VESIKOLITIASIS
Disusun Oleh:
Pembimbing:
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
kasus dengan judul “VESIKOLITIASIS”.
Selama penyelesaian laporan kasus ini penulis mendapat bantuan,
bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. M. Arief Hidayat Sp.B. yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada keluarga, sahabat, dan rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan
doa dalam menyelesaikan refarat ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan kasus
ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian demi kesempurnaan laporan kasus ini nantinya. Harapan
penulis semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan umumnya dan profesi kedokteran khususnya. Semoga Tuhan yang
Maha Esa selalu memberikan Berkat dan Kasih-Nya kepada kita semua.
Kota Subulusalam,
DAFTAR ISI
ii
HALAMA JUDUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB IV KESIMPULAN.................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................33
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 1 Foto Polos Abdomen..........................................................................6
Gambar 2 CT- Scan Abdomen Non Kontras.......................................................7
Gambar 3 Traktus Urinarius dan Vesika Urinaria.............................................14
Gambar 4 Batu Vesika Urinaria........................................................................16
Gambar 5 Foto Blass Nier Overzicht (BNO)....................................................24
Gambar 6 Ultrasonograpi Vesika Urinaria........................................................25
Gambar 7 Intravena Pielofrafi...........................................................................25
Gambar 8 Sitoscopi...........................................................................................27
Gambar 9 Vesikolitotomi..................................................................................30
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Batu saluran kemih dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem
perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra), tetapi yang paling sering
ditemukan ada di dalam ginjal. Batu buli-buli atau vesikolitiasis sering terjadi
pada pasien yang menderita gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-
buli. Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien hyperplasia prostat, striktur
uretra, divertikel buli-buli, atau buli-buli neurogenik. Kateter yang terpasang pada
buli-buli dalam waktu lama, adanya benda asing lain yang secara tidak sengaja
dimasukkan ke dalam buli-buli seringkali menjadikan terbentuknya batu buli-
buli.1,2
Selain itu batu buli-buli juga dapat berasal dari batu ginjal yang turun ke
buli-buli. Di Negara-negara berkembang sering dijumpai batu endemic pada buli-
buli yang banyak dijumpai pada anak anak yang menderita kurang gizi atau yang
sering menderita dehidrasi atau diare. Gejala khas batu buli-buli adalah berupa
gejala iritasi antara lain; disuria hingga stranguria, perasaan tidak enak waktu
kencing, dan kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan
perubahan posisi tubuh. Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan pada ujung
penis, skrotum, perineum, pinggang, sampai kaki.2
Seringkali komposisi batu buli-buli terdiri atas asam urat atau struvit,
sehingga tidak jarang pada pemeriksaan foto polos abdomen tidak tampak sebagai
bayangan opak pada cavum pelvis. Pada USG dapat mendeteksi batu radiolusen
pada bulibuli. Batu buli-buli dapat dipecahkan dengan litotripsi ataupun jika
terlalu besar menggunakan pembedahan terbuka atau vesikolitotomi.1, 2
1
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
1. Keluhan Utama
Nyeri saat berkemih
2. Keluhan Tambahan
Nyeri perut di bekas operasi Batu kandung kemih, Demam, BAK terkadang
terhenti, Benjolan di perut bawah, Tidak nafsu makan, dan lemas.
2
Pasien juga mengeluhkan nyeri dan bengkak pada perut bawah bekas operasi
batu kandung kemih yang dilakukan pada bulan 5 tahun 2020. Nyeri dan bengkat
di daerah bekas operasi sudah dirasakan pasien setelah beberapa bulan operasi
(sekita +/-5 kali). Namun, pasien hanya berobat ke praktek klikik dan diberikan
obat antinyeri dan antibiotik. Sebelum masuk rumah sakit pasien juga merasakan
demam (+), Lemas (+), dan Tidak nafsu makan (+).
