Anda di halaman 1dari 3

Mengenali Pola Pikir Manusia

OPINI | 20 March 2011 | 20:51 Dibaca: 7962 Komentar: 28 5


Lazimnya orang hidup (yang normal) akan selalu berhadapan dengan apa yang dinamakan
masalah. Sejak bangun dari tidur sesungguhnya kita sudah berhadapan dengan masalah, baik
masalah intern maupun masalah sosial yang melibatkan orang lain atau saling berinteraksi maka
masalah yang dihadapi semakin bertambah rumit, kompleks dan memerlukan suatu pemikiran
untuk memecahkannya.

Berbagai cara telah dilakukan oleh manusia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya. Dan setiap orang maupun kelompok berusaha dapat memecahkan melalui pola
berpikir yang dianggapnya cocok atau sesuai. Kita mestinya berterimakasih kepada-Nya telah
dikaruniai akal atau otak agar berfungsi dan dioptimalkan ketika menghadapi masalah yang selalu
ada dalam kehidupan ini. Semuanya akan selalu berkembang seirama dengan peradaban serta
lingkungan yang banyak mempengaruhinya.

joko martono (jm)


Sejak mengenyam bangku sekolahan sesungguhnya kita telah diajarkan oleh sang guru untuk
mengahadapi masalah yang diwujudkan dalam mata pelajaran yaitu bagaimana cara kita
membahas suatu masalah guna memperoleh kesimpulan yang dapat diterima kebenarannya. Tentu
saja hal ini merupakan bekal yang tinggi nilainya, tak bisa ditebus dengan harta benda apa pun
bentuknya. Ditambah lagi dengan bekal pengalaman proses pengembangan diri dalam menuntut
ilmu pengetahuan pada level lebih lanjut maka telah menjadikan seseorang semakin dewasa dalam
berpikir untuk mengatasi masalah.

Walaupun dalam realitasnya, tidak semua orang yang pernah mengenyam sekolah itu konsisten
dengan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh. Bisa dan boleh saja memilih cara atau mungkin
langkah yang menurutnya lebih baik sehingga menjadikan pola berpikir untuk memecahkan
masalah yang dihadapi semakin bervariasi. Berpikir untuk memecahkan masalah merupakan
bagian dari hak otonom setiap manusia sehingga menurutku hal demikian dapat menambah
referensi dan keanekaragaman pola berpikir manusia dalam kehidupan di dunia yang fana ini.

Tentu saja semua itu cukup menarik untuk diamati sekalian dicermati sejauhmana seseorang
melakukan segala aktivitasnya dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Dari beberapa pengalaman selama ini, beberapa pola pikir manusia dapat dirangkum dan masing-
masing dapat diketahui seperti di bawah ini:

Pola Pikir Kharismatik

Suatu pola pikir di dalam memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan proses
penyelesaian masalah didasarkan otoritas atau kewibawaan. Otoritas atau kewibawaan menjadi
pokok penentu dalam pengambilan keputusan.

Bagi orang yang memiliki kewibawaan tinggi, misalnya tokoh masyarakat formal atau non-formal
(yang disegani) dianggap paling mampu untuk menyelesaikan setiap masalah - sehingga sebagian
besar orang akan tunduk pada keputusan yang diambil olehnya. Sering pula beberapa kalangan
menyebutnya ini sebagai pola pikir kharismatik, dalam artian bahwa setiap masalah, apalagi
masalah rumit dan berkait kebijakan menyangkut kepentingan masyarakat luas - maka apa yang
dikatakan tokoh itu dianggapnya yang paling benar.

Pola Pikir Tenasitas

Tenasitas dapat diartikan sebagai kebiasaan. Berpola pikir tenasitas merupakan cara berpikir
manusia dalam memecahkan masalah selalu mendasarkan pada kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat
atau tradisi. Misalnya saja ditemui pada beberapa kalangan jika mendirikan bangunan, jembatan-
jembatan dengan menggunakan sesaji, dilengkapi ubo rampe dan sebagainya. Hal ini dilakukan
sebagai simbol kebudayaan di lingkungan setempat/terbatas.

Tentu saja pola pikir ini banyak diwarnai oleh kebiasaan-kebiasaan atau kultur yang sangat kuat
dan sarat dengan simbol-simbol penuh makna tertentu yang telah dilakukan secara turun temurun.
Dengan melakukan kebiasaan ini tentunya banyak makna yang terkandung dan dapat menambah
keyakinan sehingga dalam melangsungkan rangkaian aktivitas kehidupan yang penuh dengan
masalah - diharapkan dapat berlangsung aman dan lancar.

Pola Pikir Perasaan

Diartikan bahwa manusia didalam memecahkan masalah berdasarkan pada perasaan semata-mata,
sehingga cara pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh subyek pelakunya. Perasaan-
perasaan itu selalu muncul pada setiap masalah yang dihadapi. Misalnya, perasaan seseorang
dalam proses mengambil keputusan atau menyelesaikan masalah mendominasi dan selalu
berperan di dalam perilakunya. Atau dalam kata lain, perasaan di sini banyak turut ambil bagian.
Perasaan pada tulisan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu perasaan dalam artian intuisi dan
perasaan dalam artian emosi.

