Menyetujui,
Mengetahui:
Ketua Direktur
Program Studi Program Pascasarjana
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Negeri Makassar
( Dr. Anas Arfandi, M.Pd ) ( Prof. Dr. H. Hamsu Abdul Gani, M.Pd )
NIP. 198009202005011002 NIP. 196012311985031029
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................I
DAFTAR ISI...........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian......................................................................................7
A. Kajian Teori................................................................................................8
4. Monitoring.................................................................................................22
6. Algoritma Adaline..............................................................................25
C. Kerangka Pemikiran..................................................................................32
A. Jenis Penelitian.........................................................................................33
D. Subjek Penelitian.......................................................................................35
E. Definisi Operational..................................................................................36
F. Prosedur Penelitian...................................................................................37
H. Instrument Penelitian...............................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menghasilkan tegangan listrik arus bolak-balik 3-fasa. Selain itu, sebagian besar
mula yang memperoleh energi dari bahan bakar atau sumber daya alam.
yang digunakan, antara lain Air (PLTA), Diesel (PLTD), Uap (PLTU), Gas
(PLTG), Gas & Uap (PLTGU), Panas Bumi (PLTP) dan Nuklir (PLTN)(Upadana,
didapatkan dari Fossil akan mengalami penurunan jika digunakan secara terus
menerus. Indonesia memiliki 5.258 Unit Jenis Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
(PLTD) atau 85,59% dari total unit pembangkit listrik yang digunakan oleh
PT.PLN (Persero) dikarenakan Sumber Energi fossil atau solar yang digunakan
sebagai tenaga penggerak mula bagi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
yang memiliki akses sulit untuk mendapatkan Bahan Bakar Solar. Oleh Karena itu
PT. PLN (Persero) memiliki Program Terbaru yaitu Green Energy yang
yang tersedia oleh alam dan bisa dimanfaatkan secara terus-menerus. Hal ini
menyatakan bahwa energi terbarukan adalah energi yang berasal dari proses alam
yang diisi ulang terus menerus. PLTS atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya
merupakan salah satu dari energi terbarukan(Jawoto, Fadjar & Mega, 2019).
mengubah energi surya menjadi energi listrik. Pembangkit listrik dengan energi
surya dapat dilakukan secara langsung menggunakan fotovoltaik atau secara tidak
utama di dalam pembangkit listrik tenaga surya meliputi Modul Surya, Inverter
dan baterai listrik. Sistem pembangkit listrik tenaga surya terbagi menjadi sistem
terhubung jalur listrik, tidak terhubung jalur listrik, sistem tersebar, sistem
yang merupakan komponen utama dapat mengalami overheat pada suhu tertentu,
Efisiensi Produksi adalah Penurunan jumlah energi yang dihasilkan oleh PLTS
dikarenakan terjadi Overheat pada Panel Surya. Suhu maksimum pada panel
sebesar 35oC, jika suhu diatas nilai tersebut maka panel surya akan mengalami
Degradasi Efisiensi produksi sebesar 10% bahkan lebih. Selain itu Overheat juga
Umumnya panel surya dapat digunakan hingga 24 tahun, akan tetapi jika panel
sering mengalami overheat maka panel surya akan berkurang masa pakainya.
Kepulauan Selayar merupakan PLTS sistem Hybrid yang memiliki luas 1,46
hektar atau 14600 meter. Kepulauan selayar memiliki total daya sistem kelistrikan
sebesar 11,65 Megawatt dengan beban puncak sebesar 6,4 Megawatt. PLTS
selayar dapat menghasilkan listrik bersih sebanyak 1,3 Megawatt, jika beban
puncak sebesar 6,4 Megawatt maka beban 5,1 Megawatt didapatkan dari
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel. Dengan adanya sistem PLTS selayar dapat
menurunkan emisi karbon sebesar 1400 ton setiap tahunnya. Selain itu sistem
dikarenakan penurunan emisi karbon dari PLTD, akan tetapi dari penerapan PLTS
selain dibutuhkan pendanaan yang besar juga PLTS mengalami kendala terutama
pada indikator suhu. Umumnya, kita mengetahui bahwa semakin panas suhu maka
akan semakin baik pada panel surya yang merupakan komponen utama pada
didapatkan bahwa jika suhu pada panel surya mengalami kenaikan lebih dari 35 oC
produksi, juga menyebabkan penurunan masa pakai panel surya. Umumnya panel
surya dapat digunakan hingga 24 tahun 8 bulan, akan tetapi jika panel surya
secara terus menerus mengalami degradasi produksi yang diakibatkan oleh suhu,
maka panel surya pun akan mengalami penurunan masa pakai. Penurunan masa
pakai bukan berarti panel tidak akan beroperasi atau berhenti menyerap energi,
akan tetapi panel akan berkurang dan/atau tidak maksimal dalam menyerap
energi.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) kepulauan selayar saat ini belum
diketahui nilai suhu dan kelembaban minimum, Maksimum dan nilai ideal untuk
menghasilkan energi listrik. Serta solusi dalam mengatasi degradasi produksi pada
panel surya. Beberapa penelitian menyatakan angin dapat membuang panas pada
panel.
