Anda di halaman 1dari 3

SESI 7

PERILAKU & KONTROL SOSIAL


Secara simpel kita dapat mengartikan perilaku menyimpang, setiap perilaku individu yang
tidak sesuai dengan kebudayaan, kebiasaan, norma, hukum yang berlaku dalam
kelompok/organisasi sosial tertentu.
Secara umum, ada beberapa perilaku yang masuk kategori menyimpang. Antara lain:
 Perilaku Nonconform (perilaku yang tidak sejalan nilai-norma yang ada.) contoh
seorang pria bersandal jepit datang ke acara yang formal.
 Perilaku Antisosial (perilaku yang bertentangan dengan kebiasaan
masyarakat/kepentingan umum. Contoh: tidak mau bergaul dengan orang lain.
Homoseksual atau lesbian.
 Tindakan-tindakan yang mengarah pada kriminalitas. Contoh membunuh, merampok,
begal, korupsi dan lain sebagainya.

Definisi perilaku menyimpang bersifat relatif. Suatu perilaku terkadang dianggap


menyimpang oleh suatu kelompok tetapi dianggap normal oleh kelompok lain. Salah satu
contoh: secara normal seorang pria akan menyukai perempuan. Maka, jika ada pria
menyukai sesama pria akan dinilai menyimpang. Tetapi hal ini, tidak berlaku di sebagian
pondok pesantren, terutama pondok pesantren yang memisahkan tempat santri pria
dengan santri putri. Santri akan menilai hal biasa, ketika santri pria menyukai sesama
pria. Contoh lain, di salah satu desa di Kab. Sampang, warga terbiasa membawa celurit
kemana-mana. Jika tidak membawa celurit justru dianggap sebagai orang yang
sombong. Untuk itu, definisi perilaku menyimpang harus memperhatikan, waktu, tempat,
situasi, status sosial.

Ada 4 sudut pandang lain dalam mendefinisikan perilaku menyimpang:


1. Secara statistik: segala perilaku yang tidak dilakukan oleh mayoritas orang. Untuk
itu, definisi ini kadang mendiskreditkan kaum minoritas. Seperti yang pernah viral
di Madura yakni Jamet. Kelompok ini disisihkan di Madura karena dianggap
menyimpang menurut sebagian besar masyarakat Madura yang terkenal agamis.
2. Secara Absolut: perilaku yang tidak sesuai dengan aturan-aturan mutlak dan
sudah ada sejak dahulu. Biasanya terjadi di pedesaan yang sangat menjunjung
tinggi adat istiadat. Misalnya perempuan yang suka keluyuran tengah malam pasti
dianggap menyimpang.
3. Secara reaktif: perilaku akan masuk kategori menyimpang jika mendapat reaktif
dan respon dari masyarakt.
4. Secara normatif: suatu pelanggaran dari suatu norma sosial yang berdasar pada
aspek kepantasan.
Terdapat beberapa rangkaian kejadian penyebab individu cenderung menyimpang
perilakunya. Kualitas perilaku menyimpang dapat dikategorikan berdasar rangkaian
pengalaman hidupnya. Karir penyimpangan individu dimulai dari penyimpangan kecil
yang mungkin tidak disadari. Penyimpangan ini sering disebut penyimpangan primer.
Individu melakukan penyimpang ini karena tidak mengetahui bahwa perilakunya
menyimpang. Contoh anak kecil ambil mangga milik tetangganya, tanpa ijin.
Penyimpang Sekunder: penyimpangan yang berkembang dari penyimpangan primer.
Anak kecil yang menilai mengambil mangga sebagai kenakalan biasa, tetapi, perilaku
tersebut berlanjut secara terus menerus hingga dewasa.
Subkultur menyimpang: perilaku menyimpang yang dilakukan secara berjamaah.
Subkultur adalah sekumpulan norma, nilai, kepercayaan, kebiasaan atau gaya hidup
yang berbeda dari kultur dominan. Contoh: komunitas punk atau komunitas bertato. Dia
memiliki persepsi sendiri dalam mengartikan komunitas dan tatonya.

Teori-teori sosiologis perilaku menyimpang


Teori-teori individualistik berusaha menganalisis perilaku menyimpang dari sudut
pandang keunikan yang mempengaruhi individu. Teori ini lebih banyak membedah
secara personal si pelaku menyimpang, tanpa memperhatikan unsur-unsur sosial seperti
sosialisasi/norma-norma sosial yang menyimpang, unsur budaya dan kelompok sosial.
Ada 4 teori individualistik: Biologis (melihat perilaku menyimpang dari sisi keturunan
atau genetik). Pandangan ini menilai, perilaku menyimpang sebagai warisan dari orang
tua. Psikiatri: (perilaku yang mengarah kepada hal medis). Psikoanalisis dan
Psikologis.
Perspektif sosiologis, menjelaskan perilaku menyimpang dengan struktural dan
prosesual.
Teori Anomie
Penyimpangan sebagai dampak ketegangan-ketegangan struktural sosial yang
mengakibatkan individu tertekan, hingga akhirnya melakukan penyimpangan. Contoh:
kenaikan BBM yang mengakibat banyak orang mengalami kerugian dan kemunduran
bisnisnya, sehingga kehilang pekerjaan, kemudian memilih menjadi seorang kriminal.
Teori Sosialisasi
Perilaku menyimpang merupakan hasil dari belajar. Edwin H. Sutherland menyebut
penyimpangan sebagai konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan terhadap suatu
sikap/tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang. Terutama dari
subkultur. Misalnya di sekolah seorang murid diajari membuang sampah pada
tempatnya, tetapi begitu pulang ke rumah si murid tersebut melihat orang tuanya
membuang sampah sembarangan. Contoh lain, di pesantren seorang santri diajari untuk
tidak boleh merokok, tetapi begitu pulang ke rumahnya dia mendapati ayahnya seorang
perokok berat.
Teori Labeling
Teori ini tidak tertarik untuk mencari alasan mengapa individu terlibat atau melakukan
penyimpangan. Teori ini lebih fokus pada pentingnya definisi-definisi sosial & sanksi
sosial negatif yang berkaitan dengan tindakan menyimpang. Perilaku menyimpang
ditetapkan bukan berdasar pada norma-norma atau aturan, melainkan didasarkan pada
cap atau labeling dari orang lain. Sehingga labeling itu akan berakibat pada dorongan
individu untuk bertahan dengan cap perilaku menyimpang itu. Misalnya perempuan yang
menjadi pelacur karena faktor terpaksa. Sehingga dia mau berhenti, tetapi masyarakat
sudah kadung melabeli dia sebagai pelacur dan mendapat sanksi sosial, sehingga wanita
itu tetap menjalani profesi pelacur secara terus menerus.
Teori Kontrol
Penyimpangan terjadi akibat dari kekosongan kontrol atau pengendalian sosial. Asumsi
teori ini, bahwa setiap individu cenderung tidak patuh kepada aturan dan norma-norma
sosial.
Teori Konflik
Teori ini bertujuan untuk menganalisis asal-usul terjadinya pelanggaran aturan/norma-
norma sosial dan latar belakang individu melakukan penyimpangan sosial. Teori-teori
konflik menilai kejahatan sebagai suatu ciri-ciri yang tidak dapat diubah dari masyarakat
kapitalis.

Anda mungkin juga menyukai