Anda di halaman 1dari 28

CASE REPORT

Case Report

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) + ANEMIA + HIPERTENSI

Disusun oleh :

CHARISMA ARIF WICAKSONO 1708155175

M. DAFFA AS-SHIDDIQI 2108437854

ZAKIA IRZA 2208438134

Pembimbing :

dr. Rayendra, Sp.PD-KGH, FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU

PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 1


CASE REPORT

UNIVERSITAS RIAU

2023

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Charisma Arif Wicaksono1 M. Daffa As-Shiddiqi2 Zakia Irza3 Rayendra4

1
Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau,

Alamat: Jl. Diponegoro 1, Pekanbaru, E-mail: charismarif125@gmail.com

2
Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau,

Alamat: Jl. Diponegoro 1, Pekanbaru, E-mail:

3
Penulis untuk korespondensi: Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau,

Alamat: Jl. Diponegoro 1, Pekanbaru, E-mail: zakiairza23@gmail.com

4
Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Riau/RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau

ABSTRAK

Abstrak
Pendahuluan : Gagal ginjal adalah suatu keadaan ginjal kehilangan
kemampuan fungsionalnya untuk mempertahankan volume dan cairan dalam
tubuh. Penyakit ginjal kronik atau chronic kidney disease (CKD) merupakan
suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
irreversibel, yang pada suatu keadaan memerlukan terapi pengganti ginjal yang

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 2


CASE REPORT

tetap, berupa hemodialisis atau transplantasi ginjal. Data dari Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 menyatakan bahwa di Indonesia, gagal ginjal
merupakan masalah kesehatan yang cukup sering ditemui dari berbagai macam
jenis penyakit ginjal. Prevalensi gagal ginjal kronis yang telah terdiagnosis di
Indonesia adalah sebesar 3,8% dengan prevalensi gagal ginjal di Riau sebesar
0,1%.

Laporan Kasus : Seorang Perempuan berusia 56 tahun datang dengan keluhan


lemas yang memberat sejak 3 hari SMRS. Riwayat perdarahan (-), mual muntah
(+), demam (-). BAB, BAK normal Penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan (+).Keluhan disertai bengkak kaki yang bersifat terus menerus. Sesak
nafas hilang timbul (+). Riwayat stroke pada tubuh sebelah kiri pada tahun 2021.
Konsumsi air putih <2 liter sehari, sering konsumsi makanan berlemak, jarang
konsumsi buah dan sayur dan jarang berolahraga. Riwayat hipertensi yang tidak
terkontrol. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD : 163/98 mmHg, Nadi:
99x/menit, regular, kuat angkat, suhu :36,5 C, pernafasan: 19x/menit, IMT
overweight.

Keywords: Chronic kidney disease, Hypertension, Kockroft-Gault

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 3


CASE REPORT

PENDAHULUAN tanpa penurunan laju filtrasi


glomerulus dengan manifestasi
Ginjal merupakan organ
kelainan patologis, berupa kelainan
sistem saluran kemih yang berfungsi
ginjal, kelainan dalam komposisi
sebagai pengatur keseimbangan
darah atau urin atau kelainan dalam
volume, elektrolit, eritropoiesis dan
tes pencitraan (Imaging test). Laju
kompensasi kimia darah dengan
filtrasi glomerulus <60 mL/min/1,73
mengekskresikan zat terlarut dan air
m2 selama 3 bulan atau lebih, dengan
secara selektif. Ginjal mengeksresi
atau tanpa kerusakan ginjal.2,3
beberapa zat berupa urea, kreatinin,
asam urat, hemoglobin yang Pada tahun 2017, Penyakait
merupakan hasil metabolism dari CKD merupakan penyebab kematian
asam amino, kreatinin otot, asam ke-12 secara di dunia yaitu sebesar
nukleat dan hemoglobin.1 700 juta kasus. Prevalensi penyakit
CKD semakin meningkat di setiap
Penyakit gagal ginjal kronik
tahunnya, sejak tahun 1990 hingga
atau chronic kidney diseases (CKD)
2017 terjadi peningkatan kematian
merupakan proses patofisiologi
akibat CKD sebesar 41,5%. 4
dengan etiologi yang beragam, yang
Prevalensi CKD di Indonesia
menyebabkan terjadinya penurunan
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
fungsi ginjal secara progresif.
(RISKESDAS) tahun 2018 sebesar
Chronic kidney diseases pada
3,8%. Faktor risiko utama penyakit
umumnya berakhir dengan gagal
CKD di Indonesia adalah hipertensi,
ginjal yang memiliki keadaan klinis
obesitas dan diabetes melitus. 5
CKD
berupa penurunan fungsi ginjal
merupakan masalah kesehatan yang
ireversibel dan pada suatu keaadaan
semakin meningkat secara global
memerlukan terapi pengganti ginjal
baik insidensi, prevalensi, serta
yang tetap berupa hemodialisis atau
mortalitasnya dan hipertensi adalah
transplantasi ginjal.1,2
salah satu penyebab utama
Kriteria CKD didefinisikan terjadinya CKD dan telah
sebagai kerusakan ginjal yang terjadi mempengaruhi sebagian besar pasien
lebih dari 3 bulan, berupa kelainan CKD. 6
Hipertensi adalah penyebab
struktural atau fungsional dengan atau utama CKD di semua Negara maju
Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 4
CASE REPORT

maupun Negara berkembang dan urat (1%), Polycystic kidney (1%) dan
hipertensi di seluruh dunia lupus (1%). 5
ketika disesuaikan dengan
Riset kesehatan dasar
spesifikasi usia dan jenis kelamin
(Riskesdas) tahun 2018 menyatakan
terhadap perubahan populasi di
faktor risiko utama penyakit gagal
dunia diproyeksikan peningkatannya
ginjal kronis di Indonesia adalah
menjadi 1,56 milliar pada tahun 2025.
hipertensi (34,1%), obesitas (21,8%)
7
dan diabetes melitus (8,5%).5
DEFINISI
KLASIFIKASI
Berdasarkan kriteria gagal
Klasifikasi gagal ginjal kronik
ginjal kronik menurut Kidney Disease
menurut KDIGO dapat dibedakan
Improving Global Outcomes (KDIGO)
berdasarkan penyebab, kategori Laju
tahun 2020 yaitu CKD didefinisikan
Filtrasi Glomerulus (LFG) dan
sebagai kelainan struktur atau fungsi
kategori albuminuria.3
ginjal yang terjadi selama lebih dari 3
bulan, yang berimplikasi bagi Klasifikasi penyakit ginjal

kesehatan.3 kronis berdasarkan penyebab: 3

Penyakit Contoh jenis


terbanyak
ETIOLOGI
Penyakit Diabetes melitus
Penyebab gagal ginjal kronik
ginjal tipe 1 dan 2
bervariasi disetiap negara. Catatan
diabetik
dari Report of Indonesian Renal
Registry tahun 2016 bahwa penyebab Penyakit -Penyakit

gagal ginjal kronis di Indonesia ginjal non- glomerular

adalah nefropati diabetik (52%), diabetik (penyakit autoimun,

hipertensi (24%), Primary infeksi sistemik,

Glomerulopathy or Congenital obat, keganasan)

