KERJA (INDUSTRI)
MAKALAH KELOMPOK
UNIVERSITAS MA’SOEM
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah – Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengembangan Kesehatan Mental di
Lingkungan Dunia Kerja (Industri)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu
Syari Fitrah, M.Pd selaku dosen mata kuliah Kesehatan Mental.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Syari Fitrah, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Kesehatan Mental yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................... 4
I. Latar Belakang.................................................................................................................... 4
III. Tujuan............................................................................................................................. 5
BAB IV IMPLIKASI........................................................................................................................ 14
BAB V PENUTUP.......................................................................................................................... 16
I. Kesimpulan....................................................................................................................... 16
II. Saran................................................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dalam beberapa dekade terakhir, masalah kesehatan mental seperti stres, kelelahan,
kecemasan, dan depresi telah menjadi semakin umum di lingkungan industri. Beban kerja
yang tinggi, tekanan untuk mencapai target, ketidakseimbangan antara kehidupan kerja dan
kehidupan pribadi, serta lingkungan kerja yang tidak mendukung dapat berkontribusi pada
masalah kesehatan mental. Masalah kesehatan mental ini dapat memiliki dampak negatif
yang signifikan pada individu dan organisasi. Karyawan yang mengalami masalah kesehatan
mental cenderung memiliki tingkat absensi yang lebih tinggi, kinerja yang menurun, tingkat
kecelakaan yang lebih tinggi, serta kepuasan kerja yang rendah. Selain itu, biaya yang terkait
dengan absensi, penurunan produktivitas, dan perawatan kesehatan yang diperlukan juga
dapat memberikan beban keuangan pada perusahaan.Kami mengakui pentingnya kesehatan
mental di lingkungan industri, banyak organisasi mulai memprioritaskan upaya untuk
mengembangkan program kesehatan mental yang efektif di tempat kerja. Tujuannya adalah
menciptakan budaya yang mendukung kesehatan mental, mempromosikan pemahaman
tentang kesehatan mental, mengurangi stigma yang terkait dengan masalah kesehatan mental,
dan menyediakan sumber daya dan dukungan yang dibutuhkan oleh karyawan.
Upaya pengembangan kesehatan mental di lingkungan industri dapat meliputi berbagai
inisiatif, seperti penyuluhan kesehatan mental, pelatihan manajemen untuk mengenali dan
mengatasi masalah kesehatan mental, kebijakan kerja yang fleksibel, program kesejahteraan
karyawan yang mencakup dukungan kesehatan mental, dan pengintegrasian layanan
kesehatan mental dalam manajemen keberhasilan karyawan.Dengan memprioritaskan
kesehatan mental di tempat kerja, organisasi dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan,
meminimalkan risiko masalah kesehatan mental, dan meningkatkan produktivitas serta
keberhasilan keseluruhan organisasi
.
III. Tujuan
Sumber stressor yang sering mengakibatkan gangguan emosional pada mental karyawan
karena lingkungan pekerjaan diantaranya:
1. Frustrasi atau kekecewaan
Frustasi yang dialami oleh para pekerja karena di Indonesia ini masih kurangnya
perhatian akan kesejahteraaan para pekerjanya sehingga kebutuhan hidup dengan gaji
atau honor yang didapat itu tidak sebanding dan dianggap kurang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Meskipun dalam suatu instusi selalu memberikan tunjangan
jaminan sosial kepada karyawannya dibidang kesehatan, namun tetap saja tidak
mengurangi frustasi yang dialami oleh para pekerja.
2. Konflik dengan pimpinan
Seperti yang kita ketahui banyak nya sekali perusahaan di Indonesia ini yang dipimpin
oleh negara asing yang sangat menyebabkan perbedaan karakter dan cara berkomunikasi
nya, terkadang ada pimpinan yang begitu keras menegur karyawan dengan perbedaan
Bahasa yang tak jarang menyebabkan karyawan emosi. Sebab, tidak semua tanggungan
karyawan itu hanya tentang pekerjaannya banyak juga permasalahan internal nya yang
menyebabkan karyawan mudah terpancing emosi.
