanillah ( 2015201008 )
Elena Diana ( 2015201009 )

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena denganrahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “pengelolaan masalah
dalam komunitas”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas matakuliah
pelayanan kebidanan komunitas. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambahwawasan tentang Pengelolaan masalah dalam komunitas bagi para pembaca dan
juga penulis.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Bangkinang, 03 oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................................................
Bab I Pendahuluan...............................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................

Bab II Pembahasan .............................................................................................................


A. Definisi bidan……………………………………………………………………..
B. Pengelolaan Masalah Kebidanan Komunitas……………………………………..
C. Masalah Kebidanan Dalam
Komunitas...........................................................................................

Bab III Penutup


A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................

Daftar Pustaka .....................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pengelolaan kebidanan komunitas yaitu mencakup kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring, evaluasi, pencacatan dan pelaporan.
Kebidanan komunitas dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh bidan di
suatu komunitas. Kegiatan kebidanan komunitas akan terlaksana dengan baik dan
memberi hasil sesuai dengan yang diharapkan jika didasarkan pada suatu rencana.

B. RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengelolaan masalah kebidanan komunitas?
2. Apa saja yang mencakup kegiatan pengelolaan masalah kebidanan komunitas?
3. Apa saja masalah pelayanan kebidanan komunitas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pengelolaan pelayanan kebidanan komunitas
2. Untuk mengetahui kegiatan apa saja ynag ada dalam pengelolaan pelayanan
kebidanan komunitas
3. Untuk mengetahui masalah apa saja yang ada dalam pelayanan kebidanan
komunitas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi bidan
Kebidanan berasal dari kata “bidan” atau midwife. Definisi tersebut secara
berkala ditinjau ulang dalam pertemuan internasional atau Kongres ICM, yang
terakhir disusun melalui Kongres International Confideration of Midwifes (ICM) ke-
27 bulan Juli 2005 di Brisbane Australia, yang menyatakan bahwa bidan adalah
seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya,
telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar
dan/atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik bidan. Menurut Kepmenkes
No. 369/Menkes/SK/III/2007 dalam definisi Ikatan Bidan Indonesia (IBI), bidan
adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian
sesuai dengan persyaratan yag berlaku.
Kebidanan mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki bidan.
Kegiatan pelayanan yang dilakukannya bertujuan menyelamatkan ibu dna bayi yang
dilahirkan. “Komunitas” adalah kelompok orang yang berada di lokasi tertentu yang
saling berinteraksi, sedangkan “bidan komunitas” adalah bidan yang bekerja melayani
keluarga dan masyarakatdi wilayah tertentu. Bagian kebidanan yang berupa
serangkaian ilmu dan keterampilan untuk memberikan pelayanan kebidanan pada ibu
dan anak yang berada dalam masyarakat di wilayah tertentu adalah pengertian
kebidanan komunitas. Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit.
Kebidanan komunitas juga dapat juga merupakan bagian atau lanjutan pelayanan
kebidanan yang diberikan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan ibu dan anak di
lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas.

B. Pengelolaan Masalah Kebidanan Komunitas


Kelompok komunitas terkecil adalah keluarga individu, yang dilayani adalah
bagian dari keluarga atau komunitas. Oleh karena itu, bidan tidak memandang
pasiennya dari sudut pandang biologis, tetapi sebagai unsur sosial yang memiliki
budaya tertentu serta dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan lingkungan di
sekelilingnya. Sasaran utama kebidanan komunitas adalah ibu dan anak balita ynag
berada di dalam keluarga dan masyarakat.Pengelolaan kebidanan komunitas
mencakup kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring,
evaluasi, pencatatan, dan pelaporan.
1. Perencanaan
Rencana adalah pola pikir yang sistematis untuk mewujudkan tujuan
dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia.
Perencanaan adalah proses yang menggambarkan keinginan untuk
mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan dengan mengorganisasikan dan
mendayagunakan sumber daya yang tersedia.

