Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah Penjas Dan
Olahraga Adaptif
Dosen Pengampu: Septi Cipta Permana M.Pd
Disusun oleh kelompok 2
Munjidi
Muktaf sulaeman
Nunih nurhayati
Ruhiyat pratama

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


MUTIARA BANTEN PANDEGLANG
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt, yang senantiasa memberikan kepada kita taufik, hidayah
daninayah-Nya, sehingga kita berada di atas jalan-Nya. Shalawat beserta salam selalu
kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad saw, keluarganya, para sahabatnya dan
seluruh umatnya yang istiqamah menjalankan dan mendakwahkan sunah-sunahnya.
Dalam paper ini saya mencoba menyajikan materi yang berjudul Strategi
Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Saya menyadari dalam menyusun paper ini masih banyak kekurangan. Untuk itu saya
mengharapkan kepada dosen pembimbing agar memberikan masukan demi perbaikan
dan kesempurnaan paper ini.
Kemudian kepada pihak yang telah membantu, saya tak lupa menghaturkan banyak
terima kasih.Semoga Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas kebaikan
kepada kita semua.

Pandeglang. Oktober 2023

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................


DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................
B. Rumusan masalah.................................................................................
C. Tujuan pembahasan..............................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus...................................................
B. Tujuan belajar Dan hakikat mengajar…………………..........................
C. Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus........................
BAB III PENUTUP........................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................... …..

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar, hanya saja
problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus dari orang
lain karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang
problem belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan
dari orang lain. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus
(children with special needs), memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar.
Namun, ketika mereka diinteraksikan bersama-sama dengan anak- anak sebaya
lainnya dalam system pendidikan regular, ada hal-hal tertentu yang harus
mendapatkan perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar
yang optimal.
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs)
membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing – masing .
Dalam penyusunan progam pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru
kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni
berkaitan dengan karateristik spesifik, kemampuan dan kelemahanya, kompetensi
yang dimiliki, dan tingkat perkembanganya. Karakteristik spesifik student with
special needs pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional .
Karaktristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan sensori motor, kognitif,
kemampuan berbahasa, ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social
serta kreativitasnya.
Untuk mengetahui secara jelas tentang karakteristik dari setiap siswa seorang guru
terlebih dahulu melakukan skrining atau asesmen agar mengetahui secara jelas
mengenai kompetensi diri peserta didik bersangkutan. Tujuannya agar saat
memprogamkan pembelajaran sudah dipikirkan mengenbai bentuk strategi
pembelajaran yanag di anggap cocok. Asesmen di sini adalah proses kegiatan untuk
mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap peserta didik dalam segi
perkembangan kognitif dan perkembangan social, melalui pengamatan yang sensitive.
Kegiatan ini biasanya memerlukan penggunaan instrument khusus secara baku atau di
buat sendiri oleh guru kelas.
Model pembelajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus yang di persiapkan
oleh guru di sekolah, di tujukan agar peserta didik mampu berinteraksi terhadap
lingkungan social. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui penggalian
kemampuan diri peserta didik yang didasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi.
Kompetensi ini terdiri atas empat ranah yang perlu diukur meliputi kompetensi fisik,
kompetensi afektif, kompetensi sehari- hari dan kompetensi akademik. Dalam paper
ini akan dibahas mengenai ”Strategi Pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus”

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari anak berkebutuhan khusus?
2. Apa dari tujuan belajar dan hakikat mengajar
3. Bagaimana strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus?

C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan definisi dari anak berkebutuhan khusus.
2. Menjelaskan tujuan belajar dan hakikat mengajar
3. Menjelaskan strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Strategi Pembelajaran untuk Anak Berkebutuhan Khusus


