Anda di halaman 1dari 12

TUGAS AKHIR

EKONOMI KELAMBAGAAN

PENGARUH BUDAYA LOKAL TERHADAP PENGUATAN SISTEM


PEMERINTAHAN DAN EKONOMI

Dosen Pengampu

Dichi Febrian Putra, SE., M.Sc

Disusun oleh

Karenarena 201810180311012

Muhammad Saifullah 201810180311203

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di negara Indonesia kita tidak luput dari yang Namanya budaya apalagi
bagi mereka yang tinggal di tempat yang masi menjujung tinggi budaya mereka
seperti halnya kota Yogyakarta yang menjadi salah satu kota Di negara ini yang
memliki hak istimewa dalam mengelola sistem pemerintahannya sendiri secara
otonom dan di akui negara setara provinsi. Yogyakarta mempunyai beragam
budaya budaya.
Yogyakarta disebut daerah istimewa karena hingga kini masih berbentuk
kerajaan. Yogyakarta memiliki julukan sebagai Daerah IstimewaTepatnya
sejak tanggal 15 Agustus 1950, Undang-Undang RI mengukuhkan Yogyakarta
merupakan daerah istimewa yang setara dengan provinsi. Keberadaan
Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman sejak zaman dahulu,
menjadi cikal bakal munculnya keistimewaan. Pembicaraan untuk membentuk
Yogyakarta sebagai daerah istimewa sebetulnya sudah bermula sebelum
Indonesia merdeka. Namun, tak bisa dengan mudah menyematkan kata
istimewa, butuh sebuah rumusan undang-undang untuk membuatnya sah di
mata hukum.
Untuk mengukuhkan kedudukan Yogyakarta, membutuhkan waktu yang
sangat lama. Bahkan ketika sidang RUU, sempat terjadi perbedaan pendapat
antara BP KNID dengan kedua penguasa di Yogyakarta. BP KNID
menginginkan supaya Yogyakarta menjadi daerah biasa seperti daerah
umumnya. Sedangkan kedua penguasa monarki di Yogyakarta ingin supaya
Yogyakarta menjadi daerah yang istimewa. Hingga akhirnya, hasil dari sidang
tersebut membentuk RUU berjumlah 10 pasal dan disetujui oleh kedua
pemimpin monarkiSelanjutnya, kedua raja mengeluarkan maklumat sebagai
bentuk persetujuan dengan BP DPR DIY pada 18 Mei 1946. Melalui maklumat
tersebut, secara resmi nama Daerah Istimewa Yogyakarta disematkan dan
menjadi tanda dari bersatunya kedua monarki yang ada di Yogyakarta.
Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan metamorfosis dari
Pemerintahan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Pemerintahan Negara
Kadipaten Pakualaman, khususnya bagian Parentah Jawi yang semula
dipimpin oleh Pepatih Dalem untuk Negara Kesultanan Yogyakarta, dan
Pepatih Pakualaman untuk Negara Kadipaten Pakualaman. Oleh karena itu
Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki hubungan yang kuat
dengan Keraton Yogyakarta maupun Puro Paku Alaman. Sehingga tidak
mengherankan banyak pegawai negeri sipil daerah yang juga menjadi
Abdidalem Keprajan Keraton maupun Puro. Walau demikian mekanisme
perekrutan calon pegawai negeri sipil daerah tetap dilakukan sesuai mekanisme
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Rumusan Masalah
Dari kebudayaan yang ada di jawa tengah khususnya Daerah Istimewa
Yogyakarta yang masih menganut sistem keraton dan kesultanan yang masih
kental hingga sekarang dapat disimpulkan manjadi beberapa masalah yang
kemungkinan akan terjadi.
1. Dari sistem kebudayaan yang ada apakah menyebabkan sistem ekonomi
yang berdampak pada pemeritah sentralisasi Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan sistem budaya kelembagaan D.I Yogyakarta
sehingga hal tersebut dapat dipertahankan hingga saat ini?
3. Bagaimana kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahan D.I Yogyakarta

C. Alasan Penelitian

Dari banyak hal yang manarik minat kelompok kami untuk meneliti hal ini
adalah budaya yang masih sangat kental yang sangat terasa di Kota Yogyakarta
dan hal masih bisa dan relevan dimasa sekarang dan yang paling penting
pemrintah juga melegalkan dan juga sekaligus memberikan hak istimewa
terhadap Kota Yogyakarta untuk tetap menggunakan sistem keraton atau
kerajaan yang dipimpin oleh sultan hamengku buwono yang jabatannya setara
dengan walikota atau bupati dan wilayah yogya juga disebut dengan DIY atau
daerah Istimewa Yogyakarta dari hal ini apakah terdapat apakah terdapat
kesenjangan kelembagaan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan
daerah khusus yang telah negara sepakati.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Budaya

Budaya merupakan suatu pola asumsi dasar yang dapat ditemukan dan
ditentukan oleh kelompok tertentu karena ingin mempelajari masalah adaptasi
dan ingin menguasai permasalahan eksternal dan intergrasi internal yang ada
pada suatu komunitas, kelompok atau organisasi tertentu yang telah bekerja
cukup baik untuk mempertimbangkan suatu kelayakan dan hal tersebut dapat
diajarkan pada suatu individu atau anggota baru sebagai cara mengembangkan
dan mempertahankan suatu unsur budaya yang berhubungan dengan suatu
masalah tersebut (Jerald and Robert:2008).

Budaya sangatlah memiliki unsur berbagai macam begitu pula dengan cara
penerapannya. Budaya yang terdapat di suatu masyarat dapat dijadikan sebagai
suatu pertahanan daerah, identitas daerah, sistem kepemerintahan dan masih
banyak lagi. Suatu budaya dapat dikatakan mampu berkembang jika sudah
turun temurun dari masa nenek moyang sehingga hal tersebut lah yang
menjadikan beberapa masyarakat percaya bahwa budaya tersebut harus
dipatuhi maupun diwariskan kembali pada generasi mendatang. Akan tetapi,
seiring perkembangan zaman budaya pun juga dapat mengalami perubahan
karena kepercayaan masyarakat terhadap budaya bisa saja menurun ataupun
ketidak sesuaian budaya dengan zaman yang kemudian ditinggalkan atau
dirubah oleh sebagian masyarakat.

Terrence dan Allan (2000) mengasumsikan bahwa, budaya adalah penentu


yang kuat dari keyakinan, sikap dan perilaku orang, dan pengaruhnya dapat
diukur melalui bagaimana orang termotivasi untuk merespons pada lingkungan
budaya mereka. Budaya merupakan suatu konsep yang dapat membangkitkan
suatu minat dan dapat berkenaan dengan cara manusia hidup, belajar berfikir,
merasakan, mempercayai, dan mengusahakan apa yang patut menurut budaya
yang sudap diterapkan dalam kata lain tingkah laku atau gejala sosial yang
menggambarkan suatu identitas atau ciri khas yang melekat pada masyarakat
(Wibowo:2013). Edward B. Tylor (1832 – 1917) adalah seorang antropolog
yang berasal dari Inggris dan menyatakan bahwa kultur atau budaya adalah
keseluruhan yang kompleks termasuk di dalamnya pengetahuan, kepercayaan,
kesenian moral, hukum, adat dan segala kebiasaan yang diperoleh oleh suatu
manusia sebagai bagian dari anggota masyarakat.

2.1.1 Unsur Unsur Budaya

A. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan suatu sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan
sosialnya dalam melakukan interaksi pada suatu individu maupun suatu
kelompok tertentu. Menurut Keesing yang menyatakan bahasa dalam ilmu
antropologi, bahwa kemampuan manusia dalam membangun suatu trasdidi
atau menciptakan unsur budaya menciptakan suatu pemahaman dan fenomena
sosial yang diungkapkan secara simbolik.
B. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan merupakan sistem yang universal berkaitan dengan sistem
peralatan hidup dan teknologi karena yang bersifat abstrak dan tidak berwujud
di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan dapat memiliki ruang yang sangat
luas dan tidak terbatas karena mencakup pengetahuan manusia dalam suatu
menciptakan sesuatu yang diterapkan dalam suatu kehidupannya.
C. Sistem Sosial
Merupakan unsur budaya yang merupakan sistem kekerabatan dan organisasi
sosial yang merupakan usaha untuk memahami bagaimana manusia
membentuk suatu komunitas, organisasi dan kelompok sosial.
D. Sistem Peralatan Hidup dan Tekonologi
Manusia mampu bertahan hidup dengan cara mereka masing masing. Setiap
manusia memiliki ide ataupun cara dalam mengatasi suatu masalah sebagai
bentuk dari pertahanan hidup seperti membuat peralatan atau benda benda yang
dapat difungsikan sebagai peralatan hidup mereka. Perkembangan dari suatu
zaman dapat merubah benda benda maupun peralatan sderhana tersebut
menjadi modern dan hal tersebut dapat memunculkan suatu teknologi yang
berasal dari ide dan inovasi yang mengikuti arh zaman.
E. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus
kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata
pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok
masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya.
F. Sitem Religi
Dalam masyarakat sistem religi berawal dari adanya kepercayaan manusia
tehadap hal ghaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada
manusia dan manusia melakukan berbagai cara untuk melakukan komunikasi
dan menghubungka kepercayaan terhadap supranatural. Para ilmuan yang
berasal dari Eropa berasumsii bahwa asal mula religi berasal dari kepercayaan
kuno yang masih bersifat primitif.
G. Kesenian
Para ahli antropologi mendefinisikan tentang kesenian mengenai benda benda
atau artefak yang memuat unsur seni seperti patung, lukisan, hiasan dan hal hal
lain yang berhubungan dengan seni dan kemudian disimpulkan pada penulisan
etnografi tentang kebudayaan masyarakat dan mengarah pada teknik teknik dan
proses pembuatan benda seni tersebut. Kemudian berkembanglah penulisan
etnografi dalam unsur seni tari, seni drama dan seni musik yang berkembang
pada masyarakat.
2.1.2 Penerapan Budaya
Talizhidu Dhara (1997) menyatakan bahwa penanaman dan pemupukan
yang dilakukan dengan cara didatik metodik pendidikan maupun pengajaran.
Proses pembentukan budaya terdiri dari atas sub-proses yang saling
berhubungan antara lain: kontak budaya, penggalian budaya, seleksi budaya,
pemantapan budaya, sosialisasi budaya, internalisasi budaya, perubahan
budaya, pewarisan budaya yang terjadi dalam hubungannya dengan
lingkungannya secara terus menerus dan berkesinambungan (Asmaun
Sahlan:2010). Dalam hal tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya adalah
suatu ide dari manusia dan merupakan warisan turun menurun yang sudah ada
sejak zaman primitif yang kemudian digunakan oleh generasi berikutnya
sebagai suatu identitas atau ciri khas sosial.

2.2 Teori Kelembagaan


Menurut Koentjaraningrat (1997), kelembagaan adalah suatu penetapan
perilaku yang hidup pada suatu kelompok orang, sehingga kelembagaan
merupakan sesuatu yang stabil, mantap, dan berpola, berfungsi untuk tujuan-
tujuan tertentu dalam masyarakat; ditentukan dalam sistem sosial tradisional
dan modern, atau bisa berbentuk tradisional dan modern; dan berfungsi untuk
mengefisienkan kehidupan sosial. Hendropuspito (1989), mendefinisikan
kelembagaan merupakan suatu bentuk organisasi yang secara tetap tersusun
dari pola-pola kelakuan, peran-peran, dan hubungan sebagai cara mengikat
guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial dasar.