Jenis – jenis Perencanaan

Perencanaan dilakukan berdasarkan pada kurun waktu pelaksanaan,


wilayah dan program. Perencanaan sendiri memiliki berbagai jenis, antara
lain :
a. Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana
1) Rencana jangka panjang (long term planning), berlaku
antara 10-25 tahun
2) Rencana jangka menengah (medium range palnning),
berlaku 5-7tahun
3) Rencana jangka pende (short range planning), berlaku
hanya untuk 1 tahun.
b. Dilihat dari tingkatannya
1) Rencana induk (master plan), lebih menitikberatkan uraian
kebijakan organisasi.
2) Rencana operasional (operational planning), lebih
menitikberatkan pada pedoman atau petunjuk dalam
melaksanakan program.
3) Rencana harian (day to day planning) ialah rencana harian
yang bersifat rutin.
c. Ditinjau dari ruang lingkupnya
1) Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian
tentangkebijakan tujuan jangka panjang dan waktu
pelaksanaan yang lama.
2) Rencana taktis (tactical planning), berisikan uraian yang
bersifat jangka pendek, kegiatan-kegiatannya mudah
menyesuaikan, asalkan tidak merubah tujuan.
3) Rencana menyeluruh (comprehensive planning),
mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap.
4) Rencana terintegrasi (integrated planning), mengandung
uraian yang menyeluruh bersifat terpadu.
d. Perencanaan berdasarkan wilayah
1) Rencana pembangunan nasional (pusat)
2) Rencana pembangunan daerah, seperti: propinsi, kabupaten,
kecamatan dan desa.
e. Perencanaan berdasarkan program
1) Rencana pembangunan kesehatan keluarga
2) Rencana penyuluhan Kesehatan
3) Rencana pembangunan puskesmas

Langkah – langkah Perencanaan

Proses penyusunan rencana terdiri atas langkah-langkah menentukan


tujuan, strategi, kegiatan, sumber daya, pelaksanaan, dan evaluasi. Secara
terperinci, langkah langkah perencanaan kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah
b. Menetapkan prioritas masalah.
Meliputi besarnya masalah, luasnya maslah, dampak masalah,
besarnya akibat masalah, dan tingkat kemudahan mengatasinya.
c. Menetapkan tujuan Meliputi tujuan umum dan tujuan khusus
d. Menetapkan rencana kegiatan
Meliputi kegiatan pada tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
dantahap penilaian.
e. Menetapkan sasara
Meliputi sasaran langsung dan tidak langsung
f. Waktu dan tempat
g. Organisasi dan staf
Meliputi sumber daya yang perlu juga ditentukan adalah
tenaga, sarana dan fasilitas, dana, manajemen, serta informasi.
h. Rencana anggaran
i. Rencana Evaluasi
Manfaat perencanaan ini antara lain sebagai metode untuk
mencapai tujuan,sebagai petunjuk pelaksanaan, dan menjamin
penggunaan sumber daya secara efektif.

2. Pengorganisasian
Yang dimaksud pengorganisasian adalah mengatur personel atau staf
yang ada di dalam institusi tersebut agar semua kegiatan yang telah
ditetapkan dalam rencana dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya
semua tujuan dapat dicapai. Pengorganisasian mencakup beberapa unsur
pokok, antara lain :
a. Hal yang diorganisasikan ada 2 macam, yaitu :
1) Pengorganisasian kegiatan
2) Pengorganisasian tenaga pelaksana
b. Proses pengorganisasian
Proses pengorganisasian ialah langkah-langkah yang harus
dilakukan sehingga kegiatan dan tenaga pelaksana dapat berjalan
sebaik- baiknya.
c. Hasil pengorganisasian
Hasil pengorganisasian ialah terbentuknya struktur organisasi
yang merupakan perpaduan kegiatan dan tenaga pelaksana.Yang
termasuk pengorganisasian adalah Puskesmas, Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa (LKMD) tempat kebidanan komunitas
dilaksanakan di seksi 7 dan 8 (pembinaan kesejahteraan keluarga
dan kesehatan, kependudukan dan KB) dengan bidan menjadi
anggotanya.
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) merupakan kegiatan
pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan wanita
sebagai motor penggeraknya. Kelompok dasawisma (kelompok ibu
berasal dari sepuluh rumah yang bertetangga) yang dibentuk
melalui kegiatan PKK.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau actuating merupakan setelah perencanaan dan
pengorganisasian maka perlu mewujudkan perencanaan tersebut dengan
menggunakan organisasi yang terbentuk berarti ini merupakan rencana
tersebut dilaksanakan (implementating) atau diaktuasikan (actuating). Kata
lain dari direction (bimbingan) sebagai gerak pelaksanaan. Pelaksanaan
atau actuating berfungsi penciptaan kerja sama antara anggota kelompok
serta pada pengarahan semangat kerja, tekad dan kemampuan keseluruhan
anggota untuk tercapainya tujuan bersama.
Pelaksanaan atau actuating merupakan usaha untuk menjadikan
keseluruhan anggota untuk ikut bertekad dan berupaya dalam rangka
mewujudkan tujuan kelompok. Untuk melaksanakan prgram kesehatan,
seorang pemimpin harus mampu mengarahkan, mengawasi dan
mensupervisi bawahannya. Untuk itu perlu menguasai berbagai
pengetahuan dan keterampilan, yaitu motivasi, komunikasi,
kepemimpinan, pengarahan, pengawasan, supervisi. Program dilakukan
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan dengan menjabarkan program
atau kegiatan lebih rinci mencakup waktu, tempat pelaksanaan kegiatan,
pengawasan, pengendalian, supervisi, bimbingan dan konsultasi yang
dilaksanakan di dalam pelaksanaan.

