Anda di halaman 1dari 8

Bandung, 10 November 2017

Nomor : 167/J-PmH/ZZ&P/XI/2017
Perihal : Jawaban Gugatan Perbuatan Melawan Hukum

Kepada
Yth. Majelis Hakim Pemeriksaan Perkara Nomor 176/Pdt.G/2017/PN.Bdg
Jl. L. R.E Martadinata No. 74-80
di Bandung

Dengan hormat, kami yang bertanda tangan di bawah ini:


1. Zuhri Zulhas, S.H., M.H.
2. Agung Yadi, S.H., M.H.
3. Yudha Baskara, S.H.
Para Advokat/Pengacara, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri yang berkantor di Kantor
Hukum ZUHRI ZULHAS & PARTNERS, Jl. Roya, Kecamatan Batunggal, Kota Bandung
19831, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 2 Oktober 2017, baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama, dalam hal ini bertindak selaku kuasa hukum untuk dan atas nama:
1. Naufal Baihaqy, Laki-Laki, berumur 30 tahun, berkewarganegaraan: Indonesia,
pekerjaan: Pekerja Konstruksi, beralamat di Jl. Caringin, Kecamatan Cicendo, Kota
Bandung, yang selanjutnya akan disebut sebagai TERGUGAT I
2. PT Waskita Jaya Abadi, merupakan perusahaan konstruksi, berkedudukan di Jl.
Kebon Waru No. 72, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung, yang selanjutnya
akan disebut sebagai TERGUGAT II;
3. Husen Bakar, Laki-Laki, berumur 48 tahun, berkewarganegaraan: Indonesia,
pekerjaan: Direktur Utama PT Waskita, beralamat di Jl. Mahesa No. 87, Desa
Cibengkang RT 01/07, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, untuk selanjutnya
disebut sebagai TERGUGAT III;
Selanjutnya secara bersama-sama disebut sebagai PARA TERGUGAT

Dalam perkara melawan, Ekaputri Rahayu, beralamat di Jl. Cigondewah No. 12, Desa
Cigondewah Kaler, RT 01/06, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, dalam hal ini telah
dikuasakan kepada Andika Mahesa, S.H., M.H., Adhitya Pratama, S.H., M.H., dan Mamen
Septian, S.H. selaku advokat dari Kantor Hukum ANDIKA MAHESA & PARTNERS yang
beralamat di Jl. Riau No. 15, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung 19830, yang
selanjutnya akan disebut sebagai PENGUGGAT

