NPM : 22020170011
KASUS 2
Anak T, perempuan, usia 34 bulan 8 hari, dibawa ke poliklinik anak oleh ibunya
karena keluhan belum lancar berbicara seperti anak yang lain. Ia tidak menoleh
jika dipanggil namanya. Jika berbicara pun sering langsung berhenti tiba-tiba.
Dalam pergaulannya, anak T tidak suka bermain dengan temannya, ia lebih suka
main sendirian dan sering tampak asik berkonsentrasi melihat putaran kipas angin,
dan putaran air dalam toilet. Jika dilarang ia akan mengamuk dan membentur-
benturkan kepalanya ke lantai, dan jika sudah begitu ia tidak suka dipeluk dan
siusap-usap. Ibu mengaku sering bingung menghadapi anaknya itu, karena banyak
pernah mencoba menasehati anak T, tetapi responnya tak acuh dan selalu
berputar. Selain itu ibu juga mengatakan bahwa prilaku agresif sering meningkat
Hasil test Denver II menunjukan hasil suspect, terutama banyak failed pada sector
JAWABAN
1. Biodata Anak
Nama : An. T
Anak ke : Kedua
2. Keluhan Utama
3. Faktor Predisposisi
4. Riwayat Kesehatan
termasuk autisme.
autisme.
5. Psikososial
b. Identitas diri : anak T, tidak mengetahui dan tidak mengerti apa itu
c. Ideal diri : anak T, anak suka melakukan sesuatu yang tidak jelas,
klien lebih cenderung ingin sendiri, fokus pada satu kegiatan, anak T,
putaran air di toilet, jika dipanggil anak T tidak menoleh, jika dilarang
kepala nya ke lantai, anak T juga tidak suka dipeluk dan di usap-usap
6. Status Mental
a. Penampilan : -
e. Interaksi sesama lawan bicara : respon tak acuh, kontak mata kurang,
a. Nutrisi
b. Cairan
c. Eliminasi BAB/BAK
e. Personal hygiene
f. Aktifitas/mobilitas fisik
c. Prilaku agresif
C. Analisa Data
D. Diagnosa Keperawatan
2. Gangguan interaksi sosial b/d konsep diri, menarik diri dan preokupasi
terhadap benda
kasein, MSG
5. Dengan kehadiran
pengasuh atau yang
merawat beri dukungan
pada pasien yang
berusaha keras untuk
memebentuk hubungan
dengan ornag lain
dilingkungannya
3 Risiko membahayakan Anak memperlihatkan 1. Sediakan lingkungan 1. Anak yang austik dapat
diri sendiri (resti penurunan kondusif dan sebanyak berkembang melalui lingkungan
menciderai diri) b/d kecenderungan mungkin rutinitas sepanjang yang kondusif dan rutinitas, dan
prilaku agresif dan melakukan kekerasan periode perawatan di RS biasanya tidak dapat beradaptasi
mengamuk atau perilaku merusak terhadap perubahan dalam hidup
diri sendiri, yang
2. Lakukan intervensi mereka. Mempertahankan
ditandai oleh frekuensi
tantrum dan sikap keperawatan dalam sesingkat program yang teratur dapat
agresif atau destruktif dan sering. Dekati anak mencegah perasaan frustasi,
berkurang, serta dengan sikap lembut, yang dapat menuntun pada
peningkatan bersahabat dan jelaskan apa ledakan kekerasan
kemampuan mengatasi yang anda akan lakukan
frustasi dengan kalimat yang jelas, 2. Sesi yang singkat dan sering
dan sederhana. Apabila memungkinkan anak mudah
dibutuhkan, demontrasikan mengenal perawat serta
prosedur kepada orang tua lingkungan rumah sakit.
Mempertahankan sikap tenang,
3. Gunakan restrain fisik selama ramah dan mendemontrasikan
prosedur ketika prosedur pada orang tua, dapat
membutuhkannya, untuk membantu anak menerima
memastikan keamanan anak intervensi sebagai tindakan yang
dan untuk mengalihkan tidak mengancam, dapat
amarah dan frustasinya, mencegah perilaku destruktif
misalnya untuk mencagah
anak dari membenturkan 3. Restrain fisik dapat mencegah
kepalanya ke dinding anak dari tindakan mencederai
berulang-ulang, restrain diri sendiri. Biarkan anak
badan anak pada bagian terlibat dalam perilaku yang
atasnya, tetapi tidak terlalu membahayakan,
memperbolehkan anak untuk misalnya membanding bantal,
memukul bantal perilaku semacam ini
memungkinkan menyalurkan
4. Gunakan teknik modifikasi amarahnya, serta
perilaku yang tepat untuk mengekpresikan frustasinya
menghargai perilaku positif dengan cara yang aman
dan menghukum perilaku
yang negatif. Misalnya, 4. Pemberian imbalan dan
hargai perilaku yang positif hukuman dapat membantu
dengan cara memberi anak mengubah perilaku anak dan
makanan atau mainan mencegah episode kekerasan
kesukaannya, beri hukuman
untuk perilaku yang negatif 5. Setiap peningkatan perilaku
dengan cara mencabut hak agresif menunjukkan perasaan
istimewanya stres meningkat, kemungkinan
muncul dari kebutuhan untuk
5. Ketika anak berperilaku mengomunikasikan sesuatu
destruktif, tanyakan apakah
ia mencoba menyampaikan
sesuatu, misalnya apakah ia
ingin sesuatu untuk dimakan
atau diminum atau apakah ia
perlu pergi ke kamar mandi
4 Perilaku agresif b/d Klien memperlihatkan 1. Anak tidak terlepas dari 1. Dengan memilih makanan
makanan yang penurunan ornagtua, anjurkan yang tepat untuk anak autis
mengandung gluten, kecenderungan organgtua untuk dapat menguangi bahaya
kasien, MSG berprilaku agresif mengawasi makanan yang akan ditimbulkan oleh
ditandai dengan yang akan diberikan kandungan zat pada
penurunan frekuensi kepada anak. makanan tersebut terhadapat
tantrum, peningkatan prilaku anak.
