Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia salah satu ilmu yang mempelajari tentang materi yang

meliputi struktur, susunan sifat dan perubahan materi serta energi yang

menyertainya. Ilmu kimia mempelajari tentang materi atau zat, dimana

materi tersebut tersusun dari atom atom atau unsur unsur. Materi

tersebut dapat berubah menjadi materi lain ketika direaksikan dengan

materi tertentu sehingga membentuk materi baru disertai dengan energi

dalam perubahan tersebut (Sappaile, 2019:61) . Ilmu kimia mempunyai

dasar dasar hukum kimia yang menjadi aturan bagi peneliti untuk

melakukan eksperimen, sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu kimia

salah satu ilmu yang diawali dari hasil eksperimen, mempelajari tentang

materi yang meliputi struktur, susunan, sifat dan reaksi dari suatu unsur atau

atom yang menyebabkan terjadinya perubahan materi atau zat serta

energi yang menyertainya menjadi zat-zat baru (Susilowati dalam Sappaile,

2019: 62).

Stoikiometri salah satu ilmu yang menghitung antara hubungan

kuantitatif dari suatu reaktan dan produk yang berada dalam sebuah reaksi

kimia (Alfian dalam Assma dkk., 2018: 42). Stoikiometri juga mempelajari

kajian tentang hubungan-hubungan suatu kuantitatif dalam sebuah reaksi

kimia (Warni dkk dalam Assma dkk., 2018: 41). Stoikiometri mempelajari

aspek kuantitatif rumus dan reaksi kimia, hal tersebut diperoleh melalui

pengukuran massa, volume, jumlah dan sebagainya yang terkait dengan atom,

ion atau rumus kimia serta saling keterkaitannya dalam suatu mekanisme

reaksi kimia (Ernawati dalam Assma dkk., 2018: 41).

3
2

Reaksi Kimia suatu proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi.

Reaksi kimia ada yang berlangsung lambat dan ada juga yang berlangsung

cepat. Reaksi-reaksi yang terjadi pada suatu senyawa anorganik berlangsung

secara cepat sehingga sulit untuk dipelajari mekanisme reaksi yang terjadi.

Sedangkan reaksi-reaksi pada suatu senyawa organik berlangsung lambat

sehingga mudah untuk dipelajari mekanisme reaksi yang terjadi pada

senyawa tersebut (Dongmo dalam Yuda dkk., 2017: 23). Berdasarkan latar

belakang diatas, maka dilakukan percobaan stoikiometri yang bertujuan

untuk mengetahui persaman kimia, jumlah ion dan jumlah atom dalam suatu

senyawa, serta teknik pembuatan pereaksi dari bahan-bahan kimia.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan persamaan kimia?

2. Bagaimana cara menentukan jumlah ion dan jumlah atom dalam suatu

senyawa?

3. Bagaimana bentuk pembuatan pereaksi dari bahan-bahan kimia?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui persamaan reaksi kimia dengan tepat.

2. Mengetahui jumlah ion dan jumlah atom dalam suatu senyawa.

3. Mengetahui bentuk pembuatan pereaksi dari bahan-bahan kimia.


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Larutan

Larutan merupakan hasil dari campuran zat-zat yang homogen,

dimana memiliki komposisi merata diseluruh bagian volumenya. Larutan

terdiri dari dua komponen yaitu zat terlarut dan zat pelarut. Zat pelarut

merupakan zat atau komponen yang wujudnya berupa cairan dan jumlahnya

lebih banyak, sedangkan zat terlarut merupakan zat atau komponen yang

wujudnya berupa padatan dengan jumlahnya yang lebih kecil (Ati, 2023: 59).

Larutan adalah campuran homogen yang terdiri atas dua atau lebih zat yang

saling melarutkan antara zat yang satu dengan zat yang lainnya dan masing-

masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik antara satu

dengan yang lainnya (Mawarnis, 2021: 1).

Campuran homogen adalah sebuah campuran yang memiliki sifat dan

komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lainnya serta

membentuk satu wujud (Mawarnis,2021: 1). Campuran homogen pada zat

penyusunnya tidak dapat dibedakan. Contoh campuran homogen yaitu air

garam, sirop, udara, perunggu, kuningan yang sering dilihat didalam

kehidupan kita sehari-hari. Contoh paling umum dari campuran homogen

adalah larutan gula yang larut dalam air. Ketika kita mencampurkan gula ke

dalam air dan mengaduknya, partikel-partikel gula terlarut secara merata

dalam air, membentuk larutan gula. Larutan gula ini tidak dapat dibedakan

secara visual sehingga terlihat seperti air biasa (Hayati 2022: 298).

