DISUSUN OLEH :
RIAN
NAFITA
RAYHAN
i
FAKULTAS HUKUM.
UNIVERSITAS MATARAM
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan. Atas segala rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah HUKUM TATA NEGARA dengan judul “
MAIN STATE AND AUXALARY ORGAN”
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengangkat Tentang teori serta konsep
tentang lembaga inti main state dan lembaga penyokong atau auxalary organ dimana
kedua organ ini sangat penting dalam kelangsumgan suatu kepemerintahan dalam
negara.kami juga tak lupa mengucap terimakasih kepada para anggota kelompok kami
karena telah bersama sama menyusun secara sistematik makalah ini sehingga dapat
menjadi tugas yang kami rasa sudah cukup untuk mendapatkan nilai tinggi , semoga
makalah ini dapat menjadi literatur bagi para pembaca dan berguna suatu hari kelak.
Salam hormat kami
ii
PENDAHULUAN
Diantara lembaga negara yang tersebut dalam UUD 1945, ada yang dapat dikategorikan
sebagai organ utama atau primer (primary constitusional organs), dan ada pula yang
merupakan organ pendukung atau penunjang (auxiliary state organs). Untuk memahami
perbedaan diantara keduanya, lembaga-lembaga negara tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga ranah (domain), yaitu (i) kekuasaan eksekutif atau pelaksana
(administratur, bestuurzorg), (ii) kekuasaan legislatif dan fungsi pengawasan, serta (iii)
kekuasaan kehakiman atau fungsi yudisial.
iii
13. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi yang diatur dalam Pasal 18 ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945.
14. Pemerintahan Daerah Kabupaten yang diatur dalam Pasal 18 ayat (2), (3), (5),
(6), dan ayat (7) Undang-Undang Dasar 1945.
15. Bupati yang diatur dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945.
16. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten yang diatur dalam Pasal 18 ayat
(3) Undang-Undang Dasar 1945.
17. Pemerintahan Daerah Kabupaten yang diatur dalam Pasal 18 ayat (2), (3), (5),
(6), dan ayat (7) Undang-Undang Dasar 1945.
18. Walikota yang diatur dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945.
19. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota yang diatur dalam Pasal 18 ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945.
20. Satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat khusus yang diatur dalam Pasal 18B
ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.
21. Dewan Perwakilan Rakyat yang diatur dalam Bab VII Undang-Undang Dasar
1945.
22. Dewan Perwakilan Daerah yang diatur dalam Bab VIIA Undang-Undang Dasar
1945.
23. Komisi Penyelenggaraan Pemilu yang diatur dalam Pasal 22E ayat (5) Undang-
Undang Dasar 1945.
24. Bank Sentral yang diatur dalam Pasal 23D Undang-Undang Dasar 1945.
25. Badan Pemeriksa Keuangan yang diatur dalam Bab VIIIA Undang-Undang
Dasar 1945.
26. Mahkamah Agung yang diatur dalam Pasal 24 dan Pasal 24A Undang-Undang
Dasar 1945.
27. Mahkamah Konstitusi yang diatur dalam Pasal 24 dan Pasal 24C Undang-
Undang Dasar 1945.
28. Komisi Yudisial yang diatur dalam 24B Undang-Undang Dasar 1945.
29. Tentara Nasional Indonesia yang diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang Dasar
1945.
30. Angkatan Darat diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang Dasar 1945.
31. Angkatan Laut diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang Dasar 1945.
32. Angkatan Udara diatur dalam Pasal 10 Undang-Undang Dasar 1945.
iv
33. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diatur dalam Pasal 30 Undang-
Undang Dasar 1945.
34. Badan-badan lain yang fungsinya terkait dengan kekuasaan kehakiman seperti
kejaksaan yang diatur dalam Pasal 24 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.
Undang Dasar 1945. Jumlah state auxiliary organ ini sangat banyak, diantaranya:
v
dalam Peraturan Presiden Nomor 178 Tahun 2014 tentang Badan Keamanan
Laut.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah yang kami angkat pada makalah kami
tentang lembaga negara constitutional organ ataupun auxalary organ ialah sebgagai
berikut:
METODE PENELTIAN
Adapun metode penelitian yang kami gunakan dalam makalah kami ialah metode
penelitian normatid yurudis dimana kami menggunakan 2 jurnal dalam pengerjaan
mkalah ini adapun jurnal yang kami ambil merupakan jurnal publik.
vi
PEMBAHASAN
Salah satu wajah ketatanegaraan Indonesia setelah perubahan UUD 1945 adalah
lahirnya state auxiliary organs. Layaknya jamur di musim penghujan, state auxiliary
organs ini tumbuh berkembang di berbagai bidang kenegaraan. Tidak sedikit pembuatan
undang-undang mewujudkan state auxiliary organs. Bentuk eksperimentasi lembaga ini
adalah dewan (council), komisi (comission), komite (commitee), badan (board), atau
otorita (authority).
Ketidakpercayaan ini bukan saja dimonopoli oleh publik secara umum, tetapi
juga oleh para elit tingkat atas yang berada dalam lembaga-lembaga negara yang
tersedia. Ketidakpercayaan yang ada, bisa diperkirakan berangkat dari kegagalan
lembaga-lembaga negara yang ada dalam menjalankan fungsi-fungsi dasarnya
atau sebagai akibat dari meluasnya penyimpangan fungsi lembaga-lembaga yang
ada selama kurun waktu 32 tahun Orde Baru.
Di tingkat masyarakat umum, performance masa lalu yang buruk ini menjadi
dasar bagi penolakan luas atas lembaga-lembaga negara yang ada. Sementara di
tingkat elit, kegagalan atau penyimpangan fungsi lembaga-lembaga negara di
masa lalu telah melahirkan kehendak yang kuat untuk menyebarkan kekuasaan
lembaga-lembaga nyang ada baik secara horizontal lewat pencipataan lembaga-
lembaga negara sampiran negara maupun secara vertikal melalui desentralisasi.
Kelahiran state auxiliary organs ini juga merupakan refleksi kemenanangan kekuatan
non negara dalam mempenetrasi wilayah dominasi negara yang beberapa tahun terakhir
mengalami pembelengguan. Jika pada awalnya kekuatan non negara terbatas pada
perebutan ruang bagi diri sendiri yang telah dipilah secara ketat, dalam perkembangan
selanjutnya setelah reformasi, telah memperluas hasratnya untuk menjangkau kontrol
atas ranah negara. Dengan logika seperti ini, aktor non negara yang berwujud state
auxliary organs dapat mengkonversi diri secara cepat sebagai aktor yang dapat
bertindak atas nama dan untuk kepentingan publik yang selama ini dimonopoli oleh
negara.
viii
1