- Hipertensi (-)
- Hiperuresemia (-)
- Omeprazol 3 x 20mg
- Berat badan : 50 Kg
- Nadi : 75 X/Menit
- Pernafasan : 18 X/Menit
3
- Suhu Tubuh : 36,5 C
- Leher
o Trachea : Deviasi (-)
o TVJ : R + 1,5 cmH2O
o Perbebesaran Kelenjar Getah Bening (-)
- Thoraks
o Inspeksi : Gerakan Simetris (+/+), Jejas (-/-), Tanda Inflamasi (-/-)
o Palpasi : Nyeri Tekan (-/-), Fremitus taktil (+/+)
o Perkusi : Sonor (+/+)
o Auskultasi : Vesikuler (+/+)
- Abdoment
o Inspeksi : Kulit sawu matang (+), Datar (+), Jejas (-/-), Tanda
Inflamasi (-/-)
o Palpasi : Soepel (+), Nyeri Tekan Regio Suprapubik(+)
o Perkusi : Timpani (+)
o Auskultasi : Peristaltik (+) Normal
- Urologi
Flank Area
o Inspeksi : Sawu matang (+), Datar (+), Jejas danTanda Inflamasi (-)
4
o Palpasi : Nyeri tekan (-), Ballotemen (-)
o Perkusi : Nyeri ketok kosto vertebrae (-/-)
Supra Pubik
o Inspeksi :
Vesikulo Cutaneus Fistula (+) Ukuran 0.5 cm, Warna kuning(+)
Sikatrik (+), Pus (-), Tanda Inflamasi (+).
o Palpasi : Nyeri tekan (+)
o Perkusi : Tympani (+)
Genital
o Inspeksi : OUE (+) Normal, Batu (-), Tanda Inflamasi (-)
o Palpasi : Nyeri tekan (-)
- Orthopedi
o Look : Edeme (-), Jejas (-), Vulnus (-)
o Feel : Nyeri tekan (-), Nadi (+) Normal, CRT < 2detik
o Perkusi : Room Of Motion Aktif dan Pasif Normal
5
Neutrofil 82.7 % (H) 40.0 – 70.0
Limfosit 8.9 % (L) 20.0 – 40.0
Monosit 10.7 % (H) 2.0 – 8.0
Trombosit 386 10^3/ul 150 – 450
Tabel 1. Hasil LAB. Darah Rutin
- Pemeriksaan Radiologi
Foto Polos Abdomen (5/10/2021)
6
Kesan: Terdapat Gambaran
Radioopak pada vesika urinaria
A: Vesikulolitiasis
7
Ginjal kanan: Mengecil, bentuk dan kontur tidak tertur, batas
parenkim dengan sentralekhokomplex menghilang, sistem
pelvokalises sedikit melebar dan tidak tampak batu.
Vesika Urinaria: Vesika Urinaria, Besar dan bentuk normal,
dinding menebal Tampak Batu di Vesika Urinaria.
Kesan: Vesikulolitiasis disestai sistitis + Proses kronis ginjal kanan
2.7 Penatalaksanaan
- Bed Rest
8
(+), Tidak Nafsu makan (+), Diet Makan Biasa
Demam (-), Bengkat bekas IVFD RL 20 gtt/i
Operasi perut bawah (+). Inj. Cefoperazone 1gr /12 jam
A: Vesikulolitiasis +
Vesikulocutaneus Fistula
Abses
P:
Bed Rest
Diet Makan Biasa
IVFD RL 20 gtt/i
Pasang Kateter
Pemeriksaan laboratorium
(darah lengkap kimia
klinik dan urinalisa)
Pemeriksaan CT-Scan
Rencana tindakan
Litotripsi + Debridement
Lapor Anastesi (Puasakan
9
Pasien)
20/10/21 S: Nyeri Perut bawah (+), Th/
Nyeri saat BAK (-), Lemas Bed Rest
(+), Tidak Nafsu makan (+), Diet Makan Biasa
Demam (-), Bengkat bekas IVFD RL 20 gtt/i
Operasi perut bawah (-), Inj. Cefoperazone 1gr /12 jam
Mual (+) dan Muntah (-).