Larutan terbagi atas dua sifat berdasarkan daya hantarnya, yaitu

larutan elektrolit dan larutan nonelektrilit. Larutan elektrolit adalah sebuah

larutan yang dapat menghantarkan arus listrik yang dimana dapat

memberikan efek lampu menyala pada alat uji dan dapat menimbulkan
4

gelembung gas dalam larutan. Jenis-jenis senyawa yang dapat membentuk

larutan elektrolit yaitu senyawa ion yang terdiri dari asam, basa dan garam.

Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus

listrik yang dimana tidak dapat memberikan efek lampu menyala pada alat

uji dan tidak dapat menimbulkan gelembung gas dalam larutan. Jenis-jenis

senyawa yang dapat membentuk larutan nonelektrolit yaitu senyawa kovalen

nonpolar dan senyawa organik (Mawarnis,2021: 2).

B. Konsentrasi Larutan

Secara umum suatu larutan dapat bersifat asam, basa, dan netral atau

garam. Sifat-sifat pada suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan

komposisinya. Menyatakan komposisi larutan, digunakan sebuah istilah

konsentrasi larutan yang dimana konsentrasi larutan ini menunjukkan

perbandingan antara jumlah suatu zat terlarut terhadap pelarut larutan

tersebut (Khikmah dalam Putri, 2017: 147). Konsentrasi larutan adalah

komposisi yang dimana menunjukkan dengan jelas perbandingan antara

jumlah zat terlarut terhadap pelarut. Kelarutan dapat berupa kecil atau

besar sekali dan jika jumlah zat terlarut melewati titik jenuh, zat itu akan

keluar atau mengendap dibawah larutan. Dalam kondisi tertentu suatu

larutan dapat mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam

keadaan jenuh (Adha dalam Putri, 2017: 148).

Menurut Rusman (2018: 5) konsentrasi larutan yang sering

dipergunakan di laboratorium diantaranya adalah molaritas, molalitas,

normalitas, fraksi mol dan ppm. Berikut ini akan dibahas bagaimana

mengungkapkan konsentrasi larutan beberapa satuan.


5

1. Molaritas

Molaritas digunakan untuk menyatakan jumlah mol zat terlarut

dalam setiap liter larutan. Molaritas memiliki simbol “M” dengan rumus

sebagai berikut:

Jumlah mol zat terlarut


M= ..............................................................................(2.1)
Volume Larutan(L)
2. Molalitas

Molalitas digunakan untuk menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam

setiap kilo gram atau setiap 1000 gram pelarut. Molalitas memiliki simbol

“m” dengan rumus sebagai berikut:

Gram 1000
m = Mr × p ........................................................................................(2.2)

Mr = ∑ Ar

Keterangan :
Mr : Jumlah total dari massa atom relatif suatu unsur
Ar : Massa atom relative suatu unsur
P : Massa pelarut (g)
3. Ppm atau Parts Per Million

Istilah kimia ppm merupakan kepanjangan dari Parts Per Million yang

dalam bahasa Indonesia menjadi bpj atau Bagian Per Juta. Ppm merupakan

besaran konsentrasi encer yang dilarutkan. Konsentrasi larutan ppm : 1 ppm

= 1 mg/kg atau 1 ppm = 1 mL/L atau dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut:

massa zat terlarut (mg)


Ppm = volume larutan(L)
................................................................(2.3)
6

C. Faktor – Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Stoikiometri

Salah satu sifat tertentu dipilih untuk diperiksa seperti misalnya

massa, volume, suhu atau daya serap. Oleh karena kuantitas pereaksinya

berlainan, maka perubahan harga sifat fisika dari sIstem ini dapat digunkaan

untuk meramalkan stoikiometri sistem. Bila digambarkan grafik antara sifat

fisika yang diukur terhadap kuantitas pereaksinya, maka akan diperoleh titik

maksimum atau titik minimum sesuai dengan titik stoikiometri sistem yaitu

menyatakan perbandingan antara suatu pereaksi-pereaksinya. Stoikiometri

adalah ilmu yang mempelajari kuantitas produk dan reaktan dalam reaksi

kimia. Perhitungan stoikiometri paling baik dikerjakan dengan menyatakan

kuantitas yang diketahui dan yang tidak diketahui dalam mol dan kemudian

bila perlu dikonversi menjadi satuan lain (Larasati, 2021: 18-19).