Disorder (6%), nefropati obstruksi -Penyakit vaskular


(4%), pielonefritis kronik (3%), asam (penyakit pembuluh

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 5


CASE REPORT

darah besar, it/1,73


hipertensi, m2)
mikroangiopati) 1 ≥ 90 Kerusakan
ginjal dengan
-Penyakit
tubulointerstisial GFR normal

(pielonefritis kronis, atau meningkat

batu, obstruksi, 2 60-89 Penurunan LFG


keracunan obat) derajat ringan

-Penyakit kista 3 30-59 Penurunan LFG


(penyakit ginjal derajat sedang
polikistik)
4 15-29 Penurunan LFG
Penyakit -Rejeksi kronik derajat berat
pada
5 <15 Gagal ginjal
transplantasi

-Keracunan obat
(siklosporin atau Laju filtrasi glomerulus dapat
takrolimus) dihitung berdasarkan rumus
Kockcroft-Gault, yaitu:1

LFG = (140–umur)xberat badan(kg)


-Penyakit recurrent
(penyakit 72 x kreatinin plasma (mg/dl)
glomerular) *pada perempuan dikalikan 0,85

Klasifikasi gagal ginjal kronik


-Glomerulopati berdasarkan kategori albuminuria:3
transplant
ACR
Klasifikasi gagal ginjal kronik AER
Katego (m
berdasarkan LFG: 3
mg Derajat
ri g/
m /g
Deraja LFG Keterangan
t (ml/men mo

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 6


CASE REPORT

l) kemudian diikuti dengan penurunan


fungsi nefron yang progresif.1
A1 <30 <3 <3 Normal
0 sampai Peningkatan aktivitas aksis
sedikit renin angiotensin aldosteron
mening intrarenal, brkonstribusi terhdap
kat terjadinya hiperfiltrasi, sclerosis dan
progesifitas tersebut. Aktifitas
A2 30- 3- 30- Cukup
tersebut diperantarai oleh growth
300 30 300 mening
factor seperti transforming growth
kat
factor β (TGF-β). Beberapa hal yang
A3 >300 >3 >3 Sangat dianggap berperan dalam terjadinya
0 00 mening progesifitas penyakit ginjal kronik
kat adalah albuminuria, hipertensi,

AER : albumin excretion rate, ACR : hiperglikemia dan dislipidemia.1

albumin to creatinine ratio Pada stadium dini penyakit

PATOFISIOLOGI ginjal kronik, terjadi kehilangan daya


cadang ginjal, pada keadaan dimana
Patofisiologi penyakit ginjal
basal LFG masih normal atau
kronik bergantung pada penyakit
meningkat. Kemudian secara perlahan
yang mendasarinya. Pengurangan
namun pasti akan terjadi penurunan
masa ginjal akan mengakibatkan
fungsi nefron yang progresif, ditandai
hipertrofi struktural dan fungsional
dengan peningkatan kadar ureum dan
nefron sebagai upaya kompensasi
kreatinin serum. Pada LFG sebesar
dengan perantara molekul vasoaktif
60%, pasien masih belum merasakan
seperti sitokin dan growth factor. Hal
keluhan (asimtomatik), tetapi sudah
ini mengakibatkan terjadinya
terjadi peningkatan kadar ureum dan
hiperfiltrasi yang akan diikuti oleh
kreatinin serum. Keluhan pada pasien
peningkatan tekanan kapiler dan
muncul pada LFG sebesar 30%.
aliran darah glomerulus. Selanjutnya
Keluhan berupa poliuria, nokturia,
terjadi sklerosis nefron yang
badan lemah, mual, nafsu makan
menurun dan penurunan berat badan.

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 7


CASE REPORT

Pada LFG dibawah 30%, pasien b) Sindrom uremia, yang terdiri dari
memperlihatkan gejala dan tanda lemah, letargi, anoreksia, mual
uremia yang nyata seperti anemia, muntah, nokturia, kelebihan volume
peningkatan tekanan darah, gangguan cairan, neuropati perifer, pruritus,
metabolisme fosfor dan kalsium, kejang-kejang sampai koma.
pruritus, mual, muntah dan lain
c) Gejala komplikasi, berupa
sebagainya. Pasien juga mudah
hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
terkena infeksi seperti infeksi saluran
gagal jantung, asidosis metabolik dan
kemih, infeksi saluran nafas maupun
gangguan keseimbangan elektrolit
infeksi saluran cerna. Selain itu juga
(sodium,kalium, klorida).2
akan terjadi gangguan keseimbangan
air dan elektrolit antara lain natrium Gambaran laboratoris pada gagal

dan kalium. Pada LFG dibawah 15% ginjal kronik:

akan terjadi gejala dan komplikasi a.) Sesuai dengan penyakit yang
yang lebih serius dan pasien sudah mendasarinya
memerlukan terapi pengganti ginjal
b.) Penurunan fungsi ginjal dengan
antara lain hemodialisis dan
gambaran hasil laboratorium berupa
transplantasi ginjal. Pada keadaan ini
peningkatan ureum dan kreatinin serta
pasien dikatakan sampai pada stadium
penurunan LFG dengan menggunakan
gagal ginjal.1
rumus Kockcroft-Gault yaitu <60
DIAGNOSIS ml/menit/1,73m2

Gambaran klinis pasien gagal c.) Terdapat kelainan biokimiawi


ginjal kronik meliputi: darah seperti penurunan kadar

a) Sesuai dengan penyakit yang hemoglobin, peningkatan kadar asam

mendasari seperti diabetes melitus, urat, hiperkalemia atau hipokalemia,

infeksi traktus urinarius, batu traktus hiponatremia, hiperkloremia atau

urinarius, hipertensi, hiperurisemia, hipokloremia, hiperfosfatemia,

lupus eritomatosus sistemik dan lain hipokalsemia, asidosis metabolik.

sebagainya. d.) Terdapat kelainan urinalisis


meliputi proteinuri, hematuri,
leukosuria dan isostenuria.2
Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 8
CASE REPORT

Kelainan pada radiologi dapat Tatalaksana penyakit ginjal


ditemukan pada foto polos abdomen, kronik sesuai dengan derajatnya
pielografi antegrad atau retrograd, adalah sebagai berikut: 8
ultrasonografi, atau renografi. Pada
foto polos abdomen dapat ditemukan
gambaran batu radio-opak. Pielografi Deraja LFG Rencana

antegrad atau retrograd dan renografi, t (ml/ Tatalaksana

bila ada indikasi. Pada ultrasonografi menit/1

dapat ditemukan ukuran ginjal yang ,73 m2)

mengecil, korteks yang menipis, 1 ≥ 90 Terapi penyakit


adanya hidronefrosis atau batu ginjal, dasar, kondisi
kista, massa, dan kalsifikasi.2 komorbid,
evaluasi
Biopsi dan pemeriksaan
perburukan
histopatologi ginjal dikerjakan pada
fungsi ginjal,
pasien yang memiliki ukuran ginjal
dan
yang masih mendekati normal dan
memperkecil
bila diagnosis noninvasif tidak bisa
risiko
ditegakkan.
kardiovaskular
Pemeriksaan histopatologi
2 60-89 Menghambat
bertujuan untuk mengetahui etiologi,
perburukan
menetapkan terapi, prognosis, dan
fungsi ginjal
mengevaluasi hasil terapi.
Kontraindikasi biopsi ginjal yaitu 3 30-59 Evaluasi dan
pada ginjal yang sudah mengecil terapi
(conctacted kidney), ginjal polikistik, komplikasi
hipertensi yang tidak terkendali, 4 15-29 Persiapan untuk
infeksi perinefrik, gangguan terapi pengganti
pembekuan darah, gagal napas dan ginjal
obesitas. 2

5 <15 Terapi
PENATALAKSANAAN pengganti ginjal

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 9


CASE REPORT

intraglomerulus, pemakain obat anti


hipertensi juga bermanfaat untuk
Terapi terhadap penyakit dasar
mencegah risiko kardiovaskular pada
sebaiknya dilakukan sebelum adanya
gagal ginjal. untuk mengendalikan
penurunan GFR, sehingga belum
tekanan darah dan menghambat laju
terjadi perburukan fungsi ginjal. Jika
progresivitas faal ginjal, target
sudah 20-30% LFG menurun dari
tekanan darah adalah 125/75 mmHg
normal, maka terapi terhadap
dengan menggunakan obat-obatan
penyakit dasar sudah tidak terlalu
berupa Angiostensin Converting
bermakna. Oleh karena itu, penting
Enzyme inhibitors (ACEi) dan
untuk memantau, mengikuti dan
Angiotensin Receptor Blocker (ARB).
mencatat kecepatan penurunan LFG
2,3
pada pasien gagal ginjal kronik. 8

Pada CKD, pencegahan


Selanjutnya untuk
terhadap penyakit kardiovaskular
menghambat perburukan fungsi ginjal,
sejalan dengan pencegahan terhadap
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
komplikasi dari CKD, hal ini meliputi
pembatasan asupan protein dan terapi
pengendalian diabetes, hipertensi,
farmakologis. Asupan protein untuk
dislipidemia, anemia, hiperfosfatemia,
non dialisa 0,6-0,8 gram/kgBB/hari,
dan terapi terhadap kelebihan cairan,
pasien dengan hemodialisa 1-1,2
serta gangguan keseimbangan
gram/kgBB/hari. Diet protein yang
elektrolit.2
dimaksud adalah protein dengan
kandungan asam amino yang mirip Pembatasan asupan air pada
dengan protein di dalam tubuh, pasien penyakit ginjal kronik
sehingga dapat menggantikan sekitar bertujuan untuk mencegah terjadinya
10–12 gram protein yang hilang pada edema dan komplikasi kardiovaskular.
saat dilakukan hemodialis. Pada Pemberian cairan disesuaikan dengan
pasien dengan peritoneal dialisis 1,3 produksi urin dan kebutuhan air
gram/kgBB/hari. Kebutuhan kalori dengan rumus : jumlah urin 24 jam +
minimal 35 kcal/kgBB/hari. 3 500 ml - 800 ml (insensible water
loss). Asupan garam umumnya
Terapi farmakologis bertujuan
dibatasi 40-90 mEq (1-2 g).
untuk mengurangi hipertensi

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 10


CASE REPORT

Penimbangan berat badan,  Kelebihan (overload) cairan


pemantauan produksi urin dan ekstraseluler yang sulit
keseimbangan cairan membantu dikendalikan dan/ hipertensi.
pengelolaan keseimbangan cairan dan
 Hiperkalemia yang refrakter
garam.2
terhadap pemberian
Pengendalian keseimbangan bikarbonat.
elektrolit dan asam-basa dapat
 Hiperfosfatemia yang
dilakukan dengan menghindari
refrakter terhadap restriksi diet
diuretik K-sparring (spironolakton)
dan terapi pengikat fosfat.
dan menghindari buah dan sayur
berlebihan. Kadar kalium darah  Anemia yang refrakter
dianjurkan 3.5-5.5 mEq/lt untuk terhadap pembetukan
mengurangi timbulnya hiperkalemia eritropoitin.
dan asidosis yang sering
 Penurunan berat badan/
menimbulkan keadaan gawat pada
malnutrisi, terutama bila
pasien.2
disertai gejala mual dan
Terapi pengganti ginjal muntah.
berupa hemodialisis dilakukan pada
 Dilakukan hemodialisa segera
keadaan LFG yang kurang dari 15
bila terdapat gangguan
ml/men/1,73m2. Didapatkan dari
neurologi (neuropati,
salah satu kondisi ini, antara lain
ensefalopati, gangguan
keadaan umum buruk dan gejala
psikiatri).
klinis nyata, kreatinin serum lebih 6
mEq/L, ureum darah lebih 200 mg/dl, KOMPLIKASI

pH darah kurang 7,1, anuria Penyakit gagal ginjal kronik


berkepanjangan yang lebih dari 5 hari mengakibatkan terjadinya berbagai
dan kelebihan cairan. 8
komplikasi, yaitu :1,9,10

Adapun indikasi dilakukanya 1. Anemia


hemodialisa adalah sebagai berikut: 8

Terjadi terutama karena defisiensi


eritropoitin. Evaluasi terhadap

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 11


CASE REPORT

anemia dimulai saat kadar H+ disertai penurunan kadar


hemoglobin < atau sama dari 10 bikarbonat dan pH plasma.
g% atau hematokrit kurang dari
6. Osteodistrofi renal
30%.
Laju filtrasi ginjal yang rendah,
2. Hipertensi
menyebakan fosfat ditahan oleh
Pengaruh renal melalui ginjal sehingga terjadi retensi
mekanisme retensi natrium dan air fosfat. Retensi fosfat
serta pengaruh vasopresor dari menyebabkan kadar kalsium
sistem renin angiotensin dapat serum rendah sehingga terjadi
menyebabkan terjadinya hipokalsemia. Keadaan tersebut
hipertensi. merangsang kelenjar paratiroid
untuk lebih banyak mengeluarkan
3. Hiperurisemia
hormon paratiroid, yang apabila
Pada gagal ginjal kronik, dapat hormone tersebut mengalamai
timbul gangguan ekskresi ginjal peningkatan yang berlebihan
sehingga kadar asam urat serum dapat menyebabkan
biasanya meningkat. Obat pilihan demineralisasi tulang rangka.
untuk hiperurisemia pada gagal
ginjal kronik adalah allopurinol.
PROGNOSIS
4. Hiperkalemia
Penyakit ginjal kronik tidak
Hiperkalemia terjadi akibat
dapat disembuhkan, sehingga
berkurangnya ekskresi kalium
prognosis jangka panjangnya buruk,
pada pasien gagal ginjal kronik
kecuali dilakukan transplantasi ginjal.
yang mengalami oligouria dan
Penatalaksanaan yang dilakukan
akibat asidosis sistemik yang
sekarang ini hanya untuk mencegah
menggeser kalium dari dalam sel
progresivitas dari penyakit ginjal
ke cairan ekstraseluler.
kronik itu sendiri. Pasien dialisis
5. Asidosis kronis memiliki insidensi morbiditas
Asidosis metabolik terjadi karena dan mortalitas yang tinggi. Pasien
kegagalan ginjal mengeskresikan dengan penyakit ginjal stadium akhir

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 12


CASE REPORT

yang menjalani transplantasi ginjal Outcomes Quality Initiative (K/DOQI)


bertahan lebih lama dibanding yang merekomendasikan anemia pada
menjalani dialisis kronis. 9 pasien penyakit ginjal kronik jika
kadar hemoglobin < 11,0 gr/dl
Anemia pada Chronic Kidney
(hematocrit < 33%) pada wanita
Disease (CKD)
premonopause dan pasien prepubertas,
Anemia terjadi pada 80-90% pasien dan <12,0 gr/dl (hematocrit < 37%)
penyakit ginjal kronik. Anemia pada pada laki-laki dewasa dan wanita
penyakit ginjal kronik terutama postmeopause. Sedangkan menurut
disebabkan oleh defisiensi Pernefri 2011, dikatakan anemia pada
eritropoietin, hal lain yang dapat penyakit ginjal jika Hb ≤ 10 gr/dl dan
berperan dalam terjadinya anemia Ht ≤ 30%.
pada pasien gagal ginjal kronik adalah
Insiden anemia pada PGK
defisiensi Fe, kehilangan darah, masa
meningkat seiring dengan
hidup eritrosit yang memendek,
menurunnya LFG2 . Anemia pada
defisiensi asam folat, serta proses
PGK mulai muncul pada stadium
inflamasi akut dan kronik. World
awal dari PGK dan memberat seiring
Health Organization (WHO)
dengan menurunnya laju filtrasi
mendefinisikan anemia dengan
glomerulus (LFG). Penelitian
komsentrasi hemoglobin < 13,0 gr/dl
National Health and Nutrition
pada laki-laki dan wanita
Examination Survey (NHANES)
postmenopause dan < 12,0 gr/dl pada
mendapatkan insiden anemia pada
wanita lainnya. The European Best
PGK stadium 1 dan 2 adalah kurang
Practice Guidelines untuk
dari 10%, pada stadium 3 adalah 50% ,
penatalaksanaan anemia pada pasien-
pada stadium 4 mencapai 60% dan
pasien penyakit ginjal kronik
70% pasien PGK stadium 5
mengatakan bahwa batas bawah
mengalami anemia sedangkan pada
hemoglobin normal adalah 11,5 gr/dl
pasien yang menjalani hemodialisis
pada wanita dan 13,5 gr/dl pada laki-
didapatkan 100% pasien mengalami
laki ≤ 70 tahun dan 12,0 gr/dl pada
anemia.
laki-laki > 70 tahun. The National
Kidney Foundation’s Kidney Dialysis

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 13


CASE REPORT

Prinsip penatalaksanaan awal


anemia pada PGK adalah
mengidentifikasi faktor faktor yang
memperberat anemia tersebut dan
melakukan koreksi secara spesifik
dan terapi erythropoietin stimulating
agent (ESA). Penatalaksanaan anemia
pada PGK selengkapnya dapat dilihat
pada gambar 1.

Pada evaluasi anemia memberi


kemungkinan diagnosis anemia
defisiensi besi dapat diterapi dini dan
tepat. Sebelum terapi ESA harus
dilakukan pemeriksaan status besi.
Dosis untuk Eritropoietin 80-120
Status besi dikatakan cukup sebagai
U/Kg/minggu subkutan (SK) atau
syarat memulai terapi ESA bila
120-l80 U/Kg/minggu intravena (IV).
saturasi transferin (satT)> 20 % dan
Pemberian SK lebih dianjurkan
feritin serum > 100 ug/L (pasien pre-
karena masa paruh lebih panjang dan
dialisis) dan > 200 ug/L (pasien
dosis yang dibutuhkan lebih kecil.9
dialisis). Bila ditemukan defisiensi
KDIGO 2012 menganjurkan dosis
besi maka defisiensi besi haruslah
ESA alfa atau beta dimulai dengan
dikoreksi terlebih dahulu.
20-50 IU/KgBB 3x/minggu. Frekuensi
Beberapa preparat ESA yang ada di pemberian 3x/minggu karena
Indonesia saat ini antara lain disesuaikan dengan frekuensi HD di
Eritropoietin alfa, Eritropietin beta, luar negeri yang berlangsung 3 kali
dan CERA (continuous erythropoiesis seminggu. Dosis CERA dimulai 0,6
receptor activator) suatu ESA dengan ug/KgBB SK atau IV setiap 2 minggu
masa paruh yang panjang. pada fase koreksi dilanjutkan setiap
satu bulan pada fase pemeliharaan,7
atau bila memulai dengan frekuensi

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 14


CASE REPORT

satu kali sebulan dapat dimulai - Perdarahan akut dengan gejala


dengan l,2 ug/KgBB.2 gangguan hemodinamik

Target kenaikan Hb 1-1.5 g/dL - Tidak memungkinkan penggunaan


perbulan (PERNEFRI), sementara EPO dan Hb < 7 g /dL
KDIGO 2012 merekomendasikan 1-2
- Hb < 8 g/dL dengan gangguan
g/dL/ bulan pada koreksi anemia fase
hemodinamik
inisiasi/awal, dengan menghindari
kenaikan Hb yang cepat > 2g/dL. - Pasien dengan defisiensi besi yang