Inj. Antrain 1amp/8 jam
Inj. Ranitidine 1Amp/8jam
O:
Kesadaran = compos
mentis (CM)
TD = 113/69 mmHg
HR = 83x/menit
RR = 20x/menit
Suhu = 36,8˚C
A: Vesikulolitiasis +
Vesikulocutaneus Fistula
Abses
P:
Bed Rest
Diet Makan Biasa
IVFD RL 20 gtt/i
10
Demam (-), Bengkat bekas Diet Makan Biasa
Operasi perut bawah (+), IVFD RL 20 gtt/i
Mual (-) dan Muntah (-). Inj. Cefoperazone 1gr /12
jam
O : Inj. Antrain 1amp/8 jam
Kesadaran = compos Inj. Ranitidine 1Amp/8jam
mentis (CM) Curcuma 2 x20mg
TD = 118/70 mmHg
HR = 80x/menit
RR = 20x/menit
Suhu = 36,5˚C
P:
Bed Rest
Diet Makan Biasa
IVFD RL 20 gtt/i
A: Vesikulolitiasis +
Vesikulocutaneus Fistula
Abses
22/10/21 S: Nyeri Perut bawah (-), Th/
Nyeri saat BAK (-), Lemas Bed Rest
(+), Tidak Nafsu makan (+), Diet Makan Biasa
Demam (-), Bengkat bekas IVFD RL 20 gtt/i
Operasi perut bawah (-). Inj. Cefoperazone 1gr /12
11
jam
O : Inj. Antrain 1amp/8 jam
P:
Bed Rest
Diet Makan Biasa
IVFD RL 20 gtt/i
A: Vesikulolitiasis +
Vesikulocutaneus Fistula
Abses
23/10/21 S: Nyeri Perut bawah (-), Th/
Nyeri saat BAK (-), Lemas Bed Rest
(+), Tidak Nafsu makan (+), Diet Makan Biasa
Demam (-), Bengkat bekas IVFD RL 20 gtt/i
Operasi perut bawah (-). Inj. Cefoperazone 1gr
/12 jam
O : Inj. Antrain 1amp/8 jam
Kesadaran = compos
Inj. Ranitidine
mentis (CM)
1Amp/8jam
12
TD = 116/70 mmHg Curcuma 2 x20mg
HR = 80x/menit
RR = 20x/menit
Suhu = 36,5˚C
P:
Bed Rest
Diet Makan Biasa
IVFD RL 20 gtt/i
A: Vesikulolitiasis +
Vesikulocutaneus Fistula
Abses
24/03/202 S: Nyeri Perut bawah (-), Th/
1 BAK tertahan (-), Lemas (+), Bed Rest
Nafsu makan (+), Demam (-), Diet Makan Biasa
Bengkat bekas Operasi perut IVFD RL 20 gtt/i
bawah (-) Inj. Cefoperazone 1gr /12
O : jam
Kesadaran = compos Inj. Antrain 1amp/8 jam
mentis (CM) Inj. Ranitidine 1Amp/8jam
TD = 115/70 mmHg Curcuma
HR = 69x/menit
Terapi pulang
RR = 20x/menit
Cefixim 2 x 200 mg
Suhu = 36,5˚C
Meloxicam 7.5 gram 2x1
P:
13
Bed Rest Curcuma 2 x 20mg
Diet Makan Biasa
IVFD RL 20 gtt/i
Ganti Perban
Terapi Pulang
A: Vesikulolitiasis +
Vesikulocutaneus Fistula
Abses
Tabel 1. Follow Up Pasien
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
14
anterior, pada laki-laki berhubungan dengan rektum meskipun dipisahkan dari
rektum oleh kantong rectovesical dan batas bawah dibatasi oleh vesikel seminalis
dan vas deferens di setiap sisi. 1, 2, 3
Di daerah segitiga antara vas deferens, kandung kemih dan rektum dipisahkan
hanya oleh fasia rectovesical, umumnya dikenal sebagai fasia Denonvillier. Leher
buli-buli adalah wilayah terendah dan juga yang paling tak berubah. Tempatnya
sekitar 3-4 cm di belakang simphisis pubis bagian bawah. Leher buli-buli adalah
orifisium uretra interna dan dapat berubah posisinya dengan berbagai kondisi
kandung kemih dan rektum. Pada laki-laki leher bersandar dan dalam kontinuitas
langsung dengan dasar prostat, pada wanita berhubungan dengan fasia pelvis,
yang mengelilingi uretra bagian atas. 4, 5
15
interna (yaitu persimpangan badan rahim dan leher rahim ), untuk membentuk
kantong vesikouterina. Bagian posterior dari permukaan superior, tanpa
peritoneum, dipisahkan dari serviks supravaginal oleh jaringan fibroareolar. Pada
laki-laki, masing-masing permukaan inferolateral dipisahkan anterior dari pubis
dan ligamen puboprostatic oleh ruang retropubik. Pada wanita hubungan mirip,
kecuali bahwa ligamen pubovesical menggantikan ligamen puboprostatic.