kemampuan mengatasi 2. Beri edukasi kepada
prustasi. Mampu orangtua terkait bahaya 2. Kandungan zat glutin pada
menghindari makanan glutein pada makanan makanan dapat
yang mengandung oleh seperti: roti, es krim, menyebabkan perubahan
zat glutein pada cake terhadap prilaku prilaku pada anak autis
makanan anak yaitu perilaku morfinis, dan
bisa terjadi agresif
meningkat
3. Anjurkan orangtua untuk
megajak anak agar tidak 3. Prilaku lembut terhadap
mengkonsumsi makanan anak autis pada saat
yang mengandung mengajak atau
glutein dengan lembut mengintruksikan sesuatu
dan anpa paksaan dapat memebuat anak
merasa senang dan aman.
5 Resiko perubahan Orangtua 1. Anjurkan orang tua untuk 1. Membiarkan orang tua
peran orangtua mendemontrasikan mengekpresikan perasaan mengekpresikan perasaan dan
berhubungan dengan keterampilan peran dan kekhawatiran mereka kekhawatiran mereka tentang
gangguan perilaku dan menjadi orang tua yang
kondisi kronis anak membantu
sikap anak tepat yang ditandai oleh
ungkapan kekhawatiran 2. Rujuk orang tua ke kelompok mereka beradaptasi terhadap
mereka tentang kondisi pendukung autisme setempat frustasi dengan lebih baik,
anak dan mencari dan kesekolah khusus jika suatu kondisi yang tampaknya
nasehat serta bantuan diperlukan cenderung meningkat
pada anak autisme yang dilembagakan (lembaga khusus anak autis) sejak
anak autis yang dilembagakan. Hasil penletian ini didaptkan bahwa anak-
dilembagkan sebelumnya.
anak pada suatu lembaga tidak intens dalam berkomunikasi dengan anak
dibanding orang tua sebagai orang terdekat anak yang memahami kondisi
lain.
centre Surabaya. Partisipan dalam penelitian ini aadalah anak berusia 2-5
yang ditampilkan adalah gambaran tangan, foto, atau gambar yang sudah
cepat, hanya dalam waktu 1 detik untuk masing-masing kartu. Tujuan dari
metode ini adalah melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar
tulisan atau pesan pada bagian belakang kartu tersebut sesuai dengan objek
flashcard yang cukup dan susun sesuai urutannya; Dan, tentukan juga butuh
atau tidaknya terhadap bantuan media lain; c) Atur posisi tempat duduk
antara guru dan pebelajar; Hal ini berhubungan dengan posisi guru sebagai
penyampai pesan harus dapat disimak oleh seluruh siswa. Proses ini
dilakukan setiap hari selama 4 jam 5 kali seminggu sampai anak benar-
benar paham dan merespon instruksi yang disampaikan oleh terapis. Hasil
kemampuan dalam kepatuhan dan kontak mata pada saat sebelum dan
sesudah dilakukan terapi Flashcard. Hal ini membuktikan bahwa anak autis
dalam membantu anak autis melakukan regulasi emosi. Tema yang muncul
regulasi emosi.
Analisis, Anak autis dapat mencapai regulasi emosi dengan cara pengabaian
hubungan
kegiatan, bila anak diberitahu lebih dahulu maka akan terjadi pengolahan
emosi.
bertahap, mulai nada rendah, sampai nada tinggi sesuai kebutuhan. Intonasi
suara menentukan respon individu. Begitu juga pada anak autis setiap anak
Kemudian anak autis tidak bisa mencerna casein yang banyak terkandung
dalam susu sapi dan gluten yang banyak terkandung dalam terigu. Gluten
dan casein yang tidak dipecah, akan menjadi racun di otak. Bila jumlah
sumber gluten dan casein semakin berta dan terakumulasi, maka akan
tersebut, dapat dipastikan kadar morfin yang berasal dari zat-zat tersebut
gluten dan kasein atau diet CFGF adalah diet yang sebaiknya dilakukan oleh
anak autis, karena diet CFGF ini dapat memperbaiki gangguan pencernaan,
4. Mayrani, Hartati, (2013) meneleti tentang terapi audio dengan murottal surah
pretest pada hari pertama, kemudian dilakukan intervensi terapi audio dengan
murottal surah Ar-Rahman selama tiga hari berturut-turut pada hari kedua,
tiga, dan empat dilanjutkan posttest setelah intervensi pada hari kelima. Terapi
terapi pendamping pada anak autis bahwa suara dapat mengontrol seluruh
menunjukkan respon positif yang sama dari hari pertama terapi hingga hari
ketiga. Respon yang umum ditunjukkan kedelapan anak ini adalah anak
Analisis, pada efek suara berkaitan dengan proses impuls suara ditransmisikan
ke dalam tubuh dan mempengaruhi sel-sel tubuh. Suara yang diterima oleh
seluruh organ tubuh. Suara mempengaruhi sel tubuh yang memiliki vibrasi
laring, jantung, dan diafragma, sehingga efek suara pada anak autis dapat
yang muncul akibat autisme. Termasuk prilaku tantrum pada anak yang bisa