Anda di halaman 1dari 16

PLATELET-RICH PLASMA PADA OSTEOARTHRITIS

GENUE

Oleh :

Reza Fahlevi

21/490768/PKU/20060

Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan

Universitas Gadjah Mada / RSUP dr. Sardjito

Yogyakarta 2023

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………… i


Daftar Isi ……………………………………………………………………. i
Daftar Gambar ……………………………………………………………… ii
Daftar Tabel ………………………………………………………………… iii
Daftar Singkatan ……………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….......... 1
1.1 Osteoarthtritis ……………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN ……………….……………………………….......4
2.1 Mekanisme Kerja Platelet-Rich Plasma pada Osteoarthritis …………....4
2.2 Proses Pembuatan PRP ………………………………………………….4
2.3 Keamanan, Dosis, Efek Samping dan Hasil dari Injeksi PRP …………..6
2.4 Perbandingan Injeksi PRP dengan Kortikosteroid
dan Asam Hialuronat ………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA ...…...………………………………………………..10

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Radiografi polos derajat OA lutut …………………………………………….3


Gambar 2.2 Alur pembuatan PRP ………………………………………………………….6
Gambar 2.3 Injeksi PRP pada kantong suprapatellar dengan pendekatan superolateral …...7

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Klasifikasi diagnosis OA berdasarkan kriteria ACR …………………………….2


Tabel 1.2 Klasifikasi Kellgren-Lawrence …………………………………………………..2

iii
DAFTAR SINGKATAN

ACR American College of Rheumatology


AH Asam Hialuronat
IKDC International Knee Documentation Committee
KSS Knee Score Society
L-PRF Leukocyte-Platelet-Rich Fibrin
LP-PRP Leukocyte-Poor Platelet-Rich Plasma
LR-PRP Leukocyte-Rich Platelet-Rich Plasma
L-PRP Leukocyte-Platelet Rich Plasma
OA Osteoarthtritis
OAINS Obat Anti Inflamasi Non-Steroid
PPP Poor-Platelet Plasma
PRI Perhimpunan Reumatologi Indonesia
P-PRF Pure Platelet-Rich Fibrin
PRP Platelet-Rich Plasma
P-PRP Pure Platelet-Rich Plasma
VAS Visual Analog Score
WOMAC The Western Ontario and McMaster Universities Osteoarthtritis Index

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Osteoarthritis
Osteoarthritis (OA) adalah suatu kondisi penyakit kronis yang ditandai dengan kerusakan
kartilago sendi disertai kekakuan, nyeri dan adanya gangguan gerak sendi. Osteoarthritis
merupakan penyakit sendi yang cukup sering terjadi di negara berkembang dan menyebabkan
disabilitas kronis (Siahaan & Suryawijaya, 2020).
Prevalensi osteoarthritis meningkat seiring dengan peningkatan usia disertai faktor risiko lain
yang mempengaruhi yaitu obesitas. Secara global, sebanyak 595 juta orang terkena
osteoarthtritis pada 2020, setara dengan 7.6% populasi global dengan peningkatan sebesar
132.2% dari total kasus tahun 1990 (Steinmetz, et al 2021). Di Indonesia, prevalensi OA yang
tampak secara radiologis mencapai 15.5% pada pria dan sebanyak 12.7% pada wanita yang
berusia 40-60 tahun (Hellmi, et al, 2023).
Osteoarthritis secara umum menyerang sendi lutut, tangan, kaki, tulang belakang, bahu
dan panggul. Diantara sendi-sendi yang diserang, OA lutut merupakan penyebab disabilitas
kronik yang cukup sering terjadi. OA lutut juga diketahui dapat menyerang usia lebih muda
terutama wanita dengan obesitas. Insidensi OA lutut dapat meningkat dengan bertambahnya usia
dan peningkatan rata-rata berat badan pada suatu populasi (Siahaan & Suryawijaya, 2020).
Gejala OA umumnya dimulai saat usia dewasa, dengan tampilan klinis kaku sendi yang
dirasakan terutama di pagi hari atau kaku sendir setelah istirahat. Sendi dapat mengalami
pembengkakan dan ditemukan krepitus saat digerakkan, dapat juga ditemukan keterbatasan
gerak sendi. Dalam kepentingan penyeragaman diagnosis, maka dipergunakan acuan berupa
klasifikasi diagnosis berdasarkan kriteria berdasarkan American College of Rheumatology (IRA,
2014).