3. Jenis pekerjaan tidak sesuai minat
Banyak sekali orang yang setelah lulus dari jenjang pendidikan SMA memilih langsung
bekerja karena tuntutan kehidupannya yang mememaksaan dirinya harus langsung
bekerja dan mendaftar kemana saja asalkan mendapat kan gaji nya untuk memenuhi
kebutuhan hidup nya. Selain itu juga masih tidak meratanya perekonomian di Indonesia
ini sehingga banyak orang yang tidak bisa melanjutkan jenjang pendidikannya ke bangku
perkuliahan, sehingga pendalaman minat hanya sampai jenjang SMA saja.
4. Persaingan antar pegawai Dalam perusahaan
hal seperti ini sudah hal yang sangat lumrah dimana para pegawai berlomba untuk
menarik perhatian pimpinan nya agar diketahui bahwa diriinya lah yang berperan aktif
dalam pekerjaan tersebut dengan tujuan agar bisa dinaikan jabatannya.
5. Beban kerja yang terlalu berat
Di negara Indonesia ini dalam hal jam operasional dalam suatu perusahaan sangat amat
tidak wajar bahkan para buruh pabrik bekerja hampir 10 jam dan itu pun belum termasuk
perjaan tambahannya belum lagi tekanan didalam nya yang perharinya meski mencapai
target. Belum lagi di dunia perkantoran yang kerja selama 7jam namun tetap saja ada
tugas yang harus dibawa pulang kerumah dan terkadang masih banyak orang yang
merangkap dua jabatan dalam satu pekerjaan yang tentunya dengan beban yang berbeda.
Selain itu, lingkungan fisiknya pun kurang sehat karena banyak nya debu, sumpek karena
kurangnya ventilasi udara di setiap ruangannya.
6. Peraturan yang tidak rasional
Dimana istirahat pun hanya diberikan 1 kali dalam pekerjaan sehingga banyak pegawai
yang beragama muslim tidak bisa melaksanakan ibadah 5 waktu tersebut.
Menurut Musthafa (dalam Syamsu 2018: 207) mengajukan beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh para pimpinan Lembaga atau perusahaan yaitu sebagai berikut:
1. Keinginan (kebutuhan) karyawan
1) Ketenangan dan kemantapan dalam bekerja
2) Adanya kejelasan petunjuk tentang tugas dan fungsi atau hak dan kewajiban
3) Lingkungan fisik kerja yang nyaman dan sehat
4) Adanya jaminan pengamanan dari kecelakaan
5) Upah yang memadai
6) Lamanya waktu kerja yang tidak melelahkan
7) Sikap dan perlakuan pimpinan yang manusiawi
8) Pimpinan mau mendengarkan keluhan karyawan dan membantu menyelesaikannya
9) Adanya peluang bagi karyawan untuk naik pangkat
10) Adanya pelayanan yang menyenangkan
11) Adanya kesempatan untuk rekreasi bersama dan olahraga
12) Adanya jaminan hari tua
13) Adanya pengawasan yang adil
14) Tersedianya tempat ibadah
2. Semangat Kelompok
1) Adanya sikap kekeluargaan antar pekerja
2) Para pekerja bersikap positif terhadap pekerjaan dan teman
3) Para pekerja dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi dalam
perusahaan
3. Kepemimpinan yang Demokratis
1) Pimpinan mendelegasikan pekerjaan kepada para pekerja sesuai dengan kemampuan
2) Pimpinan mengadakan musyawarah perusahaan dalam rangka mengambil keputusan
3) Pimpinan menghargai pendapat atau kritikan para pekerja
4) Pimpinan memberi peluang bagi pekerja untuk mengekspresikan kreativitasnya dalam
rangka memajukan perusahaan
BAB III
PEMBAHASAN
Gejala stress yang dialami para pegawai atau karyawan adalah timbulnya kecemasan,
ketegangan, bahkan tidak puas dalam bekerja namun ada pula sebaliknya yang malah
menunda nunda pekerjaan. Selain itu juga para pegawai akan merasa ketergantungan akan
alkohol, rokok, atau memakan makanan secara berlebihan yang terpenting dirinya bisa
merasa tenang. Selain itu, gejala stress yang akan dialami oleh para pegawai atau karyawan
baru apalagi anak muda akan cenderung menarik diri dari lingkungan masyarakatnya, pola
tidur yang berantakan karena kegelisahan atau datangnya penyakit penyakit medis lainnya.
Ada berbagai faktor yang dapat mengganggu kesehatan mental. Penyakit mental dalam
keluarga atau kondisi genetik adalah salah satu penyebab internal. Selain itu, lingkungan
kerja berdampak pada sejumlah faktor eksternal, antara lain
1. Komunikasi dan sistem manajemen yang buruk
Komunikasi dan sistem manajemen yang buruk mengacu pada situasi di mana ada
kelemahan atau kegagalan dalam proses komunikasi antara individu atau dalam struktur
manajemen suatu organisasi. Hal ini dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada
kinerja organisasi, hubungan antarindividu, dan pencapaian tujuan.
2. Tujuan organisasi dan tugas-tugas yang kurang jelas
Tujuan organisasi yang kurang jelas merujuk pada situasi di mana tujuan yang ingin
dicapai oleh organisasi tidak terdefinisi dengan jelas atau tidak dipahami dengan baik
oleh anggota organisasi. Ini dapat terjadi karena kurangnya komunikasi yang efektif dari
pihak manajemen, perubahan yang tidak terstruktur dalam tujuan organisasi, atau
kurangnya pemahaman dan pemahaman yang tidak tepat oleh anggota organisasi.
3. Rendahnya dukungan kepada dan antar pegawai
Rendahnya dukungan kepada dan antar pegawai mengacu pada kurangnya atau
kelemahan dalam memberikan dukungan, bantuan, dan kerjasama antara sesama pegawai
di dalam suatu organisasi. Ini dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti kurangnya
komunikasi yang efektif, kurangnya pengakuan dan apresiasi terhadap kontribusi
pegawai, atau kurangnya budaya kerja yang kolaboratif.
4. Jam kerja yang terlalu mengikat hingga menganggu kehidupan pribadi
Jam kerja yang terlalu mengikat merujuk pada situasi di mana jam kerja yang ditetapkan
oleh suatu organisasi atau perusahaan sangat membatasi waktu dan fleksibilitas individu
untuk menjalani kehidupan pribadi di luar pekerjaan. Hal ini dapat terjadi ketika ada
tekanan untuk bekerja dalam jadwal yang panjang, tanpa waktu yang cukup untuk
istirahat atau beraktivitas di luar pekerjaan.
5. Terbatasnya ruang berekspresi
Terbatasnya ruang berekspresi mengacu pada situasi di mana individu menghadapi
pembatasan atau hambatan dalam menyampaikan pendapat, gagasan, atau ekspresi
mereka secara bebas. Hal ini bisa terjadi baik di tempat kerja, lingkungan sosial, maupun
dalam konteks sosial-politik yang lebih luas.
6. Eksklusivitas keputusan atau kesempatan berpartisipasi hanya pada segolongan pegawai
saja
Eksklusivitas keputusan atau kesempatan berpartisipasi hanya diberikan kepada
segolongan pegawai atau kelompok tertentu dapat menciptakan ketidakadilan dan
ketidakmerataan di tempat kerja. Hal ini dapat menghasilkan beberapa dampak negatif,
antara lain:
7. Penugasan yang tidak tepat bagi kompetensi individu pegawai
Penugasan yang tidak tepat bagi kompetensi individu pegawai mengacu pada situasi di
mana pegawai diberikan tugas atau tanggung jawab yang tidak sesuai dengan
keterampilan, pengetahuan, atau keahlian yang dimiliki oleh pegawai tersebut. Hal ini
dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti kurangnya pemahaman tentang kemampuan
individu, kurangnya komunikasi yang efektif, atau kekurangan dalam pengelolaan
sumber daya manusia.
8. Perisakan antar pegawai
Perisakan antar pegawai adalah perilaku yang tidak etis di tempat kerja di mana satu atau
beberapa pegawai secara sengaja mengganggu, mengintimidasi, atau melecehkan
pegawai lainnya. Perisakan sering kali melibatkan tindakan berulang yang ditujukan
untuk merendahkan, membuat tidak nyaman, atau menciptakan lingkungan kerja yang
tidak sehat. Dampak dari perisakan antar pegawai (bullying).
Menjaga kesehatan mental sangat penting untuk kehidupan yang seimbang dan bahagia.
Berikut adalah beberapa tips menjaga kesehatan mental berdasarkan penelitian ilmiah dan
saran dari para ahli.
1. Menjaga keseimbangan emosi
Fokus pada pemahaman dan pengelolaan emosi Anda. Praktikkan kebiasaan yang
membantu Anda mengatasi stres, seperti meditasi, yoga, atau teknik pernapasan.
2. Tetap aktif secara fisik
Olahraga secara teratur dapat membantu mengurangi risiko gangguan mental, seperti
depresi dan kecemasan. Lakukan aktivitas fisik yang Anda nikmati, seperti berjalan kaki,
berlari, berenang, atau yoga.
3. Jaga kualitas tidur
Tidur yang cukup dan berkualitas penting untuk kesehatan mental. Usahakan untuk tidur
selama 7-9 jam setiap malam, dan ciptakan rutinitas tidur yang baik. Hindari penggunaan
gadget sebelum tidur dan perhatikan lingkungan tidur yang nyaman.
4. Makan makanan sehat
Nutrisi yang baik berperan penting dalam kesehatan mental. Konsumsilah makanan
seimbang yang kaya akan nutrisi, seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, ikan
berlemak, dan kacang-kacangan. Hindari makanan olahan dan kandungan gula yang
tinggi.
5. Bangun hubungan sosial yang sehat
Kualitas hubungan sosial yang baik dapat memberikan dukungan emosional dan
mengurangi risiko gangguan mental. Jaga komunikasi yang baik dengan keluarga, teman,
dan orang-orang terdekat Anda. Saling berbagi perasaan dan menjalin interaksi sosial
yang positif.
6. Kelola stres dengan baik
Temukan cara yang efektif untuk mengatasi stres, seperti mengatur waktu dengan
bijaksana, mengatur prioritas, dan belajar untuk mengatakan “tidak” jika diperlukan. Cari
aktivitas yang menyenangkan dan mengurangi tekanan, seperti hobi, seni, atau musik.
BAB IV
IMPLIKASI
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa penyebab gangguan mental yang terjadi pada
kebanyakan individu sebagian besar disebabkan oleh interaksi individu tersebut dengan
lingkungan sosialnya, seperti pada lingkungan sekolah maupun pada ligkungan pekerjaannya.
Gangguan mental pada lingkungan pekerjaan biasanya terjadi karna adanya tekanan dari atasan,
kurang mampunya diri dalam beradaptasi dengan tempat kerjanya, masalah pertemanan dan
masalah-masalah lainnya yang dapat membuat kondisi individu menjadi tertekan sehingga
merasakan tidak nyaman. Maka dari itu keadaan mental seseorang haruslah kuat serta cukup
dalam mendapatkan bimbingan, sehingga ketika dihadapkan dengan dunia pekerjaan individu
tersebut tidaklah merasa tertekan dan mengancam kepada kesehatan mentalnya, tapi individu
akan memiliki kesiapan untuk menghadapi dunia pekerjaan yang akan diambilnya.
Bimbingan karir yang dilakukan pada lingkungan kerja agar dapat menguraikan permasalah
terkait pekerjaan, membantu karyawan dalam menjaga keseimbangan hidup, serta bersama-
bersama menemukan resolusi konflik dan menurunkan tingkat stres yang berdampak pada
performa kerja.
Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir yang dilakukan dapat
mengurangi tekanan pada diri individu, sehingga tingginya angka gangguan mental yang
biasanya rentan dialami oleh para pekerja dapat menurun. Berikut adalah implikasi dari
pengembangan kesehatan mental di lingkungan dunia kerja/industri:
1. Manurunkan tingkat gangguan jiwa yang mungkin terjadi kapada para pegawai yang
disebabkan oleh berbagai tekanan yang didapat dari berbagai pihak
2. Mengurangi kemungkinan adanya sumber stressor yang sering mengakibatkan gangguan
emosional pada mental karyawan karena lingkungan pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan para pekerja.
3. Dengan adanya bimbingan karir terhadap para pegawai dapat menciptakan lingkungan kerja
yang sehat secara mental, serta dapat menciptakan lingkungan yang rukun antar karyawan
lainnya.
4. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan, sehingga tugas yang diberikan pada karyawan
tidak terbengkalai dengan adanya masalah-masalah yang kemungkinan terjadi pada
karyawan.
5. Beban kerja karyawan akan lebih ringan, karna masa kerja karyawan tidak terganggu oleh
adanya tekanan-tekanan lain
BAB V
PENUTUP
I. Kesimpulan
Ketika terdapat gangguan mental, maka akan terdapat gangguan sistem kerja otak manusia.
Terganggunya cara kerja otak tersebut akan menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup
signifikan yang dikarenakan berkurangnya produktivitas akibat permasalahan kesehatan
mental. Dengan kata lain terganggunya kesehatan mental dapat mempengaruhi performa
kerja dan produktivitas, hubungan antar rekan kerja, kemampuan fisik, dan sehari-hari
seseorang baik di tempat kerja maupun rumahnya.Berdasarkan pembahasan tersebut, maka
dapat diambil kesimpulan bahwasannya kesehatan mental sangatlah penting bagi
keberlangsungan para pekerja serta berdampak juga terhadap lingkungan kerjanya itu sendiri,
maka dari itu kesehatan mental tidak boleh hanya dipandang semata oleh individu, tetapi juga
harus diperhatikan secara lebih serius, agar produktivitas kerja dapat tercipta dengan mudah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam lingkungan kerja banyak sekali sumber stressor yang
sering mengakibatkan gangguan emosional pada mental karyawan, seperti masalah dengan
atasan, persaingan antar pegawai, beban kerja yang terlalu berat dan lain sebaginya. Hal-hal
tersebutlah yang menjadi faktor terganggunya kesehatan mental seseorang.Upaya yang bisa
dilakukan untuk mengembangkan Kesehatan mental karyawan diataranya adalah
menyediakan lingkungan kerja yang sehat, menyediakan fasilitas manajemen stress, dan
menyediakan dukungan sosial untuk membangun lingkungan kerja yang inklusif dan
kolaboratif.
II. Saran
Grandner MA, et al. (2010). Sleep symptoms associated with intake of specific dietary nutrients.
Handayani, E.S. (2002). Kesehatan Mental. Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad
Al-Banjari Banjarmasin.
Kessler RC, et al. (2013). The effects of stress on mental health: a population-based study.
Moll, S., & Alieva, K. (2019). Building Mental Health Literacy: A Review of Mental Health
Opie RS, et al. (2015). Dietary recommendations for the prevention of depression).
Rusmana, A. (2019). The Future of Organizational Communication In The Industrial Era 4.0:
Syamsu, Y. (2018). Kesehatan Mental, Perspektif psikologi dan agama. Bandung: PT.
Rosdakarya.
World Health Organization. (2010). Healthy Workplaces: A Model for Action: For Employers,