Anda di halaman 1dari 18

UNSUR-UNSUR

METODIS UMUM
BAGI PENELITIAN
FILSAFAT
:

• Interpretasi
• Induksi dan Deduksi
• Koherensi Intern
• Holistika
• Kesinambungan Historis
• Idealisasi
• Komparasi
• Heuristika
• Bahasa Inklusif atau Analogal
• Deskkripsi
1. Interpretasi

Syarat dasar penelitian adalah selalu berhadapan


dengan realitas, berupa fakta, data, dan gejala.
Fakta : perbuatan atau kejadian.
Data : pemberian, dalam wujud hal atau peristiwa
yang disajikan atau sesuatu yang tercatat, atau
peristiwa yang mengandung pengetahuan untuk
dijadikan dasar keerangan selanjutnya,
Gejala : sesuatu yang tampak sebagai tanda adanya
peristiwa atau kejadian.
• Yang dihadapi oleh seorang peneliti terutama adalah manusia yang
hidup yang pada dirinya melekat prilaku, ciri-ciri sosial, budaya,
bahasa, identitas, karakter, dsb.
• Semuanya itu dapat dianggap sebagai fakta, data, atau gejala.
• Realitas (fakta, data, dan gejala) ditangkap sebagai sebuah ekspresi
manusia.
• Ekspresi mengungkapkan arti, nilai, dan maksud.
• Seorang peneliti tidak saja menangkap segi biologis atau ekonomis,
tetapi juga estetis, sosial, religius, etis, dsb.
• Yang ditangkap adalah hakikatnya (esensi atau makna terdalam).
• Karena manusia sebagai obyek formal penelitian pada dirinya
kompleks maka interpretasi dibutuhkan sebagai upaya untuk
menyingkapkan kebenaran.
• Interpretasi berarti tercapai pemahaman yang benar mengenai
ekspresi manusia yang dipelajari.
2. Induksi dan Deduksi
Induksi
• Disebut juga sebagai generalisasi.
• Kesimpulan (umum) diperoleh dari data atau situasi konkret (khusus).
• Data dalam jumlah tertentu dikumpulkan kemudian ditarik kesimpulan
sebagai bentuk keumuman (general).
• Dalam ilmu sosial induksi menjadi case-study: kasus manusia konkret
dalam jumlah terbatas dianalisis, dan pemahaman yang ditemukan di
dalamnya dirumuskan atau dinyatakan sebagai sebuah keumuman.
• Banyak pengetahuan diperoleh dengan mempelajari yang konkret dan
singular.
• Yang universal ditemukan dan ditentukan dalam dan dari yang singular.
- Tidak subyektif (Obyektif): tidak
tergantung pada perasaan atau
keinginan pribadi, tetapi pada
kenyataan obyek itu sendiri.

Sifat induksi - Tidak pragmatis (idealis): Melihat obyek


menurut adanya.

- Tidak abstrak (konkret): berasal dari


situasi dan lingkungan konkret dimana
individu memahami kesatuannya
dengan seluruh realitas.
• Hakikat manusia yang universal ditemukan dalam yang singular atau
individual.
• Immanuel Kanta dan Edmund Huserl menyebut generalisasi filosofis
ini dengan pengertian transendental.
• Generalisasi ini meliputi dua langkah (P. Ricoeur menyebut
distingsi/penjarakan):
❖ Makna obyektif dalam ekspresi dilepaskan dari intensi (maksud)
subyek yang mengatakan atau yang menunjukkan atau yang
menampakkan, sejauh maksud itu ekstrinsik dari ekspresi itu
sendiri atau bersifat subyektif.
❖ Makna obyektif dilepaskan dari situasi konkret, yang kebetulan.
Deduksi
Dari umum ke khusus: dari pengertian umum (teori/tesis/proposisi)
dibuat eksplitasi dan penerapan lebih khusus.
Dibedakan menjadi dua tahap:
❖ Dari pemahaman yang telah digeneralisasi (transendental) dibuat
deduksi mengenai sifat-sifat yang lebih khusus dari yang umum.
❖ Yang umum dilihat kembali dalam yang individual (subyek khusus).
Generalisasi dikaji kembali agar sesuai dnegan kenyataan dan
direfleksikan kembali.
Lingkaran Hermeneutis:
• Dalam penelitian induksi dan deduksi dapat saling mendahului. Yang
konkret/individual (khusus) dipahami melalui yang umum.
• Antara induksi dan deduksi terdapat suatu lingkaran hermeneutis: dari umum
ke khusus, ke umum, ke khusus, dst.

Identifikasi:
• Dalam proses ini pada akhirnya terjadi identifikasi pribadi dan terbentuknya
komitmen.
• Peneliti melebarkan horizon pribadi dengan cara mengolah lingkaran
pemahaman antara yang khusus dan yang umum.
• Di pemahaman transendental peneliti memahamai dirinya dan dengan
memahami dirinya memungkinkan dia memahami kenyataan yang lebih
luas.
• Yang universal atau general tidak tinggal menjadi abstraksi, tetapi menjadi
personal dan eksistensial.
3. Koherensi Intern
• Pemahaman yang benar tentang sesuatu hanya ketika semua unsur
secara struktural dilihat dalam satu kesatuan struktur yang konsisten
sehingga menggambarkan adanya relasi internal dalam struktur.
• Meskipun ada oposisi di antara unsur-unsur tersebut sedpat mungkin
tidak saling bertentangan di antara mereka.
• Terjadi lingkaran pemahaman antara hakikat menurut keseluruhan
dari satu sisi dan unsur-unsur menurut bagiannya dari sisi lain.
• Hakikat universal harus jelas dalam unsur-unsur struktural tersebut.
• Sebaliknya unsur-unusr itu baru menjadi jelas dalam kesinambungan
satu sama lain.
• Misalnya hakikat manusia baru terlihat koherensi ketika ada
kesinambungan dengan unsur kebebasan, hasrat, pengaruh
lingkungan, dst.
4. Holistik

• Filsafat mencoba mencari kebenaran yang utuh.