sistem pemrosesan informasi yang di design dengan menirukan cara kerja otak
melalui perubahan bobot sinapsisnya. Salah satu Jaringan Syaraf Tiruan adalah
Adaline. Adaline merupakan Jaringan saraf tiruan single layer awal dan nama
doktoralnya Ted Hoff di Universitas Stanford pada tahun 1960. Hal tersebut
mengawasi dan mengontrol sistem yang berjalan. Pada sistem monitoring yang
panel dan energi yang dihasilkan serta mengontrol aktifnya suatu panel surya.
Sedangkan sistem yang akan dibangun oleh penulis ialah Sistem Monitoring yang
otomatis untuk mengaktifkan coolar fan jika kondisi suhu dan kelembaban tidak
sesuai dengan rules yang telah ditetapkan. Hal tersebut memiliki manfaat untuk
surya.
pada sistem Monitoring Panel Surya guna menghasilkan keputusan berupa aktif
Produksi pada Panel Surya. Hal tersebut bertujuan untuk memaksimalkan hasil
energi yang dihasilkan oleh PLTS serta mengurangi tingkat kerusakan pada panel
surya. Selain itu, penelitian penulis akan menghasilkan suatu aplikasi yang dapat
digunakan untuk melakukan proses monitoring pada panel surya yang berisikan
informasi Arus Listrik, Suhu, Kelembaban dan Hasil Energi yang didapatkan
B. Rumusan Masalah
ilmiah agar fokus terhadap pembahasan hal tertentu, maka rumusan masalah
C. Tujuan Penelitian
menghasilkan nilai output berupa aktifnya coolar fan pada panel surya
secraa otomatis
hari, yang dimana pada siang hari terjadi peningkatan suhu dan rawan
A. Kajian Teori
dan ekonomi. pernyataan ini dinyatakan oleh Azirudin tahun 2019 yang dikutip
Pada tahun 2018 Total Produksi Energi Primer (TPEP) Indonesia terdiri
atas minyak bumi, gas bumi, batu bara, dan energi terbarukan dengan angka 411,6
MTOE. Sebanyak 64% atau sekitar 261,4 MTOE digunakan untuk ekspor batu
bara dan gas alam cair (LNG). Indonesia juga mengimpor minyak mentah untuk
untuk pembuatan bahan bakar minyak hingga mencapai 43,2 MTOE dan sejumlah
kecil batu bara berkalori tinggi untuk memenuhi kebutuhan sector industry.
16%, kegiatan komersial 6% dan sector lain sebesar 2%. Hal tersebut berdasarkan
pernyataan kementrian ESDM tahun 2018; Tim Sekretaris Jenderal Dewan Energi
terbarukan, berupa BBM atau Bahan Bakar Minyak, yang diolah dari minyak
industry, hingga rumah tangga. Total konsumsi BBM secara nasional mencapai
1,63 juta barel setiap harinya. Selain minyak, energi listrik juga merupakan energi
yang selalu digunakan oleh masyarakat. Pada tahun 2013, ASEAN Centre For
listrik yang paling boros di antara negara-negara ASEAN lain. Sebagai contoh,
Kota Bogor yang termasuk 20 kota besar dari 34 provinsi di Indonesia dengan
presentase konsumsi energi yang mencapai 91% dari konsumsi energi nasional.
Sebanyak 100 orang di Kota Bogor memiliki perilaku konsumtif energi listrik
(penghematan) energi listrik pada sector rumah tangga di Kota Bogor. Di sisi lain,
bauran energi nasional. Akibat tingginya konsumsi energi tidak terbarukan (energi
dari fosil), pada 2007 diterbitkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 tentang
pengertian Energi Baru terdapat pada pasal 1 ayat (5) yakni energi yang berasal
dari sumber energi baru. Sedangkan, Sumber Energi Baru adalah sumber energi
yang dapat dihasilkan oleh teknologi baru baik yang berasal dari sumber energi
terbarukan maupun sumber energi tak terbarukan, antara lain Nuklir, Hidrogen,
Gas Metana batu bara (Coal bed Methane), batu bara tercairkan (Liduified Coal),
(Azhar & Adam Satriawan, 2018)
dan batu bara tergaskan (Gasified Coal) .
energi terbarukan. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dapat
digunakan tanpa batas waktu dan tidak akan pernah habis karena dapat dipulihkan
tentang Energi, pengertian energi terbarukan tercantum pada pasal 1 ayat (6),
yakni “Sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang
berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergy,
sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gertakan dan perbedaan suhu
(Azhar & Adam Satriawan, 2018)
pelapisan laut” .
Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang sangat ramah
termasuk salah satu penyebab dari perubahan iklim dan pemanasan global, karena
energi yang dihasilkan berasal dari proses alam yang berkelanjutan seperti angin,
air, sinar matahari, panas bumi, dan biofuel. Negara Indonesia adalah negara yang
memiliki potensi sumber energi terbarukan dalam jumlah yang sangat besar
energi terbarukan yang terkandung di Indonesia seperti energi panas bumi, surya,
(Azhar & Adam Satriawan, 2018)
air, laut/Samudera, bioenergy .
nasional. Namun hingga saat ini pengembangan panas bumi masih sedikit di
PLTP Darajat 270 Megawatt, PLTP Wayang Windu 227 Megawatt, PLTP
penggunaan energi secara nasional pada 1007 tercatat sebanyak 4,4% sudah
mikro hidro. Tenaga air sendiri termasuk bagian dari energi baru terbarukan
teknologi yang ramah lingkungan (Green Energy), tetap masih saja perlu
Energi laut salah satunya energi arus laut merupakan salah satu
sendiri sebesar 17,9 GW, namun pemanfaaatnya masih sangat minim (Tim
ditemukan dengan berbagai skala (kapasitas) dan termasuk jenis energi baru
berpotensi yakni pembangkit listrik tenaga mini hidro dan mikro hidro.
barat Indonesia sebesar 4.5 kWh/M2 hari, variasi bulanan sekitar 10%
kawasan Indonesia Timur sebesar 5.1 kWh/M 2 hari, variasi bulanan sekitar
9%, sehingga rata-rata (mean) di Indonesia sebesar 4.8 kWh/m2 hari, variasi
dan kawasan timur Indonesia memiliki potensi penyinaran lebih baik dari
2025 kapasitas pembangkit yang bersumber dari energi surya mencapai 296
pada jenis energi terbaru yaitu Energi Surya (Solar Energy) terutama pada
wilayah Indonesia Timur yaitu Provinsi Sulawesi Selatan yang telah memiliki
Energi Baru Terbarukan (EBT) Energi Surya (Solar Energy) adalah pemanfaatan
tidak hanya digunakan oleh suatu instansi tetapi dapat juga digunakan oleh
masyarakat umum.
listrik melalui penggunaan panel surya (solar panel) yang terdiri dari banyak sel
fotovoltaik. PLTS menggunakan efek fotovoltaik, yaitu fenomena di mana cahaya
khusus, seperti silikon. Ketika sinar matahari mengenai panel surya, electron-
PLTS terdiri dari beberapa komponen utama, seperti panel surya, inverter,
baterai (jika PLTS sudah menggunakan system On Grid), dan system control.
Panel surya menangkap energi matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik
searah (DC). Inverter kemudian mengubah energi listrik searah menjadi energi
listrik bolak-balik (AC) yang dapat digunakan untuk menyuplai daya ke rumah
atau listrik. Baterai digunakan untuk menyimpan energi yang dihasilkan oleh
PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) muncul sebagai salah satu bentuk
energi terbarukan yang semakin populer. Berikut adalah beberapa alasan mengapa
bersih dan tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca atau polutan lainnya
mengadopsinya.
atau sulit dijangkau oleh jaringan listrik yang terpusat. Dengan memasang
eksternal.
yang lebih tinggi, penyimpanan energi baterai yang lebih baik, dan
terbarukan, dan mencapai target emisi gas rumah kaca yang lebih rendah.
Kelebihan energi matahari yang melimpah, dampak lingkungan yang rendah, dan
penurunan biaya telah mendorong munculnya PLTS sebagai salah satu pilihan
antara lain:
proses ini.
system. Hal ini bisa disebabkan oleh benda asing yang jatuh
keseluruhan.
kegagalan total.
kerusakan system.
mempercepat kerusakan.
Fokus dalam penelitian penulis ialah Degradasi Energi yang terjadi pada
PLTS akibat Suhu yang melebihi batas normal pada panel surya. Umumnya kita
mengetahui bahwa semakin tinggi suhu yang ditangkap oleh panel surya maka
akan semakin tinggi energi yang dihasilkan, namun kenyataan tersebut berbanding
terbalik. Beberapa jurnal penelitian menyebutkan bahwa suhu tinggi pada panel
surya akan menyebabkan degradasi atau penurunan hasil energi yang dihasilkan
panel surya.
Penelitian M. Rizky Saputra dan Rafil Arizona pada jurnal energi dan
manufaktur disebutkan bahwa ada beberapa masalah yang muncul pada kinerja
panel surya, salah satunya yaitu temperature panel yang terlalu tinggi. Oleh karena
itu M. Rizky Saputra dan Rafil Arizona melakukan analisis pengaruh variasi
pendingin pada permukaan bawah panel surya terhadap daya output dan efisiensi
data, penulis menggunakan satu panel tanpa menggunakan pendingin. Total panel
surya yang digunakan adalah 3 buah panel surya monocrystalling 180 WP. Alat
thermometer couple, tang meter dan multimeter. Dari penelitian yang dilakukan,
panel surya tanpa pendingin memiliki nilai daya output rata-rata sebesar 141,04
W dan nilai efisiensi rata-rata sebesar 17,65%. Panel surya dengan variasi blower
memiliki daya output rata-rata sebesar 146, 65 W dan nilai efisiensi rata-rata
sebesar 18,42%. Panel surya dengan varian pendingin kipas angin memiliki nilai
daya output rata-rata sebesar 151,55 W dan nilai efisiensi rata-rata sebesar
18,95%.
Suhu adalah Ukuran seberapa panas atau dingin suatu objek, benda, atau
lingkungan. Ini mengacu pada derajat panas atau dinginnya sesuatu dan biasanya
diukur dengan menggunakan satuan seperti derajat Celcius ( oC), Fahrenheit (oF),
Dalam pengertian yang paling dasar, suhu adalah manifestasi dari energi
termal dalam suatu sistem. Semakin tinggi energi termalnya, semakin tinggi suhu
yang akan terjadi. Ketika suhu naik, partikel atau molekul dalam suatu benda atau
suhu.
dalam atmosfer atau dalam lingkungan tertentu pada suatu waktu. Ini mengacu
pada jumlah uap air yang ada dalam udara relative terhadap seberapa banyak uap
ait maksimum yang dapat diangkut oleh udara pada suhu dan tekanan tertentu.
kelembaban relative.
Kelembaban dapat memiliki pengaruh terbatas pada kinerja panel surya,
faktor lain seperti suhu dan intensitas Cahaya matahari. Kelembababn berlebihan
seperti kabel, konektor, dan bingkai. Ini dapat memengaruhi kinerja dan umur
panel surya jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, penting untuk
4. Monitoring
panel surya atau sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Monitoring ini
dilakukan untuk memastikan bahwa panel surya berfungsi dengan efisien dan
menghasilkan listrik yang diharapkan. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu
seberapa banyak listrik yang dihasilkan oleh panel surya setiap hari,
memeriksa apakah ada pecah, retak, atau kerusakan lain pada panel
Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah suatu alat yang sangat berguna dalam proses
berdasarkan pola dan tren yang terindentifikasi. Berikut beberapa cara di mana
anomaly.
