SalinanKesehatanMental NaskahDianaVF
SalinanKesehatanMental NaskahDianaVF
Kesehatan Mental | i
KESEHATAN MENTAL
Penulis : Diana Vidya Fakhriyani
Editor : Dr. Mohammad Thoha, M.Pd.I.
Layout &
Desain Cover : Duta Creative
© vi+111; 16x24 cm
Desember 2019
ISBN : 978-623-7161-34-9
IKAPI : 180/JTI/2017
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2002
Tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2
3. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan
atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan
tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
KetentuanPidana
5. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
6. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Bismillahirrohmanirrahim
Puji syukur kepada Allah SWT. karena berkat rahmat dan
‘inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan buku
Kesehatan Mental. Shalawat dan salam tetap tercurah limpahkan
kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW. pembawa petunjuk
kebenaran bagi umat manusia.
Buku berjudul “Kesehatan Mental” ini berisi tentang teori,
konsep dan ruang lingkup dalam Kesehatan Mental. Sekaligus
kajian Kesehatan Mental yang berkenaan dengan nilai-nilai
profetik dan budaya lokal yang terpaparkan dalam beberapa bab.
Kajian dalam buku ini pada BAB 1 tentang Sejarah Kesehatan
Mental. BAB 2 tentang Konsep Dasar Kesehatan Mental. BAB 3
tentang Penyesuaian Diri & Kesehatan Mental. BAB 4 membahas
tentang Perkembangan Kesehatan Mental. BAB 5 mengenai
Manajemen Stres. BAB mengenai Agama & Kesehatan Mental.
BAB 7 Pengembangan Kesehatan Mental. BAB 8 membahas
tentang Konseling Islami dalam Mengembangkan Kesehatan
Mental. Dan BAB 9 mengenai Nilai-nilai Profetik, Budaya Lokal
& Kesehatan Mental.
Akhirnya, sebagai sebuah karya, tentu saja buku ini tidak
terlepas dari kelemahan dan kekurangan. Karenanya saran kritik
yang bersifat konstruktif senantiasa diharapkan guna
penyempurnaan pada edisi selanjutnya. Semoga buku ini
bermanfaat bagi para pembaca baik dari segi teoritik maupun
aplikasi di kehidupan sesuai ruang lingkup lingkungan masing-
masing.
PENULIS
PENGANTAR............................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................. iv
BAGIAN 1
SEJARAH KESEHATAN MENTAL.............................................. 1
A. Zaman Pra Ilmiah ...................................................................1
B. Zaman Modern ........................................................................3
Rangkuman ...................................................................................8
Latihan Soal ..................................................................................9
BAGIAN 2
KONSEP DASAR KESEHATAN MENTAL ................................ 10
A. Pengertian Kesehatan Metal ................................................ 10
B. Kesehatan Mental Menurut
World Health Organization (WHO) ....................................... 11
C. Karakteristik Kesehatan Mental .......................................... 12
D. Ruang Lingkup Kesehatan Mental ....................................... 16
E. Prinsip-prinsip Kesehatan Mental ....................................... 20
F. Tujuan & Fungsi Kesehatan Mental
bagi Kehidupan Individu ...................................................... 22
Rangkuman ................................................................................. 25
Latihan Soal ................................................................................ 26
BAGIAN 3
PENYESUAIAN DIRI ................................................................. 27
DAN KESEHATAN MENTAL .................................................... 27
A. Hubungan Penyesuaian Diri dengan Kesehatan Mental .... 30
B. Penyesuaian Diri yang Normal............................................. 31
C. Aspek & Karakteristik Penyesuaian Diri ............................. 33
D. Penyesuaian Diri yang Menyimpang.................................... 35
E. Penyesuaian Diri Perspektif Islam ....................................... 87
Rangkuman ................................................................................. 89
Latihan Soal ................................................................................ 90
BAGIAN 5
MANAJEMEN STRES ................................................................ 95
A. Teori Stress............................................................................ 95
B. Pandangan Mengenai Stres .................................................. 95
C. Stres pada Rentang Kehidupan ............................................ 98