1
Tabel 1.1 Klasifikasi diagnosis OA berdasarkan kriteria ACR

OA lutut selanjutnya dikelompokkan dengan klasifikasi Kellgren-Lawrence sebuah


pengelompokkan radiologik yang telah digunakan selama 4 dekade. Sistem ini membagi OA
menjadi derajat 0-4.
Tabel 1.2 Klasifikasi Kellgren-Lawrence

2
Gambar 1.1 Radiografi polos derajat OA lutut

Pengobatan OA lutut pada umumnya berupa pengobatan non-farmakologis,


farmakologis, pengobatan intervensi (injeksi intraartikular), dan terapi pembedahan. Terapi non-
farmakologis berpusat pada modifikasi aktifitas, menghambat progesivitas penyakit dan
penurunan berat badan terutama direkomendasikan pada pasien OA lutut dengan obesitas. Terapi
farmakologis yang direkomendasikan oleh Perhimpunan Reumatologi Indonesia (PRI) tahun
2023 adalah pemberian Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS) yang disesuaikan dengan
faktor risiko pasien. PRI juga merekomendasikan pemberian Duloxetin, Pregabalin, dan
Tramadol pada kondisi tertentu pasien dengan OA lutut. Terapi intervensi yang biasa digunakan
adalah injeksi intra-artikular dengan steroid. Injeksi steroid telah membuktikan hasil yang baik
dan pasien dapat merasakan manfaat jangka pendek. Akan tetapi, semua sediaan steroid
diketahui chondrotoxic apabila digunakan dalam jangka panjang (Shahid, et al, 2023). Terapi
intervensi lain yang saat ini sedang berkembang adalah pengobatan regeneratif yang bertujuan
untuk mendukung system pemulihan tubuh alami secara efektif. Intervensi regeneratif
memperhatikan regenerasi dan restorasi sendi berbasis darah. Salah satu pengobatan regeneratif
yang dikembangkan sebagai pengobatan OA lutut adalah injeksi Platelet-Rich Plasma (PRP)
yang selanjutnya akan dibahas lebih dalam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Kerja Platelet-Rich Plasma pada Osteoarthritis


Secara definisi, PRP adalah produk autolog darah dnegan konsentrasi platelet yang lebih
tinggi dibandingkan dengan whole blood. Dalam suatu produk PRP, kandungan growth factor
yang terdapat didalamnya berlimpah sehingga dapat menginisiasi dan memperbaiki pemulihan
suatu jaringan dengan cara stimulasi migrasi sel, proliferasi sel, angiogenesis, sintesis matriks
ekstraseluler, dan mengurangi reaksi inflamasi (Li, et al, 2023). Pemberian PRP dinilai lebih
efektif dibandingkan pemberian preparate Growth Factor tunggal. Selain itu PRP juga
mengandung sejumlah kecil leukosit yang mensintesis interleukin sebagai bagian dari respon
imun non – spesifik, sehingga PRP berguna untuk mempercepat regenerasi endothelial, epitel,
dan epidermal, meningkatkan sintesis kolagen, dan meningkatkan respon hemostatik terhadap
cedera (Hanggara, 2018). Katabolisme kartilago juga akan menurun pada pemberian PRP,
sedangkan anabolisme akan meningkat dan memicu pembentukan tulang chondral. PRP juga
berdampak pada sinoviosit untuk menciptakan keadaan media inflamasi yang lebih seimbang
sehingga angiogenesis dapat terjadi dengan cara memingkatkan sekreis asam hyaluronat. Jalur
apoptosis sel chondrosit juga dapat dihambat oleh PRP. Hal-hal tersebut secara keseluruhan
menurunkan proses inflamasi sehingga gejala nyeri akan berkurang (Singjie & Kane, 2020).