Faktor faktor yang dapat mempengaruhi stoikiometri adalah

sebagai berikut:

1. Konsentrasi Reaktan

Konsentrasi reaktan dalam sebuah larutan atau gas dapat

mempengaruhi stoikiometri. Jika konsentrasi reaktan meningkat, maka

kecepatan reaksi juga akan meningkat dan dapat mempengaruhi jumlah

produk yang dihasilkan. Perubahan konsentrasi reaktan atau produk per

satuan waktu merupakan definisi dari laju reaksi. Laju reaksi mempunyai

satuan M/s (Molar per detik). Reaksi kimia terjadi dari arah reaktan menuju

produk, dan selama reaksi kimia berlangsung, reaktan digunakan

(dikonsumsi) bersamaan dengan pembentukan sejumlah hasil reaksi. Laju

reaksi dapat dikaji dari sisi pengurangan konsentrasi reaktan maupun

peningkatan konsentrasi produk atau hasil reaksi (Suarsa, 2017: 1).


7

Meningkatkan kecepatan reaksi esterifikasi diperlukan kolaborasi

antara faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi kimia seperti suhu reaksi

dan konsentrasi Besarnya konsentrasi reaktan berpengaruh terhadap

tumbukan yang terjadi. Tumbukan antar molekul – molekul reaktan dengan

arah yang tepat serta memiliki energi yang cukup untuk mengatasi rintangan

energi berupa energi aktivasi molekul reaktan merupakan syarat agar dapat

berlangsungnya sebuah reaksi kimia. Molekul-molekul reaktan yang

bertumbukan akan berubah menjadi molekul teraktivasi membentuk

kompleks transisi dan segera berubah menjadi hasil reaksi . Senyawa

kompleks teraktivasi ini bersifat tidak stabil, dan supaya tercapainya keadaan

kompleks teraktifasi, diperlukan adanya sebuah energi yang disebut dengan

suatu energi aktivasi atau energi pengaktifan (Suarsa, 2017: 2).

2. Suhu

Suhu dapat mempengaruhi stoikiometri dalam reaksi kimia.

Umumnya, kenikan suhu akan meningkatkan kecepatan reaksi yang dapat

mengubah perbandingan mol antara reaktan dan produk. Meningkatkan

kecepatan reaksi esterifikasi diperlukan kolaborasi antara faktor-faktor yang

berpengaruh pada reaksi kimia seperti suhu reaksi dan konsentrasi

katalisator. Suhu reaksi akan mempengaruhi laju reaksi esterifikasi yang

terjadi, yang mana jika mengacu pada persamaan Arrhenius, besarnya

peningkatan laju reaksi esterifikasi yang dihasilkan akan berbanding secara

eksponesial satu per satuan suhu reaksi. Pada percobaan Kayoon & Hameed

(2013), yang dilakukan pada suhu reaksi pada rentang suhu 25 sampai 65 °C,

mampu menghasilkan konversi reaktan sebesar 100 % yang diperoleh pada

rentang suhu 45 sampai 65 °C. Sementara itu pada percobaan uji konsentrasi

katalisator, peningkatan konsentrasi katalisator pada kajian reaksi ketalisasi


8

gliserol yang dilakukan dengan katalisator zirconia pada konsentrasi

katalisator 1 sampai 5 % massa gliserol (Reddy dalam Nuryoto., 2011: 22)

dan konsentrasi katalisator 1 sampai 7 % massa gliserol (Mallesham dalam

Nuryoto, 2014: 22), menunjukkan bahwa seiring dengan meningkatnya

konsentrasi sebuah katalisator yang diberikan ke sistem reaksi diikuti dengan

peningkatan konversi gliserol yang akan dihasilkan (Nuryoto, 2021: 21-22).

D. Pengenceran

Pengenceran Larutan adalah proses penurunan Konsentrasi larutan

dengan penambahan zat pelarut seperti air ke dalam Larutan yang pekat

untuk menurunkan Konsentrasi Larutan dari yang semula pekat menjadi

lebih encer guna keperluan didalam Laboratorium. Pengenceran pada

prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga jumlah mol zat

terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah

pengenceran Dengan kata lain jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran

sama dengan jumlah mmol zat terlarut sesudah penegenceran atau jumlah gr

zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah gr zat terlarut

sesudah pengenceran. Apabila konsentrasi larutan dinyatakan dalam skala

volumetrik, jumlah solute yang terdapat dalam larutan pada volume tertentu

akan setara dengan hasil kali volume dan konsentrasi (Lopez, 2023: 1).