D. Gejala Stres ........................................................................... 99
E. Faktor Penyebab Stres ........................................................ 100
F. Cara Mengelola Stres .......................................................... 101
Rangkuman ............................................................................... 104
Latihan Soal .............................................................................. 105
BAGIAN 6
AGAMA & KESEHATAN MENTAL ......................................... 106
A. Kesehatan Mental Perspektif Al-Qur’an, Hadits
& Khazanah Keislaman ...................................................... 106
B. Pengaruh Agama Terhadap Kesehatan Mental ................. 110
C. Moderasi Beragama & Kesehatan Mental ......................... 111
Rangkuman ............................................................................... 112
Latihan Soal .............................................................................. 113
BAGIAN 7
PENGEMBANGAN KESEHATAN MENTAL .......................... 114
A. Pengembangan Kesehatan Mental dalam Keluarga .......... 114
B. Pengembangan Kesehatan Mental di Sekolah ................... 116
C. Pengembangan Kesehatan Mental di Masyarakat ............ 116
Rangkuman ............................................................................... 117
Latihan Soal .............................................................................. 118
Kesehatan Mental | v
BAGIAN 8
KONSELING DALAM MENGEMBANGKAN KESEHATAN
MENTAL................................................................................... 119
A. Konseling untuk Kesehatan Mental ................................... 119
B. Konseling Perspektif Islam ................................................. 121
C. Konseling Islami dalam Mengembangkan
Kesehatan Mental ............................................................... 122
Rangkuman ............................................................................... 126
Latihan Soal .............................................................................. 127
BAGIAN 9
NILAI-NILAI PROFETIK, BUDAYA LOKAL, DAN KESEHATAN
MENTAL................................................................................... 128
A. Nilai-nilai Profetik & Kesehatan Mental ........................... 128
B. Kesehatan Mental dalam Budaya Madura ........................ 131
Rangkuman ............................................................................... 138
Latihan Soal .............................................................................. 139
Kesehatan Mental | 1
bertumbuh karena adanya pengaruh roh atau dewa yang
tinggal pada benda-benda tersebut.
Kepercayaan orang-orang Yunani kuno mengenai orang
yang mengalami gangguan mental adalah karena dewa marah
kepada orang tersebut dan membawa pergi jiwanya. Di sisi
lain, mereka juga percaya bahwa orang yang mengalami
gangguan mental adalah karena kehendak roh-roh yang
merasuki tubuh mereka dan mengganggu jiwa mereka.
Sehingga mereka membuat sesaji dan mengadakan pesta
dengan mantra dan kurban, sebagai usaha untuk menghindari
kemarahan dewa sekaligus sebagai persembahan untuk roh-
roh yang mereka yakini dengan persembahan tersebut dapat
menyembuhkan gangguan mental.
2. Naturalisme
Kepercayaan animisme mengalami perubahan pada
zaman Hipocrates (460-367). Ia beserta para pengikutnya
mengembangkan pendekatan “Naturalisme”, yang merupakan
pandangan revolusioner dalam pengobatan termasuk kejiwaan.
Naturalisme adalah suatu aliran yang memandang bahwa
gangguan fisik dan mental merupakan akibat dari alam, dan
bukan merupakan pengaruh roh, dewa, setan atau hantu yang
menyebabkan seseorang sakit.
Hipocrates mengatakan bahwa “Jika seseorang
memotong batok kepala, maka akan ditemukan otak yang
basah, dan mencium bau amis. Namun tidakakan melihat roh,
dewa, atau hantu yang melukai badan orang itu”(Yusuf 2011).
Selanjutnya, seorang tabib bedah hewan bernama Galen
mengembangkan ide “Naturalistik” tersebut.
Perkembangan selanjutnya, di kalangan kristen tidak
lagi menggunakan pendekatan naturalistik. Philipe Pinel
(1745-1826) yang merupakan seorang dokter Perancis
menggunakan filsafat politik dan sosial yang baru dalam
memecahkan masalah gangguan mental. Ia merupakan kepala
Rumah Sakit Bicetre di Paris, dimana pasien dengan gangguan
mental di RS ini, dirantai selama bertahun-tahun lamanya
bahkan ada yang selama 20 tahun atau lebih. Pasien dengan
gangguan mental dirantai dengan alasan mereka dianggap
berbahaya jika berkeliaran bebas dan bisa melukai orang lain
dan dirinya sendiri.