Kelembagaan merupakan sebuah aturan di dalam suatu kelompok


masyarakat atau suatu organisasi yang sudah dikoordinasi anatar anggotanya
untuk membantu mereka dalam mencapai suatu harapan atau tujuan bersama
yang sudah ditentukan (Ruttan dan Hayami:1984). Menurut Ostrom (1985),
kelembagaan adalah suatu bentuk aturan atau rambu rambu yang digunakan
sebagai panduan yang dapat dipakai pleh anggota anggota maupun
nmasyarakat untuk mengatur suatu hubungan yang saling mengikat dan
tergantung satu sama lain.

2.2.1 Ekonomi Kelembagaan

Ilmu ekonomi mulai dapat dikenal melalui Adam Smith (1723 – 1790) dan
para tokoh lainnya yang dikenal pada zaman Klasik dan zaman Neo – Klasik.
Berbagai asumsi para berbagai tokoh ekonomi bahwasannya ekonomi
merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang kegiatan yang dapat
dihubungkan melalui seorang individu dengan individu lainnya dalam suatu
pasar. Sejak zaman Klasik ekonomi kelembagaan sudah berkembang karena
dianggap pentingnya aturan aturan yang diberlakukan untuk membatasi suatu
kegiatan dalam pasar. Menurut Douglas C. North (1993), reformasi ekonomi
dan sosial yang dilakukan tidak akan pernah berhasil jika reformasi hanya
didasarkan pada kebijakan ekonomi makro saja. Dalam teori North, ia
mengemukakan bahwa berbagai upaya yang dilakukan untuk melakukan
perubahan dalam reformasi struktur ekonomi dapat berhasil jika hal tersebut
mendapat dukungan dari institusi atau kelembagaan yang ada dalam
masyarakat maupun negara karena lembaga memiliki wewenang memberikan
hak cipta, hak paten, hak hukum kontrak dan kepemilikan. Lembaga formal
memiiki wewenang atas pembuatan peraturan dalam bentuk undang undang
yang dapat mendorong lahirnya hak hak individual dalam berbagai kegiatan
ekonomi masyarakat.

Ekonomi kelembagaan merupakan suatu cabang ilmu ekonomi yang


membahas tentang peran kelembagaan formal atau informal dyang berkenaan
dengan unsur ekonomi. Kelembagaan tersebut dapat menciptakan suatu aturan
aturan yang dapat diberlakukan untuk mengatur ekonomi pasar maupun
ekonomi negara. Ikut campur tangan pemerintah dalam suatu ekonomi sangat
diperlukan guna mengendalikan pasar. Selain pasar, ekonomi kelembagaan
juga dapat berkembang pada sektor sektor ekonomi lainnya seperti sektor
pariwisata, sektor pertanian dan perkebunan, sektor industri dan sektor lainnya.

2.2.2 Kelembagaan dalam Budaya

Kelembagaan menurut para ahli merupakan rentang altelnatif manusia


yang diatur dalam suatu lembaga. Kelembagaan dapat melekat paa masyarakat
karena kondisi masyarakat yang dipenuhi oleh aturan. Aturan aturan tersebut
dimaksudkan untuk membatasi suatu kegiatan, perilaku dan norma pada
masyarakat. Kelmbagaan jugadapat dijadikan sebagai wadah dalam
membentuk pola pola yang memiliki kekuatan tetap. Kelmebagaan juga harus
dilakukan dengan aturan aturan dan batasan yang berlaku sehingga berjalannya
aturan sesuai dengan tujuan yang baik dan benar. Kelembagaan juga dapat
berupa kebijakan yang ditetapkan oleh beberapa pihak tertentu untuk menjaga
batasan tertentu. Selain itu kelembagaan juga dapat melekat pada beberapa
unsur salah satunya unsur budaya. Dengan adanya kelembagaan budaya
diharapkan dapat menjaga keutuhan budaya lokal yang sudah berkembang
sejak nenek moyang. Berbagai hal dapat dilakukan dalam kelembagaan budaya
seperti membentuk komunitas budaya yang didalamnya terdapat aturan aturan
untuk mengatur norma, mengatur daerah kekuasaan dan mengatur unsur
budaya yang berkembang itu sendiri. Hal tersebut dapat dikatakan pertahanan
komunitas dalam mengembangkan budaya pada generasi mendatang. Seperti
contoh Daerah Istimewa Yogyakarta yang masih mempertahankan keraton
sebagai unsur kelembagaan budaya.