Adapun rumus pengenceran yaitu sebagai berikut:

M1V1=M2V2…………………………………………(2.4)

Keterangan :

M1 : Volume sebuah pengenceran

M2 : Volume sesudah pengenceran

V1 : Molaritas sebelum pegenceran

V2 : Molaritas sesudah pengenceran


9

E. Integrasi Ayat

Stoikiometri di dalam ilmu kimia, (kadang disebut stoikiometri reaksi

agar membedakannya dari stoikiometri komposisi) merupakan ilmu yang

mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk

dalam reaksi kimia . Kata ini berasal dari bahasa Yunani stoikheion yang

berarti elemen dan metriā yang berarti ukuran (Yusuf, 2018: 72). Ayat yang

berhubungan dengan percobaan stoikiometri I terdapat dalam Q.S.

Al-Anbiya'/21: 33 yang berbunyi:

٣٣ - ‫َو ُهَو اَّلِذ ْي َخ َلَق اَّلْيَل َو الَّنَهاَر َو الَّش ْمَس َو اْلَقَم َۗر ُك ٌّل ِفْي َفَلٍك َّيْس َبُحْو َن‬
Terjemahnya:
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya”.
Menurut teori dari Muhammad Quraish Shihab Allah yang

menciptakan malam, siang, matahari dan bulan. Semua itu berjalan pada

tempat yang telah ditentukan Allah dan beredar pada porosnya masing-

masing yang tidak akan pernah melenceng dari garis edarnya. Masing-masing

benda langit mempunyai poros dan garis edarnya sendiri. Semua benda
langit itu tidak pernah kenal diam, tetapi terus beredar pada garis edarnya

yang disebut dengan orbital. Kenyataan ini tampak jelas terlihat pada

matahari dan bulan. Demikian halnya dengan suatu peredaran bumi pada

porosnya yang menjadikan siang dan malam datang silih berganti

menjadikan seolah-olah beredar pula (Shihab, 2004: 233).

Integrasi dari ayat diatas dengan stoikiometri adalah sama seperti

halnya atom dan pergerakannya yang sama dengan pergerakan galaksi

seperti elektron terus berputar mengelilingi inti atom karena muatan

listriknya dan massa molekul relatif juga merupakan gabungan dari atom-

atom suatu unsur yang terbentuk menjadi suatu senyawa kimia.


10

BAB III

METODE PERCOBAAN
A. Waktu dan Tempat
Percobaan ini telah dilakukan pada hari Jumat, 10 November 2023

pada pukul 13.30-18.00 Wita dan bertempat di Laboratorium Kimia Analitik

Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca analitik,

pipet skala 5 mL, labu ukur 100 mL, gelas kimia 500 mL, kaca arloji, pipet

tetes, bulb, batang pengaduk dan spatula.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades

(H2O), asam klorida (HCl), natriumt tiosulfat (Na2S2O3), tembaga sulfat

(CuSO4), natrium klorida (NaCl), tissue dan label.

C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan induk NaCl 1000 ppm dalam 100 mL

Alat dan bahan disiapkan, menimbang Natrium Klorida sebanyak 0,1

gram. Setelah itu melarutkan ke dalam gelas kimia, kemudian memasukkan

larutan ke dalam labu takar, lalu menghimpitkan sampai tanda batas dan

menghomogenkan larutan. Setelah itu memasukkan ke dalam botol

penampung dan diberi label.

2. Pembuatan Nacl 7 ppm dalam 100 mL

Alat dan bahan disiapkan, memipipet larutan induk sebanyak 0,7 mL,

kemudian memasukkan ke dalam labu takar 100 ml, setelah itu


11

menghimpitkan sampai tanda batas dan menghomogenkan larutan. Setelah

itu memasukkan ke dalam botol penampung dan diberi label.

3. Pembuatan HCl 0,1 N dalam 100 mL

Alat dan bahan disiapkan, memipipet HCl sebanyak 1,03 mL,

kemudian memasukkan kedalam labu takar 100 mL, lalu menambahkan

akuades. Selanjutnya menghimpitkan sampai tanda batas dan

menghomogenkan larutan. Setelah itu memasukkan ke dalam botol

penampung dan diberi label.

4. Pembuatan CuSO4 1 M dalam 250 mL

Alat dan bahan disiapkan, menimbang CuSO4 sebanyak 40 gram,

kemudian melarutkan CuSO4 dalam gelas kimia, lalu masukkan kedalam labu

takar 250 mL, setelah itu menghimpitkan sampai tanda batas dan

menghomogenkan larutan. Selanjutnya memasukkan ke dalam botol

penampung dan diberi label.

5. Pembuatan Na2S2O3 0,01 N dalam 100 mL

Alat dan bahan disiapkan, menimbang Na2S2O3 sebanyak 0,079 gram,

kemudian melarutkan Na2S2O3 dalam gelas kimia, lalu masukkan kedalam

labu takar 100 mL, setelah itu menghimpitkan sampai tanda batas dan

menghomogenkan larutan. Selanjutnya memasukkan ke dalam botol

penampung dan diberi label.

6. Pembuatan Na2S2O3 0,05 N dalam 100 mL

Alat dan bahan disiapkan, menimbang Na2S2O3 sebanyak 0,039 gram,

kemudian melarutkan Na2S2O3 dalam gelas kimia, lalu masukkan kedalam

labu takar 100 mL, setelah itu menghimpitkan sampai tanda batas dan

menghomogenkan larutan. Selanjutnya memasukkan ke dalam botol

penampung dan diberi label.


12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel pengamatan

Tabel 4.1. Pembuatan Pereaksi Kimia


No. Percobaan Hasil Volume Gambar

Larutan
250 mL
1. CuSO4 + H2O berwarna
(1M)
biru

Larutan
100 mL
2. NaCl + H2O berwanrna
(7 ppm)
bening

Larutan
100 mL
3. HCl + H2O berwanrna
(0,1 N)
bening

Larutan
100 mL
4. Na2S2O3 + H2O berwanrna
(0,01 N)
bening

Larutan
100 mL
5. Na2S2O3 + H2O berwanrna
(0,05 N)
bening
13

2. Reaksi

a. CuSO4 + H2O → 2H+ + SO42ˉ

b. NaCl + H2O → Na⁺ + Cl⁻ + H₂O

c. HCl + H2O → H3O+ + Cl⁻

d. Na2S2O3 + H2O → 2Na+ + S2O32⁻ + H2O

B. Pembahasan

Stoikiometri di dalam ilmu kimia biasa disebut dengan stoikiometri

reaksi yang merupakan ilmu yang mempelajari dan menghitung tentang

hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia .

Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoikheion yang berarti elemen

dan metriā yang berarti ukuran. Ada tiga macam stoikiometri dalam ilmu

kimia, antara lain stoikiometri reaksi, komposisi (senyawa) dan stoikiometri

gas (Yusuf, 2018:72).

Percobaan pertama, pembuatan larutan tembaga sulfat (CuSO4).

Pertama-tama ditimbang tembaga sulfat (CuSO4) sebanyak 40 gram tujuan

dilakukan penimbangan untuk mengetahui petunjuk jumlah yang akan

ditimbang kemudian dilarutkan dalam 200 mL akuades (H 2O) dalam gelas

kimia agar larut dalam air dan diihimpitkan sampai tanda batas sebagaimana

pandangan harus lurus dengan pipet ukur kemudian dimasukkan dalam

botol yang disediakan sebagai wadah penyimpanan dan diberi label

digunakan untuk mengetahui identitas pereaksi dan untuk mengetahui

karakteristik pereaksi dari tanggal pembuatan sampai konsentrasi.

Percobaan kedua yaitu pembuatan larutan baku natrium klorida

(NaCl). Pertama-tama ditimbang natrium klorida (NaCl) sebanyak 0,1 gram

tujuan dilakukan penimbangan untuk mengetahui petunjuk jumlah yang akan


14

ditimbang kemudian dilarutkan dalam 80 mL akuades (H 2O) dalam gelas

kimia agar larut dalam air dan diihimpitkan sampai tanda batas sebagaimana

pandangan harus lurus dengan pipet ukur kemudian dimasukkan dalam

botol yang disediakan sebagai wadah penyimpanan dan diberi label

digunakan untuk mengetahui identitas pereaksi dan untuk mengetahui

karakteristik pereaksi dari tanggal pembuatan sampai konsentrasi.

Percobaan ketiga yaitu pembuatan larutan asam klorida (HCl).

Pertama-tama asam klorida (HCl) dipipet sebanyak 1,03 mL tujuan dilakukan

pemipetan untuk mengetahui petunjuk jumlah yang akan pipet kemudian

dilarutkan dengan akuades (H2O) dalam labu ukur agar larut dalam air dan

diihimpitkan sampai tanda batas sebagaimana pandangan harus lurus

dengan pipet ukur kemudian dimasukkan dalam botol yang disediakan

sebagai wadah penyimpanan dan diberi label digunakan untuk mengetahui

identitas pereaksi dan untuk mengetahui karakteristik pereaksi dari tanggal

pembuatan sampai konsentrasi.

Percobaan keempat yaitu pembuatan larutan natrium tiosulfat

(Na2S2O3). Pertama-tama ditimbang natrium tiosulfat (Na2S2O3) sebanyak

0,079 gram tujuan dilakukan penimbangan untuk mengetahui petunjuk

jumlah yang akan ditimbang kemudian dilarutkan dalam 80 mL akuades

(H2O) dalam gelas kimia agar larut dalam air dan diihimpitkan sampai tanda

batas sebagaimana pandangan harus lurus dengan pipet ukur kemudian

dimasukkan dalam botol yang disediakan sebagai wadah penyimpanan dan

diberi label digunakan untuk mengetahui identitas pereaksi dan untuk

mengetahui karakteristik pereaksi dari tanggal pembuatan sampai

konsentrasi.
15

Percobaan kelima yaitu pembuatan larutan natrium tiosulfat

(Na2S2O3). Pertama-tama ditimbang natrium tiosulfat (Na2S2O3) sebanyak

0,039 gram tujuan dilakukan penimbangan untuk mengetahui petunjuk

jumlah yang akan ditimbang kemudian dilarutkan dalam 80 mL akuades

(H2O) dalam gelas kimia agar larut dalam air dan diihimpitkan sampai tanda

batas sebagaimana pandangan harus lurus dengan pipet ukur kemudian

dimasukkan dalam botol yang disediakan sebagai wadah penyimpanan dan

diberi label digunakan untuk mengetahui identitas pereaksi dan untuk

mengetahui karakteristik pereaksi dari tanggal pembuatan sampai

konsentrasi.

Percobaan keenam yaitu pembuatan larutan natrium klorida (NaCl).

Pertama-tama natrium klorida (NaCl) dipipet sebanyak 0,7 mL tujuan

dilakukan pemipetan untuk mengetahui petunjuk jumlah yang akan pipet

kemudian dilarutkan dengan akuades (H 2O) dalam labu ukur agar larut

dalam air dan diihimpitkan sampai tanda batas sebagaimana pandangan

harus lurus dengan pipet ukur kemudian dimasukkan dalam botol yang

disediakan sebagai wadah penyimpanan dan diberi label digunakan untuk

mengetahui identitas pereaksi dan untuk mengetahui karakteristik pereaksi

dari tanggal pembuatan sampai konsentrasi.


16

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Persamaan kimia adalah persamaan yang menggambarkan reaksi

kimia yang terdiri atas rumus kimia yang terdiri atas rumus kimia

pereaksi dan hasil reaksi disertai koefisiennya masing-masing.

Persamaan kimia adalah penulisan simbolis dari sebuah reaksi kimia.

2. Jumlah ion atau atom dalam suatu senyawa dapat diketahui dengan

menghitung jumlah mol dari senyawa tersebut.

3. Teknik pembuatan pereaksi dari bahan kimia ada dua yaitu pada

bahan kimia padatan dan cairan. Pembuatan larutan dengan bahan

kimia padatan terlebih dahulu sampel ditimbang untuk diketahui

bobotnya, lalu dilarutkan dengan akuades. Sedangkan, pembuatan

larutan dengan bahan cairan hanya dengan memipet larutan dari

wadahnya kemudian mengencerkan bahan kimia cairan dengan

akuades.

B. Saran

Saran untuk percobaan selanjutnya sebaiknya mereaksikan dengan

percobaan larutan cairan lainnya seperti asam sianida (HCN) agar lebih

mengetahui pereaksi lain serta sifat-sifat dari bahan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Assma, S. dkk. “Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Multipel


Representasi Pada Materi Stoikiometri Kelas X SMA Negeri 10 Rasau
Jaya.” Ar-Razi Ilmiah, 06, NO.1. (2018): h. 40-50.
Ati, M. R. dkk. Kimia Dasar II. Sumatera Barat: Pt Global Eksklusif Teknologi,
2023.
Fitriyani, Dewi, Yuli Rahmawati, dan Yusmaniar Yusmaniar. "Analisis
pemahaman konsep siswa pada pembelajaran larutan elektrolit dan
non-elektrolit dengan 8E learning cycle." Jurnal Riset Pendidikan Kimia
(JRPK) 9.1 (2019): 30-40.
Hayati, T. U. V. “Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Materi Zat Campuran pada Siswa Kelas 5 SDN Minomartani 2.”
Penelitian Inovatif JUPIN, 2, No.2. (2022): h. 297-306.
Larasati, T. D. dkk. E-Modul Praktikum Kimia Dasar. Samarinda: Laboratorium
Rekayasa Kimia Fakultas Teknik Universitas Mulawarman, 2021.
Lopez. Pengenceran Larutan, Nusa Tenggara Timur: E-Learning Politeknik
Pertanian Kupang, 2023.
Mawarnis, E.R. Kimia Dasar II. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2021.
Nuryoto. dkk. “Pengaruh Suhu Reaksi dan Konsentrasi Katalisator Zeloit Alam
Bayah Termodifikasi Pada Reaksi Esterifikasi.” Integrasi Proses, 10, no.
1. (2021): h. 21-26.
Purba, Leony Sanga Lamsari. "Modul Praktikum Kimia Fisika 1." (2020).
Putri, L. M. A. dkk. “Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan
Suhu Larutan.” Pembelajaran Fisika, 6, No. 2 (2017): h. 147-153.
Rusman, Rahmayani, Dkk. Buku Ajar Kimia Larutan. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press, 2018.
Sappaile,N. “Hubungan Pemahaman Konsep Perbandingan dengan Hasil
Belajar Kimia Materi Stoikiometri.” JIP STKIP Kusuma Negara Jakarta,
10, No.2. (2019): h. 58-71.
Shihab, Muhammad Quraisy. Tafsir Misbah. Jakarta: Lentera Hari, 2004.
Suarsa, I. W. Teori Tumbukan pada Laru Reaksi Kimia. Denpasar: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana, 2017.
Yuda, R. C. dkk. “Studi Kinetika Pengaruh Suhu Terhadap Ekstraksi Minyak
Atsiri dari Kulit Jeruk Nipis dengan Pelarut Etanol.” Chemurgy, 01,
No.1. (2017): h. 22-26.
Yusuf, Yusnidar. “Kimia Dasar”. Edu Center Indonesia, 2018.

17
18

LAMPIRAN I
ANALISIS DATA

1. Pembuatan larutan CuSO4 1 M dalam 250 mL

Diketahui :

M : 1000 ppm

V : 250 mL → 0 ,25 L

Ditanyakan :

Gram =……………?

Penyelesaian :
g
= M2 x V 2
Mr
g
= 1M x 250 mL
159 ,1 g/mol
g = 250 mL x 151,9 g/mol

= 39,775 g

= 40 g

2. Pembuatan larutan induk NaCl 1000 ppm dalam 100 mL

Diketahui :

V2 : 100 mL

M2 : 3 ppm

M1 : 1000 ppm

Ditanyakan :

mg =………………?

Penyelesain :

1000 ppm = mg x 0,1 L

mg = 1000 ppm x 0,1 L

= 100 mg
19

= 0,1 g

3. Pembuatan larutan Nacl 7 ppm dalam 100 mL

Diketahui :

V2 : 100 mL

M2 : 7 ppm

M1 : 1000 ppm

Ditanyakan :

V1 =………………?

Penyelesain :

M1 x V 1 = M2 x V 2

1000 ppm x V1= 7 ppm x 100 mL


7 ppm x 100 mL
V1 = 1000 ppm
7
V1 = 10 mL

V1 = 0,7 mL

4. Pembuatan HcL 0,1 N dalam 100 mL

Diketahui:
% HCl=30 %

ρ=1, 18 gr / L

Mr HCl = 36, 5 gr/mol

Ditanyakani:

V2…………………?

Penyelesaian:
% x Bj x ! 000
N2 = Mr
30 %❑
3
x 1 , 18 g /cm
N2 = 36 ,5 g/eq
N2 = 9,69 g
20

V 1 x N 1 = V2 x N 2
V1xN2
V2 = N2
100❑mL x 0 , 1 N
= 9 ,69 g/cm3

= 1,03 mL

5. Pembuatan Na2S2O3 0,01 N dalam 100 mL

Diketahui:

Mr Na2S2O3 : 100 mL

Valensi Na2S2O3 : 2

Volume : 100 mL → 0,1 L

Normalitas : 0,01 N

Ditanyakan :

Gram (g) =………………?

Penyelesaian :
Mr
BE = Valensi
158 g /eq
= 2
= 79 eq/L

Gram = BE x V x N

= 79 eq/L x O,1 L x 0,01 N

= 0, 079 g

6. Pembuatan Na2S2O3 0,05 N dalam 100 mL

Diketahui:

Mr Na2S2O3 : 100 mL

Valensi Na2S2O3 : 3 ppm

Volume : 100 mL → 0,1 L

Normalitas : 0,05 N

Ditanyakan :
21

Gram (g) =………………?