4. Pengawasan (Monitoring)
Pengawasan adalah suatu proses untuk mengukur penampilan kegiatan
atau pelaksanaan kegiatan suatu program yang selanjutnya memberikan
pengarahan-pengarahan sehingga tujuan yang ditetapkan dapat tercapai.
Agar pengawasan dapat berjalan dengan lancar, sedikitnya ada 3 hal yang
harus diperhatikan, yaitu :
a. Objek pengawasan, yaitu hal-hal yang harus diawasi dalam
pelaksanaan suatu rencana. Secara garis besar meliputi kuantitas
dan kualitas program, biaya program, pelaksanaan program, dan
hal-hal khusus lainnya yang di tetapkan oleh pimpinan.
b. Metode pengawasan, dapat dilakukan dengan cara kunjungan
langsungatau observasi, analisis terhadap laporan yang masuk,
pengumpulan data, dan melalui tugas dan tanggung jawab para
petugas.
c. Proses pengawasan, yang meliputi penyusunan rencana
pengawasan, pelaksanaan pengawasan, interpretasi dan analisa
hasil pengawasan, serta menarik kesimpulan dan tindak lanjut.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah prosedur penilaian/pelaksanaan hasil kerja/dampak
secara sistematik, dengan membandingkannya dengan standard dan
mengikuti criteria/metode/tujuan guna menilai sekaligus mengambil
keputusan. tujuan dari evaluasi adalah :
a. Sebagai alat untuk memperbaiki pelaksanaan program dan
perencanaan program.
b. Sebagai alat untuk memperbaik ipelaksanaa suatu kegiatan yang
sedang berjalan.
c. Sebagai alat untuk mengadakan perencanaan kembali yang lebih
baik dari semula.
Evaluasi suatu program kesehatan dilakukan terhadap tiga hal
yaitu evaluasi proses untuk menilai pelaksanaan program, evaluasi
hasil program untuk menilai sejauh mana program tersebut
berhasil, dan evaluasi dampak program untuk menilai sejauh mana
program itu berdampak terhadap peningkatan kesehatan
masyarakat.

6. Pencatatan
pencatatan adalah kegiatan/proses pendokumentasian suatu aktifitas
dalam bentuk tulisan di atas kertas, disket, dan lain-lain dengan ilustrasi
tulisan, grafik, gambar/suara. Manfaat pencatatan adalah ;
a. memberi informasi
b. Bukti darisuatu kegiatan
c. Bahan proses belajar
d. Bahan penelitian
e. Pertanggung jawaban
f. Bahan pembuatan laporan Perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi
g. Bukti hukum
h. Alat komunikasi (penyampaian pesan)
i. Alat untuk mengingatkan kegiatan peristiwa khusus.

7. Pelaporan
pelaporan adalah catatan yang memberi informasi tentang kegiatan
tertentu dan hasilnya disampaikan ke pihak yang berwenang atau berkaitan
dengan kegiatan tersebut. Setiap mengakhiri kegiatan harus ada pembuatan
pelaporan. Proses laporan dilakukan secara tertulis.
Manfaat pelaporan, meliputi pertsnggung jawaban autentik
pelaksanaan kegiatan, memberi info terdokumentasi, bahan bukti (bukti
hukum), bahan pelayanan, penyusunan rencana dan evaluasi, dan bahan
untuk penelitian.