Kelembagaan budaya juga dapat berkaitan dengan ekonomi oleh sebab itu
perlunya peraturan yang mengatur tentang jalannya unsur unsur yang
berkembang agar tidak merusak tatanan satu sama lain. Seperti halnya budaya
yang dapat meningkatkan suatu pendapatan daerah dengan jumlah wisatawan
yang tertarik dengan adanya unsur budaya lokal.
BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN
3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode empiris dilakukan


dengan cara penelitian kualitatif, penelitian kualitatif dilakukan dengan
memandang fakta/kebenaran sesuai dengan objek yang dituju. Penelitian
secara kualitatif dapat berbentuk deskriptif yang menggambarkan fenomena
yang sedang terjadi. Selain memandang fakta dan fenomena secara langsung,
penelitian kualitatif juga menggunakan landasan teori sebagai acuan dalam
penelitian. Dalam landasan teori tersebut dapat digambarkan secara lugas
bagaimana penelitian ini dapat digambarkan secara garis besar. Landasan teori
juga dapat berperan sebagai parameter dalam penelitian agar penelitian tidak
keluar dari konteks pembahasan yang dimaksud.

Dalam penelitian kualitatif ini dilakukan dengan cara obeservasi objek


dengan menggunakan sumber data yang sudah ditentukan. Observasi
dilakukan dengan tujuan agar dapat dengan objek secara langsung serta mudah
untuk menganalisis objek. Observasi tersebut kemudian dikaji dengan metode
analisis yang nantinya dapat menghasilkan opini tentang penelitian yang
dilakukan.

3.2 Sumber Data


Penelitian ini menggunakan Sumber Data Sekunder dengan
memanfaatkan sarana internet sebagai pencarian data acuan maupun sebagai
pedoman dalam penelitian. Adapun contoh data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu berupa jurnal dan google book yang dapat diperoleh
dari media internet.
3.3 Kebijakan D.I. Yogyakarta

Undang Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan D.I.


Yogyakarta a) bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan undang-undang, b) bahwa Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
Kadipaten Pakualaman yang telah mempunyai wilayah, pemerintahan, dan
penduduk sebelum lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945 berperan dan memberikan sumbangsih yang besar dalam
mempertahankan, mengisi, dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Dasar hukum yang berkaitan dengan D.I. Yogyakarta undang undang


Nomor 13 Tahun 2012 tertera pada Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 18A, Pasal
18B, dan Pasal 20 Undang Undaang Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mengatur tentang suatu daerah yang dibagi atas provinsi, kabupaten dan kota
dengan kepemerintahan yang memiliki hak dan wewenang untuk mengatur
daerah otonomnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Darwin, A. (2018). ANALISIS PERBANDINGAN KELEMBAGAAN


ADMINISTRASI PABEAN DI DUNIA. Jurnal BPPK : Badan Pendidikan
dan Pelatihan Keuangan, 11(1), 56–74.
https://doi.org/10.48108/jurnalbppk.v11i1.133
Kaistimewan, P. P. (t.t.). Drs. BENY SUHARSONO, M.Si. 35.
Noor, M. (t.t.). ANALISIS KELEMBAGAAN PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP)
UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN. 12.
Wardani, L. K. (t.t.). Pengaruh Pandangan Sosio-Kultural Sultan
Hamengkubuwana IX terhadap Eksistensi Keraton Yogyakarta. 10.

Anda mungkin juga menyukai