2.2 Proses Pembuatan PRP


Platelet-Rich Plasma (PRP) sebagai terapi OA lutut diproduksi dari darah pasien dengan
metode sentrifugasi yang serupa, konsentrasi trombositnya dapat berbeda-beda. Terdapat banyak
variasi dalam pengambilan preparate PRP dan kurangnya standarisasi dalam faktor terkait
preparasi seperti kecepatan dan durasi sentrifugasi dapat menyebabkan rentang konsentrasi
trombosit dan leukosit yang luas sehingga hingga kini belum ada standarisasi teknik pembuatan
preparat PRP (Hellmi, 2023). Walau terdapat banyak variasi prosedur, semuanya mengikuti
tahapan yang sama yaitu pengambilan darah, sentrifus pertama untuk pemisahan eritrosit,
sentrifugasi kedua untuk mengkonstrasikan platelet, dan/atau penambahan komponen lain.
Perbedaan metode dalam menghasilkan PRP dapat memberikan produk yang berbeda dalam

4
komposisi dan karakteristiknya. Dohan Ehrenfest et al, menggambarkan bahwa ada 3 metode
untuk menghasilkan PRP, yaitu (1) metode double-spinning akan menghasilkan 4-8 kali lipat
perubahan pada konsentrasi platelet di atas level baseline dan juga konsentrat leukosit; (2)
metode single-spinning, akan menghasilkan 1-3 kali lipat perubahan konsentrasi platelet di atas
level baseline; dan (3) filtrasi darah selektif. Berdasarkan konten leukosit dan fibrinnya,
perbedaan formulasi PRP dapat dibagi menjadi: Pure Platelet-Rich Plasma (P-PRP), Leukocyte-
Platelet Rich Plasma (L-PRP), Pure Platelet-Rich Fibrin (P-PRF) dan Platelet-Rich Fibrin (L-
PRF). Walaupun sebagian hasil penelitian menunjukkan PRP dengan lekosit yang lebih tinggi
memberikan hasil yang lebih baik dibanding PRP dengan leukosit yang rendah, tetap saja
keunggulan formula PRP lainnya tetap perlu diteliti lebih lanjut.
Pada penelitian oleh Taniguchi et al tahun 2018 dijelaskan tentang prosedur persiapan
untuk mendapatkan PRP. Untuk menghindari efek dari makanan yang dikonsumsi sebelumnya
pada PRP murni, pasien diinstruksikan untuk berpuasa selama 4 jam sebelum pengambilan darah
pada hari penyuntikan, tidak ada batasan untuk asupan air. Dengan menggunakan teknik aseptik,
sekitar 36 mL darah vena diambil dari vena antecubital untuk menghindari iritasi dan trauma
pada trombosit. Darah dikumpulkan dalam empat tabung ekstraksi yang mengandung natrium
sitrat 3,8% sebagai antikoagulan. Selanjutnya tabung disentrifugasi dengan kecepatan 2100 rpm
selama 8 menit pada suhu kamar untuk memisahkan darah di setiap tabung menjadi plasma,
buffy coat, dan sisa sel darah merah. Selanjutnya, prosedur dilakukan seluruhnya di dalam
kabinet biosafety. Poor-Platelet Plasma (PPP), yang mewakili fraksi 2 mL paling atas di setiap
tabung, disedot dengan pipet dan dikirim untuk analisis hematologi. PRP, yang sesuai dengan
fraksi 2 mL yang lebih rendah dari masing-masing tabung, terletak tepat di atas sel darah merah
yang diendapkan secara selektif tetapi tidak termasuk buffy coat, disedot dengan hati-hati dari
setiap tabung menggunakan pipet. Untuk setiap pasien, empat sampel PRP 2 mL dikumpulkan
(dari empat tabung pengumpul darah) dan dicampur ke dalam sediaan 8 mL, dimana 6 mL
digunakan untuk injeksi. Sisa 2 mL sediaan PRP dibagi menjadi dua unit kecil masing-masing 1
mL; satu unit dikirim ke laboratorium untuk analisis hematologi, sedangkan unit lainnya
disimpan dalam tabung Eppendorf pada suhu –80°C untuk penentuan konsentrasi faktor
pertumbuhan selanjutnya (kepentingan penelitian).