C. Masalah Kebidanan Dalam Komunitas

1. Kematian Ibu dan Bayi


Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator derajat kesehatan. Namun, masalah kematian ibu dan bayi di
Indonesia masih merupakan masalah besar. Dengan demikian, pelayanan
kesehatan ibu dan anak menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia.
a. Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu selama masa
kehamilan atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tanpa
melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang
berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya
tetapi bukan oleh kecelakaan atau incid. (Depkes RI, 2009).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan tolak ukur keberhasilan
kesehatan ibu, yang manjadi indikator terpenting untuk menilai kualitas
pelayanan obstetri dan ginekologi di suatu wilayah. Menurut SDKI tahun
2007, AKI di Indonesia tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup.
Jika dibandingkan dengan AKI menurut SDKI tahun 2003 sebesar
307/100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun
masih jauh dari target MDGs 2015 yaitu sebesar 102/100.000 kelahiran
hidup. Sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen
untuk mencapai target tersebut. Bidan sebagai tenaga kesehatan dalam
tatanan pelayanan kebidanan komunitas terdepan, mempunyai peranan
penting dalam penurunan AKI yang dinilai masih tinggi.
b. Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi saat setelah bayi lahir
sampai bayi belum berusia tepat 1 tahun (Depkes RI, 2009). Menurut
SDKI tahun 2003, AKB sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Sedangkan
berdasarkan perhitungan BPS tahun 2007 sebesar 27/1000 kelahiran hidup.
Adapun target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian bayi meliputi : Gangguan perinatal (34,7%), Sistim
pernapasan (27,6 %), Diare (9,4%), Sistim pencernaan (4,3%) dan Tetanus
(3,4%).
c. Upaya menurunkan AKI dan AKB:
1) Melaksanakan kelas ibu hamil berkualitas
2) Pelaksanaan P4K yang berkualitas
3) Membangun kemitraan bidan dan dukun
4) Implentasi pertolongan persalinan empat tangan di fasilitas
kesehatan
5) Implentasi penempatan bidan di desa dan berdomisili di desa
6) Peningkatan fungsi PONED
7) Optimalisasi desa siaga
d. Peran Bidan
1) Melakukan pencatatan kelahiran dan kematian ibu dan bayi serta
mengidentifikasi penyebab kematian ibu dan bayi dengan melibatkan
peran serta masyarakat.
2) Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga
yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan
rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat
yang tidak mampu atau dapat mengadakan tabungan ibu bersalin pada
ibu hamil sebagai persiapan untuk biaya persalinannya nanti,
melakukan pengorganisasian donor darah berjalan serta mencari calon
pendonor bagi ibu bersalin nanti sebagai antisipasi jika dalam
persalinan ibu terjadi perdarahan sehingga tidak sampai terjadi
kematian ibu.
3) Melakukan pelaksanaan pertemuan rutin GSI (gerakan sayang ibu)
dalam promosi “suami, bidan dan desa SIAGA”.