B. Zaman Modern
Pada tahun 1783 terjadi perubahan yang luar biasa
dalam sikap dan cara pengobatan terhadap orang yang
memiliki gangguan mental. Perubahan tersebut bergeser dari
faham animisme (irrational) dan tradisional ke arah sikap dan
pengobatan yang ilmiah (rasional). Pengobatan ilmiah
terhadap gangguan mental terjadi saat berkembangnya
psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika.
Pada saat itu, Benyamin Rush (1745-1813) menjadi staf
medis di Rumah Sakit Pensylvania, dengan 24 pasien yang
dianggap “lunatics” yakni orang yang mengalami gangguan
atau orang gila / sakit ingatan. Ia melakukan usaha dalam
memahami orang-orang yang menderita gangguan mental
dengan cara menulis artikel, koran, ceramah dan pertemuan
lainnya yang pembahasannya tentang gangguan mental.
Usaha yang dilakukannya membuahkan hasil, setelah 13
tahun dibangun rumas sakit yakni pada tahun 1796 yang
dikhususkan bagi penderita gangguan mental. Ruangan untuk
pasien gangguan mental dipisah antara pasien laki-laki dan
wanita.
Rush memberikan pengobatan kepada pasien gangguan
mental, secara berkesinambungan dengan cara memberikan
motivasi (dorongan) agar untuk bekerja, rekreasi, mencari
kesenangan, serta melakukan aktifitas-aktifitas lainnya
sehingga pasien memiliki kegiatan aktif dalam kesehariannya.
Usaha pengobatan terhadap pasien penderita gangguan
mental tersebut merupakan perkembangan dan masa transisi
dari pengobatan yang selama ini kurang manusiawi, seperti
pasien-pasien dikurung dalam ruangan tertutup, pengap,
Kesehatan Mental | 3
kurang udara karena kurangnya alat pentilasi, dan sesekali
mereka diguyur dengan air.
Pengobatan yang lebih baik yang dilakukan Rush
merupakan bagian dari perkembangan psikologi abnormal dan
psikiatri yang selanjutnya memberikan pengaruh lahirnya
Kesehatan Mental yang berkembang menjadi suatu ilmu
pengetahuan dengan beberapa gerakan-gerakannya yang
terorganisir.
Kesehatan mental, dalam perkembangannya dipengaruhi
oleh gagasan, pemikiran, dan inspirasi dari tokoh perintisnya
yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers.
Kedua tokoh itu lebih menekankan pada pencegahan gangguan
mental dan pertolongan yang diperuntukkan bagi orang-orang
lemah dan miskin.
Lahir pada tahun 1802 dan meninggal pada tahun 17 Juli
1887, Dorothea Lynde Dix merupakan seorang guru sekolah di
Massachusets. Ia menaruh perhatian pada orang-orang yang
mengalami gangguan mental. Sebagai sang perintis (pioneer),
ia memberikan pengobatan terhadap orang dengan gangguan
mental secara lebih manusiawi. Perjuangan untuk mengobati
orang-orang yang memiliki gangguan jiwa, ia lakukan selama
40 tahun.
Pada awalnya, usaha Dix pertama kali diarahkan bagi
para pasien gangguan mental di rumah sakit, kemudian
berlanjut pada orang-orang yang mengalami gangguan mental
yang dikurung di rumah-rumah penjara. Usaha yang ia
lakukan telah menggugah kesadaran masyarakat untuk
memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental.
Sehingga pada saat itu didirikan 32 rumah sakit jiwa di
Amerika Serikat, dan Dix sebagai salah satu pendirinya yang
layak mendapat pujian sebagai wanita berjasa besar pada abad
19 atas usaha-usaha tak kenal lelah yang telah dilakukannya.
Gerakan-gerakan dalam kesehatan mental secara formal
mulai muncul pada tahun 1909. Dalam dekade 1900-1909
beberapa organisasi berkaitan dengan kesehatan mental yang
telah didirikan, misalnya American Social Hygiene Association
(ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan-gerakan dalam bidang kesehatan
mental, tak terlepas dari jasa Clifford Whittingham Beers
(1876-1943). Pengalamannya yang luas dalam bidang
Kesehatan Mental | 5
Keempat, mengembangkan praktik-praktik dalam pencegahan
gangguan mental.