Target Hb yang dianjurkan pada akan diprogram terapi EPO ataupun

umumnya 11,5 g/dL (KDIGO 2012),2 yang telah mendapat EPO tetapi

menurut panduan Manajemen Anemia respon belum adekuat, sementara

PERNEFRI 2010 target Hb 10- preparat besi IV/IM belum tersedia,

12g/dL.7 dapat diberikan transfusi darah


dengan hati-hati.
Selama fase koreksi untuk mencapai
target Hb disarankan memeriksa Target pencapaian Hb dengan

respons kenaikan Hb minimal setiap transfusi darah adalah: 7-9 g/dL (tidak

bulan, dan setelah itu pada fase sama dengan target Hb pada terapi

pemeliharaan pemeriksaan Hb EPO). Transfusi diberikan secara

dilakukan tetap setiap bulan pada bertahap untuk menghindari bahaya

PGK-D, dan minimal setiap 3 bulan overhidrasi, hiperkatabolik (asidosis),

pada PGK-ND.2 Selama terapi ESA dan hiperkalemia. Bukti klinis

dianjurkan untuk diberikan menunjukkan bahwa pemberian

suplementasi besi dengan dosis transfusi darah sampai kadar Hb 10-12

pemeliharaan sesuai kebutuhan. pada g/dL berhubungan dengan

umumnya 50-100 mg setiap dua peningkatan mortalitas dan tidak

minggu. Kemudian pemeriksaan terbukti bermanfaat, walaupun pada

status besi untuk monitoring diulang pasien dengan penyakut jantung. Pada

secara rutin setiap tiga bulan. kelompok pasien yang direncakan


untuk transplantasi ginjal, pemberian
Transfusi darah dapat diberikan pada
transfusi darah sedapat mungkin
keadaan khusus. Indikasi transfusi
dihindari. Transfusi darah memiliki
darah adalah:

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 15


CASE REPORT

resiko penularan Hepatitis virus B dan Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah


C, infeksi HIV serta potensi berdasarkan WHO12
terjadinya reaksi transfusi.

Chronic Kidney Disease (CKD)


pada Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi


Penyakit hipertensi pada dasarnya
adalah peningkatan tekanan darah
adalah penyakit yang dapat merusak
sistolik lebih dari 140 mmHg dan
pembuluh darah, jika pembuluh
tekanan darah diastolik lebih dari 90
darahnya ada pada ginjal, maka tentu
mmHg pada dua kali pengukuran
saja ginjalnya mengalami kerusakan.
dengan selang waktu lima menit
Seseorang yang tidak mempunyai
dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
11
gangguan ginjal, tetapi memiliki
penyakit hipertensi dan tidak diobati
Berdasarkan The Joint National akan menyebabkan komplikasi pada
Community on Preventation, kerusakan ginjal, dan kerusakan ginjal
Detection, Evaluation and Treatment yang terjadi akan memperparah
of High Blood Preassure 8 (JNC-8) hipertensi tersebut. Kejadian ini
klasifikasi tekanan darah untuk pasien menyebabkan tingkat terapi
dewasa (umur ≥ 18 tahun) dibagi hemodialis menjadi tinggi dan angka
menjadi 4 kategori yaitu Normal, kematian akibat penyakit ini juga
prehipertensi, Hipertensi derajat 1 dan cukup tinggi. 13
Hipertensi
hipertensi derajat 2 yang didasarkan menyebabkan rangsangan barotrauma
pada rerata pengukuran dua tekanan pada kapiler glomerolus dan
darah atau lebih pada dua atau lebih meningkatkan tekanan kapiler
kunjungan klinis. 12 glomerolus terebut, yang lama
kelamaan akan menyebabkan
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah
glomerolusclerosis.Glomerulusclerosi
untuk dewasa menurut JNC 812
s dapat merangsang terjadinya
hipoksia kronis yang menyebabkan
kerusakan ginjal. Hipoksia yang

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 16


CASE REPORT

terjadi menyebabkan meningkatnya Identitas Pasien


kebutuhan metabolisme oksigen pada
Nama Pasien : Ny. BBR
tempat tersebut, yang menyebakan
keluarnya substansi vasoaktif Jenis Kelamin : Perempuan
(endotelin, angiotensin dan
norephineprine) pada sel endotelial Umur : 56 tahun

pembuluh darah lokal tersebut yang


MR : 01122432
menyebabkan meningkatnya
vasokonstriksi. Aktivasi RAS (Renin Anamnesis
Angiotensin Sistem) disamping
Keluhan Utama
menyebabkan vasokontriksi, juga
menyebakan terjadinya stres oksidatif Lemas yang memberat sejak 3 hari
yang meningkatkan kebutuhan SMRS
oksigen dan memperberat terjadinya
Riwayat Penyakit Sekarang
hipoksia. Stres oksidatif juga
menyebabkan penurunan efesiensi 3 hari SMRS, badan pasien terasa
transport natrium dan kerusakan pada semakin lemas. Lemas dirasakan pada
DNA, lipid & protein, sehingga pada seluruh tubuh dan terus menerus
akhirnya akan menyebakan terjadinya sepanjang hari sehingga pasien tidak
tubulointertitial fibrosis yang sanggup beraktivitas seperti biasa.
memperparah terjadinya kerusakan Pusing juga dirasakan pasien terus
ginjal. 14
menerus, pusing berputar disangkal
oleh pasien. Pasien juga
Tabel 3. Mekanisme Kerusakan
mengeluhkan mual dan muntah.
Ginjal pada Hipertensi13,14
Keluhan mual ini dirasakan terus
menerus sepanjang hari. Pasien
mengeluhkan sesak nafas. Sesak nafas
yang dirasakan tidak terlalu berat,
tidak disertai dengan sesak saat
beraktifitas, sesak pada malam hari
LAPORAN KASUS dan tidak ringan dengan posisi duduk
atau dengan menggunakan bantal.
Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 17
CASE REPORT

Sesak nafas juga tidak dipengaruhi darah secara rutin dan tidak terkontrol.
oleh cuaca, debu atau alergi. Demam Dan tidak rutin minum obat untuk
dan keringat dingin disangkal. Nafsu menstabilkan tekanan darahnya.
makan pasien mengalami penurunan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluar darah dari mulut,
hidung, telinga, BAB dan BAK a. Riwayat tekanan darah tinggi
disangkal oleh pasien. Nyeri saat yang tidak terkontrol
BAK, BAK berbusa dan BAK rasa
seperti berpasir juga disangkal oleh b. Riwayat stroke pada tubuh sisi

pasien. BAB dan BAK dalam kondisi kiri sejak akhir Januari tahun

normal. Bengkak pada kedua tungkai 2021

kaki juga dirasakan oleh pasien secara


c. Riwayat kencing manis (-)
terus menerus dan tidak hilang
dengan istirahat. Pasien kemudian d. Riwayat penyakit jantung (-)
dibawa ke RS Awal Bros Ujung Batu
e. Riwayat keganasan (-)
dan didapatkan Hb pasien rendah,
didapatkan pasien juga mengalami f. Alergi makanan dan obat (-)
penurunan fungsi ginjal dan
Riwayat Penyakit Keluarga
dianjurkan untuk dilakukan cuci
darah. Karena ketidaklengkapan a. Anak pasien meninggal secara
peralatan cuci darah di RS Awal Bros mendadak dan memiliki
Ujung batu pasien kemudian di rujuk riwayat Hipertensi
ke RSUD Arifin Achmad. b. Riwayat stroke (-)
c. Riwayat kencing manis (-)
2 tahun SMRS pasien di rawat di RS
d. Riwayat penyakit jantung dan
karena Stroke pada tubuh sisi kiri
ginjal (-)
pasien. Saat itu pasien rutin
Riwayat Sosial Ekonomi dan
melakukan pengobatan stroke nya di
Kebiasaan
Medan. Sebelum terdiagnosa stroke,
pasien memiliki riwayat tekanan a. Pasien adalah seorang janda
darah yang tinggi, namun pasien dan seorang Ibu Rumah
jarang dilakukan pengecekan tekanan Tangga (IRT). Memiliki 5

