BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadi hiperbilirubinemia, sebanyak
25%-50% pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi berat lahir rendah
75% dari bilirubin yang ada pada BBL berasal dari penghancuran
dalam bentuk bilirubin indirek yang terikat dengan albumin bebas (1 gram
lemak dan bila sawar otak terbuka, bilirubin akan masuk ke dalam otak dan
akan diikat oleh enzim glucuronil transverase menjadi bilirubin direk yang
larut dalam air, kemudian diekskresi ke sistem empedu, selanjutnya masuk
ke dalam usus dan menjadi sterkobilin. Sebagian diserap kembali dan keluar
gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia, dan infeksi atau tidak
banyak bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat
hepar. Akibat kelainan bawaan atau infeksi, atau kerusakan hepar oleh
2
1.1.3 Klasifikasi
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayi baru
tanda-tanda berikut:
a. Warna kuning akan timbul pada hari ke-2 atau ke-3, dan tampak
(Ngastiyah, 2005).
hari.
(Vivian, 2010).
2. Ikterus Patologis
3
hiperbilirubinemia (Vivian, 2010). Ikterus patologis memiliki tanda dan
g. Ikterus menetap sesudah bayi berusia 10 hari (bayi cukup bulan) dan
2005).
4
tanda Kern Ikterus, maka keadaan ini disebut Ikterus patologis. Ikterus
diantaranya adalah infeksi, kelainan sel darah merah, dan toksin dari
2) Pascahepatik (obstruktif)
bilirubin konjugasi akan kembali lagi ke dalam sel hati dan masuk ke
seperti dempul.
Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mengalami
5
yang mudah larut dalam air, namun sebagian masih tertimbun dalam
1. Etiologi
a. Ikterus fisiologis
b. Ikterus patologis
sebagainya.
lahir.
sebagainya.
6
7) Pirau eneterohepatik yang meninggi: obstruksi usus letak tinggi,
2. Faktor Risiko
a. Faktor Maternal
American,Yunani)
4) ASI
b. Faktor Perinatal
c. Faktor Neonatus
1) Prematuritas
2) Faktor genetik
3) Polisitemia
6) Hipoglikemia
7
Gejala awal biasanya adalah malas minum, suhu badan yang tidak
deviasi bola mata akibat paralisis otot ekstraokular. Pada stadium akhir
dapat terjadi apnea serta perdarahan lambung dan paru. Pada bayi yang
Gejala sisa jangka panjang lama termasuk palsi serebral spastik atau
Pada bayi dengan berat lahir rendah, tanda akut mungkin hanya
1993).
1.1.6 Patofisiologi
8
hari ketiga hidupnya dipertimbangkan sebagai ikterus fisiologis. Pola
ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin
bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari ke-6 kehidupan dan
berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu. Bayi ras Cina
ke-4 dan 5 setelah lahir. Faktor yang berperan pada munculnya ikterus
9
Pada sebagian bayi yang mendapat ASI eksklusif, dapat terjadi
di usus halus. Bila tidak ditemukan faktor risiko lain, ibu tidak perlu
keadaan umum bayi baik, aktif, minum kuat, tidak ada tata laksana
2003).
oleh :
2) Infeksiintra uterine
10
b. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
golongan lain
mungkin.
4) Policitemi
pertama
1) Sepsis
3) Pegaruh obat-obatan
1) Ikterus obtruktif
2) Hipotiroidisme
4) Infeksi
5) Hepatitis neonatal
6) Galaktosemia(Rustam, 2000)
11
a. Pemeriksaan bilirubin (direk dan indirek) berkala
penyebab
dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila
2) Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di
12
dan
seterusny
a
*Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama
dan terlihat pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka
e. Bilirubin Serum
yang diperiksa adalah bilirubin total. Sampel serum harus dilindungi dari
13
Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat
tujuan skrining. Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh (Suresh, 2004)
rutin sebagai tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari
2004).
Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini
bebas, tata laksana ikterus neonatorum akan lebih terarah (Surjono, 1995).
bilirubin dan gas CO dalam jumlah yang ekuivalen. Berdasarkan hal ini,
14
maka pengukuran konsentrasi CO yang dikeluarkan melalui pernapasan
leher, dan seterusnya. Dan membagi tubuh bayi baru lahir dalam 5 bagian
dan kaki, serta tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan. Cara
tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan lain-lain.