2. Kehamilan Remaja
a. Definisi
Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun.
Hal ini didapatkan dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan
remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun baik
melalui proses pranikah atau nikah. Hal masa depanpun menjadi masalah
misalnya malu terhadap teman,lingkungan dan juga merasa remaja sudah
musnah. Selain itu ketidak stabilan emosi dan ekonomi juga sangat
mempengaruhi apalagi jika hal ini terjadi pada keluarga yang kurang mampu.
Maka akan terjadi penolakan terhadap anak yang nanti akan dilahirkan.
b. Hal yang mengakibatkan terjadinya kehamilan remaja antara lain :
1) Kurangnya peran orang tua dalam keluarga.
Perhatian dan peran orang tua amat berpengaruh besar terhadap
perkembangan mental dan kejiwaan si anak. Anak yang tidak merasakan
ketentraman didalam keluarganya akan cenderung mencari ketentraman di
luar dengan berbagai cara, ada kalanya mereka melakukan hal-hal yang
banyak diantaranya yang cenderung melakukan hal-hal negatif sebagai
bentuk kekesalan mereka terhadap orang tua.
2) Perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental
yang kuat.
Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk
mendapatkan informasi- informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak
didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat
para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga
terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan
agama yang berlaku
3) Kurangnya Pendidikan Seks dari Orang Tua dan Keluarga terhadap
Remaja.
Berdasarkan penelitian yang didapat sejak September 2007 yang
dilakukan di 4 kota di Indonesia. Dengan mengambil 450 responden dan
dengan kisaran usia antara 15 – 24 tahun, kategori masyarakat umum dan
dengan kelas sosial menengah ke atas dan ke bawah. Didapakan informasi
bahwa sekitar 65% informasi tentang seks didapat dari kawan 35% dari
film porno. Dan hanya 5% yang mendapatkan informasi tentang seks dari
orang tua.
c. Masalah yang timbul akibat kehamilan remaja
1) Masalah Kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan
perhatian terutama dikalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah
dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang
prima sehingga dapat menurunkan generasi sehat. Dikalangan remaja telah
terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah
diberalisasi yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan
seks yang merugikan alat reproduksi. Bila pada saatnya diperlukan untuk
hamil normal, besar kemungkinan kesehatan reproduksi sudah tidak
optimal dan dapat menimbulkan berbagai akibat samping kehamilan.
Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya
sehingga dapat mempersiapkan diri untuk hamil dalam keadaan optimal.
2) Masalah Psikologi Pada Kehamilan Remaja
Remaja yang hamil diluar nikah menghadapi berbagai masalah
psikologis yaitu rasa takut, kecewa, menyesal, dan rendah diri terhadap
kehamilannya sehingga terjadi usaha untuk menghilangkan dengan jalan
gugur kandung. Gugur kandung mempunyai kerugian yang paling kecil
bila dibandingkan dengan melanjutkan kehamilan. Keadaan akan makin
rumit bila pemuda atau laki-laki yang menghamili malah tidak
bertanggung jawab sehingga derita hanya ditanggung sendiri dengan
keluarga. Keluargapun menghadapi masalah yang sulit ditengah
masyarakat seolah-olah tidak mampu memberikan pendidikan moral pada
anak gadisnya.
3) Masalah sosial dan ekonomi keluarga
Perkawinan yang dianggap dapat menyelesaikan masalah kehamilan
remaja tidak lepas dari kemelut seperti:
a) Penghasilan yang terbatas sehingga kelangsungan hamilnya
dapat menimbulkan berbagai masalah kebidanan
b) Putus sekolah sehingga pendidikan jadi terlantar
c) Putus kerja, karena berbagai alasan, sehingga menambah
sulitnya masalah sosial ekonomi
d) Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga menimbulkan
stres (tekanan batin)
e) Nilai gizi yang relatif rendah dapat menimbulkan berbagai
masalah kebidanan
Bila remaja memilih untuk mengasuh anaknnya sendiri,
masyarakat belum siap menerima kelahiran tanpa pernikahan
berbeda halnya dengan negara maju seperti Amerika,
masyarakat sudah dapat menerima kehamilan sebagai hasil
hidup bersama
d. Dampak Kebidanan Kehamilan Remaja
1) Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja.
misalnya : karena terkejut, cemas, stres. Tetapi ada juga keguguran yang
sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional sehingga dapat
menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka
kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat
menimbulkan kemandulan.
2) Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan
bawaan
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama
rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir
rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu
yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya
pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah,
pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang
stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik)
proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan
(gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya
sendiri.
3) Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress
memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
4) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang
pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena
pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia. tambahan zat
besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah,
membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang
yang kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
5) Keracunan Kehamilan
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia
makin meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-
eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan
perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
6) Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena
perdarahan dan infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur
kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non
profesional (dukun).
e. Pencegahan Kehamilan Remaja
1) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2) Kegiatan positif
3) Hindari perbuatan yang memberi dorongan negatif misalnya perilaku sex.
4) Jangan terjebak pada rayuan gombal
5) Hindari pergi dengan orang yang tidak terkenal
6) Mendekatkan diri pada Tuhan
7) Penyuluhan meliputi Kesehatan Reproduksi Remaja,Keluarga Berencana
(alat kontrasepsi, kegagalan dan solusinya), kegiatan rohani dengan tokoh
agama.
8) Bagi pasangan menikah sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi yang
tingkat kegagalannya rendah, misalnya steril, AKBK, AKDR, dan suntik.
f. Peran Bidan
1) Bersikap bersahabat jangan mencibir
2) Konseling kepada remaja dan keluarga meliputi kehamilan dan persalinan.
3) Membantu mencari penyelesaian masalah yaitu dengan menyelesaikan
secara
4) kekeluargaan, segera menikah.
5) Periksa kehamilan sesuai standart
6) Gangguan jiwa atau resiko tinggi segera rujuk ke Sp.OG 6.Bila ingin
abortus maka berikan konseling resiko abortus.

