Anda di halaman 1dari 18

DISPARITAS PENDIDIKAN ANTARA

PULAU JAWA DAN PAPUA

Oleh:
Kelompok 4
Kelas 1A

1. Safrial (10206220025)
2. Rahma (10206230008)
3. Nur Ilham Pataalun (10206230010)
4. Atira (10206230020)
5. Rika Syafitri (10206230025)
6. Feronika Kamu (10206230039)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSANTARA INDONESIA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaian makalah yang

berjudul “Disparitas Pendidikan Antara Pulau Jawa dan Papua.” ini tepat

waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas dari Bapak Dr. Dahsan Hasan, SH., M.H. pada mata kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk

menambah wawasan tentang Disparitas Pendidikan Antara Pulau Jawa

dan Papua bagi para pembaca dan juga bagi kelompok kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Dahsan Hasan,

SH., M.H. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganeraan yang

telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dari

wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian

pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami

menyadari makalah yang kami kerjakan ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami

nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 19 November 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
I.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................... 2
I.3 Tujuan Penulisan ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................. 3
II.1 Tinjauan Pustaka ................................................................. 3
II.1.1 Definisi Pendidikan .............................................................. 3
II.1.2 Pemerataan Pendidikan ....................................................... 5
II.1.3 Mutu Pendidikan .................................................................. 7
II.2 Analisis Masalah .................................................................. 9
II.2.1 Apa peran infrastruktur pendidikan dalam menciptakan
disparitas akses antara kedua pulau tersebut, termasuk
ketersediaan sekolah, sarana pendukung, dan
transportasi? ........................................................................ 9
II.2.1 Bagaimana peran pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam menciptakan kebijakan yang
mendukung atau mengurangi disparitas pendidikan
antara Pulau Jawa dan Papua?............................................ 11
BAB III PENUTUP ......................................................................... 14
III.1 Kesimpulan ......................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting

untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi

pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat

kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama

membangun bangsa. (Saptono, 2016:2)

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya

manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu

diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman

selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah

terpikirkan sebelumnya.

Indonesia merupakan negara yang mutu pendidikannya masih

rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain bahkan sesama

anggota negara ASEAN pun kualitas SDM bangsa Indonesia masuk

dalam peringkat yang paling rendah. Hal ini terjadi karena pendidikan

di Indonesia belum dapat berfungsi secara maksimal.

Hal ini disebabkan karena perhatian pemerintah kita masih

terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya

masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah,

pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan

aturan UU pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu,

1
negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga

akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di

tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.

Oleh karena itu penulis akan menjelaskan tentang masalah

yang terjadi dalam dunia pendidikan dalam bentuk makalah yang

berjudul “Disparitas Pendidikan Antara Pulau Jawa dan Papua”

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa peran infrastruktur pendidikan dalam menciptakan disparitas

akses antara kedua pulau tersebut, termasuk ketersediaan sekolah,

sarana pendukung, dan transportasi?

2. Bagaimana peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

menciptakan kebijakan yang mendukung atau mengurangi

disparitas pendidikan antara Pulau Jawa dan Papua?

I.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui peran infrastruktur pendidikan dalam

menciptakan disparitas akses antara kedua pulau tersebut,

termasuk ketersediaan sekolah, sarana pendukung, dan

transportasi.

2. Bagaimana peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

menciptakan kebijakan yang mendukung atau mengurangi

disparitas pendidikan antara Pulau Jawa dan Papua.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Tinjauan Pustaka

II.1.1 Definisi Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk

mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Secara

etimologi atau asal asul kata. Kata pendidikan dalam bahasa

Inggris disebut education yang berasal dari bahas latin yaitu

'educatum' yang tersusun atas dua kata yaitu 'E' dan "Duco". Kata

E berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit

menjadi banyak, sementara 'Duco' berarti perkembangan atau

sedang berkembang.

Pengertian pendidikan secara etimologi adalah menjadi

berkembang atau bergerak dari dalam keluar, atau dengan kalimat

lain, pendidikan berarti proses mengembangkan kemampuan diri

sendiri (inner abilities) dan kekuatan individu. Kata Education sering

juga dihubungkan dengan 'Educere' (Latin) yang berarti dorongan

(propulsion) dari dalam keluar. Artinya untuk memberikan

pendidikan melalui perubahan yang diusahakan melalui latihan

ataupun praktik. Oleh karena itu definisi pendidikan mengarahkan

3
untuk suatu perubahan terhadap seseorang untuk menjadi lebih

baik.

Pengertian pendidikan menurut Undang Undang SISDIKNAS

no. 20 tahun 2003, adalah sebagai usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan

potensi dirinya secara aktif supaya memiliki pengendalian diri,

kecerdasan, keterampilan dalam bermasyarakat, kekuatan spiritual

keagamaan, kepribadian serta akhlak mulia.

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi

kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan harus terus

menerus diperbaiki baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan

mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan

sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup

berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju,

sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka

(Fuad Ihsan, 2010:2).

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa

pendidikan berasal dari kata “didik” dan mendapat imbuhan berupa

awalan ‘pe’ dan akhiran ’an’ yang berarti proses atau cara

perbuatan mendidik. Maka definisi pendidikan menurut bahasa

yakni perubahan tata laku dan sikap seseorang atau sekelokmpok

4
orang dalam usahanya mendewasakan manusia lewat pelatihan

dan pengajaran.

II.1.2 Pemerataan Pendidikan

Dalam rangka memajukan bangsa dan kebudayaan nasional

serta melaksanakan fungsi dalam mencetak sumber daya manusia

yang berkualitas demi pembangunan, maka perlu ditekankan

bahwa pendidikan di Indonesia harus mampu menerapkan

pelaksanaan pendidikan yang merata. Adapun yang dimaksud

pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan

program pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang

seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk dapat

memperoleh pendidikan atau biasa disebut perluasan kesempatan

belajar.

Pemerataan pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu

equality dan equity. Equality atau persamaan mengandung arti

persamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan,

sedangkan equity bermakna keadilan dalam memperoleh

kesempatan pendidikan yang sama diantara berbagai kelompok

dalam masyarakat. Sehingga dalam hal ini masalah pemerataan

pendidikan dikatakan timbul apabila masih banyak warga negara

khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat mengenyam

pendidikan atau dapat dikatakan tidak dapat ditampung di dalam

sistem karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.

5
Iklan “pendidikan gratis” telah membawa anggapan bagi

masyarakat untuk tidak mengeluarkan biaya sepeser pun padahal

dalam kenyataannya tidak demikian. (Mujahidun, 2017:1-8)

Anggapan seperti ini salah karna pendidikan pada realita

mengeluarkan uang, mulai dari biaya seragam, sumbangan

pembangunan. Bagi orang yang tidak mampu atau di kawasan

tertinggal akan memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan dan

menyebabkan tidak meratanya pendidikan diIndonesia.

Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang

tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil. Hal ini

menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat

dengan daerah. Sehingga menyebabkan kontrol pendidikan yang

dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daerah-

daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas

penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat

mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang

diharapkan.

Selama ini belum semua masyarakat bangsa Indonesia

dapat merasakan manisnya pendidikan. Jika hendak dicermati,

maka persoalan pemerataan pendidikan setidaknya disebabkan

oleh (1) Perbedaan tingkat sosialekonomi masyarakat; (2)

Perbedaan fasilitas pendidikan; (3) Sebaran sekolah tidak merata;

6
(4) Nilai masuk sebuah sekolah dengan standarttinggi; (5)

Rayonisasi. (Idrus, 2016:129)

II.1.3 Mutu Pendidikan

Mutu diartikan sama halnya dengan memiliki kualitas dan

bobot. Pendidikan yang bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan

yang dapat menghasilkan tenaga profesional yang berkualitas

sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Dalam

dunia pendidikan, mutu pendidikan menjadi sorotan karena sangat

berperan besar dalam menentukan kualitas sumber daya manusia

yang telah tercetak melalui pendidikan. Sejalan dengan proses

pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang

pendidikan melalui persekolahan juga dilaksanakan.

Mutu pendidikan menjadi suatu permasalahan apabila hasil

dari pendidikan tersebut belum mampu mencapai taraf yang

diharapkan yaitu menghasilkan keluaran berupa tenaga profesional

yang berguna bagi bangsanya. Penetapan mutu hasil pendidikan

pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen

tenaga terhadap calon luaran, dengan system sertifikasi.

Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja. Penilaian

dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga

dengan system tes unjuk kerja.

Jika tujuan dari pendidikan nasional dijadikan sebagai

kriteria kelulusan suatu mutu pendidikan, maka keluaran dari suatu

7
system pendidikan menjadikan pribadi yang bertaqwa, mandiri dan

berkarya, anggota masyarakat yang yang social dan bertanggung

jawab, warga Negara yang cinta pada tanah air dan memiliki rasa

kesetiakawanan social. Dengan demikian keluaran tersebut

diharapkan mampu mewujudkan diri sebagai manusia-manusia

pembangunan yang dapat membangun dirinya dan juga

lingkungan.