6. Algoritma Adaline
Neuron. Metode ini lebih kepada menggunakan fungsi transfer linier daripada
keluarannya bisa beragam (perseptron hanya 1 atau -1). Metode ini juga
Net =∑ Xi Wi+ b
i
sbb.
b. Hitung respon unit keluaran: net = ixi wi+ by = f(net) = net = ixi
wi+ b
menurut persamaan:
Wi(Baru)=Wi( Lama)+∝(t− y) Xi
b (Baru)=b( Lama)+∝(t− y )
untuk mengenali suatu pola. Oleh karena itu, umum digunakan fungsi threshold
bipolar.
B. Kajian Penelitian Relevan
Pada sub bab ini akan membahas tentang penelitian yang dilakukan
Pada penelitian pertama, panel surya memiliki maksimum suhu yang akan
mempengaruhi hasil energi yang dihasilkan. Maka pada penelitian ini adalah
membuat pendingin panel surya menggunakan heatsink fan. Suhu maksimal panel
surya jneis SHARP ND 120TID ialah 45oC. Jika suhu melebihi batas maksimal
tersebut maka panel akan mengalami penurunan penghasilan energi. Penelitian ini
menggunakan suhu rata- rata panel surya yaitu 50,14oC pada jam 9:00 hingga jam
16:00 dan energi yang dihasilkan rata-rata 18,80 Volt. Sedangkan jika
menggunakan heatsink suhu rata-rata yaitu 36oC dan energi yang dihasilkan
adalah 19,11 Volt. Maka jika penggunakan heatsink panel surya akan mengalami
penutunan suhu sebanyak 28,20% dan peningkatan energi yang dihasilkan sebesar
1,64% dari efisiensi panel yang hanya 12,1% (Warsito et al., 2013).
maka semakin terjadinya krisis energi dikarenakan untuk saat ini untuk
mendapatkan listri mesin akan bergerak jika menggunakan bahan bakar fossil.
Oleh karena itu, adanya inovasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Tetapi
setiap hal pastinya mempunyai kekurangan, salah satunya pada PLTS terletak di
panel surya. Suhu pada panel surya mempengaruhi hasil energi yang didapatkan.
panel surya yaitu menambahkan intensitas cahaya yang diterima oleh reflector.
suhu pada panel surya sehingga menyebabkan berkurangnya hasil energi energi
yang didapatkan atau yang biasanya disebut dengan degradasi efisiensi produksi.
Oleh karena itu maka dibutukan pendingin pada panel surya untuk mencegah
heatsink akan ditempatkan pada setiap sudut sisi belakang panel surya untuk
mencegah terjadinya resistansi termal, maka pada panel surya dan heatsink akan
diisi dengan paste termal. Pada penelitian ini melihat perbandingan antara panel
surya yang menggunakan pendingin heatsink dan panel surya tanpa pendingin
penurunan suhu sebanyak 18,26% dan peningkatan energi yaitu sebesar 10,14%
dibandingkan dengan panel surya tanpa pending. (Pawawoi & Zulfahmi, 2019).
Pada penelitian keempat, Sinar Matahari merupakan salah satu energi yang
keuntungan. Tetapi untuk hasil energi yang didapatkan belum sebesar dengan
penggunaan bahan bakar fossil. Pada penelitian ini memiliki tujuan untuk
meningkatkan hasil energi yang didapatkan dari panel surya dengan menggunakan
daya maksimum ialah 10W. Ketika suhu turun didapatkan masing-masing 20V
dan 24V. daya kelauran meningkat 12W ketika suhu menyentuh angka 20 oC.
maka pada penelitian ini disimpulkan bahwa dengan penurunan suhu dibawah
Pada penelitian ke lima, Efek pendinginan pada sel surya dapat berjalan
dengan baik tetapi melihat dari segi efisiensi penggunaan energi tidak begitu
daya sebesar 4 W pada intensitas 1000 W/m2 dengan pendinginan tetapi pada
intensitas cahaya yang lebih kecil, 600 W/m2, menunjukkan penurunan daya
sebesar 1 W pada luaran panel surya. Hal lain yang diperoleh adalah penggunaan
pendingin pada panel surya belum efektif mengingat terdapat penggunaan daya
listrik untuk menghidupkan sistem pendingin sebelum sel surya mulai digunakan
untuk memperoleh suhu permukaan sel surya sebesar 25oC (Widiantara &
Sugiartha, 2019).