3. UNSAFE ABORTION
a. Definisi
Aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan
yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan
sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi
bahkan kematian. (Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI).
Unsafe abortion adalah upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana
pelaksanaan tindakan tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan
prosedur standar yang aman sehingga dapat membahayakan keselamatan
jiwa pasien. (Behrman Kliegman, 2000:167).Unsafe abortion adalah
prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil (tenaga
medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat
kesehatan (WHO, 1998).
Dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa
dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil
dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Sedangkan
pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya
disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu.
Berdasarkan UU Kesehatan RI No. 36 Thn 2009, Pasal 75 bahwa
setiap orang dilarang melakukan aborsi dapat dikecualikan berdasarkan
indikasi kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini kehamilan dan
aturan ini diperkuat dengan Pasal 77 yang berisi pemerintah wajib
melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 75 mengenai tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman,
dan tidak bertanggung jawab sera bertentangan dengan norma agama dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai
tindakan tertentu untuk menyelamatkan ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU
Kesehatan) adalah pengertian yang sangat rancu dan membingungkan
masyarakat dan kalangan medis.
b. Penyebab
Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya
pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan
tanpa indikasi medis, seperti :
1) Alasan kesehatan, dimana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
2) Alasan psikososial, dimana ibu tidak sendiri tidak punya anak
lagi.
3) Kehamilan di luar nikah.
4) Masalah ekonomi, menambah anak akan menambah beban
ekonomi.
5) Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan.
6) Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
7) Kegagalan pemakaian alat kontrasepsi.
c. Ciri – Ciri
1) Dilakukan oleh tenaga medis atau non medis
2) Kurangnya pengetahuan baik pelaku ataupun tenaga pelaksana
3) Kurangnya fasilitas dan sarana
4) Status illegal
d. Dampak
1) Dampak sosial
Biaya lebih banyak, dilakukan secara sembunyi - sembunyi.
2) Dampak Kesehatan
Bahaya bagi ibu bisa terjadi perdarahan dan infeksi.
3) Dampak psikologis
Trauma
e. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat tindakan-tindakan yang tidak
aman terhadap kehamilan yang tidak diinginkan misalnya dengan
melakukan abortus provokatus oleh dukun, dengan meminum jamu-
jamuan, ramuan. Pengakhiran kehamilan yang tidak aman menurut WHO
yaitu pengakhiran kehamilan yang tidak dikehendaki dengan cara yang
mempunyai resiko tinggi terhadap keselamatan jiwa perempuan tersebut
sebab dilakukan oleh individu yang tidak mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan yang sangat diperlukan, serta memakai peralatan yang tidak
memenuhi persyaratan minimal bagi suatu tindakan medis tersebut.
Akibat dari tindakan yang tidak aman tersebut akan memberikan resiko
infeksi, perdarahan, sisa hasil konsepsi yang tertinggal di dalam rahim dan
perforasi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian apabila tidak
mendapatkan pertolongan yang segera.
Tingginya AKI mengindikasikan masih rendahnya tingkat
kesejahteraan penduduk dan secara tidak langsung mencerminkan
kegagalan pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi resiko kematian
ibu. Peningkatan kualitas perempuan merupakan salah satu syarat
pembangunan sumber daya manusia. Strategi untuk menurunkan risiko
kematian karena aborsi tidak aman adalah denganmenurunkan ‘demand’
perempuan terhadap aborsi tidak aman. Ini dapat dimungkinkan
bilapemerintah mampu menyediakan fasilitas keluarga berencana yang
berkualitas dilengkapidengan konseling.
Konseling keluarga berencana dimaksudkan untuk membimbing klien
melalui komunikasi dan pemberian informasi yang obyektif untuk
membuat keputusan tentang penggunaan salah satu metode kontrasepsi
yang memadukan aspek kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi.
Bagi remaja yang belum menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks
sedini mungkin sejak mereka mulai bertanya mengenai seks. Namun, perlu
disadari bahwa risiko terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun pasangan
menggunakan kontrasepsi. Bila akses terhadap pelayanan aborsi yang
aman tetap tidak tersedia, maka akan selalu ada ‘demand’ perempuan
terhadap aborsi tidak aman.
f. Hukum
Menurut KUHP orang yang dapat dihukum adalah orang yang
menggugurkan kandungan seorang wanita, juga wanita yang digugurkan
kandungannya. Sedangkan dalam praktek yang tidak dihukum adalah
dokter yang melakukan aborsi dengan indikasi medis, yaitu dengan tujuan
untuk menyelamatkan jiwa atau menjaga kesehatan wanita yang
bersangkutan.
Persoalannya, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) kita
yang merupakan peninggalan masa kolonialisasi Belanda melarang keras
dilakukannya aborsi dengan alasan apapun sebagaimana diatur dalam pasal
283, 299 serta pasal 346 – 349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam
hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada siapa saja yang
memberi harapan kepada seorang perempuan bahwa kandungannya dapat
digugurkan.
g. Peran Bidan
1) Sex education
2) Bekerja sama dengan tokoh agama dalam pendidikan
keagamaan
3) Peningkatan sumber daya manusia
4) Penyuluhan tentang abortus dan bahayanya
4. BBLR
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kematian bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang lazim digunakan
untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi
maupun nasional. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang
terbanyak di Indonesia diantaranya BBLR 29%, asfiksia 27%, tetanus neonatorum
10%, masalah pemberian makanan 10%, gangguan hematologik 6%, infeksi 5%,
dan lain-lain 13%.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut WHO (2007) diperkirakan
15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering
terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari
2500 gram. Data dari WHO (2009) menyebutkan bahwa angka kejadian BBLR di
Indonesia adalah 10,5%.
a. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR
antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suplay gizi waktu
dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir
dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena
pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang
biasanya akan menjadi penyebab kematian. (Depkes RI, 2006).
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat lahir
(yang diukur dalam 1 jam setelah lahir) kurang dari 2500 gram,
tanpa memandang usia kehamilan. (Depkes RI, 1999) Menurut
Saifudin, dkk (2000), BBLR diklasifikasikan menjadi :
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500 –
2500 gram
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu berat
lahir < 1500 gram
3) Bayi baru lahir ekstrem rendah (BBLER) yaitu berat
lahir < 1000 gram