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 18


CASE REPORT

orang anak dengan usia Pemeriksaan Fisik


kehamilan pada anak terakhir
Kepala dan Leher
yaitu usia 40 tahun dan
dilakhirkan secara SC. Tidak - Mata: Konjungtiva pucat (+/+),

ada keluhan selama kehamilan sklera ikterik (-/-), pupil bulat, isokor,

anak terakhir pasien. refleks cahaya (+/+).

b. Pola makan pasien 3x sehari. - Hidung: tidak keluar cairan dan


Sering makan makanan ataupun darah.
berlemak, jarang makan sayur
- Telinga : tidak keluar cairan dan
dan buah namun sedikit
ataupun darah.
konsumsi air putih
kesehariannya, sekira <2 liter - Mulut: mukosa bibir kering (-),
sehari. lidah kotor (-), bibir pucat (+) sianosis
c. Pasien jarang berolahraga (-), atrofi papil lidah (-)
d. Pasien seorang perokok
- Leher: pembesaran KGB (-),
dengan 1 bungkus perhari.
pembesaran tiroid (-), JVP 5±2
Merokok sejak SMA. Dan
cmH2O
berhenti sejak tahun 2020
akhir. Paru

Pemeriksaan Umum - Inspeksi: normochest, pergerakan

a. Keadaan umum : baik dinding dada simetris kanan dan kiri,

b. Kesadaran : Composmentis penggunaan otot nafas tambahan (-)

Cooperatif retraksi iga (-)

c. Tekanan darah: 163/98 mmHg - Palpasi: Vokal fremitus simetris di


(hypertension grade II) kedua paru kanan dan kiri.
d. Nadi: 99 kali/menit, regular
- Perkusi: Sonor pada kedua lapangan
dan kuat angkat
paru.
e. Pernafasan : 19 kali/menit
f. Suhu: 36,5 ºC - Auskultasi: Suara nafas: vesikuler
g. Tinggi badan : 155 cm normal (+/+), Suara tambahan:
h. Berat badan : 65 kg wheezing (-/-), rhonki (-/-)
i. IMT : 27 (overweight)
Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 19
CASE REPORT

Jantung - Inferior : akral dingin, CRT < 2


detik, kuku pucat (+), pitting edema
- Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat.
(+/+), koilonikia (-)
- Palpasi: Iktus kordis teraba pada
Pemeriksaan Penunjang
linea midclavicularis sinistra ICS V.
Darah Rutin (24/03/2023)
- Perkusi :
- Hb : 3,9 g/dl (LL)
▪ Batas jantung kanan: linea
parasternalis dextra ICS IV - Leukosit : 8.00 x 103 /uL

▪ Batas jantung kiri: linea - Ht : 11,00 % (LL)


midclavicularis sinistra ICS V.
- Trombosit : 110 x 103 /uL (L)

- Eritrosit : 1,33 x 106 /uL (L)


- Auskultasi: S1,S2 reguler. Suara
tambahan : murmur(-), gallop (-). - MCV : 82,7 fL

Abdomen
- MCH : 29,3 pg
- Inspeksi: ascites(+), pelebaran vena
- MCHC : 35,5 g/dl
(-) jejas (-).
Hitung Jenis
- Auskultasi: Bising usus 9 x/menit.
- Basofil : 0,3 %
- Palpasi: nyeri tekan (-) hepar dan
lien tidak teraba. - Eosinofil : 2,3 %

- Perkusi: timpani seluruh lapang - Neutrofil : 78,4 % (H)


abdomen, shifting dullness (-) - Limfosit : 15,6 % (L)
Ekstremitas - Monosit : 3,4%
- Superior : akral dingin, CRT < 2 Kimia Klinik
detik, kuku pucat (+), pitting edema (-
24/03/2023
/-), koilonikia (-)
- Albumin : 2,9 gr/dL (L)

- Ureum : 265,0 mg/dL (H)

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 20


CASE REPORT

- Kreatinin : 13,44 mg/dL (H) Pulmo : Tak tampak kelainan

-Glukosa darah sewaktu : 75 mg/dL USG Abdomen (28/03/2023) :

Analisa Gas Darah Kesan :

pH : 7,19 mmHg (L) - Chronic Kidney Disease

pCO2 : 55 mmHg (H) - Cystitis

pO2 : 135 mmgHg (H) - Ascites

HCO3 : 21 (L) Resume

BE : -7 Seorang Perempuan berusia 56 tahun


datang dengan keluhan lemas yang
SO2C : 98%
memberat sejak 3 hari SMRS.
Elektrolit
Anamnesis :
Na+ :125 mmol/L (L)
a. Lemas sejak memberat sejak 3 hari
K+ : 4,5 mmol/L SMRS. Riwayat perdarahan (-), mual
Calcium : 2,09 mmol/L (H) muntah (+), demam (-).

Laktat : 0,70 mmol/L BAB, BAK normal Penurunan nafsu


makan dan penurunan berat badan (+)
Urinalisa (11/04/2023)
b. Keluhan disertai bengkak kaki
Warna : Kuning muda
yang bersifat terus menerus.
Kejernihan : Agak keruh
c. Sesak nafas hilang timbul (+)
Protein : Positif (+3)
d. Riwayat stroke pada tubuh sebelah
Darah : Positif (+1) kiri pada tahun 2021

Eritrosit : 3-5 LPB e. Konsumsi air putih <2 liter sehari,


sering konsumsi makanan berlemak,
X-foto thorax (23/03/2023) di RS
jarang konsumsi buah dan sayur dan
Awal Bros Ujung Batu
jarang berolahraga
COR : CTR <0,50

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 21


CASE REPORT

f. riwayat hipertensi yang tidak 2. Chronic Kidney Disease stage


terkontrol. V

Pemeriksaan fisik : 3. Hipertensi grade II

a. Tekanan darah 163/98 mmHg. Nadi 4. Asidosis Metabolik


99x/menit reguler, kuat angkat.
5. Hiponatremia
Pernafasan 19x/menit, reguler. Suhu
36,5 C. 6. Hipoglikemia

b. Abdomen : ascites (+) Tatalaksana

c. wajah tampak pucat, konjungtiva 1. Tirah baring, batasi cairan 1L/hari

pucat (+/+), bibir pucat (+) 2. Transfusi PRC 6 labu (kebutuhan

d. Akral dingin dan kuku pucat, darah pasien 994,5)

Pitting edema (+/+) pada ekstremitas 3. Asam folat 3x1, zinc tablet 3x1
inferior.
4. Furosemid 3x20
Pemeriksaan penunjang :
5. Bicnat tab 500 mg 3x1
a. Hb 3,9. MCV 82,7. MCH 29,3
6. Adalat Oros 1x30 mg
(anemia berat normositik
normokromik) 7. Candesartan 8 g 1x1

b. Trombosit 110.000 8. Lanjutkan hemodialisa rutin


(trombositopenia)
Anjuran pemeriksaan
c. Ureum 265, Kreatinin 13,44
1. Retikulosit count
(gangguan fungsi ginjal). GFR 4,8
(CKD stage V - indikasi HD) 2. Test Coomb

d. USG abdomen: kesan :chronic 3. Serum Iron, transferin, dan ferritin

kidney disease sinistra, Cystitis, 4. CT scan abdomen


Ascites
Hasil Follow Up Terkait Keluhan
Daftar Masalah
Selama dirawat dirumah sakit, pada
1. Anemia berat keluhan terkait anemia pada pasien

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 22


CASE REPORT

hampir selalu mengeluhkan lemas, dan demikian juga pada respons


pusing dan susah tidur disaat nalam inflamasi yang berakhir pada
hari. Hasil follow up Laboratorium pelepasan mediator inflamasi yang
terlampir. terjadi, juga endotelin, yang
kemudian mengaktivasi
PEMBAHASAN
angiotensin II intrarenal dan
Diagnosis gagal ginjal kronik meningkatnya produksi matriks dan
pada pasien ini ditegakkan adanya deposit pada
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan mikrovaskular glomerulus dan
fisik dan pemeriksaan penunjang. berakhir pada kondisi nefrosklerosis
Pada anamnesis didapatkan adanya akibat dari hipertensi tersebut.15
mual dan muntah serta lemas yang
Menurut Sukandar, hipertensi
memberat, dan memiliki riwayat
dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi tidak terkontrol sejak 10
penyakit ginjal, berdasarkan data
tahun yang lalu. Pasien datang ke
tahun 2012 hipertensi merupakan
RSUD AA dengan Anemia berat dan
penyebab terjadinya gagal ginjal di
baru terdiagnosis gagal ginjal dan
Indonesia urutan ke tiga dengan
disarankan untuk melakukan cuci
25,8% dari keseluruhan penyebab
darah 2 kali dalam seminggu.
penyakit ginjal. Hipertensi pada
Pasien memiliki riwayat dasarnya merusak pembuluh darah
hipertensi yang tidak terkontrol sejak jika pembuluh darahnya ada pada
10 tahun yang lalu. Terdapat ginjalnya yang mengalami kerusakan.
hubungan yang positif antara Belum lagi salah satu kerja ginjal
hipertensi dengan kejadian ginjal adalah memproduksi hormon
kronik dimana dapat dijelaskan angiotensin.Selanjutnya diubah
bahwa hipertensi yang terjadi cukup menjadi angiotensin II menyebabkan
lama akan membuat resistensi pembuluh darah mengkerut atau
arteriol aferen mengalami menjadi keras. Pada saat seperti inilah
perubahan dengan telah terjadi hipertensi. Antara hipertensi
menyempitnya aferen akibat dan gagal ginjal seperti lingkaran
struktur mikrovaskuler yang berubah. setan. Hipertensi bisa berakibat gagal
Akibatnya iskemi glomerular terjadi ginjal, sedangkan bila sudah
Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 23
CASE REPORT

menderita gagal ginjal sudah pasti berkaitan dengan retensi metabolik


terkena hipertensi.16 nitrogen karena gagal ginjal.1

Beratnya pengaruh hipertensi Pada pasien CKD juga


pada ginjal tergantung dari tingginya mengalami retensi garam dan natrium,
tekanan darah dan lamanya menderita akibatnya tubuh mengalami
hipertensi, semakin tinggi tekanan penumpukan cairan mengakibattkan
darah dalam waktu yang lama maka pasien terjadi gangguan elektrolit dan
semakin berat komplikasi yang hipoglikemia yang sebenarnya kadar
ditimbulkan, terutama pada ginjal.17 tersebut normal dalam tubuh yang
disebut hipoglikemia relatif.12 Pada
Pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan elektrolit didapatkan
pada pasien ini didapatkan
penurunan kadar natrium,
peningkatan ureum dan kreatinin,
peningkatan kadar kalium dan
hiponatremia, asidosis metabolik,
kalsium. Keadaan ini merupakan
hipoglikemia dan anemia normositik
komplikasi yang dapat terjadi pada
normokrom.
pasien CKD. Kadar natrium pasien
Nilai kreatinin sebesar 13,44 adalah 125 mmol/L.13
mg/dL yang seterusnya dikonfersikan
Pada pemeriksaan analisa gas
kedalam rumus kockroft-Gault
darah, pasien mengalami asidosis
didapatkan nilai LFG pasien sebesar
metabolik. Pada gagal ginjal,
2,9 ml/mnt/1,73m2. Nilai LFG tersebut
gangguan kemampuan ginjal untuk
kurang dari 15 ml/mnt/1,73m2 yang
mengekskresikan H+ mengakibatkan
berarti kriteria penyakit ginjal kronik
asidosis sistemik disertai penurunan
berada pada derajat V, keadaan
kadar bikarbonat (HCO3-) dan pH
penurunan nilai LFG ini akan
plasma. Kadar HCO3- menurun
mengakibatkan penurunan fungsi
karena digunakan untuk mendapat H+.
pembersihan kreatinin dan
Ekskresi ion amonium (NH4+)
peningkatan kadar kreatinin serum.
merupakan mekanisme utama ginjal
Pasien akan mengalami gejala
dalam usahanya mengeluarkan H+ dan
sindrom uremik. Sindrom uremik
pembentukan kembali HCO3-.1
adalah suatu kelompok kompleks
gejala yang terjadi akibat atau

