Anda di halaman 1dari 18

Projek penguatan Profil

Pelajar Pancasila SMA


RENI FITRISIA
MODUL AJAR PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA (P5)
Aktivitas 3
Refleksi Awal (4 Jam Pelajaran)
Tahap Pengenalan, Mencari Data Awal dan Mengenalkan Sumbang Duo Baleh

I. INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Tim Sumbang Duo Baleh
Nama Sekolah : SMA Negeri 13 Padang
Tahun Penyusunan : 2023
Jenis Kegiatan : Tatap Muka dan Tugas Mandiri
Fase/Kelas : E/X
Alokasi Waktu : 10 JP x 45 menit
Peran guru : Fasilitator

B. KOMPETENSI AWAL (Diambil dari kompetensi pertemuan sebelumnya)


1. Peserta didik dapat mengenal beberapa jenis makanan tradisional Indonesia;
2. Peserta didik dapat mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan menemukan berbagai hal
yang berhubungan dengan makanan tradisional Minangkabau;

C. PROFIL PELAJAR PANCASILA (Diambil dari file dimensi, elemen, subelemen, tambah dengan cara
target pencapaian. Sesuaikan dengan nomor aktivitas masing-masing pertemuan)
Pada kegiatan pembelajaran ini akan dilatihkan dimensi profil pelajar pancasila tentang:
1. Bergotong Royong, mengajak peserta didik berkolaborasi dan bekerjasama dalam kelompok
2. Berkebhinekaan Global, mengenal dan menghargai budaya dengan cara melatih peserta didik untuk
mendalami budaya dan identitas budaya.

D. SARANA DAN PRASARANA/ALAT DAN BAHAN


1. Ruang Kelas
2. LCD Projector
3. Laptop
4. Jaringan Internet/Wifi
5. Lembar Refleksi

E. TARGET PESERTA DIDIK


Peserta didik reguler (bukan berkebutuhan khusus)

F. MODEL PEMBELAJARAN
Tatap Muka
Discovery Learning

II. KOMPETENSI INTI


A. TUJUAN PEMBELAJARAN (Diambil dari target pencapaian Fase E pada File dimensi)
1. Peserta didik dapat membangun tim dan mengelola kerjasama untuk mencapai tujuan bersama sesuai
dengan target yang sudah ditentukan
2. Peserta didik dapat mengeksplorasi dan membandingkan pengetahuan budaya, kepercayaan serta
praktiknya.

B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Dengan melakukan kegiatan refleksi pada pembelajaran ini, peserta didik mampu mengamalkan
pemahaman yang sudah dipelajari tentang tata cara berperilaku yang sesuai dengan adat Minangkabau.
Refleksi ini merupakan kegiatan yang harus dilakukan dengan sadar dan terencana dalam bentuk praktik
dalam kehidupan sehari-hari.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
1. Apa yang ananda pahami tentang kato nan ampek?
2. Bagaimana penerapan kato nan ampek di Minangkabau?
3. Apa contoh perilaku yang sudah ananda terapkan ?

D. PERSIAPAN PEMBELAJARAN
Guru mempersiapkan alat, bahan, dan media pembelajaran yang diperlukan.

E. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ketiga (10 JP x 45 menit)
Alokasi
Kegiatan Pembelajaran
Waktu
PENDAHULUAN (06.45-
1. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; 07.00)
salam, menyapa peserta didik. 15 menit
2. Salah satu peserta didik memimpin pembacaan doa dalam rangka menanamkan
keyakinan yang kuat terhadap kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian peserta didik
menyimak motivasi belajar secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar
dalam kehidupan sehari-hari,
3. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya
dengan kegiatan-kegiatan atau materi yang akan dipelajari;
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau CP yang akan dicapai;
5. Menyampaikan tujuan kegiatan pembelajaran kali ini dan menjelaskan kegiatan apa
saja yang akan dilakukan serta hal-hal apa saja yang akan dinilai dari peserta didik
selama proses pembelajaran.
KEGIATAN INTI (07.00-
1. Peserta didik menerima arahan dari guru dan menyimak materi/video tentang 10.00)
“sumbang kato” melalui internet (google, youtube, dll). 180
2. Peserta didik dipandu untuk membentuk kelompok belajar kecil (2 Orang) dengan Menit
teman sebangku
3. Peserta didik dipandu untuk melakukan diskusi berdasarkan hasil temuannya
terkait sumbang kato tersebut
4. Peserta didik diberikan pertanyaan untuk menghidupkan diskusi secara klasikal :
a. Bagaimana reaksi ananda jika ada orang lain yang berkata tidak sopan dengan
ananda?
b. Apa yang ananda pahami tentang kato nan ampek?
c. Apa saja yang termasuk kedalam kato nan ampek dan diperuntukkan kepada siapa
saja?
d. Apa kaitan kato nan ampek dengan sumbang kato?
e. Apa yang dimaksud dengan sumbang kato?
f. Apa saja contoh sumbang kato dalam adat Minangkabau?

5. Peserta didik mempresentasikan di depan kelas

Kegiatan Inti 10.20-


1. Peserta didik menyimak informasi-informasi penting didalamnya secara bergiliran. 12.35)
2. Peserta didik dipandu untuk membentuk kelompok belajar kecil dengan teman 135
sebangku Menit
3. Peserta didik dipandu untuk melakukan diskusi berdasarkan hasil temuannya
terkait sumbang tanyo tersebut
4. Peserta didik diberikan pertanyaan untuk menghidupkan diskusi secara klasikal :
a. Apa tanggapan ananda jika ada orang lain yang bertanya seperti menguji padahal
dia sudah tahu jawabannya?
b. Apa yang ananda pahami tentang sumbang tanyo di Minangkabau?
c. Mengapa kita perlu mempelajari topik sumbang tanyo ini?
d. Apakah materi ini pernah ananda jumpai dalam kehidupan?
e. Apa saja contoh contoh sumbang tanyo yang pernah ananda dengar?

5. Peserta didik mempresentasikan didepan kelas secara bergiliran

(13.05-
Kegiatan Inti 15.05)
1. Peserta didik memahami dan mengumpulkan data terkait “sumbang jawek” melalui 135
internet (google, youtube, dll). menit
2. Peserta didik menyimak informasi-informasi penting didalamnya.
3. Peserta didik dipandu untuk membentuk kelompok belajar kecil dengan teman
sebangku
4. Peserta didik dipandu untuk melakukan diskusi berdasarkan hasil temuannya
terkait sumbang jawek tersebut
5. Peserta didik diberikan pertanyaan untuk menghidupkan diskusi secara klasikal :
a. Bagaimana tanggapan ananda ketika ananda bertanya kepada seseorang tetapi
tidak dijawabnya?
b. Apa reaksi ananda jika seseorang menjawab pertanyaan dengan seenaknya?
c. Apa yang ananda pahami tentang sumbang jawek?
d. Mengapa kita perlu mempelajari materi sumbang jawek ini?
e. Apa saja contoh sumbang jawek di Minangkabau?
6. Peserta didik mempresentasikan di depan kelas secara bergiliran.

PENUTUP 15.05-
1. Menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang 15.20)
telah berlangsung; 15 menit
2. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
3. Peserta didik membuat refleksi tentang materi yang sudah dipelajari hari ini
4. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan ke-4 tentang
sumbang bagaua, sumbang caliak, dan sumbang makan
5. Berdoa, bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

F. ASESMEN / PENILAIAN
SKOR PEROLEHAN NILAI
NO INDIKATOR MB SB BSH SAB KETERANGAN
1-50 51-75 76-90 91-100
Membangun tim dan mengelola kerjasama MB: Mulai
1 untuk mencapai tujuan bersama sesuai Berkembang
dengan target yang sudah ditentukan SB : Sudah
Mengeksplorasi dan membandingkan Berkembang
pengetahuan budaya, kepercayaan serta BSH :
praktiknya Berkembang
2 Sesuai
Harapan
SAB : Sangat
Berkembang
G. REFLEKSI GURU
NO PERTANYAAN JAWABAN
1 Apakah siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik?
2 Apa saja kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran?
3 Apa saja langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki proses
pembelajaran?
4 Apakah ada siswa yang perlu mendapat perhatian khusus?

H. REFLEKSI SISWA

Nama :
_______________________________
Kelas :
_______________________________
Tanggal :
_______________________________

1. Apa usaha yang ananda lakukan untuk meningkatkan penguasaan materi yang sudah
disampaikan oleh fasilitator?
........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................

2. Dari materi sumbang kato, sumbang tanyo, dan sumbang jawek, materi mana yang ananda
pahami kenapa?
.......................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
3. Dari materi sumbang kato, sumbang tanyo, dan sumbang jawek, mana dari materi tersebut
yang tidak ananda pahami?
.......................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
Padang, 03 November 2023
Penulis Modul Pertemuan ke-3

Tim Sumbang Duo Baleh


III. LAMPIRAN
1. https://dutadamaisumaterabarat.id/sumbang-
12-gadis-di-minangkabau/ (google)
2. https://disbud.sumbarprov.go.id/details/news/1
43 (google)
3. https://www.youtube.com/watch?v=VFM4ib9h
DSE&pp=ygURc3VtYmFuZyBkdW8gYmFsZW
g%3D (youtube)
SUMBANG DUO BALEH
(SUMBANG KATO, SUMABNG TANYO, SUMABANG JAWEK)

Minangkabau adalah salah suku bangsa yang secara geneologis memakai sistem
kekerabatan matrilineal. Sistem matrilineal termasuk unik di dunia. Hanya ada lima
suku bangsa yang memakai sistem penarikan garis keturunan melalui ibu ini. Adalah
suku bangsa Indian di Apache barat, suku Khasi di India timur laut, suku Nakhi di
Tiongkok, suku Trobrian di Papua Nugini dan suku Minangkabau di Sumatera Barat.
Matrilineal berasal dari bahasa latin, yaitu mater yang berarti ibu, dan linea yang
berarti garis. Jadi, matrilineal berarti mengikuti garis keturunan yang ditarik dari
pihak ibu. Secara umum, sistem matrilineal juga memberikan legalitas kepada
perempuan untuk berkuasa (matriakat). Oleh sebab itu sistem adat matrilineal tidak
hanya pada penarikan garis keturunan berdasarkan garis ibu, akan tetapi kekuasaan
juga berada di tangan perempuan.
Di Minangkabau, sistem matrilneal diinternalisasikan kedalam sebuah pola yang
unik. Praktik matrilineal tidak terlepas dari adagium “Adat Basandi Syarak, Syarak
Basandi Kitabullah”. Islam sebagai sebuah agama dan adat sebagai sebuah tradisi,
telah mengakulturasi menjadi sebuah pranata sosial yang mapan. Diksi agama dan
diksi adat saling berkolaborasi membentuk suatu norma yang berlaku sejak dulu
hingga kini. Dalam pepatah adat berbunyi:
Si Muncak kaparak mambaok ladiang
jatuah tarambau kadalam samak
pasuklah pao kaduonyo
Adat jo syarak bak aua jo tabiang sanda basanda kaduonyo
Artinya:
Si muncak pergi ke kebun membawa parang
jatuh terjerembab ke dalam semak
luka lah paha keduanya
Adat dengan syarak ibarat aur dengan tebing sandar bersandar keduanya

Praktek matrilineal tergambarkan melalui penarikan garis keturunan dan


pengelolaan harta pusaka. Pola hidup matrilokal juga masih umum dilakukan.
Sepasang suami istri yang baru menikah akan tinggal di rumah keluarga perempuan.
Dengan ini, wanita di Minangkabau mendapatkan tempat dan diperlakukan secara
terhormat.
Berdasarkan falsafah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah” (ABS
SBK), maka bagi orang Minangkabau, menghormati perempuan sama halnya dengan
menjalankan perintah agama Islam. Dalam Islam, perempuan sangat dihormati,
perempuan adalah ibu yang melahirkan kita, ganerasi di masa lalu, sekarang dan yang
akan datang.
Jika dikaitkan dengan ajaran Islam, penghormatan terhadap wanita di
Minangkabau sejalan dengan apa yang diajarkan Rasulullah SAW. Dalam sebuah
hadits dikatakan, "Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang
datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah,
kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam
menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’
Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya
kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya
kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548).
Pada masyarakat Minangkabau, wanita dikelompokkan kedalam empat tingkatan
berdasarkan ciri fisik, kematangan emosional, dan perannya di dalam masyarakat.
Yang pertama adalah batino, seorang wanita yang baru lahir sampai dia menempuh
masa kanak-kanak sampai sebelum akil balig. Urutan yang kedua adalah gadih, yaitu
wanita dari masa akil balig sampai masa sebelum menikah. Wanita pada urutan ketiga
adalah padusi, yaitu wanita yang sudah bersuami. Dan yang terakhir adalah parampuan,
yaitu wanita yang sudah memiliki usia lanjut yang dimulai ketika dia sudah menjadi
nenek dalam sebuah keluarga.
Sedangkan berdasarkan status sosialnya sebagai seorang ibu, maka wanita disebut
juga dengan mande, ande atau mandeh. Sedangkan yang dituakan diantara mereka dan
ditunjuk dengan mekanisme adat, disebut juga dengan mande soko. Mande Soko
(terkadang juga disamakan dengan Bundo Kanduang) memegang peranan penting
dalam menjaga marwah suku atau kaumnya dalam kehidupan masyarakat. Ia dipercaya
dalam mengawasi, mengatur segala sesuatu yang terkait dengan tugas wanita secara
adat. Ia adalah sumber teladan dan panutan dalam menjaga sikap dan prilaku generasi
penerusnya terutama wanita.
Bagi orang Minang, wanita adalah simbol yang terhormat dan harus dijaga. Malu
seorang wanita idealnya adalah malu suku atau kaumnya itu sendiri. Sekaitan dengan
ini, Parpatih (2002) menggambarkan keadaan tersebut sebagai berikut.
Hino mulia suatu kaum tagantuang dek nan padusi. Tuak parang bisa badamai, tikam
bunuah dibari maaf, rabuik rampeh dilimaui. Tapi, kok padusi diagiah malu, jando
diguguang urang tabang, gadih tapakiak dalam samak, mako tatutuiklah sagalo pintu
damai, tasintak sagalo kaum, jago suku, bangun dubalang, disiko nan cadiak
kabapakaro, nan bagak kamalalahan, nan kayo tajun jo harato. Pendeknyo, malu masti
tabangkik. Kama hanyuik kama dipinteh, walau ka dalam lauik basah. Dima hilang
dima dicari, bia ka suduik-suduik bumi. Tak lalu dandang di aia, di gurun
kaditajakan, jiko ndak mungkin di nan lahia, di batin dilaluan.
Maksudnya: Hina mulianya suatu kaum tergantung oleh wanita. Kalau berperang bisa
berdamai, kasus pembunuhan bisa diberi maaf dan seterusnya. Akan tetapi kalau
wanita yang sudah diberi malu, akan membuat malu kaum dan suku. Maka semua
unsur akan ikut terlibat menyelesaikannya.
Suku bangsa Minangkabau memiliki sitem nilai, norma, atau kearifan lokal (local
wisdome) dalam menjaga kehormatan seorang wanita atau perempuan. Sistem nilai
tersebut dikenal juga dengan istilah “Sumbang Duobaleh” (Sumbang
Duabelas). Sumbang Duobaleh adalah panduan untuk mengatur tingkah laku seorang
wanita, agar tidak menyimpang dari kodrat dan status sosialnya di dalam masyarakat.
Sumbang, jangga atau cando, adalah perbuatan yang kurang baik dan harus dihindari
oleh wanita di Minangkabau karena akan mendatangkan malu bagi suku dan kaumnya.
Wanita yang sering melakukan Sumbang Duobaleh dianggap sebagai wanita yang
tidak sopan atau dalam istilah Minang indak bataratik.
Seringnya wanita melakukan prilaku sumbang akan membuat dia terjatuh kedalam
prilaku salah yang akan menjatuhkan harkat dan martabatnya sebagai wanita
terhormat. Dua belas prilaku sumbang yang harus dihindari oleh wanita Minangkabau
tersebut adalah (1) sumbang duduak, (2) sumbang tagak, (3) sumbang bajalan, (4)
sumbang kato, (5) sumbang caliak, (6) sumbang makan, (7) sumbang pakai, (8)
sumbang karajo, (9) sumbang tanyo, (10) sumbang jawek, (11) sumbang bagaua, dan
(12) sumbang kurenah.
Sumbang Duobaleh secara umum mengatur wanita dalam berprilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Jika prilaku sumbang ini dapat dihindari, maka seorang wanita
dapat dipandang baik dan dihormati di dalam suku dan kaumnya. Seperti yang
dikatakan dalam pepatah adat :
Budi baiak baso katuju, muluik manih kucindan murah. Dibagak urang ndak takuik,
dikayo urang ndak arok, dicadiak urang ndak ajan, dirancak urang ndak ingin, di budi
urang takanai. Sasuai bak bunyi pantun, Babelok babilin-bilin, dicapo tumbuahlah
padi, dek elok urang tak ingin, dek baso luluahlah hati. Nan kuriak Lundi , nan merah
sago, nan baiak budi, nan indah baso.
Maksudnya:
Budi dan bahasa yang baik akan disukai orang. Walau pemberani orang tidak takut,
walau kaya orang tak meminta, walau pintar orang tak hormat, walau cantik orang tak
suka. Akan tetapi dengan budi dan bahasa baik orang akan tertarik.
Beberapa contoh prilaku sumbang tersebut antara lain adalah, sumbang wanita itu
duduk bersila (baselo) seperti laki-laki. Idealnya wanita itu duduknya bersimpuh
(basimpuah). Sumbang bagi wanita duduk berdua-duaan dengan laki-laki yag bukan
muhrimnya ditempat yang sepi. Sumbang bagi seorang wanita berdiri di pinggir jalan
sendirian tanpa ada tujuan yang jelas. Sumbang bagi wanita jika memakai pakaian
sempit yang membentuk lekuk-lekuk tubuhnya. Sumbang bagi perempuan berjalan
sendirian, berjalan tergesa-gesa dan berjalan di depan laki-laki. Sumbang bagi wanita
berbisik-bisik di depan orang ramai. Sumbang bagi wanita berkata kasar, dan lain-
lainya.
Wanita Minangkabau di Era Milenial
Sepertinya apa yang diungkapkan oleh Soekanto (1990), dalam bukunya
“Sosiologi Suatu Pengantar”, ada benarnya. Ia mengatakan bahwa, “perubahan-
perubahan masyarakat dapat mengenai nilai –nilai sosial, norma-norma, pola-pola
prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, kekuasaan dan wewenang,
interaksi sosial dan sebagainya.”
Derasnya kemajuan teknologi dan informasi telah hampir menggantikan ruang-
ruang public kedalam ruang-ruang maya dan telah membentuk komunitas yang besar
secara fungsional (lihat tulisan saya, Ummat Smartphone). Melalui internet, media
sosial dan sebagainya telah membawa perubahan sosial (social exchange) di tengah
kehidupan masyarakat.
Perubahan sosial merupakan sesuatu yang tidak bisa dielakkan. Ia akan
berdampak kepada kebudayaan suatu suku bangsa. Ia bisa berbentuk akulturasi yang
berujung kepada reorientasi nilai, atau ia bisa pula berbentuk asimilasi yang mengikis
habis identitas asli kedalam bentuk lain sebagai budaya baru dan dipraktekkan secara
massal pada komunitas tertentu. Nah, hal ini akan menghilangkan identitas sosial
masyarakat dalam suatu komunitas budaya yang homogen. Hilangnya idenditas
kelompok ini terkadang tanpa disadari oleh masyarakat pendukung suatu kebudayaan.
Perubahan pola prilaku individu (personal attitude) akan mengakibatkan perubahan
prilaku kelompok (comunal attitude). Pada akhirnya, lemahnya kontrol sosial (social
control) yang mengakibatkan terjadinya pembiaran telah mempercepat proses
degradasi identitas, nilai dan budaya masyarakat.
Mengenai perubahan, sebenarnya sudah digambarkan dalam Pepatah
Minangkabau: Sakali aia gadang Sakali tapian barubah Cupak lah diambik rang
panggaleh Jalan lah diasak dek urang lalu
Artinya: Sekali air besar Sekali tepian berubah Cupak (alat untuk menakar sesuatu,
seperti padi) diambil oleh pedagang Jalan sudah diubah oleh orang yang datang.
Sumbang Duobaleh sebagai sebuah sistem nilai, akhir-kahir ini kembali ramai
diperbincangkan. Ia menjadi topik yang selalu hangat di meja-meja diskusi di kalangan
akademisi, seminar, workshop, artikel, makalah, dan bahkan ciloteh (bicara lepas,
biasanya di lapau) di program televisi. Nampaknya ada ketertarikan dan kecendrungan
untuk kembali mempelajari dan mengkaji kearifan lokal tersebut. Ada keinginan untuk
menghidupkan kembali romantisme masa lalu ditengah hantaman globalisasi.
Tidak dapat dipungkiri, prilaku wanita di Minangkabau saat ini sudah mulai
bergeser mengikuti tren atau perkembangan zaman. Apa yang dianggap baru atau
“modern” secara perlahan telah menggerus nilai-nilai “tradisional” yang sudah ada
sebelumnya. Saat ini wanita di Minangkabau banyak yang tidak tahu lagi dengan
Sumbang Duobaleh. Prilaku wanita, terutama (gadih) bukan sekedar sumbang
(janggal) akan tetapi sudah ada yang salah menurut norma adat.
Sebagai generasi milenial, anak gadih Minang saat ini lebih cepat mengetahui,
menerima dan mencontoh nilai-nilai baru, tren-tren baru terkait dengan gaya hidup,
mode, makanan, tokoh idola dan lain sebagainya. Mereka sangat mudah menemukan
semua itu melalui gadget canggih yang ada di tangannya. Sebut saja Facebook,
WhatsApp, IG, Tweeter, Line dan sejenisnya telah menjadi ruang baru dalam
berkomunikasi. Hubungan melalui medsos itu terjadi antara individu dengan individu
yang dikenal dengan istilah chat, japri dan bahkan bicara langsung yang dikenal dengan
istilah VC. Hubungan antara individu dengan kelompok dengan identitas yang
sama juga dapat dwngan mudah terealisasi melalui grup-group yang beragam di sosial
media.
Mudahnya akses informasi secara global telah memberikan andil besar dalam
perubahan prilaku wanita atau gadih Minang saat ini. Mereka lebih mahir
menggunakan jari-jarinya dalam mengusap smartphone dibandingkan menghapal dan
memahami Sumbang Duobaleh sebagai kontrol mereka agar tetap menjadi wanita
terhormat dan bermartabat. Lemahnya kontrol sosial pada wanita baik dalam keluarga
inti (nuclear family) maupun dalam keluarga luas (extended family) kelihatannya juga
menjadi pendorong maraknya prilaku sumbang dan salah tersebut.
Masih jelas dalam ingatan kita, kasus dua orang penari streaptise yang ditangkap
oleh jajaran satpol PP pada September tahun 2011 disebuah cafe di Padang. Pada tahun
2015, 10 pasang ABG juga ditangkap berbuat mesum di beberapa hotel melati di kota
padang. Dan yang paling spektakuler adalah berita penangkapan 48 pasangan mesum
pada malam pergantian tahun 2018 ke tahun 2019. Mereka ada yang ditangkap di hotel,
tempat kos, dan bahkan ada yang tertangkap di parkiran SPBU (detik news, Edisi: 1
januari 2019). Mengkhawatirkan memang, apabila hal ini tidak ditangani secara bijak
dan arif maka akan berdampak pada prilaku-prilaku menyimpang, kekerasan seksual,
dan penyakit masyarakat lainnya.
Idealnya, secara struktural dan fungsional sudah ada mekanisme yang terbentuk
secara alamiah dalam mengontrol prilaku sosial dalam masyarakat. Di Minangkabau
dikenal dengan istilah “Tungku Tigo Sajarangan, tali tigo sapilin”. Ini merupakan
istilah untuk tiga orang unsur pemimpin yang sangat menentukan dalam sitem nilai dan
norma yang mengatur aktivitas sosial masyarakat.
Tiga unsur itu adalah Ninik Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai. Masing-
masing mempunyai fungsi sosial berdasarkan status sosial mereka di tengah
masyarakat. Ninik Mamak, adalah laki-laki yang dituakan secara adat, berdasarkan
tingkatanya biasa disebut dengan Mamak Kapalo Warih (mamak kepala suku), mamak
kapalo kaum, mamak kapalo paruik dan penghulu sebagai pimpinan tertinggi satu
suku. Cadiak Pandai adalah laki-laki yang dianggap memiliki ilmu dan wawasan yang
sangat luas dalam berbagai aspek kehidupan. Dan Alim Ulama adalah laki-laki yang
dituakan dan memiliki kemampuan yang cukup dalam dalam hal keagamaan.
Sedangkan Mande Soko dan Bundo Kanduang juga termasuk orang yang dituakan
secara adat dan berperan dalam mendidik generasi penerus dan hal-hal lain yang terkait
status dan peran sosial wanita secara adat.
Terkait hal ini, dalam pepatah adat juga disebutkan: Kaluk paku kacang
balimbiang Pucuknyo lenggang lenggokkan Dibaok manurun kasaruaso Anak
dipangku Kamanakan dibimbiang Urang kampuang dipatenggangkan Supayo nagari
jan binaso
Akan tetapi, realitas yang ada sekarang menunjukkan sistem nilai itu sudah
bergeser, jangankan menghukum perbuatan yang salah, untuk menegur perbuatan yang
sumbang saja, seolah berat untuk melakukannya. Kenapa?? Tentu berbagai macam
pula alasannya. Bisa jadi karena merasa bukan dia yang pantas menegur, karena status
sosial yang rendah, kekurangan ilmu atau bisa karena cuek dan tidak mau tahu.
Apalagi, kalau ibu, bapak dan mamaknya, yang secara adat memiliki tanggung jawab
penuh, tidak mempermasalahkan prilaku sumbang atau salah yang dilakukan oleh anak
dan kemenakannya tersebut.
Agaknya perubahan sosial dan kultur masyarakat Minangkabau yang terbuka
(open society) telah menggeser eksistensi pranata sosial yang ada sebagai sebuah
regulasi ideal bagi masyarakat. Peran Ayah, Ibu dan Ninik Mamak secara adat semakin
melemah. Padahal mereka adalah orang terdekat dalam hal pewarisan kebudayaan dan
sosial kontrol dalam keluarga inti dan keluarga luas.
Jika ini dibiarkan, maka badai globalisasi yang membawa nilai yang berbeda dan tidak
cocok dengan budaya Minangkabau akan mengikis seluruh sistem sosial yang ada.
Pembiaran akan hal ini akan berdampak pada degradasi budaya Minangkabau.
Alangkah banyaknya nanti generasi-generasi muda yang kehilangan jati diri dan
menjadi wanita yang tidak tahu sopan santun atau disebut juga dengan gadih nan indak
bataratik.
Peran cadiak pandai dan alim ulama sebagai duo tungku penyangga lainnya
dalam sistem nilai budaya Minangkabau, juga tidak boleh melemah dan harus tetap
diberikan penguatan. Selanjutnya penguatan keluarga inti (nuclear family), keluarga
luas (extennded family). Penguatan pranata pendidikan formal dan non formal sebagai
lembaga edukasi kultural. Penguatan pemangku adat di nagari, dalam hal ini “urang
ampek jinih, dan urang bajinih ampek” (orang empat jenis dan orang berjenis empat).
Yaitu Penghulu, Malin, Manti dan Dubalang. Serta empat orang perangkat Malin
dalam menjalankan tugas keagamaan, yaitu Bilal, Khatib, Imam dan Khadi. Serta
penguatan Mande Soko dan Bundo Kanduang.
Dan faktor penting lainnya adalah penguatan anggaran pada instansi-instansi
pemerintah yang mengurus kebudayaan. Politik anggaran yang berpihak pada penataan
nilai-nilai budaya adalah suatu keharusan dalam reorientasi nilai-nilai kultural
kedepan.
Penjabaran sumbang kato, tanyo, jawek
1. Sumbang Kato (Berkata)
Bakatolah jo lunak lambuik, duduakan etongan ciek-ciek, nak paham urang
mukasuiknya, sumbang bana dek padusi barundiang co murai batu bak aia sarasah
tajun, rumiklah urang mamilahi.
Kalau rang tuo sadang mangecek, pantang mamotong bicaronyo, nantikan dulu
sudah-sudah, baru dijawek patuik dijawek, di dakek urang sadang makan usah
mangecek nan kumuah-kumuah, pai manjanguak urang sakik usah carito urang
mati, kurang baiak kurang tapuji manunggu utang di nan rami, manyabuik harimau
di tangah hutan, bak nantun ajaran sopan santun.
Sumbang Kato antara lain:
1. Bakato Kasa
2. Bakato indak jaleh
3. Bakato indak ado koma
4. Manyalo kecek urang
5. Bakato indak pado tampeknyo
6. Bakato nan kumuah sambia Makan
7. Bakato Mati katiko mancaliak Urang Sakik
8. Mintak hutang di tampek nan rami
9. Bakato harimau di hutan
10.Bakato sambia manyindia
11.Bacarito hantu di malam hari
12.dst.
Berkatalah dengan lemah lembut, berkatalah sedikit-sedikit agar paham
maksudnya, jangan serupa murai batu atau serupa air terjun. Jangan menyela atau
memotong perkataan orang, dengarkanlah dulu hingga selesai. Berkata-katalah yang
baik.
2. Sumbang Tanyo (Bertanya)
Ado papatah mangatokan, barundiang sasu dah makan, batanyo salapeh arak,
aratinyo kok urang tibo batandang sambuiklah bara mah tamah,jo hormat silahkan
duduak, sasu dah nantun latakkan aia suruah minum, sala sai minum agak sataguak,
raso lah cukuik is tirahat, baru tanyokan mukasuiknyo, apo sa ngajo kadatangan,
caro tata krama modern nyo "apa nan bisa saya bantu", mako kasa lah bana budi
awak, alun ta acah ikuanyo duduak, sambia tagak lalu batanyo, "a tujuan datang
kamari", indak buliah tu nak. indak bu liah. buruak angkuah namonyo awak. Salain
nan dari pado nantun, kok tamu awak sa dang makan, sumbanglah bana manayokan
"bara harago bareh kini" indak buliah tu, nantun pantangan urang Minangkabau
tu, ciek lai, kalau bajalan dalam hutan, usah batanyo isi rimbo, ula harimau jo
biruang, indak buliah, kok masuak ka kampuang pantang batanyo ka urang lapau,
lai mamak manjua sabuak, atau mamintak tambah gulo stek mak, jan..! mati gadih
kau dibueknyo piak, indak buliah tu."
Sumbang Tanyo diantaranya:
1. Batanyo sabalun minum/makan
2. Batanyo sabalun duduak
3. Batanyo dari dalam oto ka urang di jalan
4. Batanyo harago bareh kutiko tamu sadang makan
5. Batanyo isi rimbo bilo bajalan di hutan
6. Mintak tambalt gulo di kadai
7. Batanyo indak sasuai jo pambicaraan,
8. Dst.
Jangan bertanya macam menguji. Bertanyalah dengan lemah lembut. Simak
lebih dahulu baik-baik dan bertanyalah jelas-jelas.
3. Sumbang Jawek (Menjawab)
Kalau ado urang batanyo, elok2 mambari jawab, jan sampai urang tasingguang,
umpamo urang ka babalanjo batanyo ka tukang kain,tukang kain ko anak gadih lo
a katonyo "bisa tigo ribu sameter piak ?" dijawab dek urang kadai "ampek ribu
awak tarimo pak, baok kamari bara ado", tibo pulo tanyo nan lain "luntur ndak
diak?", sambia malengah nyo manjawab "pai bata nyo ka pabrik pak, kami nan tau
manjua an ko, nantun jawab sengkang namonyo tu nak, buruk muncuang malayani
urang, cilako gadil mudo matah, jauah jodoh tinggi rasaki, alamaik sansaro iduik
awak, indak buliah.

Sumbang Jawek antara lain:


1. Manjawek engkang
2. Lain tanyo lain jawek
3. Manjawek sambia manyindia
4. Manjawek indak baalmaik
5. Manjawek asa lai manjawek
6. Manjawek sambia malengah
Ketika menjawab, jawablah dengan baik, jangan jawab asal pertanyaan,
jawablah sekadar yang perlu dijawab tinggalkan yang tidak perlu.

DOKUMENTASI
UMPAN BALIK

Anda mungkin juga menyukai