Pola pikir berdasarkan intuisi sesungguhnya banyak ditemui. Pola pikir ini tidak bisa buru-buru
dikatakan negatif. Namun kalau disebutkan cenderung subyektif dalam proses pengambilan
keputusan, jawabnya: mungkin iya. Tingkatan intuisi seseorang tidak selalu sama dalam
memecahkan setiap masalah yang dihadapi, berdasarkan kata hati bisa saja diterima
kebenarannya, walaupun masih perlu pengujian lebih lanjut. Karenanya keputusan yang diambil
biasanya tergantung pada ketajaman intuisi pelakunya.

Pola pikir perasaan dalam artian emosi juga tak kalah pentingnya dicermati. Misalnya, dalam
rapat, diskusi (termasuk di ruang publik virtual), seminar, pertemuan antarkelompok, organisasi
politik, kampanye-kampanye partai dan sebagainya. Seringkali perasaan (emosi) lebih
mengemuka dan bermunculan, biasanya ini terjadi karena “benturan atau persaingan
kepentingan” yang tidak sehat, tidak saling toleransi atau tidak menerima pendapat maupun
pemikiran orang lain.
Pola Pikir Mencoba-coba

Dimaksudkan sebagai pola pikir manusia ketika menghadapi masalah dengan cara “coba-coba
tapi tidak pasti” atau dalam bahasa sono-nya disebut trial and error. Dalam pola pikir ini manusia
selalu menyoba-nyoba tanpa adanya kepastian dalam menyelesaikan masalah. Ambil contoh yang
paling gampang: Ketika si Badu mengalami kerusakan radio kesayangannya - ia pun tak ambil
pusing untuk memeriksa apa penyebab kerusakan radio tersebut. Langsung saja ia memukul-
mukul secara pelan (diketuk-ketuk) radionya dengan harapan “berbunyi” kembali. Contoh lain
dapat dianalogikan begini: kalau kita melihat burung di dalam sangkar, ketika ia hendak keluar
selalu tubruk sana - tubruk sini tak tentu arah di dalam sangkarnya, namun tak juga bisa lepas
karena tidak mengetahui cara yang benar untuk membuka pintu sangkarnya.

Ditemui pula pola pikir manusia yang terbiasa “coba-coba tapi tidak ada kepastian” seperti
yang telah digambarkan di atas. Alhasil, apa yang dilakukan dalam memecahkan masalah -
cenderung berspekulasi (gambling), sering keliru atau pun kalau masalahnya dapat selesai karena
faktor kebetulan saja. Blessing in disguise, kira-kiranya begitu.

Pola Pikir Ilmiah

Proses berpikir manusia didasarkan pada cara yang rasional dalam mencari kebenaran atau
pemecahan masalah. Penyelesaian masalah bersifat ilmiah. Pada proses berpikir ini biasa
dilakukan pengamatan terhadap gejala peristiwa terlebih dahulu. Kemudian dirumuskan masalah
yang akan dibahas. Berpikir ilmiah merupakan proses berpikir manusia untuk memperoleh
kesimpulan, keputusan, atau kebenaran selalu menggunakan logika dan dilakukan secara
sistematis, metodologis, bisa diuji dan dibuktikan kebenarannya oleh orang lain (universal).
Sedangkan pelakunya disebut ilmuwan (scientist).

Ilmuwan biasanya bersikap independen, selalu terbuka, demokratis, semua pendapat dihargai.
Apabila keputusan atau kesimpulan yang telah dilakukan ternyata salah - maka seorang ilmuwan
mengakuinya. Kemudian tertantang untuk mencari cara pemecahan masalah melalui metode yang
tepat/sesuai - sehingga diperoleh kesimpulan atau kebenaran (scientific truth). Pada prinsipnya,
dalam pola pikir ilmiah dimulai perumusan masalah, pengajuan hipotesis atau asumsi,
pengumpulan data, melakukan analisis data, kemudian menarik kesimpulan/konklusi guna
mendapatkan kebenaran berupa hasil pemecahan masalah. Perlu ditambahkan bahwa proses
berpikir ilmiah membutuhkan waktu relatif lama dan cermat, akan tetapi tingkat kebenarannya
dapat dipertanggung jawabkan.

Demikian selintas tulisan mengenali pola pikir manusia dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Penulis tak hendak menyebutkan pola pikir mana yang lebih tinggi dalam menilai
berbagai pola pikir di atas. Setidaknya, itulah gambaran pola pikir manusia yang dapat
dikemukakan. Tidak menutup kemungkinan tulisan ini dapat dikembangkan melalui diskusi lebih
lanjut. Semoga dapat menambah pengayaan pengetahuan kita bersama. Salam kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai