Anda di halaman 1dari 9

Yogyakarta, 8 Januari 2024

Nomor : 129/Rpk/TA/II/2018
Perihal : Replik Disertai Jawaban Tergugat

Yth.
Ketua Pengadilan Negeri
Pada Pengadilan Negeri Yogyakarta
Jl. Kapas No.10, Semaki, Kec. Umbulharjo, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55166

Dengan hormat,

Kami yang bertanda tangan dibawah ini:

1. Ronald Marinus Hutabarat, S.H., Adv. LL.M.


2. Sugeng Wahyudi Pangestu, S.H., M.H.

Para Advokat yang berkantor di “MWP Law Office” yang berkedudukan di


Yogyakarta beralamat di Jalan Doktor Sutomo No. 54a, Baciro, Kec. Gondokusuman,
Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55211, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus Nomor: 30/SKK/TA/I/2018 tanggal 9 Januari 2018 (terlampir), yang telah
didaftarkan di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Yogyakarta, dalam hal ini
bertindak baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama sebagai kuasa hukum untuk atas
nama:

PT BANGUN JAYA KONSTRUKSI, Perseroan Terbatas yang didirikan


berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Yogyakarta dan
beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No.49, Terban, Kec. Gondokusuman, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55223. Didirikan
berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan Nomor AHU-50310.AH.04.03 tertanggal
06 Desember 2009 (Bukti P-2) yang dibuat dihadapan Notariss BUDI WASESA,
S.H., M.H., M.Kn., dan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik
Indonesia Nomor AHU-50310.AH.04.03 tertanggal 28 Desember 2009 (Bukti P-
3), untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT

Dengan ini PENGGUGAT mengajukan Gugatan Wanprestasi terhadap:

PT AMERTA MEDIKALOKA, Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan


hukum Negara Republik Indonesia, Berkedudukan di Yogyakarta, beralamat di
Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 56, Klitren, Gondokusuman, Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55222. Dalam hal ini diwakili oleh
Nabil Naufal, S.H., L.L.M. dan Andriany Cindy, S.H., L.L.M. sebagai kuasa
hukumnya, untuk selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT

Bahwa PENGGUGAT menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil Jawaban


TERGUGAT, kecuali yang diakui dengan tegas kebenarannya oleh
PENGGUGAT.

Adapun alasan-alasan penolakan dan dalil-dalil Replik PENGGUGAT terhadap


Jawaban TERGUGAT selengkapnya adalah sebagai berikut:

I. DALAM EKSEPSI
Bahwa PENGGUGAT secara tegas membantah dan menolak seluruh dalil-
dalil Jawaban TERGUGAT, kecuali dalam hal-hal yang secara tegas diakui
kebenarannya oleh PENGGUGAT sebagai berikut:

A. GUGATAN YANG DIAJUKAN OLEH PENGGUGAT TELAH


JELAS DAN TIDAK KABUR (OBSCUUR LIBEL)
1. Bahwa PENGGUGAT menolak dengan tegas dalil jawaban
bagian A angka 1 sampai 8 yang menyatakan bahwa dalil
gugatan Penggugat terkait perbuatan ingkar janji
(Wanprestasi) tidak dapat dipahami, tidak dapat dimengerti
serta tidak dapat dinilai apakah benar Tergugat telah
melakukan perbuatan ingkar janji sebagaimana yang telah
dituduhkan oleh Penggugat ataukah sesungguhnya
Penggugatlah yang telah melakukan perbuatan Wanprestasi
atas penyelesaian dalam pembangunan proyek Rumah
Sakit Griya Amerta Yogyakarta sehingga Tergugat
mengalami kendala dan hambatan dalam melakukan
pembayaran yang berakibat terjadinya keterlambatan dalam
pembayaran Rumah Sakit Griya Amerta Yogyakarta
sebagaimana yang Penggugat maksud dalam Gugatan
Penggugat;
2. Bahwa secara eksplisit, PENGGUGAT mempersoalkan
permasalahan wanprestasi terhadap pembayaran atas
pembangunan Rumah Sakit Griya Amerta Yogyakarta yang
tidak dipenuhi oleh TERGUGAT sesuai dengan Surat
Perjanjian Kerja Pemborongan Pembangunan Proyek
Rumah Sakit “Griya Amerta Yogyakarta” Nomor
010/SPKP/GJP/VI/2014;
3. Bahwa kerusakan dan tidak berfungsinya bangunan Rumah
Sakit Griya Amerta Yogyakarta akibat gempa dengan
skala 8,0 SR bukanlah bentuk wanprestasi dari
PENGGUGAT sebab analisis spesifikasi dan kontruksi
bangunan pada bukti P-26 menyatakan bahwa konstruksi
hanya dapat menahan gempa berkekuatan 6,0-7,9 SR
sehingga gempa yang melebihi skala ini akan berpotensi
untuk menyebabkan resiko kerusakan pada bangunan.
4. Bahwa PENGGUGAT telah memenuhi prestasi spesifikasi
bangunan sesuai dengan standar spesifikasi sehingga tidak
bertanggung jawab atas kerusakan bangunan dikarenakan
bencana gempa di atas standar konstruksi berkekuatan 6,0-
7,9 SR;
5. Bahwa TERUGAT memiliki kewajiban untuk
melaksanakan prestasi atas perjanjian yang dilakukan
dengan PENGGUGAT yakni melakukan pembayaran atas
proyek dikarenakan PENGGUGAT telah melaksanakan
prestasi perjanjian;
6. Bahwa berdasarkan uraian di atas, dalil PENGGUGAT
telah jelas dan tidak kabur karena PENGGUGAT secara
eksplisit menggugat pemenuhan prestasi berupa
pembayaran yang belum dilakukan oleh TERGUGAT
dikarenakan PENGGUGAT telah melaksanakan prestasi
berupa pembangunan Rumah Sakit Griya Amerta sesuai
dengan spesifikasi tahan gempa dengan skala 6,0-7,9 SR
sehingga kerusakan dikarenakan gempa skala 8,0 SR tidak
membuktikan bahwa PENGGUGAT melakukan
wanprestasi dengan membangun bangunan tidak sesuai
spesifikasi yang diperjanjikan.
B. PENGAJUAN GUGATAN TIDAK PREMATUR

7. Bahwa PENGGUGAT menolak dengan tegas dalil


Jawaban bagian C Angka 9 dan 10 sebab ketika
melayangkan gugatan wanprestasi tidak perlu menunggu
jangka waktu perjanjian habis;
8. Bahwa Wanprestasi terjadi apabila salah satu pihak tidak
memenuhi apa yang menjadi kewajibannya yang telah
ditetapkan dalam perikatan, baik perikatan yang timbul
karena perjanjian maupun undang-undang;
9. Bahwa TERGUGAT tidak memenuhi kewajibannya untuk
membayar Harga Pembayaran pembangunan Rumah Sakit
Griya Amerta Yogyakarta pada waktu dan tata cara
pembayaran yang telah ditentukan dalam Perjanjian
kepadaa PENGGUGAT sebagai PIHAK PERTAMA (Vide
Pasal 14 ayat (2c) Perjanjian kerja pemborongan Nomor
010/SPKP/GJP/VI/2014);
10. Bahwa PENGGUGAT telah memenuhi kewajibannya
sebagai PIHAK KEDUA dalam perjanjian kerja
pemborongan bangunan untuk menyelesaikan 100%
(seratus persen) Proyek Pembangunan Rumah Sakit Griya
Amerta Yogyakarta, selanjutnya diikuti dengan
penandatanganan Berita Acara Penyerahan Tahap Pertama
01/BAPTP/GJP/MP/X/2017 (Bukti P-22) oleh
PENGGUGAT dan TERGUGAT;
11. Bahwa pembayaran Proyek Pembangunan Rumah Sakit
Griya Amerta Yogyakarta seharusnya segera dilakukan
oleh TERGUGAT selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)
hari sejak PENGGUGAT mengajukan Surat Pengajuan
Pembayaran 04/PP/MP/X/2017 (Bukti P-25) tertanggal 17
September 2023;
12. Bahwa surat gugatan diajukan oleh PENGGUGAT
diterima oleh bagian kepaniteraan Pengadilan Negeri
Yogyakarta pada tanggal 1 Desember 2023 sehingga
gugatan tidak bersifat prematur;
13. Bahwa atas berdasar pada uraian diatas dalil Jawaban
bagian C angka angka 9 dan 10 tidaklah berdasar dan tidak
dapat diterima.
C. PENGGUGAT MEMPUNYAI HAK UNTUK MENGGUGAT
KARENA TIDAK MELAKUKAN WANPRESTASI
14. Bahwa PENGGUGAT menolak dengan tegas dalil
Jawaban bagian B angka 11 sampai dengan 15 sebab
bangunan Rumah Sakit Griya Amerta Yogyakarta telah
dibangun sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
Dokumen Perencanaan Konstruksi Pembangunan
01/PKP/GJP/VI/2014 (Bukti P-26);
15. Bahwa kerusakan dan tidak berfungsinya bangunan Rumah
Sakit Griya Amerta Yogyakarta bukan kesalahan dari
PENGGUGAT sebab analisis spesifikasi dan kontruksi
bangunan pada bukti P-26 hanya dapat menahan gempa
berkekuatan 6,0-7,9 SR sehingga gempa yang melebihi
skala ini akan berpotensi untuk menyebabkan resiko
kerusakan pada bangunan;
16. Bahwa baik PENGGUGAT maupun TERGUGAT telah
mengetahui resiko tersebut dan berdasarkan persetujuan
dari TERGUGAT pembangunan Rumah Sakit Griya
Amerta Yogyakarta tetap dilanjutkan;
17. Bahwa tidak terdapat keterkaitan antara kerusakan serta
tidak berfungsinya bangunan Rumah Sakit Griya Amerta
Yogyakarta dengan gugatan wanprestasi yang diajukan
PENGGUGAT sebab dasar gugatannya adalah pembayaran
termin ke IV atas pembangunan proyek Rumah Sakit Griya
Amerta Yogyakarta yang merupakan kewajiban dari
TERGUGAT untuk memenuhinya;

18. Berdasarkan seluruh uraian di atas, maka PENGGUGAT


terbukti tidak melakukan perbuatan Wanprestasi apapun
kepada TERGUGAT. Dengan demikian, PENGGUGAT
memiliki kapasitas hukum untuk menggugat sehingga
eksepsi TERGUGAT sudah seharusnya ditolak
II. DALAM POKOK PERKARA
D. TERGUGAT TIDAK MELAKSANAKAN KEWAJIBAN
PEMBAYARAN KEPADA PENGGUGAT BUKAN KARENA
FORCE MAJEURE, MELAINKAN KESALAHANNYA
SENDIRI
19. Bahwa pada intinya menolak dalil Jawaban dalam pokok
perkara yang menyatakan bahwa akibat keadaan force
majeure berupa gempa bumi di Yogyakarta yang terjadi
dalam rentang waktu masa pembayaran tahap keempat
proyek a quo sehingga TERGUGAT tidak dapat
melakukan prestasi yang telah disepakati dalam perjanjian
sebab pada rentang waktu 7 (tujuh) hari sejak berakhirnya
force majeure PENGGUGAT tidak mendapatkan
pemberitahuan secara tertulis dari TERGUGAT (Vide
Pasal 30 Perjanjian kerja pemborongan Nomor
010/SPKP/GJP/VI/2014);
20. Bahwa force majeure tidak dapat dijadikan alasan untuk
menunda kewajiban untuk membayar termin keempat
proyek a quo sebab setelah mengirimkan pemberitahuan
secara tertulis pihak yang mengalami force majeur mulai
melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagaimana
dimaksud dalam Perjanjian a quo (Vide Pasal 30 Perjanjian
Kerja Pemborongan Nomor 010/SPKP/GJP/VI/2014);
Bahwa PENGGUGAT tidak melakukan wanprestasi
sebagaimana disebutkan dalam dalil Jawaban TERGUGAT
sebab PENGGUGAT telah melakukan pembangunan
rumah sakit sesuai dengan Dokumen Perencanaan
Konstruksi Pembangunan 01/PKP/GJP/VI/2014 (Bukti P-
26);
21. Bahwa sesuai analisis tanah pada Bukti P-26 menandakan
spesifikasi gedung hanya dapat tahan gempa dengan 6,0-
7,9 SR;
22. Bahwa atas persetujuan TERGUGAT pembangunan
Rumah Sakit Griya Amerta Yogyakarta tetap dilanjutkan;
23. Bahwa TERGUGAT dengan jelas dan tegas melakukan
perbuatan wanprestasi dengan tidak memenuhi pembayaran
proyek a quo selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak
PENGGUGAT mengajukan Surat Pengajuan Pembayaran
04/PP/MP/X/2017 (Bukti P- 25) tertanggal 22 Oktober
2017 sehingga PENGGUGAT melayangkan Somasi
Pertama Nomor 012/TA/SOM1/XI/2017 (Bukti P-27)
tertanggal 20 Oktober 2023, Surat Somasi Kedua Nomor
019/TA/SOM2/XII/2017 (Bukti P-28) tertanggal 4
Novemberr 2023 , dan Surat Somasi Ketiga Nomor
025/TA/SOM3/XII/2017 (Bukti P-29) tertanggal 18
November 2023.
24. Bahwa pada intinya berdasarkan uraian diatas, maka
keadaan force majeure bukan merupakan alasan yang dapat
digunakan oleh TERGUGAT untuk tidak melaksanakan
prestasinya dan alasan force majeure yang digunakan oleh
TERGUGAT hanya untuk menutupi kelalaian pihak
TERGUGAT. Terkait dengan risiko, Asser dalam buku
“Pengajian Hukum Perdata Belanda” (hal. 354 – 355)
mengatakan bahwa keadaan pribadi debitur, seperti
ketidakmampuan membayar dan keadaan sakit menjadi
tanggung jawab debitur dan tidak dapat dijadikan sebagai
alasan force majeur.

IV. DALAM REKONVENSI


25. TERGUGAT REKOVENSI membantah pernyataan yang dibuat
oleh Pihak PENGGUGAT REKOVENSI dalam rekonvensi dan
menolak klaim-klaim yang diajukan.
26. Terkait dengan klaim pertama Pihak PENGGUGAT
REKONVENSI yang menyatakan Bahwa TERGUGAT
REKONVENSI telah melakukan ingkar janji (wanprestasi)
terhadap spesifikasi barang yang diperjanjikan dimana pada
Pasal XX Perjanjian Pekerjaan XX dijelaskan bahwa bangunan
rumah sakit yang dibangun akan tahan terhadap adanya gempa
bumi, TERGUGAT REKONVENSI membantah bahwa telah
melakukan wanprestasi atau ingkar janji karena telah memenuhi
kewajiban sesuai dengan Perencanaan Konstruksi Pembangunan
01/PKP/GJP/VI/2014 (Bukti P-26) dan spesifikasi yang diatur
di dalamnya.
27. Terkait dengan klaim kedua Pihak PENGGUGAT
REKONVENSI yang mengenai kerugian dalm Laporan laba
rugi 78/LLR/AM/XI/2023 (Bukti T-5) akibat rubuhnya
bangunan, Pihak TERGUGAT REKONVENSI menyatakan
tidak bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh Pihak
PENGGUGAT REKONVENSI sebagai akibat dari gempa bumi
tersebut. Hal ini bukan merupakan tindakan atau bukti dari
wanprestasi, dan Pihak TERGUGAT REKONVENSI telah
membangun bangunan rumah sakit sesuai dengan spesifikasi
yang diatur dalam perjanjian.
28. Pihak TERGUGAT REKONVENSI membantah klaim yang
menyatakan bahwa harus membayar uang sebesar Termin (1),
(2), dan (3) kepada Pihak PENGGUGAT REKONVENSI. Pihak
TERGUGAT REKONVENSI tidak mengakui jumlah kerugian
sebagaimana yang diuraikan dalam bukti yang diajukan oleh
Pihak PENGGUGAT REKONVENSI dikarenakan kerugian
tersebut terjadi di luar tanggung jawab Pihak TERGUGAT
REKONVENSI

V. PETITUM
Berdasarkan uraian di atas, PENGGUGAT mohon kepada Majelis Hakim
yang memeriksa dan mengadili perkara ini agar berkenan memutuskan:

DALAM EKSEPSI DAN REKONVENSI

1. Menolak Eksepsi TERGUGAT untuk seluruhnya;


2. Menerima Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya.
3. Menolak Rekonvensi TERGUGAT untuk seluruhnya
DALAM POKOK PERKARA
1. Mengabulkan Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menyatakan secara sah TERGUGAT telah melakukan perbuatan
wanprestasi;
3. Menyatakan bahwa Surat Perjanjian Kerja Pemborongan
Pembangunan Nomor 010/SKP/GJP/VI/2014 adalah sah dan
berlaku bagi kedua pihak.
4. Menghukum TERGUGAT untuk membayar pekerjaan proyek
Rumah Sakit Griya Amerta Yogyakarta termin ke IV senilai Rp
110.000.000.000,00,- (seratus sepuluh milyar rupiah).
5. Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya perkara yang
timbul;
6. Menyatakan putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
(uitvoerbaar bij voorrad), meskipun ada upaya hukum verzet,
banding, dan kasasi.

Hormat Kami,
Kuasa Hukum Penggugat
Marinus Wahyudi and Partners

Ronald Marinus Hutabarat, S.H., Adv LL.M.

Sugeng W. Pangestu, S.H., M.H.

Anda mungkin juga menyukai