Anda di halaman 1dari 2

Bahaya Pneumoconiosis Mengintai Kita

oleh : Betha Januardi Budaya

Jakarta adalah Ibu Kota terpadat urutan ke-9 di dunia (UN Habitat, 2015) dengan
jumlah populasi pada tahun 2017 berdasarkan Badan Pusat Statistik mencapai
10,37 juta jiwa. Populasi yang tinggi dan terus meningkat tersebut juga berpengaruh
kepada penggunaan bahan bakar fosil yang juga terus meningkat. Menurut data
Pertamina, total konsumsi BBM di wilayah MOR III (DKI Jakarta, Jawa Barat,
Banten) mencapai 33,821 kilo liter per hari pada periode bulan Januari 2017.
Tingginya konsumsi BBM tersebut akan menyebabkan tingginya bahaya kimia yang
berasal dari partikel dan polutan hasil pembakaran bahan bakar fosil.

(Sumber : World Air Quality Report 2018 by IQAir AirVissual, 2019)

Salah satu partikel yang sangat berbahaya bagi manusia adalah PM 2,5 (Particulate
Matter 2,5). PM 2,5 merupakan partikel yang sangat kecil yaitu sebesar 2,5 μm dan
berasal dari asap kendaraan bermotor. Menurut data dari World Air Quality Report
tahun 2018 yang dikeluarkan oleh IQAir AirVissual, Jakarta menempati peringkat ke-
10 di dunia untuk kota dengan rata – rata konsentrasi PM 2,5 per tahun tertinggi
yaitu mencapai 45,3 μg/m³ dengan kategori Unhealthy for Sensitive Groups,
sedangkan peringkat pertama ditempati oleh Delhi, India dengan rata – rata
konsentrasi PM 2,5 per tahun mencapai 113,5 μg/m³. Bahkan di Asia Tenggara,
Jakarta menempati peringkat pertama sebagai kota dengan rata – rata konsentrasi
PM 2,5 tertinggi di atas Hanoi, Vietnam. Tingginya konsentrasi PM 2,5 di Jakarta
akan berdampak buruk pada kesehatan masyarakat, khususnya penyakit gangguan
pada pernapasan, diantaranya adalah Pneumoconiosis.
Pneumoconiosis merupakan penyakit pernapasan yang terjadi akibat penumpukan
debu atau partikel di dalam paru – paru yang terhirup dari lingkungan. Gejala
Pneumoconiosis dapat berupa batuk produktif yang menetap dan sesak nafas saat
beraktifitas (Susanto, 2011). Dikarenakan memiliki gejala yang mirip dengan
gangguan pernapasan biasa, Pneumoconiosis jarang terdeteksi karena memiliki
efek jangka panjang yang dapat merusak paru – paru hingga menyebabkan
kematian.

(Sumber : Detik Health, 2017)

Dalam lingkungan kerja, terdapat istilah Penyakit Akibat Kerja (PAK) yaitu penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. Pneumoconiosis merupakan
salah satu PAK yang dapat timbul pada pekerja – pekerja yang bekerja di area
tambang, area proyek konstruksi, maupun area pabrik, dikarenakan debu dan
partikel yang timbul dari aktifitas proses di area – area tersebut terhirup oleh pekerja.

Salah satu pengendalian risiko yang dilakukan untuk melindungi pekerja dari bahaya
Pneumoconiosis adalah dengan memasang dust collector di area pabrik serta
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker yang sesuai dengan jenis dan
kegunaannya. Penggunaan masker dengan PM 2,5 filter juga sangat dianjurkan
untuk digunakan oleh masyarakat yang menggunakan kendaraan umum atau
pengendara motor di kota – kota besar khususnya di Jakarta, agar terlindung dari
bahaya Pneumoconiosis.

Anda mungkin juga menyukai