5
Gambar 2.2 Alur pembuatan PRP (Dhurat & Sukesh, 2014)

2.3 Keamanan, Dosis, Efek Samping dan Hasil dari Injeksi PRP
Belum ada standarisasi teknik pembuatan preparate PRP untuk terapi OA lutut sehingga
menimbulkan tingginya heterogenitas hingga saat ini (Hellmi et al, 2023). Sehingga dosis
pemberian PRP untuk injeksi intraartikular belum ditetapkan. Terdapat penelitian di Jepang oleh
Taniguchi et al tahun 2018, disebutkan pada metode penelitiannya digunakan 6mL PRP yang
diinjeksi dengan spuit ukuran 21. Pada awal prosedur dilakukan proses asepsis, lalu PRP
diinjeksi pada lutut dengan posisi fleksi 20, dengan pendekatan superolateral. Tanpa dilakukan
anestesi lalu setelah prosedur, pasien tidak diperbolehkan untuk beraktifitas berat seperti
berolahraga selama 24 jam, akan tetapi tidak ada larangan untuk aktivitas sehari-hari. Injeksi
dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval 1 minggu. Seluruh pasien dievaluasi sebelum
intervensi dan pada bulan ke-1,3, dan 6 setelah terapi. Setelah 6 bulan follow-up, 80% pasien
mengalami penurunan skor nyeri VAS sebanyak 50% atau lebih. Hanya beberapa efek samping
ringan yang ditemukan dan gejala mereda 48 jam setelah injeksi. Pada penelitian ini disimpulkan

6
bahwa PRP dinilai aman untuk OA lutut ringan-sedang dan berpotensi untuk mengurangi nyeri
hingga 6 bulan.

Gambar 2.3 Injeksi PRP pada kantong suprapatellar dengan pendekatan superolateral

Terdapat penelitian serupa yang dilakukan di Italia oleh Moretti et al tahun 2022.
Penelitian ini bersifat prospektif bertujuan untuk menilai efikasi dan kemanan penggunaan PRP
pada pasien OA lutut. Pada penelitian ini digunakan 5mL PRP yang diinjeksi pada lutut pasien.
Pasien berada pada posisi supine dengan lutut fleksi 90 lalu dengan menggunakan spuit ukuran
21, injeksi dilakukan ke area lunak antero-lateral lutut. Pasien dievaluasi pada saat rekruitmen,
bulan-ke1,3 dan 6 setelah injeksi. Tidak ada efek samping yang ditemukan pada penelitian ini.
Hasil dari penelitian inia dalah terdapat penurunan VAS skor, Knee Score Society (KSS) dan The
Western Ontario and McMaster Universities Osteoarthtritis Index (WOMAC) yang signifikan
sehingga disimpulkan injeksi PRP dapat menjadi terapi konservatif untuk menguarngi nyeri,
meningkatkan kualitas hidup pasien OA lutut selama 6 bulan.
Berbagai penelitian menunjukkan efek samping minimal dalam penggunaan injeksi PRP
sebagai terapi intervensi OA lutut. Beberapa disebutkan terdapat nyeri setelah injeksi dan
bengkak sesaat setelah injeksi. Insidensi efek samping setelah injeksi PRP diketahui
berhubungan dengan konsentrasi leukosit, dan salah satu penelitian yang meneliti perbandingan
injeksi Leukocyte-Poor Platelet-Rich Plasma (LP-PRP) vs Leukocyte -Rich Platelet-Rich
Plasma (LR-PRP) pada OA lutut bahwa terdapat efek samping pembengkakan lutut post injeksi

7
lebih banyak pada kelompok yang menerima LR-PRP. Hal ini didukung secara teori bahwa
adanya leukosit pada PRP meningkatkan aktifitas proinflamasi dari ekspresi kaskade katabolic
dan pelepasan marker inflamasi (Kim et al, 2021).