Dengan ini menyampaikan dalil-dalil eksepsi dan jawaban atas gugatan yang diajukan oleh
PENGGUGAT melalui Pengadilan Negeri Bandung dalam perkara nomor
176/Pdt.G/2017/PN.Bdg pada tanggal 9 Oktober 2017 sebagai berikut:
I. DALAM EKSEPSI
a. Gugatan ERROR IN PERSONA
Bahwa apabila diperhatikan secara teliti dan seksama Gugatan PENGGUGAT
secara yuridis dan fakta hukum Gugatan PENGGUGAT mengandung
ketidaksempurnaan dan sekaligus tidak memenuhi persyaratan formil dalam
membuat suatu gugatan perkara perdata karena PENGGUGAT telah keliru
dalam menentukan subjek TERGUGAT II yang seharusnya PT Waskita Jaya
Abadi, namun PENGGUGAT menyebutkan PT Waskita (Error in Persona).
Berdasarkan hal ini mohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bandung
untuk mengabulkan eksepsi PARA TERGUGAT dan menyatakan menolak
gugatan PENGGUGAT seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan Gugatan
PENGGUGAT tidak dapat diterima (Niet Onvankilijke Verklaard).
b. Gugatan Tidak Jelas (OBSCUUR LIBEL)
- Bahwa fakta hukum terkait kerugian yang dialami sebagaimana disebutkan
dalam posita 6 hanya terdiri dari teras, garasi rumah, dan mobil Honda CRZ
Hybrid tersebut sangat membingungkan karena dalam posita 9
PENGGUGAT merinci kerusakan mobil akibat tertimpa kanopi bukan
akibat tertabrak oleh excavator yang dikendarai oleh TERGUGAT I.
Diketahui bahwa kanopi tersebut dalam kondisi rusak di beberapa bagian
tiang. Dengan demikian gugatan PENGGUGAT tidak jelas atau kabur
karena tidak terdapat hubungan kausalitas diantaranya, maka seyogyanya
Majelis Hakim untuk menolak atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima
Gugatan PENGGUGAT.;
- Bahwa terhadap posita gugatan PENGGUGAT tentang perbuatan melawan
hukum adalah tidak jelas dan terang, karena tidak secara tegas
memperlihatkan unsur-unsur adanya perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh PARA TERGUGAT. Tidak terpenuhinya salah satu unsur
Perbuatan Melawan Hukum akan berakibat gugatan tidak diterima dan
seyogyanya Majelis Hakim untuk ditolak;
- Bahwa sebagaimana yang didalilkan oleh PENGGUGAT dalam posita 10
terkait “sifat melawan hukum dari perbuatan PARA TERGUGAT serta
kerugian yang timbul karena perbuatannya, masuk dalam kualifikasi
Perbuatan Melawan Hukum” adalah keliru karena TERGUGAT II, dan III
tidak melakukan suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian bagi
PENGGUGAT atau dapat dikatakan sebagai Perbuatan Melawan Hukum
sehingga ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata tidak dapat dilekatkan pada
TERGUGAT II, dan III. Oleh karena itu dalil PENGGUGAT yang
menyebutkan perbuatan PARA TERGUGAT merupakan Perbuatan
Melawan Hukum adalah sangat keliru dan Majelis Hakim patut untuk
menolak atas tidak dapat diterima;
- Bahwa PENGGUGAT telah keliru dalam menguraikan status kepemilikan
excavator merek Caterpillar D2IP-7E yang diyakini oleh PENGGUGAT
merupakan milik TERGUGAT II, melainkan TERGUGAT II hanya
sebagai penyewa dari PT Jasa Raharja yang dibuktikan dengan Perjanjian
Sewa TERGUGGAT II dengan Pihak PT Jasa Raharja hingga proyek
perbaikan jalan selesai;
II. DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa benar sebagaimana yang tercantum dalam posita 1, 2, 3, dan 4 terkait
identitas sesuai dengan yang dijelaskan oleh PENGGUGAT;
2. Bahwa benar sebagaimana yang tercantum dalam posita 5 telah terjadi
peristiwa pada 4 Juli 2017 pukul 22.30 WIB oleh TERGUGAT I yang
menabrak rumah milik PENGGUGAT yang beralamat di Jl. Cigondewah
Raya No. 21, Kota Bandung, menggunakan excavator saat proyek
pengerjaan perbaikan jalan memasuki KM 8 (Kilometer delapan);
3. Bahwa benar sebagaimana yang tercantum dalam posita 6, TERGUGAT I
yang menggunakan excavator, kemudian melakukan kelalaian dengan
menabrak rumah milik PENGGUGAT mengakibatkan kerugian bagi
PENGGUGAT karena rusaknya bagian teras, garasi rumah, dan mobil
Honda CRZ yang berada dalam garasi rumah milik PENGGUGAT, dengan
nomor polisi D 374 PUT. Namun, setelah dilakukan pengecekan kembali
secara menyeluruh bahwa penyebab rusaknya mobil PENGGUGAT adalah
karena tiang penyangga dari kanopi rumah milik PENGGUGAT sudah
tidak mampu menopang kanopi tersebut karena terdapat beberapa tiang
yang telah bengkok sehingga saat TERGUGAT I tidak sengaja menabrak
rumah PENGGUGAT kanopi langsung jatuh dan menimpa mobil
PENGGUGAT dan mengakibatkan mobil PENGGUGAT rusak;
4. Bahwa tidak benar yang tercantum dalam posita 8 bahwa PENGGUGAT
beralasan tidak mendapatkan kesepakatan dari PARA TERGUGAT sampai
hampir 2 (dua) bulan proses ganti rugi tersebut dan tidak menghasilkan
kesepakatan apapun, sebab TERGUGAT II, dan TERGUGAT III, tidak
bertanggungjawab atas kelalaian TERGUGAT I sebagaimana yang
dijelaskan pada butir 3. Sehingga, musyawarah seharusnya dilakukan hanya
antar pihak PENGGUGAT dan TERGUGAT I, karena pihak
TERGUGAT II, dan TERGUGAT III tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban;
5. Bahwa tidak benar yang tercantum dalam posita 9, bahwa tidak adanya
itikad baik PARA TERGUGAT untuk membayar ganti kerugian terhadap
PENGGUGAT telah menimbulkan kerugian bagi PENGGUGAT karena
dalam hal ini PARA TERGUGAT telah menawarkan ganti kerugian
sebesar Rp 50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah) kepada PENGGUGAT
namun PENGGUGAT tidak mau menerimanya dikarenakan jumlah ganti
kerugiannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh PENGGUGAT.
Oleh karena itu, atas dasar hati nurani PARA TERGUGAT memberikan
uang permintaan maaf dan biaya sementara pengurusan perbaikan sebesar
Rp 1.000.000 (Satu Juta Rupiah);
6. Bahwa tidak benar yang tercantum dalam posita 10 yang menggunakan
dasar hukum Pasal 1367 KUHPerdata dalam kasus ini. Sebab kelalaian yang
dilakukan oleh TERGUGAT I, tidak diketahui ataupun dapat dicegah oleh
TERGUGAT II, dan TERGUGAT III, sebagaimana yang tercantum
dalam perjanjian kontrak kerja maka tidak bisa dimintakan
pertanggungjawaban kepada TERGUGAT II, dan TERGUGAT III.
Maka, dari itu TERGUGAT I bukan menjadi tanggungan dari
TERGUGAT II, dan TERGUGAT III;
7. Bahwa tidak dapat dilakukan sita jaminan sebagaimana yang tercantum
dalam posita 11 terhadap excavator karena excavator tersebut bukan
merupakan milik TERGUGAT II, melainkan milik pihak ketiga yang
digunakan atas adanya perjanjian sewa menyewa antara TERGUGAT II
dengan pihak ketiga. Sehingga tidak dapat dilakukan sita jaminan atas
excavator yang merupakan milik pihak ketiga;
8. Bahwa PARA TERGUGAT membantah dan menolak dengan tegas apa
yang disampaikan PENGGUGAT pada Posita angka ke-12, yang dimana
dalam posita tersebut PENGGUGAT mohon agar PARA TERGUGAT
dihukum membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp 1.000.000,- (satu
juta rupiah) perhari, atas keterlambatan dalam melaksanakan putusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Karena Jenis
Gugatan yang diajukan oleh PENGGUGAT adalah Gugatan Perbuatan
Melawan Hukum mengenai tuntutan ganti kerugian maka Dwangsom
sendiri tidak bisa diterapkan karena Dwangsom hanya bisa berlaku terhadap
perkara gugatan yang telah tidak melaksanakan suatu perbuatan tertentu
karena wanprestasi sebagaimana diatur dalam Pasal 1234 BW. selanjutnya,
Permohonan Uang Paksa (Dwangsom) yang diajukan PENGGUGAT tidak
mempunyai dasar hukum sama sekali, karena berdasarkan Pasal 606a dan
606b RV, Uang Paksa (Dwangsom) hanya dapat dituntut apabila putusan
hakim yang dijatuhkan tidak berupa pembayaran sejumlah uang, sedangkan
tuntutan PENGGUGAT itu sendiri adalah tuntutan pembayaran uang
berupa ganti kerugian, sehingga Uang Paksa (Dwangsom) yang
PENGGUGAT ajukan di dalam dalil Posita Gugatan angka ke 12 haruslah
ditolak karena tidak mempunyai dasar hukum sama sekali.
III. DALAM REKONVENSI
1. Bahwa apa yang telah terurai dalam Konvensi tersebut diatas mohon secara
mutatis mutandis (tidak terpisahkan) dijadikan bagian dari Rekonvensi ini;
2. Bahwa untuk selanjutnya PARA TERGUGAT mohon disebut sebagai
PENGGUGAT REKONVENSI dan PENGGUGAT mohon disebut
sebagai TERGUGAT REKONVENSI;
3. Bahwa atas tindakan PENGGUGAT REKONVENSI yakni TERGUGAT
I adalah pekerja konstruksi yang mengendarai excavator telah mengalami
cedera serius di bagian tangan, kaki, dan punggung diakibatkan jatunhya
kanopi TERGUGAT REKONVENSI yang sudah bengkok dan tidak
layak. Maka TERGUGAT REKONVENSI harus menanggung biaya
pengobatan TERGUGAT I dalam KONVENSI di Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung sebesar Rp. 5.000.000 (Lima Juta Rupiah);
4. Bahwa tindakan TERGUGAT REKONVENSI telah mencoreng reputasi
nama baik TERGUGAT II dalam KONVENSI sebagai perusahaan
dengan menyebarkan berita tersebut kepada publik sehingga perusahaan
mengalami kerugian waktu, tenaga, serta kerugian immateriil atas tindakan
TERGUGAT REKONVENSI. Maka dengan tindakan tersebut
PENGGUGAT REKONVENSI berdaarkan Pasal 1372 KUHPerdata
“tuntutan perdata tentang hal penghinaan adalah bertujuan mendapat
penggantian kerugian serta pemulihan dan kehormatan nama baik” berhak
untuk menerima ganti kerugian secara materiil dan immateriil untuk
memulihkan kehormatan dan nama baik PENGGUGAT REKONVENSI.
Bahwa atas tindakan tersebut PENGGUGAT REKONVENSI meminta
ganti rugi atas kerugian immateriil sebesar 100.000.000 (Seratus Juta
Rupiah) atas kerugian waktu, tenaga, dan pencemaran nama baik yang
dilakukan TERGUGAT REKONVENSI
5. Bahwa dalam menangani perkara register Nomor : 176/Pdt.G/2017/PN.Bdg
PENGGUGAT REKONVENSI telah mengeluarakan biaya-biaya sebesar
Rp 10.000.000 (lima puluh juta rupiah), sehingga total kerugian materiil dan
immateriil sebesar Rp 110.000.000 (Seratus Sepuluh Puluh Juta Rupiah);

Berdasarkan dalil-dalil di atas, PENGGUGAT REKONVENSI mohon kepada yang


Terhormat Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan untuk
menjatuhkan putusan sebagai berikut:

PRIMAIR:
DALAM KONVENSI

DALAM EKSEPSI:
1. Menerima dan mengabulkan eksepsi PARA TERGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Gugatan PENGGUGAT ditolak atau tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijke Verklaard);

DALAM POKOK PERKARA:


1. Menolak gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya, atau setidak-tidaknya menyatakan
gugatan PENGGUGAT tidak dapat diterima;
2. Menyatakan bahwa PARA TERGUGAT tidak melakukan perbuatan melawan hukum
yang dimaksud oleh PENGGUGAT;
3. Menghukum PENGGUGAT untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara
ini;

DALAM REKONVENSI
1. Mengabulkan gugatan PENGGUGAT REKONVENSI;
2. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu (uit voerbaar bij vorraad)
meskipun timbul verzet atau banding;
3. Menghukum TERGUGAT REKONVENSI untuk membayar biaya yang timbul
dalam perkara ini.
SUBSIDER:
Apabila Yang Mulia Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo berpendapat
lain, maka mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa;

Demikian Jawaban PARA TERGUGAT ini disampaikan dan atas perhatian Majelis Hakim
yang memeriksa dan mengadili perkara a quo, kami Kuasa hukum PARA TERGUGAT
mengucapkan terima kasih.
Hormat kami, Kuasa Hukum Tergugat

Zuhri Zulhas, S.H., M.H.

Agung Yadi, S.H., M.H.

Yudha Baskara S.H.

Anda mungkin juga menyukai