Segala puji bagi Allah swt, yang senantiasa memberikan kepada kita taufik, hidayah
daninayah-Nya, sehingga kita berada di atas jalan-Nya. Shalawat beserta salam selalu
kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad saw, keluarganya, para sahabatnya dan
seluruh umatnya yang istiqamah menjalankan dan mendakwahkan sunah-sunahnya.
Dalam paper ini saya mencoba menyajikan materi yang berjudul Strategi
Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Saya menyadari dalam menyusun paper ini masih banyak kekurangan. Untuk itu saya
mengharapkan kepada dosen pembimbing agar memberikan masukan demi perbaikan
dan kesempurnaan paper ini.
Kemudian kepada pihak yang telah membantu, saya tak lupa menghaturkan banyak
terima kasih.Semoga Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas kebaikan
kepada kita semua.
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus...................................................
B. Tujuan belajar Dan hakikat mengajar…………………..........................
C. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus........................
BAB III PENUTUP........................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................... …..
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari anak berkebutuhan khusus?
2. Apa dari tujuan belajar dan hakikat mengajar
3. Bagaimana strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus?
C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan definisi dari anak berkebutuhan khusus.
2. Menjelaskan tujuan belajar dan hakikat mengajar
3. Menjelaskan strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus.
BAB II
PEMBAHASAN
Cara berkomunikasi dengan isyarat menggunakan abjad jari yang telah dipatenkan
secara internasional. Ciri-ciri penderita tunarungu yakni:
1)Tidak mampu mendengar
2) Terlambat perkembangan bahasa.
3) Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi.
4) Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara.
5) Ucapan kata tidak jelas.
6) Kualitas suara aneh/monoton.
7) Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.
8) Banyak perhatian terhadap getaran.
9) Keluar nanah dari dalam telinga.
10) Terdapat kelainan organis telinga.
c. Tunagritha
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan
berada di bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental
dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang
muncul dalam masa perkembangan. Pembelajaran bagi individu
tunagrahita lebih ditekankan pada kemampuan bina diri dan sosial. Anak
yang menderita tunagrahita bisa diketahui dengan jelas secara fisik, antara
lain:
1) Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar.
2) Tidak mampu mengurus diri sendiri sesuai usia.
3) Perkembangan bicara/bahasa terlambat .
4) Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan
kosong)
5) Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tak terkendali). Sering
keluar ludah (cairan) dari mulut.
d. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerakan yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular atau struktur tulang yang
bersifat bawaan, sakit, atau akibat kecelakaan. Individu tunadaksa
diantaranya adalah celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
Ciri-ciri anak tunadaksa:
1) Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh.
2) Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, tidak
terkendali).
3) Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap.
4) Terdapat cacat pada alat gerak.
5) Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.
6) Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukan sikap
tubuh yang tidak normal.
7) Hiperaktif/tidak dapat tenang.
Proses pembelajaran menggunakan proses belajar seperti pada anak
normal biasa, karena pada dasarnya yang mengalami kelainan adalah
fisiknya.
e. Tunalaras
f. Berkebutuhan Khusus
Buatlah sistem penghargaan kelas yang dapat diterima dan dapat diakses, agar peserta
didik merasa ikut serta dalam kegiatan pembelajaran dan dapat berprestasi.
2) Membentuk kesadaran tentang diri dan orang lain. Cara ini untuk
membantu peserta didik menjadi lebih mengenal sikap mereka sendiri dan
dampaknya bagi orang lain.
3) Mengajarkan sikap positif
C. Tujuan Belajar
Belajar dilakukan secara terencana, sehingga belajar pasti memiliki
tujuan-tujuan yang ingin dicapai setelah proses belajar terjadi. Tujuan
belajar ini juga menjadi bahasan tersendiri bagi para pakar pendidikan
sehingga menghasilkan beragam pandangan. Berikut ini disajikan
beberapa pandangan tentang tujuan belajar. Menurut Peter Kline dalam
Angkowo dan Kosasih (2007: 49), belajar akan efektif jika dilakukan
dalam suasana menyenangkan (fun and enjoy). Maka, perlu diciptakan
suasana dan system (kondisi) belajar yang kondusif, di samping faktor lain
yang akan menentukan hasil belajar peserta didik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah faktor pengajar. Oleh sebab itu, mengajar yang
diartikan sebagai suatu usaha menciptakan system lingkungan, harus
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang fun and enjoy. Tetapi
perlu diketahui pula bahwa system lingkungan ini pun dipengaruhi oleh
berbagai komponen yang saling berinteraksi, antara lain: tujuan
pembelajaran, bahan kajian yang disampaikan, tenaga pendidik, peserta
didik, jenis kegiatan yang dikembangkan, metode serta media
pembelajaran yang dipilih. Rogers (dalam Angkowo, 2007: 49) sangat
menekankan pentingnya relasi dan komunikasi dalam proses
pembelajaran. Sebab menurut mereka, pendidikan akan berfaedah besar,
apabila dapat menumbuhkembangkan kepribadian manusia. Berkaitan
dengan hal-hal di atas, serta mencermati perkembangan dunia sekarang.