Permukaan inferolateral tidak tercakup oleh peritoneum.4, 5
16
Gambar 4. Batu Vesika Urinaria
a) Faktor internal
1. Usia
17
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun. Untuk
pria, insiden mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40 dan 60
tahun. Untuk wanita, tingkat insiden tampaknya lebih tinggi pada akhir 20-
an pada usia 50, sisa yang relatif konstan selama beberapa dekade
berikutnya.
2. Jenis kelamin
Batu saluran kemih lebih rentan sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan yang dikarenakan struktur anatomi
saluran kemih (uretra) pada laki-laki lebih panjang daripada uretra
perempuan, sehingga lebih banyak kemungkinan substansi pembentuk
batu mengendap dan menjadi batu. Selain itu, peranan hormon seks juga
berpengaruh terhadap pembentukan batu kalsium oksalat, yaitu hormon
estrogen pada perempuan mampu mencegah agregasi garam kalsium,
menurunkan eksresi oksalat, konsentrasi oksalat plasma, dan menurunkan
endapan kristal kalsium plasma sedangkan hormon testosteron yang tinggi
pada laki-laki menyebabkan peningkatan oksalat endogen oleh hati yang
selanjutnya memudahkan terjadinya kristalisasi. Kadar kalsium air kemih
pada perempuan sebagai bahan utama pembentuk batu lebih rendah
dibandingkan dengan laki-laki dan kadar sitrat air kemih sebagai bahan
penghambat terjadinya batu pada perempuan lebih tinggi dari pada laki-
laki sehingga lebih cenderung tinggi pada laki-laki dibanding perempuan
untuk terjadinya pembentukan batu.
3. Herediter
Studi menunjukkan bahwa penyakit batu diwariskan. Untuk jenis batu
umum penyakit, individu dengan riwayat keluarga penyakit batu memiliki
risiko dua kali lipat lebih tinggi menjadi batu bekas. Ini risiko yang lebih
tinggi mungkin karena kombinasi dari predisposisi genetik dan eksposur
lingkungan yang sama (misalnya, diet). Meskipun beberapa faktor genetik
18
telah jelas berhubungan dengan bentuk yang jarang dari nefrolitiasis,
(misalnya, cystinuria), informasi masih terbatas pada gen yang
berkontribusi terhadap risiko bentuk umum dari penyakit batu.
b) Faktor eksternal
1. Asupan cairan dan makanan
Sebagian besar kasus penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor
makanan dan minuman. Diet yang kaya protein hewani dan karbohidrat
serta meningkatnya konsumsi makanan yang mengandung kalsium, produk
susu, oksalat (misalnya teh, kopi, coklat, kacang-kacang, bayam) yang
dapat mengakibatkan peningkatan dalam pembentukan batu saluran kemih.
Selain itu, asupan cairan (khususnya air putih) yang sedikit menurunkan
jumlah urin sehingga mengakibatkan peningkatan reaktan (kalsium dan
oksalat) dan pengurangan aliran urin (khususnya air putih) yang sangat
beresiko membentuk batu ginjal. Selain faktor makan dan minum,
suplemen vitamin ikut berperan dalam pembentukan batu ginjal, misalnya
kekurangan vitamin A atau terlalu banyak mengkonsumsi vitamin D.
2. Aktivitas Fisik
Aktifitas fisik yang sedikit dapat menyebabkan peredaran darah
maupun aliran urin menjadi kurang lancar dan dapat merangsang
pembentukan tulang sehingga meningkatkan kadar kalsium dalam tubuh.
