Anda di halaman 1dari 3

Dwi Harjanto

11000123410054
Tugas 2 Etika Bisnis

ANALISIS KASUS DENGAN MENGGUNAKAN TEORI


DEONTOLOGI, ETIKA TELEOLOGI, UTILITARIANISME

1. Daftar Pelanggan
 Deontologi: Dalam sudut pandang deontologi, kita harus menilai tindakan Yulia
berdasarkan aturan dan kewajiban moral. Yulia melanggar prinsip etika deontologi
dengan mengakses informasi rahasia pelanggan dari perusahaan sebelumnya tanpa
izin. Walaupun Yulia berpendapat bahwa dia tidak melakukan pencurian karena daftar
aslinya tetap ada, tindakan ini tetap dianggap tidak etis dan melanggar kewajiban
kepercayaan terhadap perusahaan sebelumnya.
 Etika Teleologi: Dalam kerangka etika teleologi, tindakan Yulia harus dinilai
berdasarkan konsekuensinya. Meskipun dia berhasil menjual banyak produk untuk
perusahaan baru dan mendapatkan kenaikan gaji, tindakan mengakses informasi
pelanggan dari perusahaan sebelumnya tetap dianggap keliru. Secara konsekuensial,
tindakan ini dapat merusak reputasinya jika terungkap, dan juga dapat merugikan
perusahaan sebelumnya.
 Utilitarianisme: Dalam utilitarianisme, penilaian tindakan didasarkan pada sejauh
mana tindakan tersebut menghasilkan kebahagiaan bersih terbesar untuk semua pihak
yang terlibat. Dalam kasus ini, meskipun Yulia mencapai kesuksesan di perusahaan
baru, tindakan yang tidak etisnya dapat merugikan perusahaan sebelumnya, pelanggan
yang informasinya diambil, dan juga persaingan yang adil di pasar. Oleh karena itu,
tindakan ini tidak dapat dianggap etis dalam kerangka utilitarianisme.
Secara keseluruhan, berdasarkan berbagai kerangka etika yang berbeda, tindakan
Yulia mengambil informasi rahasia pelanggan dari perusahaan sebelumnya dianggap
tidak etis. Pendekatan yang lebih baik adalah menjalankan pekerjaannya di perusahaan
baru dengan etika yang benar dan menghindari tindakan yang merugikan perusahaan
sebelumnya atau pelanggan yang terlibat.
2. Perusahaan Asbes Johns-Manville
 Deontologi: Dalam perspektif deontologi, perusahaan Johns-Manville melanggar
prinsip etika dengan tidak memberikan peringatan yang memadai kepada konsumen
dan pekerja tentang bahaya serat asbes. Mereka hanya memasang label peringatan
setelah beberapa penelitian menunjukkan dampak negatif terhadap kesehatan. Ini
merupakan pelanggaran terhadap kewajiban moral perusahaan untuk melindungi
kesejahteraan pekerja dan konsumen. Tindakan ini mencerminkan prioritas laba
daripada etika.
 Etika Teleologi: Dalam kerangka etika teleologi, tindakan perusahaan harus dinilai
berdasarkan konsekuensinya. Perusahaan Johns-Manville tampaknya mengejar
keuntungan besar tanpa memperhitungkan dampak kesehatan jangka panjang bagi
pekerja dan konsumen. Dalam hal ini, mereka merugikan banyak orang dengan
tindakan mereka. Dalam perspektif konsekuensialisme, tindakan perusahaan ini
dianggap tidak etis karena dampak negatif jangka panjangnya yang signifikan.
 Utilitarianisme: Dalam utilitarianisme, tindakan dievaluasi berdasarkan sejauh mana
tindakan tersebut menghasilkan kebahagiaan bersih terbesar bagi semua pihak yang
terlibat. Dalam kasus ini, tindakan perusahaan Johns-Manville mungkin menghasilkan
laba besar bagi pemegang saham, tetapi juga merugikan ribuan pekerja dan konsumen
yang terkena dampak kesehatan negatif. Dalam kerangka utilitarianisme, tindakan ini
akan dianggap tidak etis karena dampak negatifnya lebih besar daripada manfaat yang
diperoleh.
Secara keseluruhan, dalam kasus Johns-Manville, tindakan perusahaan untuk
mengabaikan peringatan bahaya asbes dan penanganan klaim ganti rugi selama proses
bangkrut dapat dianggap tidak etis dalam berbagai kerangka etika. Mereka tampaknya
lebih mengutamakan laba daripada kesejahteraan dan kesehatan pekerja serta konsumen
mereka.
3. Golden Key Group dan Bapindo
 Deontologi: Dalam perspektif deontologi, tindakan yang melanggar hukum atau
prosedur dianggap tidak etis. Dalam situasi ini, Eddy Tansil dan beberapa pejabat
Bapindo terlibat dalam berbagai tindakan ilegal dan pelanggaran prosedur dalam
penyaluran kredit. Mereka menggunakan surat sakti ilegal, memanipulasi surat kredit,
dan memanfaatkan dana pinjaman untuk tujuan yang tidak sah. Dalam kerangka
deontologi, tindakan ini dengan jelas melanggar kewajiban moral dan peraturan
hukum yang mengatur perbankan dan bisnis.

 Etika Teleologi: Dalam etika teleologi, tindakan dievaluasi berdasarkan


konsekuensinya. Tindakan ilegal dan pelanggaran prosedur dalam kasus ini
menghasilkan kerugian besar bagi negara dan masyarakat. Mereka menyebabkan
kerugian finansial yang signifikan dan merusak integritas sektor perbankan. Dalam
konteks etika teleologi, tindakan ini dianggap tidak etis karena dampak negatifnya
pada berbagai pihak.
 Utilitarianisme: Dalam utilitarianisme, tindakan dinilai berdasarkan sejauh mana
mereka menghasilkan kebahagiaan bersih yang paling besar untuk semua pihak yang
terlibat. Dalam kasus ini, tindakan ilegal yang menguntungkan Eddy Tansil dan
beberapa pejabat Bapindo hanya menghasilkan keuntungan bagi diri mereka sendiri,
sementara merugikan negara dan masyarakat secara keseluruhan. Ini bertentangan
dengan prinsip utilitarianisme, yang akan menganggap tindakan ini tidak etis karena
ketidakseimbangan antara keuntungan pribadi dan kerugian sosial.
Secara keseluruhan, berdasarkan berbagai kerangka etika, tindakan yang melibatkan
Eddy Tansil dan pejabat Bapindo dalam penyaluran kredit ilegal dan pelanggaran
prosedur dianggap tidak etis karena melanggar hukum, merugikan banyak pihak, dan
tidak menghasilkan kebahagiaan bersih yang paling besar bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai