Anda di halaman 1dari 11

TAUSIAH OLEH USTADZ RIKZA ABDULLAH

Ahad, 30 Juli 2023. Pukul 05.30


Thema : MENGGAPAI HIDUP BAHAGIA BERSAMA AL-QUR‟AN.
Topik : Sangat Mendesak Kebutuhan Akan Perubahan

Alhamdulillahi Robbil alamin, washolatu wassalamu 'ala asrofil ambiya'i wal mursalin,
sayyidina wa maulana Muhammadin, wa 'ala alihi wasohbihi ajma'in, amma ba’du.
Bapak-bapak, Ibu-ibu dan saudara-saudara sekalian mari kita mempelajari lagi pesan-
pesan Allah melalui Al Qur’an yang kalau kita terapkan in syaa Allah akan hidup bahagia
di dunia dan di akherat. Untuk itu mari kita pelajari apa yang harus kita laksanakan dan
apa yang harus kita tinggalkan baik kita secara individu maupun kita secara masyarakat.
Pagi ini in syaa Allah kita akan membahas cakupan yang sekaligus berkaitan dengan
individu kita masing-masing dan juga berkaitan dengan kemasyarakatan kita sebagai
bangsa Indonesia. Mari kita membahas dengan topik : “Sangat Mendesak Kebutuhan
Akan Perubahan”. Kita semua baik secara individu maupun kemasyarakatan ingin hidup
bahagia yang ditandai dengan ketenteraman dan kedamaian. Namun kebahagiaan tidak
akan terwujud atau terganggu jika bencana sosial menimpa kita, Allah menjanjikan
kebahagiaan yang disertai dengan kesejahteraan jika kita semua tunduk patuh sambil
bersyukur kepada-Nya, tetapi Allah juga sekaligus mengancam akan mencabut
kebahagiaan kita jika kita berpaling dari-Nya dan tidak bersyukur kepada-Nya. Allah
Memberi contoh suatu negeri yang bernama Saba’ yang diberi kesejahteraan pada saat
mereka patuh kepada Allah, Allah Memberikan gambaran kesejahteraan mereka seperti
Difirmankan dalam surat Saba’ (34) ayat 15:

“Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman
mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka
dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan
bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu)
adalah Tuhan Yang Maha Pengampun."
Ini diberikan oleh Allah kepada kaum Saba’ ketika mereka bersyukur kepada Allah,
tetapi Allah mencabut kesejahteraan mereka dalam sekejap saja setelah merka berpaling
dari-Nya dan tidak bersyukur kepada-Nya, mereka berpaling yang Digambarkan oleh
Allah dalam surat Saba’ (34) ayat 16-17:

“Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan
Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon)
yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi
balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab
(yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir”.

Oleh karena itu contoh negeri Saba’ini hendaklah kita camkan dan kita jaga agar Allah
tetap memberi kita kebahagiaan dan kesejahteraan di dalam hidup bermasyarakat, kita
jaga keimanan tetap ada di hati kita dan kita melaksanakan keimanan itu dengan cara
tunduk patuh kepada Allah, kita lakukan apa yang diperintah oleh Allah, dan kita
tinggalkan apa yang dilarang-Nya, sekaligus kita bersyukur berterimakasih kepada Allah
atas semua kenikmatan yang telah Allah limpahkan kepada kita. Sambil memperhatikan
sejarah yang diabadikan oleh Allah di dalam Al Qurán tersebut, kita mencoba melihat
negeri kita saat ini, kita merasakan betapa nikmatnya kita hidup di Indonesia yang kaya
akan sumber daya alam dan subur tanahnya untuk berbagai macam tanaman sebagai
sumber makanan kita, mudah-mudahan kita pandai bersyukur, mensyukuri kenikmatan
yang besar dari Allah ini, namun kita juga perlu menilai diri kita sendiri apakah diantara
kita ini lebih banyak yang bersyukur dan tunduk patuh kepada Allah, atau sebaliknya
lebih banyak diantara kita ini yang durhaka tidak mensyukuri kenikmatan Allah.
Introspeksi semacam ini perlu karena Allah telah memberi informasi bahwa Allah tidak
akan menghancurkan suatu negeri kecuali penduduknya dalam keadaan durhaka. Allah
Berfirman dalam surat Al Qashash (28) ayat 59:
“Dan tidak pernah Kami membinasakan kota-kota kecuali penduduknya dalam keadaan
melakukan kedzaliman”.

Padahal di negeri kita ini, saat ini bermacam-macam kejahatan dan kedurhakaan sangat
marak dimana-mana, durhaka di negeri kita itu antara lain korupsi di berbagai sektor,
berbagai level dan di berbagai bidang baik perdagangan, industri, pertanian,
pertambangan dsb, dan korupsi dilakukan oleh orang-orang berbagai level mulai dari
level yang tinggi sampai yang paling rendah. Di perusahaan juga sopir-sopir, para buruh
jika ada kesempatan juga mereka melakukan korupsi, apalagi yang ada diatas yang
mempunyai kekuasaan, mereka lebih marak lagi korupsinya. Kejahatan pemerasan juga
marak di indonesia, pemerasan yang dilakukan oleh oknum berseragam misalnya
pengurusan ijin usaha yang dipersulit kalau tidak disuap, begitu juga oleh oknum tidak
berseragam itu dimana-mana terjadi pemerasan, misalnya mengangkut hasil pertanian
dari desa ke kota juga banyak pemerasan oleh preman-preman yang sering disebut
pungutan liar. Di Indonesia juga marak terjadinya perjudian baik yang online maupun
yang offline bahkan mereka itu menawarkannya begitu agresiv sehingga kita sering kali
menerima pesan baik melalui SMS maupun melalui WA . Kedurhakaan yang lain adalah
banyaknya tempat-tempat maksiat yaitu tempat untuk minum-minuman keras dan
pelacuran itu merebak ada dimana-mana. Begitu juga angka kriminalitas itu sangat
tinggi di negeri kita ini. Kita khawatir bahwa tingginya angka kejahatan bisa
menyebabkan layaknya kita dihancurkan oleh Allah sebegai hukuman atau sebagai
peringatan. Allah Memberitahukan kapan Allah akan menghancurkan suatu negeri
dalam surat Al Isra’ (17) ayat 16:

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami biarkan kepada orang-
orang yang hidup bermewah-mewah di negeri itu, mereka seharusnya menaati Allah,
tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya
berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya”.

Jadi kalau suatu negeri atau suatu daerah penduduknya itu banyak melakukan
pelanggaran, terutama pelanggaran itu dilakukan oleh orang-orang yang bergaya hidup
mewah yaitu biasanya orang yang punya duit banyak misalnya pengusaha yang
bekerjasama dengan penguasa sehingga penguasa yang sebenarnya gajihnya kecil mereka
bisa hidup berewah-mewah karena mendapatkan upeti dari para pengusaha, dan
mereka melakukan durhaka seenaknya sendiri, dan gejala ini kita saksikan di negeri kita.
Agar kita terhindar dari kehancuran akibat dari kedurhakaan kita sendiri, maka sangat
mendesak kebutuhan kita akan perubahan, yaitu perubahan dari kebiasaan buruk
menuju ke kebiasaan baik ini disebut hijrah, hijrah dari kekafiran dan kedurhakaan
menuju ke keimanan dan ketaatan kepada Allah, dan ini mesti dilakukan oleh orang-
orang di seluruh negeri, atau setidak-tidaknya dilakukan oleh mayoritas penduduk dari
suatu negeri. Kalau kita berbicara dalam koteks Indonesia, maka kita perjuangkan agar
semua atau sebagian besar dari bangsa ini beriman kepada Allah dan tunduk patuh serta
taat kepada Allah, kita hindari jangan sampai kita itu membangkang Allah, kalau ada
orang-orang yang membangkang kita ingatkan supaya kita sama-sama tunduk kepada
Allah sehingga kesejahteraan yang diberikan Allah kepada kita ini tidak dicabut.
Perubahan menuju kebaikan semacam ini pasti ditentang oleh orang-orang yang
menikmati hasil kejahatan, karena itu membutuhkan komitmen niat yang kuat,
membutuhkan perjuangan dan kerja keras. Jadi kalau kita ingin hijrah dari kebiasaan
buruk ke kebiasaan baik pasti banyak orang yang menentang yaitu para pelaku
kejahatan itu sendiri, karena mereka justru menikmati maraknya kejahatan ini karena
merekalah yang melakukan kejahatan dan dari kejahatan itu mereka bisa mendapatkan
kemakmuran, misalnya perjudian itu tidak baik karena merupakan salah satu kejahatan,
tetapi mereka menikmati hasil dari perjudian itu karena para penyelenggaranya
memberikan upeti sehingga mereka tetap bisa menyelenggarakan meskipun ada undang-
undang atau peraturan yang melarang itu. Oleh karena itu kita kuatkan tekad kita untuk
hijrah dari kebiasaan buruk ke kebiasaan baik, itu dibuthkan niat yang kuat dan kerja
keras, Rasulullah S.A.W menyebutkan dalam haditsnya sbb:

“Tidak ada lagi hijrah setelah kemenangan (atas Makkah) akan tetapi (yang tetap ada)
adalah jihad dan niat. Maka jika kalian diperintahkan berangkat berjihad, berangkatlah.”
{HR Bukhari dari Aisyah}.

Hakekat hijrah itu tetap wajib, yaitu niat dan jihad, niat itu adalah kita berkomitmen
untuk suatu tujuan yaitu menggapai ridho Allah sedangkan jihad adalah kerja keras
untuk mencapai tujuan tadi. Kalau kita berusaha keras untuk mencapai tujuan tadi itu
artinya kita tidak berhenti karena ada halangan, kita tidak berhenti karena ada problem
dan kita tidak belok kalaupun mendapat ancaman. Kalaupun ketika kita menuju ke
tujuan ini dihalang-halangi oleh orang yang mengancam akan membunuh kita, maka
kita harus siap untuk membela diri, kalau mereka menghalang-halangi secara kelompok
maka kita juga menghadapinya secara kelompok berarti kita juga harus siap perang
kalau memang ada tuntutan itu. Jadi jihad itu tidak harus dilakukan dengan perang
tetapi dengan kegigihan melaksanakan perintah-perintah Allah, kalau terpaksa baru kita
melaksanakan perang, karena itu Rasulullah S.A.W menyebutnya, “kalau diperintahkan
perang maka berangkatlah”, jadi ini adalah usaha terakhir ketika kita berjuang untuk
melaksanakan perintah Allah dihalang-halangi sampai kita diancam untuk dibunuh maka
kita siap untuk membela diri, kalau tidak ada ancaman itu kita tidak perlu berperang dan
tidak perlu memprovokasi, kita lebih baik bertahan dan kalau terpaksa baru kita
melawan. Agar kita bisa melaksanakan perubahan di seluruh negeri, kita tidak cukup
hanya mengubah kebiasaan diri sendiri, tetapi kita juga harus juga mengajak seluruh
anggauta masyarakat untuk bersama-sama melakukan perubahan mulai dari pimpinan
tertinggi sampai dengan masyarakat di tingkat grass root (akar rumput), semua kita ajak,
ini berarti kita harus berdakwah dan berdakwah itu tidak harus dengan ceramah, tetapi
berdakwah paling bagus adalah dengan memberi contoh. Kalau kita berperilaku baik
maka orang-orang akan suka kepada kita dan dengan begitu kita harapkan orang-orang
itu akan meniru kita. Dakwah dengan memberi contoh semacam ini itu lebih efektiv
dari pada dakwah dengan ceramah. Kita sebagai ummat Nabi Muhammad S.A.W dipuji
oleh Allah sebagai ummat terbaik, karena itu kita harus merasa terpanggil untuk
menganjurkan kepada kebaikan dan mencegah kepada kejahatan, Allah menganjurkan
demikian dengan Firman-Nya dalam surat Ali Imran (3) ayat 104:

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh untuk berbuat yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.”

Jadi kita masing-masing dianjurkan oleh Allah untuk amar ma’ruf nahi munkar tentu di
lingkungan kita dengan kapasitas kita dan dengan kemampuan kita, kalau kita hanya
bisa mengajak kebaikan ini hanya di lingkup keluarga kita sendiri ya kita lakukan di
keluarga, kalau kita mempunyai otoritas di masyarakat untuk mengajak kebaikan ini
dilingkungan kelurahan, dilingkungan kota atau di lingkungan masyarakat tertentu maka
kita mesti laksanakan. Oleh karena itu kalau ada panggilan supaya kita mau melakukan
ajakan semacam ini kita jangan menolak karena ini kewajiban bagi kita, begitu kita
diminta untuk memberi pencerahan jangan pernah menolak karena itu merupakan
kesempatan yang disodorkan oleh Allah untuk mengimplementasikan ayat ini, kalau kita
melaksanakan ini Allah menjanjikan kita akan beruntung. Untuk melaksanakan
perubahan dari kejahatan menjadi kebaikan Rasulullah S.A.W mengajarkan kita untuk
mengikuti tiga cara, sesuai sabda Rasulullah S.A.W yaitu:

Rasulullah SAW bersabda: ”Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran,


hendaknya dia ubah dengan tangannya (kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu
hendaknya dia ubah dengan lisannya dan kalau dia tidak mampu hendaknya dia ingkari
dengan hatinya. Dan inilah keimanan yang paling lemah.” {HR Muslim dari Abu Sa’id Al
Khudri}
Lebih detail tiga cara yang dimaksud Rasulullah S.A.W pada jaman sekarang adalah yang
dimaksud dengan tangan adalah dengan menggunakan otoritas, dengan menggunakan
lisan atau bahasa dan menggunakan sikap batin, jadi ada tiga pendekatan. Pendekatan
yang paling intens adalah pendekatan dengan menggunakan otoritas, misalnya kalau
kita menjadi gubernur maka kita bisa melarang perjudian dengan satu surat saja, dengan
satu lembar dokumen apakah itu sebuah peraturan daerah atau SK Gubernur kemudian
ditanda tangani, lalu dikerahkan petugas-petugas untuk melaksanakan SK tersebut itu
sudah efektif dalam mencegah kemungkaran dengan otoritas. Jika kita mempunyai
otoritas misalnya menjabat sebagai presiden, gubernur, kepala sekolah, direktur atau
orangtua kita dianjurkan untuk menggunakan otoritas yang kita miliki. Cara ini bisa
dianggap sebagai cara dari atas kebawah atau top-down sangat efektiv. Jadi kalau kita
bisa mengambil otoritas itu misalnya menjadi presiden yang amar ma’ruf nahi munkar
maka efeknya bisa menjadi lebih besar dan efektif, dibandingkan kalau kita menjadi
individu-individu yang tidak mempunyai otoritas. Oleh karena itu mencari otoritas yang
tinggi dalam rangka usaha untuk mengubah dari yang buruk menjadi baik itu sangat
penting. Karena itu kalau kita memilih pemimpin atau wakil rakyat jangan salah
memilih jangan sampai memilih yang berpotensi meningkatkan kemungkaran dan tidak
mengubah menjadi kebaikan. Karena jaman sekarang berbeda dengan jaman Rasulullah
S.A.W, pada jaman Rasulullah S.A.W jabatan tidak boleh diminta tetapi diberi, pada saat
itu Rasulullah S.A.W yang memberi dan dipilih orang-orang yang bisa menjaga amanah.
Ada seorang sahabat yang minta jabatan oleh Rasulullah S.A.W ditolak. Jaman sekarang
jabatan itu diminta dengan cara kampanye, membujuk orang, dan kadang-kadang
memberi sembako supaya dipilih, dari situ saja sudah ada kepentingan yang tidak lillahi
ta’ala, oleh karena itu kalau diantara kita ingin dipilih oleh rakyat menjadi apapun,
kepala daerah atau wakil rakyat pasanglah niat yang benar dalam rangka menegakkan
kebaikan dan kebenaran bukan untuk kepentingan mencari kekayaan diri sendiri atau
kelompok. Jika kita tidak mempunyai ototritas yang bersifat instruktiv atau koordinativ
atas kejahatan kita bisa menggunakan bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis.
Usaha mengubah kemungkaran dengan bahasa ini bisa dilakukan oleh anggauta DPR
terhadap pejabat eksekutiv, karena tugas anggauta DPR itu antara lain adalah
mengawasi jalannya pemerintahan. Usaha mengubah kemungkaran dengan bahasa ini
juga bisa dilakukan oleh penasehat terhadap pelaksana biasanya di suatu organisasi itu
ada penasehat dengan berbagai nama, bisa staf ahli, majelis syuro, dewan pengarah, dsb.
Nasehat ini juga bisa dilakukan antar teman karena kita berteman itu juga mempunyai
otoritas yang tidak tertulis untuk saling mengingatkan dan saling menolong, karena apa
yang dilakukan teman yang melakukan kejahatan bisa menyeret dia ke neraka, dan kita
tidak mau teman kita ke neraka sebagaimana kita tidak mau diri kita masuk ke neraka.
Jika kita tidak mempunyai otoritas atau tidak mempunyai kemampuan untuk memberi
nasehat, maka kita harus setidak-tidaknya mengingkari kejahatan yang terjadi dengan
sikap batin bahwa kita tidak ikut tanggung jawab terhadap kejahatan itu. Kalau tidak
ikut tanggung jawab maka kita tidak usah berdekatan dengan mereka. Misalnya jika di
kampung ada rame-rame berkumpul kemudian ternyata disana ada main gaple dengan
taruhan itu berarti kemungkaran, maka kita sebagai warga kita harus menggunakan
kemampuan kita, kalau kita tidak punya otoritas kita tidak bisa melarang mereka untuk
berhenti dan tidak berani memberi nasehat, maka kita harus menyingkir jangan
kemudian kita ikut menonton, kalau kita menonton tanpa memberi peringatan itu sama
dengan ridho atau rela atau menyetujui maka dosanya sama dengan yang
melakukannya, begitu juga kalau ada teman yang korupsi dan kita ikut bangga serta ikut
menikmati hasilnya maka dosa kita sama dengan pelakunya. Memperingatkan dengan
mengingkari dalam hati adalah keimanan yang paling lemah, berarti kalau tidak
melakukan tiga-tiganya berarti imannya tidak ada. Namun perlu diingat bahwa ketika
kita berjuang untuk mengubah kemungkaran menjadi kebaikan, kita masing-masing
mesti merumuskan tujuan dengan benar dahulu, yaitu dalam rangka mencari ridho Allah
bukan yang lain, karena nilai perjuangan itu terletak pada tujuan. Misalnya melarang
berjudi dengan tujuan supaya mendapat upeti, nanti kalau tidak memberi upeti
kemudian di razzia, padahal razzia itu sebetulnya lahiriahnya melarang, tetapi secara
diam-diam mereka membiarkan kalau sudah membayar upeti, kalau tujuannya untuk
pemerasan seperti itu maka tindakan itu juga merupakan kejahatan. Perjuangan itu akan
bernilai tinggi kalau tujuannya tinggi yaitu mencari ridho Allah, dan sebaliknya
perjuangan akan bernilai rendah jika tujuannya rendah misalnya mencari upeti yang
haram tersebut. Tujuan itu penting karena tujuan tersebut berfungsi untuk membimbing
perilaku kita. Kalau kita mempunyai suatu tujuan maka kita akan melakukan program
atau kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada tujuan tadi, kalau orang tidak
mempunyai tujuan maka dia tidak mempunyai ukuran mana yang boleh dilakukan dan
mana yang tidak boleh dilakukan, dengan demikian tujuan yang jelas itu bisa
membimbing kita ke arah kegiatan-kegiatan apa yang bisa kita lakukan dan apa yang
harus kita tinggalkan. Tujuan mencari ridho Allah itu adalah tujuan yang paling tinggi
dan itu harus dipertahankan secara terus menerus dan kita tidak boleh berbelok karena
tergoda oleh iming-iming apapun. Misalnya ada orang yang asalnya lillahi ta’ala
menegakkan kebenaran dan memerangi kemungkaran, tetapi ditengah jalan ada rayuan
dengan setoran uang menjadi belok, ini tidak boleh. Nilai amalan seseorang itu
tergantung dari niatnya, Rasulullah S.A.W bersabda :

Rasulullah SAW bersabda ‘Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya dan


setiap orang akan memperoleh apa yang diniatkannya. Barangsiapa berhijrah dengan
niat (mengikuti perintah) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu (menuju) kepada
Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang akan diraihnya atau
karena wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai dengan niat hijrahnya.
{HR Bukhari dan Muslim dari Umar bin Khatthab}.

Jadi kalau orang ingin hijrah karena berniat ingin mendapatkan penghasilan yang baik
maka nilai hijrahnya ya senilai harta yang dia peroleh, tidak ada nilai yang ada di sisi
Allah, karena itu kita jangan lupa apapun yang kita lakukan kita niati dalam rangka
mencari ridho Allah, in syaa Allah kita akan mendapat pahala dari Allah. Selama
perjuangan untuk perubahan itu kita mesti bersabar dalam arti tetap berpegang teguh
kepada ajaran Allah, tidak tergoda untuk melakukan penyimpangan dan tidak berhenti
karena halangan. Apapun yang kita lakukan harus sesuai dengan petunjuk Allah, tidak
boleh melanggar ketentuan Allah. Jika kita bisa berdisiplin dalam berpegang teguh
ajaran Allah semacam ini, maka rekadaya negativ dari fihak manapun tidak akan
berpengaruh. Jadi kalau kita ingin memperjuangkan kebaikan dan kita itu niatnya
karena Allah bukan karena yang lain, maka posisi kita akan tangguh dan kokoh serta
tidak mudah digoyahkan. Jika seseorang pernah korupsi kemudian ingin jadi kepala
daerah, kemudian ada yang tahu dan dibuka kasusnya, maka seseorang tersebut pasti
gagal menjadi kepala daerah, itu salahnya sendiri karena dia pernah melakukan korupsi.
Kalau kita mau berjuang maka jangan pernah kita melakukan pelanggaran-pelanggaran
seperti krupsi, main perempuan, dan kemaksiatan lainnya, jadi kita harus bersih dan ini
berarti kita bertakwa dan juga pantang mundur mestipun ada halangan. Kalau kita bisa
seperti itu maka Allah akan menjamin bahwa kita tidak akan bisa dijegal. Allah
Berfirman dalam surat Ali Imran (3) ayat 120:

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak
mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa
yang mereka kerjakan”.

Jadi kalaupun ada tipu daya orang lain untuk menjatuhkan orang yang bertakwa dan
bersabar tidak akan bisa, bahkan ketika dia berjuang dan menjaga ketakwaan makin dia
di fitnah makin kelihatan kebaikan dia dan makin populer dia, karena merke orang-
orang jahat itu mencari-cari kesalahan saja untuk dijadikan bahan untuk menjatuhkan
atau menghukum dia, tetapi ternyata tidak ada, maka nama dia makin terlihat baiknya.
Karena itu kalau kita ingin berjuang dalam bentuk apapun yang tujuannya ingin
melakukan perubahan dari kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik, apapakh itu secara
individu atau secara masyarakat maka kita pegang kedua prinsip ini yaitu “wain tasbiruu
watattaquu” yaitu bersabar dan bertakwa. Dua prinsip ini yang dipegang oleh Nabi
Yusuf yang mengalami cobaan-cobaan berat tetapi karena beliau sabar dan takwa, maka
dia akhirnya berjaya hidup dengan baik dan dengan jabatan yang tinggi serta
mempunyai kepercayaan yang besar dari masyarakat Mesir. Sambil melakukan kegiatan-
kegiatan dalam memperjuangkan perubahan kita jangan lupa bahwa semua kejadian itu
tidak lepas dari kekuasaan Allah, oleh karena itu kita mesti berdo’a dan bertawakal kita
serahkan hasil akhirnya seperti apa terserah kepada Allah, pokoknya kewajiban kita
adalah kita usahakan sekuat tenaga kita, dan sebisa kita untuk melakukan perubahan ini,
Allah Berfirman dalam surat Ali Imran (3) ayat 159:

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Jadi kalau kita melihat di Indonesia ini ada penyimpangan-penyimpangan, mari kita
berusaha untuk mengadakan perubahan, kita ubah situasi ini menjadi situasi yang lebih
baik. Kalau misalnya jabatan diberikan kepada orang-orang yang mempunyai kasus
dengan potensi kasus dia akan dibuka jika tidak mendukung seseorang dan dia akhirnya
mendukung. Maka berarti pejabat tersebut adalah para penjahat-penjahat yang mereka
dilindungi tetapi dengan imbalan dukungan, maka kita ubah jangan sampai keadaan itu
terus menerus berlangsung, maka kita sebagai rakyat melalui pemilu mengangkat orang-
orang yang memang betul-betul bersih supaya negara kita menjadi baik. Jadi bukan
dengan cara black mail yaitu mengancam seseorang dengan mengungkap kesalahannya
atau bahkan mengancam membunuh kalau tidak mau mengikuti kemauannya.
RINGKASNYA:
 Allah biasanya menghancurkan masyarakat yang banyak melakukan kejahatan.
 Kebutuhan sangat mendesak untuk memberantas kejahatan dan mempromosikan
perubahan ke arah perbaikan.
 Langkah-langkah untuk melakukan perubahan meliputi, antara lain: Merumuskan
tujuan menuju perbaikan, meninggalkan kebiasaan buruk, memperbaiki sistem
dengan menggunakan otoritas, menggalakkan dan mengakomodasi kritik sosial,
teguh dalam menghadapi rintangan dan bertawakkal kepada Allah.
Semoga Allah merestui kita melaksanakan perubahan dengan meninggalkan kejahatan
dan melakukan kebaikan...........Aaamiiin.
~Mudah-mudahan bermanfaat~

Anda mungkin juga menyukai