Tujuan pembelajaran adalah mengembangkan strategi dan teknologi yang
lebih manusiawi dalam rangka menciptakan ketahanan dan keterampilan
manusia guna menghadapi kehidupan yang secara terus menerus berubah.
Oleh sebab itu, pembelajaran harus mampu menjawab kebutuhan peserta
didik, untuk merencanakan tujuan hidup, bagaimana membangun identitas
diri, bagaimana membentuk ketangguhan diri, dan bagaimana
mengupayakan relasi dan komunikasi pribadi yang efektif dengan sesama
dan lingkungannya. Dengan demikian, secara umum ada tiga tujuan
pembelajaran, yaitu:
1. Untuk mendapatkan pengetahuan;
2. Untuk menanamkan konsep dan pengetahuan; dan
3. Untuk membentuk sikap atau kepribadian.
Dalam pembentukan sikap mental, perilaku, dan pribadi peserta didik,
seorang tenaga pendidik perlu bijaksana dan berhati-hati dalam
pendekatannya. Sangat dibutuhkan kecakapan tenaga pendidik untuk
memberikan, mengarahkan, serta memelihara motivasi peserta didik.
Pembentukan sikap dan perilaku peserta didik tidak akan terlepas dari
persoalan penanaman nilai-nilai (transfer of values). Dengan dilandasi
nilai-nilai positif itu, diharapkan akan tumbuh kesadaran dan kemauan
dari peserta didik untuk mengoptimalkan segala sesuatu yang telah
dipelajarinya (Angkowo, 2007: 50). Secara lebih jelas dapat disimpulkan
bahwa tujuan belajar adalah untuk menemukan makna, pengetahuan,
keterampilan dan sikap melalui pesan yang diberikan pengajar, sumber
belajar dan pengalaman hidup. Dengan harapan terjadi perubahan positif
pada diri anak sebagai hasil belajar tersebut.
1. Modalitas Belajar
Modalitas belajar merupakan potensi dasar atau kecenderungan yang
dimiliki anak. Modalitas ini akan mempengaruhi penentuan pendekatan
belajar, strategi, metode dan teknik belajar anak. Sehingga modalitas
belajar ini perlu dipertimbangkan dalam proses pembelajaran, termasuk
pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang akan diterapkan.
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2000: 113) membagi modalitas
belajar menjadi 3 (tiga), yaitu :
Selain itu, alat skipping ini sangat sederhana, yaitu menggunakan tali
khusus dan banyak dijual di toko peralatan olahraga dengan harga
terjangkau.
1. Memperkuat tulang
Skipping sangat bermanfaat dalam melatih kekuatan sekaligus kepadatan
pada tulang kaki. Sebab, tulang yang kuat merupakan faktor terbesar
dalam menentukan kesehatan dan kekuatan fisik.
Menurut hasil studi, rutin skipping 3 kali seminggu selama 6 bulan dapat
membentuk kepadatan mineral tulang kaki dan tulang belakang secara
signifikan.
6. Melatih keseimbangan
Salah satu manfaat kesehatan lain dari latihan lompat tali adalah
meningkatkan kemampuan koordinasi tubuh, terutama dalam
mempertahankan kecepatan yang teratur dan stabil, mengutip Healthline.
Antara mata, tangan, dan kaki sangat perlu seimbang. Apabila koordinasi
tersebut tidak berjalan optimal, Anda bisa berisiko mengalami cedera.
Sebab, gerakan lompat tali akan bergantung pada otot tubuh bagian bawah
seperti betis, paha, dan bokong, sedangkan tubuh bagian atas yaitu bahu,
bisep, serta otot perut.
8. Melatih konsentrasi
Skipping adalah latihan ritmis, yang berarti gerakan ini harus diselesaikan
dalam urutan tertentu dan ritme yang tepat supaya kaki-kaki Anda bisa
melewati setiap tali.