19
3.5 Jenis Batu
Batu kalsium
80% dari batu ginjal. Batu kalsium dibedakan menjadi kalsium oksalat
dan kalsium fosfat. Kalsium oksalat merupakan 80% dari semua batu
kalsium dengan faktor risiko termasuk volume urin rendah, hiperkalsiuria,
hyperuricosuria, hyperoxaluria, dan hypocitraturia. Kalsium fosfat
(hidroksi apatit) merupakan 20% dari semua batu kalsium dengan faktor
risiko termasuk rendah volume urin, hiperkalsiuria, hipokitraturia, pH urin
tinggi, dan kondisi terkait termasuk primer hiperparatiroidisme dan
asidosis tubulus ginjal.
Batu sistin
1% dari batu ginjal yang disebabkan oleh kesalahan metabolisme
bawaan, cystinuria, autosomalrecessive (gangguan yang menghasilkan
reabsorpsi tubular ginjal abnormal dari asam amino sistin, ornithine,
lysine, dan arginine).
20
Batu struvite
1% hingga 5% dari batu ginjal, juga dikenal sebagai batu infeksi;
terdiri dari magnesium, amonium, dan fosfat. Batu ini sering disebut
sebagai batu staghorn dan dapat dikaitkan dengan organisme pemecah
urea, seperti spesies Proteus, Pseudomonas, dan Klebsiella.
a) Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu
(nukleus). Partikel partikel yang berada dalam larutan yang terlalu jenuh
(supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran
kemih.
b) Teori Matrikasi
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin,
dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-
kristal batu.
21
Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal,
antara lain: magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan
memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih. Ion magnesium
(Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat sehingga
jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+) untuk
membentuk kalsium oksalat menurun.
d) Teori Epistaxy
Merupakan teori pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-
sama. Salah satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang
merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat
yang berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium
dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
e) Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori diatas.
Kebanyakan terjadinya batu buli pada laki-laki usia tua didahului oleh
Benigh Prostat Hipertropi (BPH). BPH menyebabkan penyempitan lumen
uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan
urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.
Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomi buli-buli
berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula dan
divertikel buli-buli. Pada saat buli-buli berkontraksi untuk miksi,
divertikel tidak ikut berkontraksi, sehingga akan ada stasis urin di
dalam divertikel yang lama kelamaan mengalami supersaturasi dan
dapat membentuk batu. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut
dirasakan pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah
atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang terdiri atas gejala
obstruksi dan gejala iritasi. 2, 3
22
Tabel 4. Gejala Lower Urinari Track Sindrom
3.7 Diagnosis
Anamnesis
Pasien yang mempunyai batu buli sering asimtomatik, tetapi pada
anamnesis biasanya dilaporkan bahwa penderita mengeluh nyeri
suprapubik, disuria, gross hematuri terminal, perasaan ingin kencing,
sering kencing di malam hari, perasaan tidak enak saat kencing, dan
kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan
perubahan posisi tubuh. Gejala lain yang umumnya terjadi dalam
menyertai nyeri yaitu nyeri menjalar dari ujung penis, scrotum, perineum,
punggung dan panggul, perasaan tidak nyaman tersebut biasa bersifat
tumpul atau tajam. Rasa sakit diperberat saat pasien sedang beraktivitas,
karena akan timbul nyeri yang tersensitisasi akibat batu memasuki leher
vesika. Sering disertai dengan ISK yang ditandai disuria dan demam.1, 3 , 6
23
menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan
tulang punggung. 2, 3
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih sangat bervariasi
mulai tanpa kelainan fisik sampai adanya tanda-tanda sakit berat,
tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan (komplikasi).
6, 7
Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan antara lain: Inspeksi: Supra
pubik distensi, menandakan Vesica urinaria penuh dan Palpasi: Nyeri
tekan supra pubik, Pada keadaan Komplikasi (Hidronefrosis) dapat
ditemukan ballotemen (+).