Gagasan Beers dalam programnya tersebut mendapat
respon positif dari para pakar seperti pakar psikologi yakni
William James dan pakar psikiatri yakni Adolf Meyer. Adolf
Meyer menyarankan agar gerakan dari program tersebut
dengan nama “Mental Hygiene”.
Gagasan Beers dalam terbitan bukunya tersebut
memunculkan organisasi pertama yaitu Connecticut Society for
Mental Hygiene. Kemudian pada tanggal 19 Februari 1909
yakni tepat setelah satu tahun organisasi pertama didirikan,
didirikan pula National Committee for Mental Hygiene, dengan
Beers sebagai sekretaris dalam organisasi tersebut. Organisasi
National Committee for Mental Hygiene bertujuan untuk
beberapa hal. Pertama, melindungi kesehatan mental
masyarakat. Kedua, menyusun standar perawatan bagi orang
yang memiliki gangguan mental. Ketiga, meningkatkan studi
tentang gangguan mental dalam segala bentuknya serta aspek
yang berkaitan dengan gangguan mental. Keempat,
memperluas pengetahuan mengenai kasus-kasus gangguan
mental yang dialami oleh orang yang terganggu mentalnya.
Kelima, mengkoordinir lembaga-lembaga perawatan gangguan
mental.
Menurut Deutsch, perkembangan gerakan kesehatan
mental pada pasca-Perang Dunia I memfokuskan bantuan bagi
orang yang mengalami masalah serius “war neurosis”. Setelah
perang dunia berakhir, gerakan “mental hygiene” semakin
berkembang pesat serta lingkup cakupannya semakin luas
dalam berbagai bidang, misalnya kesehatan masyarakat,
pendidikan, industri, pengobatan umum, kerja sosial,
kriminologi, dan bidang-bidang lainnya.
Legalitas hukum gerakan mental hygiene yakni pada
tanggal 03 Juli 1946, saat Presiden Amerika Serikat
menandatangani The National Mental Health Act. Naskah
tersebut merupakan blueprint yang komprehensif mengenai
program jangka panjang yang dimaksudkan utnuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan kualitas kesehatan mentalya. Tujuan dalam
naskah The National Mental Health Act meliputi beberapa hal.
Pertama, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
Kesehatan Mental | 7
Rangkuman
1. Sejak abad-19 di Jerman yakni pada tahun 1875 M, kajian
mengenai kesehatan mental sudah dikenal
2. Pada pertengahan abad ke-20 kajian tentang kesehatan
mental lebih berkembang seiring kemajuan ilmu dan teknologi
modern. Kesehatan mental sebagai ilmu yang praktis dan
banyak dipraktikkan dalam kehidupan manusia sehari-hari,
baik dalam bentuk bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan di semua aspek kehidupan individu, misalnya
dalam rumah tangga, sekolah-sekolah, lembaga-lembaga
pendidikan dan dalam masyarakat.
3. Awal mula munculnya kesehatan mental hanya terbatas pada
individu yang mempunyai gangguan kejiwaan dan tidak
diperuntukkan bagi setiap individu pada umumnya. Namun,
pandangan tersebut bergeser, kesehatan mental tidak terbatas
pada individu yang memiliki gangguan kejiawaan tetapi juga
diperuntukkan bagi individu yang mentalnya sehat yakni
bagaimana individu tersebut mampu mengeksplor dirinya
sendiri kaitannya dengan bagaimana ia berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya.
4. Sejarah tentang kesehatan mental dibagi atas Zaman Pra
Ilmiah dan Zaman Modern.
5. Zaman Pra Ilmiah terbagi menjadi zaman animisme, yakni
kepercayaan mengenai jiwa yang dikuasai oleh roh-roh atau
dewa-dewa; dan zaman naturalisme, yakni gangguan fisik dan
mental merupakan akibat dari alam bukan disebabkan oleh
pengaruh roh atau dewa.