Terkadang orang-orang melakukan penilaian salah terhadap

mutu pendidikan. Banyak yang berpendapat bahwa mutu

pendidikan dapa dinilai melalui hasil akhir belajar siswa, misalkan

saja nilai UN (Ujian Nasional). Sesungguhnya mutu pendidikan

yang baik hanya akan didapatkan oleh seseorang setelah melalui

proses belajar yang baik pula. Memahami dan mengikuti dengan

baik proses belajar sehingga diharapkan dapat menunjukkan hasil

belajar yang bermutu.

Masalah mutu pendidikan yang harus disoroti dan diusahan

penanggulangannya di Indonesia adalah masalah pemerataan

mutu pendidikan teruama antara daerah perkotaan dan daerah

pedesaan. Pemerataan ini sangat penting adanya agar

peningkatan mutu pendidikan dirasakan oleh semua siswa di

berbagai pelosok tanah air sehingga nantinya memberi dampak

posiif terhadap munculnya banyak keluaran yang professional di

tanah air ini.

8
Kinerja guru merupakan serangkaian hasil dari proses dalam

melaksanakan pekerjaannya yang sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya. Kemampuan seorang guru untuk menciptakan model

pembelajaran baru atau memunculkan kreasi baru akan

membedakan dirinya dengan guru lain. (Saptono, 2017:14)

II.2 Analisis Masalah

II.2.1 Apa peran infrastruktur pendidikan dalam menciptakan disparitas

akses antara kedua pulau tersebut, termasuk ketersediaan sekolah,

sarana pendukung, dan transportasi?

Peran infrastruktur pendidikan sangat signifikan dalam

menciptakan disparitas akses pendidikan antara Pulau Jawa dan

Papua. Beberapa aspek infrastruktur yang dapat mempengaruhi

disparitas tersebut meliputi:

1. Ketersediaan Sekolah

Pulau Jawa: Dikarenakan kepadatan penduduk yang tinggi,

Pulau Jawa cenderung memiliki lebih banyak sekolah dan institusi

pendidikan dibandingkan dengan Papua. Ketersediaan sekolah

yang memadai dapat mempengaruhi aksesibilitas pendidikan.

Papua: Di beberapa daerah di Papua, terutama di

pedalaman yang sulit diakses, ketersediaan sekolah mungkin

terbatas. Kondisi geografis dan kurangnya infrastruktur transportasi

dapat menjadi hambatan.

2. Sarana Pendukung Pendidikan

9
Pulau Jawa: Sarana pendukung seperti perpustakaan,

laboratorium, dan fasilitas olahraga mungkin lebih mudah diakses di

Pulau Jawa, yang memiliki lebih banyak sumber daya dan fasilitas

pendidikan.

Papua: Beberapa daerah di Papua mungkin menghadapi

keterbatasan sarana pendukung, yang dapat memengaruhi kualitas

pendidikan dan kesempatan belajar siswa.

3. Transportasi

Pulau Jawa: Transportasi yang baik dan jaringan jalan yang

berkembang di Pulau Jawa mempermudah mobilitas siswa, guru,

dan tenaga pendidik. Hal ini dapat meningkatkan aksesibilitas ke

sekolah.

Papua: Keterbatasan infrastruktur transportasi di Papua,

terutama di daerah yang terpencil dan berkontur sulit, dapat

menjadi hambatan utama bagi akses pendidikan. Kurangnya

aksesibilitas dapat membuat sulit bagi siswa untuk mencapai

sekolah.

4. Ketersediaan Pendidik

Pulau Jawa: Dengan populasi yang lebih besar dan

kepadatan penduduk yang tinggi, Pulau Jawa cenderung memiliki

lebih banyak tenaga pendidik yang terlatih dan tersedia.

10
Papua: Beberapa daerah di Papua mungkin menghadapi

tantangan dalam ketersediaan tenaga pendidik yang berkualifikasi

karena keterpencilan dan kondisi geografis yang sulit.

II.2.2 Bagaimana peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

menciptakan kebijakan yang mendukung atau mengurangi

disparitas pendidikan antara Pulau Jawa dan Papua?

Peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah sangat

krusial dalam menciptakan kebijakan yang mendukung atau

mengurangi disparitas pendidikan antara Pulau Jawa dan Papua.

Berikut adalah beberapa aspek peran tersebut:

1. Alokasi Anggaran

Pemerintah Pusat: Pemerintah pusat memiliki tanggung

jawab dalam menentukan alokasi anggaran untuk sektor

pendidikan secara nasional. Pengalokasian dana yang adil dan

proporsional antara Pulau Jawa dan Papua dapat mempengaruhi

ketersediaan sumber daya pendidikan di masing-masing wilayah.

Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah di Papua harus

memastikan penggunaan dana pendidikan yang efisien dan efektif

sesuai dengan kebutuhan lokal. Ini termasuk alokasi dana untuk

infrastruktur, pelatihan guru, dan program pendidikan khusus.

2. Pengembangan Kebijakan Pendidikan:

11
Pemerintah Pusat: Pusat harus merancang kebijakan

pendidikan yang merata dan berkeadilan, memperhitungkan

kondisi khusus dan tantangan di Papua. Kebijakan ini dapat

mencakup program-program khusus, insentif, dan dukungan

tambahan.

Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah di Papua memiliki

peran dalam menyesuaikan kebijakan nasional dengan kebutuhan

lokal. Mereka dapat merancang kebijakan pendidikan yang lebih

spesifik dan responsif terhadap kondisi di Papua.

3. Penyediaan Tenaga Pendidik:

Pemerintah Pusat: Pusat dapat memfasilitasi program

perekrutan dan pelatihan guru untuk Papua. Dukungan pemerintah

pusat dalam menyediakan tenaga pendidik yang berkualifikasi dan

berkomitmen dapat membantu mengurangi disparitas pendidikan.

Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah di Papua perlu

memastikan rekrutmen dan retensi guru-guru yang berkualitas. Ini

termasuk memberikan insentif dan fasilitas kerja yang memadai.

4. Pengembangan Infrastruktur

Pemerintah Pusat: Pusat memiliki peran penting dalam

memastikan investasi infrastruktur pendidikan yang memadai di

Papua. Ini melibatkan pembangunan dan pemeliharaan sekolah,

aksesibilitas transportasi, serta penyediaan fasilitas pendukung.

12
Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah di Papua dapat

merancang dan melaksanakan rencana pengembangan

infrastruktur pendidikan sesuai dengan kebutuhan setempat.

Mereka harus memastikan bahwa sarana pe endukung dan

fasilitas yang diperlukan tersedia.

5. Program Pendidikan Khusus

Pemerintah Pusat: Pusat dapat merancang program

pendidikan khusus yang ditujukan untuk mengatasi disparitas

antara Pulau Jawa dan Papua. Ini mungkin melibatkan beasiswa,

bantuan buku, atau program-program lain yang dapat

meningkatkan partisipasi dan kualitas pendidikan di Papua.

Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah di Papua perlu

mengimplementasikan dan memonitor program-program tersebut

agar sesuai dengan kebutuhan lokal dan mencapai tujuan yang

diinginkan.

13
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
1. Peran infrastruktur pendidikan sangat signifikan dalam menciptakan

disparitas akses antara dua pulau tersebut. Upaya untuk

menyelaraskan ketersediaan sekolah, sarana pendukung,

transportasi, dan teknologi informasi dapat membantu mengurangi

kesenjangan pendidikan dan memberikan akses pendidikan yang

merata bagi seluruh masyarakat..

2. Dengan kombinasi upaya dari pemerintah pusat dan daerah,

termasuk alokasi sumber daya yang adil, penyesuaian kebijakan

yang bijaksana, penyediaan tenaga pendidik, pembangunan

infrastruktur dan partisipasi aktif masyarakat, disparitas pendidikan

antara Pulau Jawa dan Papua dapat diminimalkan, memastikan

bahwa setiap anak Indonesia memiliki hak dan akses yang setara

terhadap pendidikan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Idrus, M. (2016). Mutu Pendidikan Dan Pemerataan Pendidikan Di


Daerah. PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan
Konseling.(online). https://doi.org//psikopedagogia. Diakses 20
September 2023 pukul 13.35 pm.
Mujahidun. (2017). Pemerataan Pendidikan Anak Bangsa: Pendidikan
Gratis Versus Kapitalisme Pendidikan. (online)
https://www.kompasiana.com. Diakses 20 September 2023 pukul
14.21 pm.
Saptono, A. (2016). Lingkungan Belajar , Sikap Terhadap Profesi
Guru terhadap Intensi Menjadi Guru (Studi pada Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta). (online)
https://docplayer.info. Diakses 22 September 2023 pukul 09.43 am.
Saptono, A. (2017). Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran
Dan Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Prestasi Belajar
Ekonomi Pada Siswa Kelas X Di Sma Negeri 89 Jakarta.
Econosains Jurnal Online Ekonomi Dan Pendidikan,.
https://doi.org//econosains. Diakses 19 September 2023 pukul
10.45 am.

15

Anda mungkin juga menyukai