Penyelesaian :
Mr
BE = Valensi
158 g /eq
= 2
= 79 eq/L

Gram = BE x V x N

= 79 eq/L x O,1 L x 0,05 N

= 0, 039 g
22

LAMPIRAN II

SKEMA KERJA

A. Pembuatan pereaksi dari bahan padatan

1. Natrium klorida (NaCl) 1000 ppm dalam 100 mL.

NaCl
Ditimbang natrium klorida (NaCl) sebanyak 0,1 g.

Dilarutkan dengan akuades pada gelas kimia 100 mL.

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL.

Dihimpitkan sampai tanda batas.

Dihomogenkan.

Dimasukkan ke dalam botol yang telah diberi label.

Hasil

2. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N dalam 100 mL.

Na2S2O3

Ditimbang natrium tiosulfat (Na2S2O3) sebanyak 0,079 g.

Dilarutkan dengan akuades pada gelas kimia 100 mL.

Dimasukkan kedalam labu takar 100 mL.

Dihimpitkan sampai tanda batas.

Dihomogenkan.

Dimasukkan ke dalam botol yang telah diberi label.

Hasil
23

3. Tembaga sulfat (CuSO4) 1 M dalam 250 mL.

CuSO4

Ditimbang tembaga sulfat (CuSO4) sebanyak 40 gram.

Dilarutkan dengan akuades dalam gelas piala 200 mL.

Dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL.

Dihimpitkan sampai tanda batas.

Dihomogenkan.

Dimasukkan ke dalam botol yang telah diberi label.

Hasil

4. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,05 N dalam 100 mL.

Na2S2O3

Ditimbang natrium tiosulfat (Na2S2O3) sebanyak 0,039 g.

Dilarutkan dengan akuades pada gelas kimia 100 mL.

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL.

Dihimpitkan sampai tanda batas.

Dihomogenkan.

Dimasukkan ke dalam botol yang telah diberi label.

Hasil

B. Pembuatan pereaksi dari bahan cairan


24

1. Asam Klorida (HCl) 0,1 N dalam 100 mL

HCl

Dipipet asam klorida (HCl) sebanyak 1,03 mL.

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL.

Ditambahkan akuades.

Dihimpitkan sampai tanda batas.

Dihomogenkan.

Dimasukkan ke dalam botol yang telah diberi label.

Hasil

2. Natrium Klorida (NaCl) 4 ppm 100 mL.


NaCl

Dipipet larutan induk natrium klorida (NaCl) sebanyak

0,7 mL.

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL.

Ditambahkan akuades.

Dihimpitkan sampai tanda batas.

Dihomogenkan.

Dimasukkan ke dalam botol yang telah diberi label.

Hasil

LAMPIRAN III
25

DOKUMENTASI PRAKTIKUM

3. Pembuatan larutan induk NaCl 1000 ppm dalam 100 mL

Menimbang NaCl Melarutkan Dimasukkan ke Dihimpitkan


0,1 g dengan akuades dalam labu takar sampai tanda
pada gelas kimia batas

menghomogenkan

4. Pembuatan larutan Na2S2O3 0,01 N dalam 100 mL

Menimbang Melarutkan Dimasukkan ke Dihimpitkan


Na2S2O3 0,07 g dengan akuades dalam labu takar sampai tanda
pada gelas kimia batas

Memasukkan ke
menghomogenkan tempat yang telah
diberi label

5. Pembuatan larutan CuSO4 1 M dalam 250 mL


26

Menimbang CuSO4 Melarutkan Dimasukkan ke Dihimpitkan


40 g dengan akuades dalam labu takar sampai tanda
pada gelas kimia batas

Memasukkan ke
menghomogenkan tempat yang telah
diberi label
6. Pembuatan larutan Na2S2O3 0,05 N dalam 100 mL

Menimbang Melarutkan Dimasukkan ke Dihimpitkan


Na2S2O3 0,03 g dengan akuades dalam labu takar sampai tanda
pada gelas kimia batas

Memasukkan ke
menghomogenkan tempat yang telah
diberi label

7. Pembuatan larutan NaCl 7 ppm dalam 100 mL


27

Memipet NaCl 0,7 Memasukkan ke Menambahkan Dihimpitkan


mL dalam labu takar akuades sampai tanda
batas

Memasukkan ke
menghomogenkan tempat yang telah
diberi label
8. Pembuatan larutan HCl 0,1 N dalam 100 mL

Memipet HCl 1,03 Memasukkan ke Menambahkan Dihimpitkan


mL dalam labu takar akuades sampai tanda
batas

Memasukkan ke
menghomogenkan botol yang telah
diberi label
REFERENSI

3
29
30

Anda mungkin juga menyukai