6. Zaman Modern, pergeseran faham animisme (irrational) dan
tradisional ke arah sikap dan pengobatan yang ilmiah
(rasional). Pengobatan ilmiah terhadap gangguan mental
terjadi saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri
di Amerika
7. Benyamin Rush (1745-1813) menjadi staf medis di Rumah
Sakit Pensylvania, dengan 24 pasien yang dianggap “lunatics”
yakni orang yang mengalami gangguan atau orang gila / sakit
ingatan. Ia berusaha memahami orang-orang yang mengalami
gangguan jiwa dengan cara menulis artikel, koran, ceramah
dan pertemuan lainnya yang pembahasannya tentang
gangguan mental.
Latihan Soal
1. Sejarah kesehatan mental dibagi atas beberapa zaman.
Sebutkan zaman dalam Sejarah munculnya kesehatan mental!
2. Jelaskan bagaimana faham animisme dalam memandang
gangguan mental!
3. Mengapa metode “dirantai” pada zaman sebelum modern,
dianggap sebagai metode yang efektif untuk diterapkan pada
pasien yang memiliki gangguan mental?
4. Tokoh yang mempunyai peran dalam perkembangan kesehatan
mental, diantaranya adalah Dorothea Lynde Dix dan Clifford
Whittingham Beers. Ceritakan secara ringkas kontribusi
Clifford Whittingham Beers dalam perkembangan kesehatan
mental tersebut!
5. Apakah arti WHO? Serta jelaskan bidang pergerakan WHO!
Kesehatan Mental | 9
BAGIAN 2
KONSEP DASAR KESEHATAN MENTAL
A. Pengertian Kesehatan Metal
Dalam buku Mental Hygiene, Kesehatan mental
berkaitan dengan beberapa hal. Pertama, bagaimana seseorang
memikirkan, merasakan dan menjalani keseharian dalam
kehidupan; Kedua, bagaimana seseorang memandang diri
sendiri dan orang lain; dan Ketiga, bagaimana seseorang
mengevaluasi berbagai alternatif solusi dan bagaimana
mengambil keputusan terhadap keadaan yang dihadapi(Yusuf
2011).
Kesehatan mental merujuk pada kesehatan seluruh
aspek perkembangan seseorang, baik fisik maupun psikis.
Kesehatan mental juga meliputi upaya-upaya dalam mengatasi
stress, ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri, bagaimana
berhubungan dengan orang lain, serta berkaitan dengan
pengambilan keputusan.
Kesehatan mental tiap individu berbeda dan mengalami
dinamisasi dalam perkembangannya. Karena pada
hakitkatnya manusia dihadapkan pada kondisi dimana ia
harus menyelesaikannya dengan beragam alternatif
pemecahannya. Adakalanya, tidak sedikit orang yang pada
waktu tertentu mengalami masalah-masalah kesehatan mental
dalam kehidupannya.
Menurut Daradjat, kesehatan mental merupakan
keharmonisan dalam kehidupan yang terwujud antara fungsi-
fungsi jiwa, kemampuan menghadapi problematika yang
dihadapi, serta mampu merasakan kebahagiaan dan
kemampuan dirinya secara positif (Daradjat 1988). Selanjutnya
ia menekankan bahwa kesehatan mental adalah kondisi
dimana individu terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala penyakit jiwa (psychose).
Menurut H.C. Witherington, permasalahan kesehatan
mental menyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang
terdapat lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri, biologi,
sosoilogi, dan agama. Kesehatan mental adalah ilmu yang
meliputi sistem tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan
serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan
Kesehatan Mental | 11
lingkungan sekitarnya, sehingga individu terhindar dari
gangguan mental.
Terdapat beberapa istilah dalam mengungkapkan
kesehatan mental yaitu mental hygiene dan psiko-hygiene.
Kedua perbedaan istilah tersebut, sebenarnya tidak ada
perbedaan yang mendasar. Namun istilah yang sering dipakai
saat ini adalah kesehatan mental atau mental health.
Kesehatan Mental | 13
5. Mampu belajar mengalah dan merendahkan diri
sederajat dengan oran lain.
6. Tahu diri, yakni mampu menilai kekuatan dan
kekurangan dirinya baik dari segi fisik maupun
psikis, secara tepat dan obyektif.