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 24


CASE REPORT

Pada pemeriksaan kadar gula pembatasan cairan 1 liter per hari, diet
darah sewaktu terdapat hipoglikemi sebanyak 2.173 kkal perhari,
dengan kadar gula darah pasien 75 pembatasan protein 1.2 gram/kgBB
mg/dL, kondisi ini bisa disebabkan per hari dengan pemberian protein
oleh beberapa hal yaitu terjadi sebanyak 74,52 gram, diet rendah
gangguan sekresi insulin karena garam 5 gram per hari dan
fungsi ginjal yang memburuk hemodialisa. Terapi medikamentosa
sehingga insulin tetap berada di dalam yang diberikan berupa Injeksi Ca.
darah, degradasi insulin perifer glukonas + NS 100 cc, apidra 20 IU,
menurun, uremia yang tinggi akan Bicnat 3x500, furosemid Injeksi 1x10
menimbulkan anoreksia sehingga mg, asam folat 3 x 5 mg dan kapsul
kebutuhan glukosa menurun, terjadi garam 3x500 m. Tatalaksana berupa
penurunan masa ginjal sehingga kalsium glukonat intravena bertujuan
mengalami penurunan untuk mencegah fibrilasi ventrikel
glukoneogenesis.14 dan memproteksi jantung.13

Pada pemeriksaan Pemberian bikarbonat intravena


laboratorium didapatkan hemoglobin kurang tepat untuk tatalaksana
pasien 3,9 g/dL, kondisi anemia pada hiperkalemia akut, karena kerja yang
pasien gagal ginjal terutama lama, tetapi memberi manfaat bagi
disebabkan oleh defisiensi hormon pasien asidosi. Bikarbonat yang
eritropoietin sehingga ransangan pada diberikan dapat berupa infus cairan
sumsum tulang menurun. Adanya isotonik atau hipotonik. Pada asidosis
toksik uremik pada CKD akan metabolic, berkurangnya kada K+
mempengaruhi masa paruh dari sel serum dilihat setelah 4-6 jam infus
darah merah menjadi pendek, pada bikarbonat isotonik. Pemberian
keadaan normal 120 hari menjadi 70 – bikarbonat memerlukan banyak cairan,
80 hari dan toksik uremik ini dapat sehingga dapat menyebabkan fluid
mempunyai efek inhibisi overload, hypernatremia dan alkalosis
eritropoiesis.2 respiratorik. Pengobatan ini
dikontraindikasikan pada pasien
Pada pasien diberikan terapi
hipertensi dan gagal jantung.
non medikamentosa yaitu tirah baring,
Pemberian diuretik pada pasien
Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 25
CASE REPORT

bertujuan untuk pembuangan K+. teori dimana asam folat berfungsi


Pembuangan K+ dapat dengan sebagai bahan pembentuk sel darah
diuretik, exchange resin, dan dialisis. merah. Selain itu pada gagal ginjal
Hemodialisa merupakan metode kronik akan terjadi penurunan
paaling efektif untuk mengurangi eritropoetin dan hiporesponsif
kosentrasi K+ plasma. Pasien dengan eritopoetin. Suplementasi asam folat
hiperkalemia yang lebih stabil dapat akan membantu mengatasi kondisi
diberikan loop diuretic atau thiazid hiporesponsif eritopoetin pada gagal
jika fungsi ginjal adekuat merespon ginjal kronik.2
diuretik. Cara ini dapat dikombinasi
KESIMPULAN
dengan salin intravena atau
bikarbonat isotonic untuk menjaga Pasien didiagnosis sebagai

atau mencaapai euvolemia.15 CKD stage V dengan Hipertensi dan


anemia berat. Gagal ginjal kronik
Pada kasus ini dengan CKD
merupakan penyakit dengan etiologi
grade V dengan GFR <15 diperlukan
yang beragam. Penatalaksanaan
terapi pengganti ginjal. Pada pasien
penyakit yang mendasari dengan tepat
ini, disarankan dilakukan
dapat menurunkan laju progresivitas
hemodialisis sebagai terapi pengganti
penurunan faal ginjal. Pada pasien ini,
ginjal. Indikasi hemodialisis pada
CKD diduga terjadi karena riwayat
pasien ini adalah LGF <15
hipertensi yang dimiliki pasien.
ml/menit/1,73 m2, kondisi asidosis
metabolik, hiperkalemia dan anemia. 1. Sylvia A.
Patofisiologi :Konsep Klinis Proses-
Namun, sebelum dilakukan
Proses Penyakit. 6th ed. EGC, editor.
hemodialisa perlu dilakukan tranfusi Jakarta: EGC; 2005. 874–990 p.
PRC untuk meningkatkan Hb pasien 2. Suwitra K. Penyakit Ginjal
untuk kondisi anemianya dan syarat Kronik. VI. Jakarta: Buku Ajar Ilmu
yang dibutuhkan sebelum dilakukan Penyakit Dalam; 2014.

tindakan hemodialisa.2 3. Kidney Disease Improving


Global Outcomes. Clinical Practice
Pada pasien diberikan asam Guidline for The Evaluation and
folat, penggunaan asam folat pada Management of Chronic Kidney
Disease. 2020;
gagal ginjal kronik sesuai dengan

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 26


CASE REPORT

4. GBD Chrinic Kidney Disease 12. Vera J, Lengkong M, Utomo


Collaboration. Global, regional and TY. THE CORRELATION
national burden of chronic kidney BETWEEN HYPERTENSION AND
disease, 1990-2017: a systemic STROKE INCIDENCE AT UKI
analysis for the Global Burden of GENERAL HOSPITAL IN 2017
Disease study 2017. Lancet 2020. 2020 [Internet]. Vol. 6, International
Feb 13; Journal of Modern Pharmaceutical
Research. 2015. Available from:
5. Riset Kesehatan Dasar. Badan
www.ijmpronline.com
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Republik 13. P. Raharjo. Hubungan
Indonesia. 2018; Hipertensi dengan Penyakit Ginjal.
Indonesia Kidney Care Club. 2015;
6. Gallacher P, Pugh. D.
Management of Hypertension in C 14. F. Palm, L. Nordquist. Renal
hronic Kidney DiseAse. Druegs. Oxidative Stress, Oxygenation and
2019;365–79. Hypertension. Am J Physiol Regul
Integr Comp Physiol. 2011;
7. Jha V.
Chronic kidney disease: 15. FIrmansyah MA. Diagnosis
Global dimension and perspectives. dan Tata Laksana Nefrosklerosis .
THE LANCET. 2013;260–72. research gate. 2013;
8. Zasra R, Harun H, Azmi S. 16. Pudji R. Lingkaran Setan
Indikasi dan Persiapan Hemodialisa Hipertensi dan Penyakit Ginjal. 2008.
pada Pasien Gagal Ginjal Kronis.
17. Tessy A. Hipertensi pada
Jurnal Kesehatan Andalas. 2018;
penyakit ginjal. V. Vol. ii. 2009.
9. Lascano M, Nurko S. Chronic
Kidney Disease. 2nd ed. Philadelphia:
The Cleveland Clinic Foundation;
2010. 853 p.
10. G. Sulistia dkk. Farmakologi
dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI; 2012.
11. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Panduan Praktik
Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2014;

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 27


CASE REPORT

Ilmu Penyakit Dalam FK UNRI Mei 2023 Page 28

Anda mungkin juga menyukai