Nomor urut
menunjukkan arah
luasnya ikterus.Makin
tinggi intensitas
ikterusnya.
15
Gambar 2.1 Pembagian ikterus menurut Kramer (Sudigdo, 2004)
Tabel 2.2 Hubungan kadar bilirubin (mg/dl) dengan daerah ikterus menurut
Kramer (Sudigdo, 2004)
1.1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan keperawatan:
Jika tidak mau menghisap dot berikan pakai sendok, jika tidak habis
Mungkin susu tidak cocok (jika bukan ASI perlu ganti susu formula),
kuning jemur pada matahari pagi sekitar pukul 7-8 selama 15-30
16
menit, periksa darah untuk bilirubin jika hasilnya masih di bawah 7
c. Ragam terapi
a. Terapi sinar
Terapi sinar diberikan jika kadar bilirubin darah indirek lebih dari 10 mg
hingga didapatkan alat untuk terapi sinar atau sering disebut blue
light(Ngastiyah, 2005).
17
10mg% dan setelah atau sebelum dilakukannya tranfusi tukar (Vivian,
2010).
b) Jarak sumber cahaya bayi ±45 cm, di antaranya diberi kaca pleksi
(Ngastiyah, 2005).
2) Cara terapi
tubuh).
18
c) Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah, telentang, tengkurap, setiap 6
jam.
h) Bila kadar bilirubin telah turun menjadi 7,5 mg% atau kurang
i) Jika setelah pemberian terapi 100 jam bilirubin tetap tinggi/ kadar
19
isomer-isomer ini dari tubuh melalui empedu atau urine tanpa
(Ngastiyah, 2005).
a) Salah satu isu utama fototerapi bagi ibu di rumah sakit adalah
20
bagi bayi ikterus, sehingga keberhasilan menyusui harus
lebih besar.
peristaltik usus.
f) Kenaikan suhu akibat sinar lampu. Jika hal ini terjadi sebagian
g) Hipo/hipertermia
h) Letargi
j) Perubahan neurobehavioural
k) Hipokalsemia
b. Transfusi sulih
21
Tranfusi tukar dilakukan pada keadaan hiperbilirubinemia yang
tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, misalnya telah diberikan terapi
(Ngastiyah, 2005).
d) Bayi dengan kadar Hb tali pusat kurang 14 mg% dan uji Coomb’s
(Ngastiyah, 2005).
a) Bayi
darah 3 mL.
22
(3) Golongan daraha, ABO, Rhesus, dan golongan darah lainnya
(1 mL darah)
darah 3 mL
b) Ibu:
c) Ayah
(Ngastiyah, 2005).
23
f) Alat-alat vena seksi
h) Lampu duduk 200-250 watt, O2, dan alat-alat resusitasi jika ada
4) Teknik
kedinginan
d) Bila tali pusat masih segar, potong ±3-5 cm dari dinding perut.
Bila tali pusat sudah kering, potong rata dengan dinding perut
cm
24
g) Dengan mengubah-ubah keran pada semprit 3 cabang, alkukan
denyut jantung bayi. Apabila lebih dari 100 kali per menit
i) Bila vena umbilicus tak dapat dapakai, maka gunakan vena safena
besarnya lampu (jangan terlalu panas). Control suhu bayi selama trnfusi
berlangsung dan pantau denyut jantungnya setiap ½ jam. Suhu bayi harus
25
dokter.Juga denyut nadi/ jantung menjadi makin lemah (mungkin tranfusi
tidak dapat pada vena umbilikus yaitu vena safena, cabang vena
femoralis. Hal ini dilakuakn jika tali pusat telah lepas) dikompres
(2) Kompres pada bekas katetr dimasukkan bila kering dibasahi lagi
26
c) Gangguan elektrolit: hiperkalemia, hipernatremia, hipokalsemia,
lain sebagainya.
1.1.10 Komplikasi
otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus
darah yang tinggi (>20 mg% pada bayi cukup bulan atau >18 mg% pada
bayi berat lahir rendah) disertai dengan gejala kerusakan otak berupa mata
berputar, letargi, kejang, tidak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher
kaku dan akhirnya opistotonusdan sianosis, serta dapat juga diikuti dengan
2010).
27
1.2 Tinjauan Keperawatan
28