7. Mampu memandang fakta sebagai realitas dengan
memperlakukannya sebagaimana mestinya (tidak
berkhayal).
8. Toleransi terhadap ketegangan atau sres, artinya
tidak panik saat menghadapi masalah sehingga
tetap positif antara fisik, psikis, dan sosial.
9. Memiliki integrasi dan kemantapan dalam
kepribadiannya.
10. Mempunyai tujuan hidup yang adekuat (positif dan
konstruktif).
11. Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman.
12. Mampu menyesuaikan diri dalam batas-batas
tertentu sesuai dengan norma-norma kelompok
serta tidak melanggar aturan-aturan yang telah
disepakati bersama atau aturan yang ditentukan
dalam kelompok.
13. Memiliki kemampuan untuk tidak teikat penuh oleh
kelompok. Artinya memiliki pendirian sendiri
sehingga mampu menilai baik-buruk maupun
benar-salah mengenai kelompoknya.
Menurut WHO, menyebutkan bahwa karakteristik
mental yang sehat adalah sebagai berikut.
1. Mampu belajar sesuatu dari pengalaman,
2. Mampu beradaptasi,
3. Lebih senang memberi daripada menerima,
4. Lebih cenderung membantu daripada dibantu,
5. Memiliki rasa kasih sayang,
6. Memperoleh kesenangan dari segala hasil
usahanya,
7. Menerima kekecewaan dengan menjadikan
kegagalan sebagai
pengalaman, serta
8. Selalu berpikir positif (positive thinking).
Secara rinci, Yusuf menyebutkan karakteristik pribadi
yang sehat mentalnya pada tabelberikut ini(Yusuf 2011).
Kesehatan Mental | 15
D. Ruang Lingkup Kesehatan Mental
Kesehatan mental dapat diterapkan di semua unit
kehidupan sosial, misalnya lingkungan keluarga, sekolah, serta
lingkungan sosial pada umumnya. Penerapan serta
pengembangan kesehatan mental di unit-unit sosial
terorganisir ini didasarkan pada prinsip psikologis. Artinya,
perkembangan kesehatan mental individu ditentukan oleh
kualitas kondisi psikologis / iklim lingkungan dimana individu
berada.
1. Kesehatan Mental dalam Keluarga
Penerapan kesehatan mental dalam keluarga sangat
penting untuk tercapainya suasana yang harmonis antar
anggota keluarga. Apabila hubungan interpersonal keluarga
misalnya, antar suami-istri, orangtua-anak, atau antar
saudara kurang harmonis, maka dalam keluarga tersebut
akan tercipta iklim psikologis yang tidak kondusif dan tidak
nyaman. Contohnya, sikap permusuhan, sibling rivalry yang
tidak sehat sehigga meneyebabkan iri hati (cemburu),
terjadinya pertengkaran, tidak memperhatikan nilai-nilai
moral. Suasana yang demikian kemudian dapat
menyebabkan individu dalam keluarga, khususnya anak
mengalami kesulitan atau bahkan kegagalan dalam
perkembangan untu mencapai mental yang sehat.
Sehingga sangatlah penting bagi suami istri dalam
mengelola keluarga untuk menciptakan suasana yang
kondusif dalam keluarga terutama bagi anak. Maka dari itu
konsep keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah
untuk memahami konsep-konsep atau prinsip-prinsip
kesehatan mental, sangat diperlukan karena berfungsi
untuk mengembangkan mental yang sehat serta mencegah
terjadinya mental yang sakit pada anggota keluarga.
Kesehatan Mental | 17
d. Kompetisi atau persaingan yang tidak sehat yang terjadi
antar pimpinan atau karyawan
e. Beban kerja yang terlalu berat, terlebih tidak sebanding
dengan honor yang dibayarkan
f. Lingkungan kerja yang kurang kondusif, misalnya terlalu
bisng, kotor, sumpek, ventilasi udara yang tidak ideal
g. Waktu istirahat yang kurang
h. Hari libur yang kurang jika dibandingkan dengan
rutinitas bekerja yang terlalu padat
i. Tidak adanya komunikasi terbuka antara pimpinan dan
karyawan
j. Jenjang karir atau kenaikan pangkat/golongan yang
tidak tertata dengan baik
k. Pegawai/karyawan kurang diberikan kesempatan untuk
menunaikan ibadah sesuai keyakinan.