peningkatan suhu pada panel surya terhadap daya energi yang dihasilkan.
menggunakan air. Dimana ketika suhu menyentuh batas maksimum yang telah
ditentukan maka alat akan mengeluarkan air dan mengalirkan air pada panel surya
unntuk mengurangi suhu pada body panel surya. Maka pada penelitian ini
didapatkan bahwa semakin besarnya suhu yaitu 50,92oC maka energi yang
dihasilkan panel surya tanpa pendingin air ialah 42,51 Watt, tetapi pada panel
output daya energi yaitu sebanyak 45,36 Watt dan temperature body panel surya
ialah 34,36oC, diperoleh pada intensitas matahari yang sama (Pido, 2019)
A. Jenis Penelitian
pada Panel Surya selain sebagai alat monitoring sistem juga memiliki fungsi lain
Berdasarkan tujuan itu, Maka jenis penelitian penulis ialah Research and
penulis.
2) Perancangan
3) Pengkodean
4) Pengujian
tahap selanjutnya yaitu melakukan uji coba sistem yang gunanya untuk
5) Pembuatan Laporan
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian penulis adalah Manager dan Staff Lapangan dari PT.
dari hasil wawancara Manager dan Staff PT. PLN (Persero) serta
2) Adapun data pendukung yaitu data maksimum nilai suhu yang digunakan
E. Definisi Operational
suatu variabel dengan spesifikasi kegiatan atau pelaksanaan dan/atau operasi yang
1) Indikator:
F. Prosedur Penelitian
mendukung dalam pembuatan sistem cooler fan otomatis pada panel surya yang
Dalam gambar metode prototype diatas proses kerja alat cooler fan
dibangun.
3) Evaluasi Prototyping, mengevaluasi kebenaran dari alat yang akan telah
dirakit.
telah dibangun telah sesuai, jika belum maka akan Kembali ke nomor 4.
Penggunaan sistem, ini adalah step akhir dimana prototype sudah dapat digunakan
proses PLTS dan pengujian suhu, kelembapan dan hasil tegangan yang
proses perancangan sistem, memilih teknologi dan tools yang tepat untuk
Instrument Hardware
Panel Surya
Arduino
DHT 22
Cooler Fan
Instrument Software
Arduino IDE
Microsoft Word
Microsoft Excel
Edraw Max
I. Teknik Analisis Data
Pada gambar 3.3 diatas merupakan flowchart dari algoritma Adaline yang
temperature. Jika sensor 1 membaca nilai panas tertinggi maka kipas fan akan
menyala namun jika tidak akan dilanjutkan ke sensor 2. Jika sensor 2 membaca
nilai panas tertinggi maka kipas fan akan menyala namun jika tidak akan
dilanjutkan ke sensor 3. Jika sensor 3 membaca nilai panas tertinggi maka kipas
fan akan menyala namun jika tidak akan dilanjutkan ke sensor 4. Jika sensor 4
membaca nilai panas tertinggi maka kipas fan akan menyala. Kemudian
dilanjutkan dengan tahapan implementasi jika semua tahap sudah selesai maka
Wawancara dan
1 Selayar
Observasi Lokasi
Analisis Sistem
2 Selayar
Berjalan
Analisis
3 Selayar
Permasalahan
Selayar,
Analisis Sistem
4 Makassa
Usulan
r
Persiapan
Komponen Makassa
5
Hardware & r
Software
Pembuatan Makassa
6
Sistem r
7 Pengujian Sistem Selayar
Selayar,
Pembuatan Makassa
9
Laporan r
DAFTAR PUSTAKA
Warsito, A., Adriono, E., Nugroho, M. Y., & Winardi, B. (2013). Dipo Pv
Cooler, Penggunaan Sistem Pendingin Temperatur Heatsink Fan Pada
Panel Sel Surya (Photovolatic) Sebagai Peningkat Kerja Eergi Listrik Baru
Terbarukan Metode. Teknik Elektro.