Bayi dengan berat badan lahir rendah, akan mengalami


beberapa masalah diantaranya: Asfiksia, Gangguan nafas,
Hipotermi, Hipoglikemi, Masalah pemberian ASI, Infeksi,
Ikterus dan Masalah perdarahan

b. Ciri-ciri BBLR
1) Berat < 2.500 gram
2) Panjang badan < 45 cm
3) Lingkar dada < 30 cm
4) Lingkar kepala < 33 cm
5) Usia kehamilan < 37 minggu
6) Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tegak
7) Kulit tipis, transparan, lemak kulit kurang, otot hipotonik-
lemah.
8) Pernafasan tidak teratur, dll.
c. Penyebab BBLR
Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
terjadinya BBLR, yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Gizi ibu hamil yang kurang
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi,
asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir
dengan berat badan rendah (BBLR). Indikator lain
untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan
mengukur LILA. LILA adalah Lingkar Lengan Atas.
LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat
untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk
melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
b. Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu
muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali
melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini
terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum
memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita
dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah
berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta
kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat
memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan
kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama
kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak
meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20
sampai 35 tahun.
c. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik,
persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan
karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu
yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat
berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami
peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada
trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa,
anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan
bayi dengan berat lahir rendah.
d. Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena
keadaan rahim biasanya sudah lemah.
2. Faktor Kehamilan
a. Hamil dengan polihidramnion
Polihidramnion adalah keadaan di mana
banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc.
Polihidramnion harus dianggap sebagai kehamilan
dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu
dan anak.
b. Hamil ganda
Berat badan satu janin pada kehamilan kembar
rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin
kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir
umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500
gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah
kecenderungan terjadinya partus prematurus.
c. Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan
pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang
persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi
utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan
yang menyebabkan anemia dan syok yang
menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini
yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang
mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok
intrauterin yang mengakibatkan kematian janin
intrauterine. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi
berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan
komplikasi asfiksia.
d. reeklamsi dan eklampsi
Pre-eklampsia dan Eklampsia dapat
mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam
kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini
disebabkan karena Pre- eklampsia/Eklampsia pada ibu
akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta,
sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari
plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta,
suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin
berkurang.
e. Ketuban pecah dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh
karena berkurangnya kekuatan membran yang
diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari
vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput
ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah
pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini,
merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan
terjadinya infeksi ibu.