Apabila masalah-masalah tersebut menimpa suatu
lembaga atau perusahaan, maka akan terjadi stagnasi
produktivitas kerjadi di kalangan pimpinan atau karyawan.
Jika hal ini terjadi, maka tinggal menunggu kebangkrutan
lembaga atau perusahaan tersebut.
Sehingga untuk tercapainya keberhasilan, keuntungan
serta produktivitas kerja pawa karyawan/pegawai, maka
pimpinan seyogyanya memperhatikan kesehetan mental
kara bawahannya agar tercipta kondisi yang kondusif. Maka
para pimpinan lembaga pemerintah/swasta penting dalam
mengembangkan kiat-kiat untuk mencegah terjadinya
masalah mental seperti gangguan emosional dengan
meminimalisir sumber yang dapat menyebabkan stres
berlebih.
Kesehatan Mental | 19
E. Prinsip-prinsip Kesehatan Mental
Prinsip-prinsip kesehatan mental merujuk pada hakikat
kesehatan mental serta kriterianya, yaitu kondisi yang dapat
membentuk hubungan antara kesehatan mental, kepribadian
dengan aspek-aspek lainnya yang beragam. Prinsip-prinsip
kesehatan mental menurut Schneiders didasarkan pada
beberapa kategori(Schneiders 1964), yakni pertama, hakikat
manusia sebagai organisme; kedua, hubungan manusia dengan
lingkungannya; ketiga, Hubungan manusia dengan Tuhan.
1. Prinsip Berdasarkan Hakikat Manusia Sebagai
Organisme
a. Kesehatan mental dan penyesuaian diri bergantung
pada kondisi jasmani yang baik dan integritas
organisme.
b. Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian
diri, maka perilaku individu harus sesuai dengan
hakikatnya sebagai manusia yang memiliki moral,
intelektual, agama, emosional, dan sosial.
c. Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai
melalui integrasi dan kontrol diri, baik dalam cara
berpikir, berimajinasi, memuaskan keinginan,
mengekspresikan perasaan, serta bertingkah laku.
d. Dalam mencapai dan memelihara kesehatan mental dan
penyesuaian diri, diperlukan pengetahuan serta
pemahaman diri yang luas mengenai diri sendiri (self
insight).
e. Kesehatan memerlukan konsep diri (pengetahuan dan
sikap terhadap kondisi fisik dan psikis diri sendiri)
secara sehat yang meliputi penerimaan diri serta
penghargaan terhadap status diri sendiri secara
realistik dan wajar.
f. Untuk mencapai kesehatan mental dan penyesuaian
diri, maka pemamhaman diri (self insight) dan
penerimaan diri (self acceptance), hendaknya disertai
dengan upaya-upaya perbaikan diri (self improvement)
serta perwujudan diri.
g. Kesehatan mental dan penyesuaian diri yang baik
dalam mencapai kestabilan dapat dilakukan dengan
mengembangkan moral yang luhur dari dalam diri
sendiri, misalnya dengan mengembangkan sikap adil,
Kesehatan Mental | 21
F. Tujuan & Fungsi Kesehatan Mental bagi Kehidupan Individu
Manusia diciptakan dengan fitrahnya, yakni
menginginkan kehidupan yang bahagia, nyaman, sejahtera dan
sesuai keinginannya, baik secara pribadi maupun dalam
kelompoknya. Dalam upaya mencapai keinginan-keinginan
tersebut, kesehatan mental memegang peranan penting dalam
kehidupan individu. Berikut akan dipaparkan mengenai tujuan
dan fungsi kesehatan mental bagi kehidupan individu.
1. Tujuan Kesehatan Mental
Menurut Sudari, tujuan kesehatan mental adalah:
a) Mengusahakan agar manusia memiliki kemampuan
yang sehat
b) Mengusahakan pencegahan terhadap timbulnya sebab-
sebab gangguan metal dan penyakit mental.
c) Mengusahakan pencegahan berkembangnya
bermacam-macam ganguan mental dan penyakit
mental.
d) Mengurangi atau mengadakan penyembuhan terhadap
ganguan dan penyakit mental.(Sundari HS 2005)
Dari uraian tujuan kesehatan mental diatas,
bahwasanya kesehatan mental dapat tercapai apabila
masing-masing individu berkemauan dalam mencegah
timbulnya gangguan jiwa maupun penyakit jiwa.