2.4 Perbandingan Injeksi PRP dengan Kortikosteroid dan Asam Hialuronat


Terapi intervensi dapat memberikan manfaat yang lebih cepat dan diharapkan dapat
mengurangi nyeri dalam jangka panjang. Terdapat beberapa pilihan terapi injeksi intraartikular
yaitu dengan menggunakan kortikosteroid dan Asam Hialuronat (AH).
Injeksi kortikosteroid telah direkomendasikan oleh Perhimpunan Reumatologi Indonesia
tahun 2023 sebagai terapi pada pasien OA lutut yang mengalami peradangan akut, kronik dan
efusi sendi. Mekanisme kerja steroid diketahui memiliki efek anti inflamasi dan imunosupresan.
Steroid dapat mengganggu kaskade inflamasi pada level tertentu dan secara langsung
berpengaruh pada reseptor steroid. Steroid menghambat sintesis dan sekresi mediator inflamasi
seperti prostaglandin dan leukotriene. Hasil yang terjadi adalah berkurangnya kemerahan,
pembengkakan, rasa hangat pada lutut dan kekakuan dari sendi yang meradang (Idres & Samaan,
2023).
Pada salah satu penelitian systematic review tahun 2023 yang melibatkan 9 penelitian
Randomized Controlled Trial (RCT) dengan total 608 partisipan yang berfokus pada
perbandingan antara efikasi injeksi PRP vs injeksi kortikosteroid pada pasien OA lutut saat bulan
ke-3 dan bulan ke-6 setelah injeksi. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah kedua terapi
dinyatakan aman dan efektif untuk mengurangi nyeri OA lutut, dan terdapat hasil bahwa injeksi
PRP memberikan perbaikan lebih baik dan lebih lama dibandingkan injeksi kortikosteroid. Hal
yang serupa didapatkan pada systematic review lain tahun 2021 dengan fokus yang sama, hasil
dari penelitian ini adalah injeksi PRP secara signifikan lebih baik dibandingkan injeksi steroid
untuk mengurangi gejala OA lutut (nyeri dan kaku) pada bulan ke-3,6, dan 9 setelah intervensi
(P<0.01) dan injeksi PRP sebanyak 3 kali dengan interval 1 minggu lebih baik daripada injeksi
tunggal (P<0.01) dinilai dari 12 bulan follow-up (McLarnon & Heron, 2021).
Injeksi asam hialuronat juga menjadi salah satu pilihan terapi intevensi yang telah
direkomendasikan oleh Perhimpunan Reumatologi Indonesia tahun 2023. Injeksi intra-artikular
dengan asam hialuronat dapat menghasilkan efek anti inflamasi, mekanis dan analgesik serta
efek positif pada sintesis proteoglikan dan glikosaminoglikan. Terdapat dua jenis dari hialuronat

8
di Indonesia, yaitu high molecular weight dan low molecular weight atau tipe campuran. Asam
hialuronat dapat meregulasi secara selular dan berkontribusi untuk meningkatkan viskoelastisitas
dari cairan sinovial pada celah sendi. Lebih lanjut, asam hialuronat dapat meningkatkan volume
cairan sinovial yang bermanfaat untuk meningkatkan fungsi lutut pada pasien OA. Terdapat
beberapa penelitian yang membandingkan terapi intervensi antara injeksi AH dengan injeksi
PRP. Salah satu systematic review dan meta-analysis oleh Li et al di tahun 2023 meneliti tentang
efikasi dari injeksi antara keduanya. Sebanyak 14 RCT yang dipublikasikan tahun 2012-2022
diikutsertakan dalam penelitian ini yang melibatkan 1512 partisipan. Hasil dari penelitian ini,
partisipan yang diinjeksi dengan PRP mendapatkan hasil VAS skor yang lebih rendah pada bulan
ke-3 (P<0.00009) dan bulan ke-12 (P<0.00001). Kelompok yang menerima injeksi PRP juga
mendapatkan skor International Knee Documentation Committee (IKDC) lebih tinggi pada bulan
ke-3 (P<0.003) dan bulan ke-6 (P<0.001).
Meskipun telah ada hasil positif dari berbagai penelitian yang meneliti efikasi dan
keamanan dari injeksi intra-artikular PRP pada OA lutut hingga kini masih membutuhkan
penelitian lebih lanjut. Perhimpunan Reumatologi Indonesia tahun 2023 masih menyatakan
terapi PRP pada OA lutut masuk dalam kategori terapi yang belum direkomendasikan. Alasan
utamanya yaitu adanya prosedur atau protocol terapi yang belum terstandarisasi. Sistem
pengambilan volume PRP dan protokol persiapan hingga kini masih belum ada di berbagai
penelitian. Diketahui bahwa reseptor membran sel terbatas sehingga konsentrasi tinggi dari
growth factors kemungkinan tidak memberi manfaat untuk proses stimulasi sel. Sebagai
tambahan, waktu paruh biologis pada banyak growth factors dalam PRP dapat menjelaskan hasil
yang bervariasi dari beberapa hasil terapi PRP. Perbedaan besar dalam jumlah trombosit awal
antara masing-masing pasien dan perbedaan antara prosedur persiapan PRP dapat menghalangi
demonstrasi hubungan antara dosis dan konsentrasi growth factors yang teraktivasi (Idres &
Samaan, 2023). Berdasarkan penelitian klinis yang telah banyak dilakukan, maka disimpulkan
terapi PRP tergolong aman dan menghasilkan manfaat yang baik. Akan tetapi, masih diperlukan
berbagau penelitian lebih lanjut untuk dapat menentukan acuan persiapan PRP, volume dosis,
dosis interval, dan lain lain.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dhurat R and Sukesh MS. Principles and Methods of Preparation of Platelet-Rich Plasma: A
Review and Author’s Perspective. J Cutan Aesthet Surg. 2014 Oct-Dec; 7(4): 189–197.