2. Faktor Janin
a. Cacat bawaan / kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan
hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk
masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan
kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
b. Infeksi dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari
gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan
metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat
terganggu atau berkurang. pengaruh infeksi hepatitis
menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan
kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi
rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini
dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan
dan kematian janin.
d. Penanganan
1) Pengaturan suhu lingkungan
Terapi inkubator, dengan pengaturan suhu
BB < 2 kg : 350C
BB 2 kg – 2,5 kg : 34 oC,
suhu inkubator diturunkan 1 oC setiap minggu, sampai
bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan (24 – 27 oC).
2) Makanan bayi
Umumnya refleks menghisap belum sempurna.
Kapasitas lambung masih kecil dan daya enzim pencernaan
(lipase) masih kurang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
gr/kg BB dan kalori 110 Kal/kg BB sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga
ASI yang paling dahulu diberikan. ASI dapat diperas dan di
minumkan perlahan-lahan atau dengan memasang sonde
menuju lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60
cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar
200 cc/kg BB/hari. Pemberian makanan dilakukan
menggunakan pipet sedikit namun sering, perhatikan
kemungkinan terjadinya pneumonia aspirasi).
(Wiknjosastro H,2007)
3) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan,
upayakan ANC yang berkualitas, segera lakukan
rujukan apabila ditemukan kelainan
4) Meningkatkan gizi masyarakat
5) penyuluhan Kesehatan

e. Peran bidan
1) Melakukan KIE pada waktu pemeriksaan kehamilan
tentang asupan nutirsi selama hamil dan meninjau ulang
status pekerjaan dan membantu membuat keputusan
mengenai persalinan. Mengkaji kesiapan ibu untuk
kelahiran dan persalinan serta kesiapan keluarga untuk bayi
baru lahir.
2) Meningkatkan peran serta keluarga dan masyarakat agar
mau menerima pelayanan KIA sebagai upaya untuk
mencegah kejadian BBLR dan penangananya.
3) Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan
desa siaga yang meliputi pengaturan transportasi setempat
yang siap melakukan rujukan kedaruratan, mengadakan
pengaturan biaya bagi masyarakat yang tidak mampu.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelolaan pelayanan kebidanan komunitas adalah pelayanan yang melayani
kelompok komunitas terkecil yaitu keluarga individu. Pelayanan kebidanan komunitas
memiliki beberapa sasaran diantaranya adalah ibu dan anak balita. Pengelolaan
pelayanan kebidanan komunitas memiliki beberapa kegiatan yang ditujukan kepada
sasarannya. Cakupan pengelolaan kebidanan ada tujuh yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, dan pelaporan. Semua cakupan
tersebut harus dilakukan dengan baik demi tercapainya sebuah tujuan pelayanan
kesehatan kebidanan komunitas yang diharapkan.
Masalah pelayanan kebidanan yaitu kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja,
angka kejadian BBLR, PUS (Pasangan Usia Subur), pertolongan persalinan oleh
tenaga non medis, dan IMS. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Namun. masalah kematian
dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar.
Di Indonesia rata-rata kehamilan remaja terjadi pada usia 14-19 tahun. Hal ini
didapatkan dari hasil survey knowledge, attitude, practice. Kehamilan remaja adalah
kehamilan yang terjadi pada wanita usia 14-19 tahun baik melalui proses pranikah
atau nikah.
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil
anemia, kurang suplay gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan.

B. Saran
Sebaiknya seorang bidan mengetahui tentang masalah pelayanan kebidanan di
tingkat pelayanan kesehatan, sehingga akan lebih tanggap untuk melakukan
pencegahan akan timbulnya masalah yang terjadi. Sedangkan bila sudah terlanjur
masalah kesehatan tersebut muncul maka bidan akan lebih cepat dalam
penanganannya dan dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain serta
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiran, Eni.2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.
Mochtar, Rustam.1998. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC.

Syafrudin, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, 2007. Buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta

Wong, donna,L. 2004 . Pedoman klinis Keperawatan Pediatric . Jakarta : EGC.


http:www.vifinjangkeng.blogspot/kehamilan-remaja-html.

Anda mungkin juga menyukai