Agar tercapai tujuan kesehatan mental, maka
diperlukan berbagai upaya yang hendaknya dilakukan oleh
masing-masing individu, diantaranya adalah usaha
preservatif (pemeliharaan); prefentif (pencegahan); suportif
(development / improvement, yakni pengembangan /
peningkatan), dan amelioratif/korektif (perbaikan). Upaya-
upaya tersebut juga merupakan fungsi dari kesehatan
mental yang akan dipaparkan dalam pembahasan
berikutnya.
Kesehatan Mental | 23
2) Amelioration (amelioratif/kuratif/korektif/perbaikan)
Fungsi ini merupakan upaya perbaikan diri dalam
meningkatkan kemampuan untuk menyesuaikan diri.
Selanjutnya, perilaku individu dan mekanisme
pertahanan diri dapat terkontrol dengan baik.
Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam
perkembangan psikisnya yang tampak melalui
perilakunya, misalnya, tantrum, perilaku ngempol
(mengemut jempol), perilaku agresif dan perilaku
lainnya yang membutuhkan perbaikan, maka perilaku
tersebut penting menggunakan fungsi amelioratif dalam
kesehatan mental.
Rangkuman
1. Kesehatan mental adalah suatu kondisi seseorang yang
memungkinkan berkembangnya semua aspek
perkembangan, baik fisik, intelektual, dan emosional yang
optimal serta selaras dengan perkembangan orang lain,
sehingga selanjutnya mampu berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya.
2. Menurut WHO (The World Health Organization),
kesehatan mental merupakan kondisi kesejahteraan
individu yang menyadari potensinya sendiri, dapat
Kesehatan Mental | 25
mengatasi tekanan kehidupan yang normal, dapat bekerja
secara produktif dan berbuah, dan mampu memberikan
kontribusi kepada komunitasnya.
3. Istilah lain dalam mengungkapkan kesehatan mental
adalah mental health, mental hygiene dan psiko-hygiene.
Meskipun berbeda, istilah tersebut sama-sama merujuk
pada definisi kesehatan mental. Dan istilah yang sering
dipakai saat ini adalah mental health.
4. Karakteristik atau ciri-ciri kesehatan mental, yakni orang
yang sehat secara mental, yaitu: 1). Terhindar dari
gangguan jiwa, baik neurosa maupun psikosa; 2). Mampu
menyesuaikan diri; 3). Mampu memanfaatkan potensi
secara maksimal; 4). Mampu mencapai kebahagiaan
pribadi dan orang lain.
5. Kesehatan mental seyogyanya dapat diterapkan di seluruh
unit kehidupan sosial, misalnya lingkungan keluarga,
sekolah, serta lingkungan sosial pada umumnya.
6. Prinsip-prinsip kesehatan mental merujuk pada hakikat
kesehatan mental serta kriterianya, yaitu kondisi yang
dapat membentuk hubungan antara kesehatan mental,
kepribadian dengan aspek-aspek lainnya yang beragam.
Prinsip-prinsip kesehatan mental, yakni pertama, hakikat
manusia sebagai organisme; kedua, hubungan manusia
dengan lingkungannya; ketiga, Hubungan manusia dengan
Tuhan.
7. Adapun fungsi kesehatan mental yaitu: Pertama,
prevention (preventif/pencegahan); kedua, amilioration
(amelioratif/kuratif/perbaikan); ketiga, preservation
(preservasi/pengembangan) atau development
(pengembangan) / improvement (meningkatkan).
Latihan Soal
1. Sebutkan istilah lain dari kesehatan mental!
2. Jelaskan pengertian kesehatan mental!
3. Jelaskan ciri-ciri individu yang sehat mentalnya!
4. Jelaskan tujuan tercapainya kesehatan mental!
5. Jelaskan fungsi kesehatan mental bagi kehidupan individu!