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
a) Urinalisa
Urin dipstik dapat digunakan untuk menegakkan suatu diagnosa
batu saluran kemih (BSK) dan untuk mengeksklusi infeksi. Biasanya
ditemukan hematuria yaitu terdapatnya eritrosit pada urinalisa yang
mendukung suatu diagnosa BSK. Jika tidak ditemukan hematuria
bukan berarti diagnosa ini dapat dieksklusi. Sedangkan adanya nitrit
dan leukosit esterase pada urin menandakan adanya suatu infeksi.7
b) Laboratorium
Salah satu komplikasi batu saluran kemih yaitu terjadinya
gangguan fungsi ginjal yang ditandai kenaikan kadar ureum dan
kreatinin darah, gangguan tersebut bervariasi dari stadium ringan
sampai timbulnya sindroma uremia dan gagal ginjal, bila keadaan
sudah stadium lanjut bahkan bisa mengakibatkan kematian.7, 10
24
Foto polos abdomen meliputi Kidney Ureter Blader (KUB)
memiliki sensitifitas 45-60%. KUB tidak dapat memvisualisasi batu
radiolusen (10-20%). Foto polos abdomen memiliki kelemahan yaitu
akan sulit mendeteksi batu urat radiolusen, batu dengan ukuran kecil
yang terletak sejajar tulang, interprestasi sulit dan sedikit sensitif
untuk obstruksi. Foto Kidney, Ureter, Bladder ini dapat menilai
ukuran, bentuk dan lokasi dari BSK pada pasien. 7, 10
25
Gambar 6. Ultrasonografi Vesika Urinaria
26
f) CT scan Non-kontras
CT- Scan non-kontras merupakan Gold Standart diagnosis BSK
karena pemeriksaan CT Scan Non-kontras memiliki sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi untuk mendeteksi batu, tidak menggunakan
kontras intravena dan tidak membutuhkan waktu yang lama serta
memungkinkan untuk diagnosa alternatif. Akurasi CT scan non-
kontras dalam mendeteksi batu yaitu dengan sensitifitas, spesifisitas
dan positive predictive value 96%, 100%, 100%. CT scan non-kontras
dapat mendeteksi baik batu radioopak ataupun radiolusen. Ketika CT
mendeteksi batu, foto polos abdomen harus dilakukan untuk menilai
apakah batu tersebut radioopak. Selanjutnya CT scan non-kontras
dapat digunakan untuk menilai apakah batu telah bergeser atau telah
keluar. 10, 11
Selain itu, CT scan non-kontras dapat menyingkirkan diagnosa
banding dan mendeteksi kelainan di luar saluran kemih sekitar 6-12%
diantaranya Pelvic Inflammatory Disease (PID), massa adneksa, abses
tubaovaria, apendisitis, divertikulitis, kolesistitis, pankreatitis atau
malignansi lain. Keterbatasan CT scan non-kontras adalah tidak dapat
mengevaluasi fungsi renal serta tidak dapat menilai derajat obstruksi.
Kelemahan lain dari CT adalah sinar radiasi yang tinggi dibandingkan
dengan foto polos abdomen atau IVP. Sinar radiasi ini sebanding
dengan 3 kali IVP dan 10 kali foto polos abdomen. Kelemahan lain
yaitu tidak tersedia 24 jam dan memerlukan ahli radiologi dalam
interprestasinya serta biaya yang tinggi.
g) Sitoskopi
Pada pemeriksaan ini dokter akan memasukkan semacam alat
endoskopi melalui uretra yang ada pada penis, kemudian masuk
kedalam blader. 10, 11
27
Gambar 8. Tindakan Sitoskopi
Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada batu vesika urinaria dapat berupa ISK
(Sistitis), Benigna prostat hipertropi, Striktur uretra, Neuropati Buli-buli,
Pasca Bedah dan Penggunaan Obat-obatan (Penghambat Alfa/ Obat
penenang). Dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis pemeriksaan fisik
maupun pemeriksaan penunjang. 7, 10, 11
3.8 Tatalaksana
Batu buli-buli dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, litotripsi
maupun pembedahan terbuka.9, 10, 11
Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang berukuran < 5 mm, karena diharapkan batu
dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi
nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum dan minum
banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih,
karena itu diberikan antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi
dapat dicegah pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan
pengasaman urin dan pemberian antiurease, seperti Acetohidroxamic acid.
Ini untuk menghambat bakteri urease dan menurunkan kadar ammonium
urin.
Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam urat
pada saluran kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam yang
terbentuk akan dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin
28
menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2. Sehingga dengan pemberian
bikarbonas natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu asam urat
diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada dosis 60
mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan untuk terapi pilihan.
Tetapi terapi yang berlebihan menggunakan sediaan ini akan memicu
terbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan batu sehingga
membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha menurunkan
produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol,
usaha ini cukup memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg
perhari, baik diberikan setelah makan.
Kontraindikasi ESWL:
o Ibu hamil
o Obesitas (IMT >30 kg/m2)
o Sedang mengkonsumsi obat pengencer darah (aspirin/warfarin)
o Hipertensi tidak terkontrol
o ISK
o Ukuran diameter batu > 2cm
o Batu terlalu keras (batu sistin)
29
Angka bebas batu: elektromagnetik; 66% pada kasus dengan
obstruksi dan 96% pada kasus non obstruksi. Bila menggunakan
piezoelektrik didapatkan hanya 50% yang berhasil.
Terapi Pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat
gelombang kejut atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun
demikian kita harus memerlukan suatu indikasi. Misalnya apabila batu
kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga
perlu diadakan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu
memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm kebawah. Batu diatas ukuran
ini dapat ditangani dengan batu kejut atau sistolitotomi. 7, 10, 11
o Vesikolitotripsi
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan
batu tanpa perlukaan. batu kandung kemih, batu dipecahkan
memakai litotriptor secara mekanis melalui sistokop atau dengan
memakai gelombang elektrohidrolik atau ultrasonic litotriptor
adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu tersebut, tetapi
alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm ke
bawah. gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh dan
dipusatkan di batu yang akan dipecahkan.Setelah batu itu pecah
menjadi bagian yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut
dikeluarkan secara spontan
o Vesikolitotomi Perkutan
Merupakan alternatif terapi pada kasus batu pada anak-anak
atau pada penderita dengan kesulitan akses melalui uretra, batu
besar atau batu múltipel. Tindakan ini indikasi kontra pada adanya
riwayat keganasan kandung kemih, riwayat operasi daerah pelvis,
radioterapi, infeksi aktif pada saluran kemih atau dinding abdomen.
Angka bebas batu: 85-100%, Penyulit: tidak ada, dan Waktu yang
dibutuhkan : 40-100 menit.
30
o Vesikolitotomi Terbuka
Tehnik ini digunakan untuk memindah batu dengan ukuran
besar, juga di indikasikan untuk membuang prostate, dan
diverculotomy. Pengambilkan prostate secara terbuka
diindikasikan jika beratnya kira- kira 80-100gr. Keuntungan tehnik
ini adalah cepat, lebih mudah untuk memindahkan batu dalam
jumlah banyak, memindah batu yang melekat pada mukosa buli
dan kemampuannya untuk memindah batu yang besar dengan sisi
kasar. Tetapi kerugian penggunaan tehnik ini adalah pasien merasa
nyeri post operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit, lebih lama
menggunakan kateter.
31
Batu vesika urinaria dapat menyebabkan kerusakan pada buli-buli (erosi pada
mukosa) yang mengakibatkan: Perdarahan, Divertikel Vesika urinaria, Radang
kronis, Obstruksi: Hidronefrosis, Hidroureter, Infeksi: sistitis, pionefrosis,
urosepsis, Vesiculo cutaneous Fistula, Gagal ginjal akut dan kronis
Sebagian besar kasus urolithiasis memiliki prognosis yang baik karena
sebagian besar batu ukuran 5-6 mm dapat keluar secara spontan dengan
penatalaksanaan konservatif atau medikamentosa. Pada batu berukuran lebih besar
atau terinfeksi, intervensi akut dini dan modalitas intervensi invasif dan minimal
invasif juga dilaporkan memberi luaran yang baik.Tingkat rekurensi urolithiasis
sebesar 50% dalam 5 tahun dan ≥ 70% dalam 10 tahun. Meningkatkan asupan
cairan, perbaikan pola diet, dan pemantauan rutin dapat mengurangi tingkat
rekurensi hingga 60%. 11, 12
32
BAB IV
KESIMPULAN
33
DAFTAR PUSTAKA
34
DOKUMENTASI TINDAKAN
35