• Penelitian filsafat tidak boleh melihat ‘obyek’ penelitian sebagai atomistis
(berdiri sendiri / terisolasi dari lingkungan), tetapi ditinjau sebagai
interaksi dengan seluruh kenyataan.
• Manusia hanya dapat dipahami dalam interaksi dan komunikasi dengan
seluruh kenyataan, baik di dalam maupun di luar dirinya.
• Ada hubungan aksi-reaksi yang tak pernah putus.
• Terjadi lagi lingkaran hermeneutis antara obyek penelitian dan cakrawala
penelitian.
• Kalau pun terdapat pertentangan atau oposisi, itu pun harus dilihat
sebagai hubungan.
• Penelitian adalah sebuah upaya memahamai sebuah totalisasi realitas.
Dalam obyek penelitian sendiri
Sejauh mana obyek penelitian memberikan
gambaran mengenai hubungan-hubungan
yang terjadi di dalam dirinya sendiri yang
memberikan mata rantai pemahaman
secara utuh dan mendalam mengenai
5. Keseimbangan Historis dirinya.

Obyek lampau dan peneliti aktual


Peristiwa masa lampau dipahami
menggunakan perspektif masa kini.
Demikian halnya peneliti modern melihat
realitas masa kini menggunakan perspektif
masa lampau.
6. Idealisasi
@Peneliti berusaha memahami obyek yang diteliti atau kenyataan
secara lebih mendalam.
@Dalam refleksi atas obyek, ekspresi, realitas yang diteliti peneliti
mengkonstruksi suatu gambaran atau struktur yang murni dan
konsisten, dan memperlihatkan ciri-ciri yang khas dari khas dari obyek
atau subyek yang diteliti.
@Kemurnian kenyataan / realitas yang kemudian diungkapkan.
Meskipun barangkali kemurnian tersebut sulit ditangkap karena ada
banyak penyimpangan, setidak-tidaknya hakikat terdalam dari realitas
tersebut diungkapkan.
7. Komparasi
• Melihat hubungan yang saling mempengaruhi di antara
obyek atau subyek yang diteliti. Bagaimana, relasi,
interaksi, dan fungsi di antara mereka.
• Memperlihatkan kesamaan dan perbedaan di antara
obyek atau subyek yang diteliti.
• Komparasi dapat dilakukan dengan obyek sama atau
serupa dan dengan obyek yang berbeda.
• Komparasi juga dapat dilakukan antara obyek yang lemah
dan yang kuat.
• Dialektis atau dialogis
• Mengandung keterhubungan dengan
konsep dan kata-kata lain

8. Bahasa Inklusif atau Analogal


• Analogi antara peristiwa, persoalan, atau
realitas, dsb.
• Analogi antara situasi atau kasus yang
ebih terbatas dengan yang lebih luas.
• Struktur yang satu akan dilihat juga
bekerja dalam susunan yang lebih luas.
9. Deskripsi
• Seluruh hasil penelitian harus dibahasakan.
• Ada kesatuan mutlak antara bahasa dan pikiran.
• Pemahaman baru akan dapat dipahami jika dibahasakan dengan
baik dan mudah dipahami.
• Melalui eksplisitasi pemikiran, suatu pengalaman yang tidak disadari
dapat mulai berfungsi dalam kesadaran atau pemahaman manusia.
• Pemikiran yang dibahasakan menurut kekhususan dan
keknkretannya akan terbuka menjadi pemahaman umum.
• Kenyataan dijadikan suatu cerita.
8. Heuristika
Pengertian:
• Yunani : heuriskein; bandingkan dengan heureka: saya telah
menemukan(nya).
• Menemukan jalan baru untuk memecahkan masalah.
• Filsafat tidak membuat penerapan praktis baru, tetapi menemukan visi dan
pemahaman baru atas suatu realitas.
• Pemahaman baru selalu lebih kaya dari pada teori atau konsep yang diteliti.
• Pemahaman baru harus melalui proses interpretasi, komparasi, pengujian
ilmiah, dsb agar tidak menyimpang dan menyesatkan.
• Maka penelitian filsafat selalu berusaha membongkar pemahaman-
pemahaman lama dan menawarkan suatu pemahaman baru atas realitas
tersebut.
• Heuristika adalah metode “logika kreativitas.”
Kaidah-kaidah heuristika:
© Perumusan sistematis
© Penyelidikan asumsi dasar
© Pencarian alternatif
© Perhatian terhadap inkonsistensi
© Kepekaan terhadap masalah-masalah yang muncul.

Anda mungkin juga menyukai