Dohan Ehrenfest DM, Andia I, Zumstein MA, Zhang CQ, Pinto NR, Bielecki T. Classification
of platelet concentrates (Platelet-Rich Plasma-PRP, Platelet-Rich Fibrin-PRF) for topical
and infiltrative use in orthopedic and sports medicine: current consensus, clinical
implications and perspectives. Muscles Ligaments Tendons J. 2014;4(1):3-9. Published
2014 May 8.

Hanggara, D.S., Platelet Rich Plasma (PRP) dan Prosedur Pembuatannya di Laboratorium,
2018., https://patologiklinik.com/2018/05/19/platelet-rich-plasma-prp-dan-prosedur-
pembuatannya-di-laboratorium/ diakses pada 31 Agustus 2023

Hellmi, R.Y., et al, 2023. Diagnosis dan Pengelolaan Osteoarthritis (Lutut, Tangan dan
Panggul). Jakarta: Perhimpunan Reumatologi Indonesia

Idres FA, Samaan M. Intra-articular platelet-rich plasma vs. corticosteroid injections efficacy in
knee osteoarthritis treatment: a systematic review. Ann Med Surg (Lond). 2023 Feb
6;85(2):102-110.

Kim JH, Park YB, Ha CW, Roh YJ, Park JG. Adverse Reactions and Clinical Outcomes for
Leukocyte-Poor Versus Leukocyte-Rich Platelet-Rich Plasma in Knee Osteoarthritis: A
Systematic Review and Meta-analysis. Orthop J Sports Med. 2021 Jun
30;9(6):23259671211011948.

Li, S.; Xing, F.; Yan, T.; Zhang, S.; Chen, F. Multiple Injections of Platelet-Rich Plasma Versus
Hyaluronic Acid for Knee Osteoarthritis: A Systematic Review and Meta-Analysis of
Current Evidence in Randomized Controlled Trials. J. Pers. Med. 2023, 13, 429.

McLarnon M, Heron N. Intra-articular platelet-rich plasma injections versus intra-articular


corticosteroid injections for symptomatic management of knee osteoarthritis: systematic
review and meta-analysis. BMC Musculoskelet Disord. 2021 Jun 16;22(1):550

Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2014. Rekomendasi IRA untuk Diagnosis dan


Penatalaksanaan Osteoartritis. Jakarta: Divisi Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI/RSCM;.

10
Siahaan, YMT dan N Suryawijaya. Peran Terapi Regeneratif Platelet-Rich Plasma (PRP) pada
Penanganan Osteoartritis Lutut. Journal of Anaesthesia and Pain. 2020;1(3):18-27.

Singjie, L.C., Kane, L.A., Penggunaan Platelet Rich Plasma Sebagai Terapi Simptomatik pada
Penderita Osteoarthritis, JIMKI, 2020, Vol 8(1):52-57

Steinmetz, J.D., et al, 2023, Global, regional, and national burden of osteoarthritis, 1990–2020
and projections to 2050: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study
2021, The Lancet Rheumatology

Taniguchi Y, Yoshioka T, Kanamori A, Aoto K, Sugaya H, Yamazaki M. Intra-articular platelet-


rich plasma (PRP) injections for treating knee pain associated with osteoarthritis of the
knee in the Japanese population: a phase I and IIa clinical trial. Nagoya J Med Sci. 2018
Feb;80(1):39-51. doi: 10.18999/nagjms.80.1.39. PMID: 29581613; PMCID:
PMC5857500.

11

Anda mungkin juga menyukai