1. Pengertian Strategi
Strategi adalah kerangka yang membimbing dan mengendalikan pilihan - pilihan yang
menetapkan sifat dan arah suatu organisasi perusahaan. Menurut Drucker “strategi
adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right things)”. Sejalan dengan
pendapat Clausewitz bahwa “strategi merupakan suatu seni menggunakan
pertempuran untuk memenangkan perang”. Skinner “strategi merupakan filosofi yang
berkaitan dengan alat untuk mencapai tujuan”. dikutip dari Wina Sanjaya
menjelaskan strategi adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan pengertian strategi
pembelajaran adalah rangkaian kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait
dengan pengelolaan siswa, pengelolaan guru, pengelolaan kegiatan pembelajaran,
pengelolaan lingkungan belajar, pengelolaan sumber belajar dan penilaian
(assesemen) agar pembelajaran lebih efektif dan efisien sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ditetapkan. Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas
bahwa strategi pembelajaran adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam
mengajar peserta didik, yang didalamya terdapat metode, teknik, dan penilaian.
Perbedaan strategi, metode dan teknik pembelajaran. Strategi di sini berbeda dengan
metode maupun teknik. Oleh karena itu perbedaan dilihat berdasarkan definisi -
definisinya.
a. Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke
dalam berbagai metode. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan yang
ditempuh yang sesuai dan serasi untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai
suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efesien sesuai yang diharapakan. Metode
terkait langsung dengan pembelajaran, maksudnya berkaitan langsung antara guru dan
siswa dalam suatu pembelajaran.
b. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan
suatu metode. Misalnya, cara yang bagaimana yang harus dilakukan agar metode
ceramah yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Dengan demikian sebelum
seorang melakukan proses ceramah sebaiknya memperhatikan kondisi dan situasi.
c. Apabila dikaji kembali, definisi strategi pembelajaran yang dikemukakan oleh
berbagai ahli. Maka jelas disebutkan bahwa strategi pembelajaran harus mengandung
penjelasan tentang metode dan teknik yang akan digunakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Atau dengan kata lain strategi pembelajaran bukan hanya
terpaku pada metode dan teknik saat proses pembelajaran berlangsung saja tetapi
mengandung arti yang lebih luas. Artinya metode dan teknik pembelajaran merupakan
bagian dari strategi pembelajaran.
d. Implementasi konsep strategi dalam proses belajar mengajar melahirkan
pengertian, strategi merupakan suatu keputusan bertindak dari guru dengan
menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai
tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling
menguntungkan.
2. Konsep Dasar Strategi
Dalam menyusun strategi, perlu adanya konsep dasar sebagai haluan untuk
menciptakan strategi yang tepat. Newman and Logan sebagaimana dikutip Annisatul
Mufarrokah menyebutkan konsep strategi dasar meliputi 4 hal sebagai berikut:
a. Pengidentifikasian dan penetapan spesifikasi dan kualifikasi tujuan yang harus
dicapai dengan memperhatikan dan mempertimbangkan aspirasi rakyat yang
memerlukannya.
b. Pertimbangan dan pemilihan cara pendekatan utama yang dianggap ampuh untuk
mencapai sasaran.
c. Pertimbangan dan penetapan langkah-langkah yang ditempuh sejak titik awal
pelaksanaan sampai titik akhir dimana sasaran tercapai.
d. Pertimbangan dan penetapan tolak ukur dan ukuran baku yang digunakan dalam
mengukur taraf keberhasilan usaha.22 Tentunya dengan konsep dasar strategi di atas
bisa diterapkan dalam strategi untuk mengajarkan Pendidikan Agama Islam di dalam
kelas. Dengan memakai konsep dasar tadi diharapkan seorang guru dapat menyusun
strategi yang tepat.
3. Implementasi Konsep Dasar Strategi
Konsep dasar strategi jika diterapkan dalam konteks pendidikan menjadi:
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tingkah laku dan
kepribadian peserta didik yang harus dicapai dan menjadi sasaran dari kegiatan
belajar mengajar itu berdasarkan aspirasi atau pandangan hidup masyarakat.
b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar yang dipandang efektif guna
mencapai sasaran atau tujuan yang telah digariskan.
c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, teknik belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan bagi guru dalam
melaksanakan tugas mengajarnya.
d. Menetapkan norma-norma dan batas-batas minimal keberhasilan atau kriteria
standar keberhasilan, sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan
evaluasi hasil belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik bagi
penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
4. Macam-macam Strategi Pembelajaran
a. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
CTL atau Contextual Teaching and Learning adalah suatu strategi yang menekankan
pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga
peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar
dalam kehidupan sehari-hari..
b. Strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran
tidak diberikan secara langsung. Peran peserta didik dalam strategi ini adalah mencari
dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dan pembimbing peserta didik untuk belajar. Proses ini biasanya dilakukan melalui
tanya jawab antara guru dan peserta didik.
c. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran
secara optimal.
5. Kriteria dalam Memilih Strategi
Pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran
harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, harus
disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik dan kondisi dimana proses
pembelajaran tersebut akan berlangsung. dikutip dari Hamzah B. Uno dan Nurdin
Mohamad menyampaikan beberapa kriteria yang digunakan dalam memilih strategi
pembelajaran yaitu:
a. Berorientasi pada tujuan pembelajaran.
b. Pilih teknik pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat
dimiliki saat bekerja nanti.
c. Gunakan media pembelajaran sebanyak mungkin yang memberikan rangsangan
pada indera peserta didik. Artinya dalam satuan-satuan waktu yang bersamaan peserta
didik dapat melakukan aktifitas fisik dan psikis.
Dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yaitu interaksi, inspiratif,
dan menyenangkan. Oleh karena itu dalam menentukan strategi yang tepat guru juga
harus menimbang strategi mana yang tepat dengan melihat prinsip-prinsip di atas.
6. Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental,
emosi, atau fisik.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki kelainan atau penyimpangan
dari rata-rata anak normal dalam aspek fisik, mental dan sosial, sehingga untuk
pengembangan potensinya perlu layanan pendidikan khusus sesuai dengan
karakteristiknya.
Anak berkebutuhan khusus bukan aib atau bencana buat manusia terutama orang
tuanya, anak berkebutuhan khusus adalah mutiara yang terpendam yang keberadaanya
harus dihargai serta mendapat perlakuan dan bimbingan yang baik. Kadang ada orang
tua yang menafikan kehadiran anak berkebutuhan khusus bahkan mereka ingin
membuang atau menutupinya. Anak berkebutuhan khusus akan seperti mutiara jika
dirawat dengan penuh kasih sayang, dibimbing dan mendapat pendidikan dengan
baik, maka anak berkebutuhan khusus akan menjadi pribadi yang mandiri dan
berharga seperti mutiara, tidak terkungkung dalam dunia kekurangan fisik ataupun
mental semata. Karena pada dasarnya anak yang dilahirkan ke muka Bumi ini dalam
keadaan suci.
7. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus mempunyai jenis-jenis yang berbeda berdasarkan
karakteristik dan hambatan yang dimiliki ABK. Anak berkebutuhan khusus biasanya
bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) berdasarkan karakter dan kekhususannya.
Untuk ABK dengan kekhususan tertentu seperti ABK dengan masalah berkesulitan
belajar dapat ditempatkan dalam kelas inklusif. Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus
yaitu:
Tunanetra

Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra


dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu buta total (Blind) dan low vision. Ciri-
ciri anak tunanetra yakni:

1) Ketajaman penglihatan kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas.


2) Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
3) Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
4) Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.
Proses pembelajaran bagi individu tunanetra menekankan pada alat indra yang lain,
yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu strategi yang digunakan
dengan menggunakan media yang bersifat faktual dan bersuara seperti tulisan braille
dan tape recorder.
Tunarungu

Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran, baik


permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran,
individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka sering
disebut tunawicara.

Cara berkomunikasi dengan isyarat menggunakan abjad jari yang telah dipatenkan
secara internasional. Ciri-ciri penderita tunarungu yakni:
1)Tidak mampu mendengar
2) Terlambat perkembangan bahasa.
3) Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi.
4) Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara.
5) Ucapan kata tidak jelas.
6) Kualitas suara aneh/monoton.
7) Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.
8) Banyak perhatian terhadap getaran.
9) Keluar nanah dari dalam telinga.
10) Terdapat kelainan organis telinga.

Cara pembelajaran menggunakan isyarat dan media yang bersifat nyata


dapat dilihat. Media komunikasi yang dapat digunakan yaitu:
1) Bagi tunarungu yang mampu bicara, tetap menggunakan bicara sebagai
media belajar dan membaca ujaran sebagai sarana penerimaan dari pihak
anak tunarungu.
2) Menggunakan media tulisan dan membaca sebagai sarana
penerimaannya.
3) Menggunakan isyarat sebagai media.

c. Tunagritha
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan
berada di bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental
dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang
muncul dalam masa perkembangan. Pembelajaran bagi individu
tunagrahita lebih ditekankan pada kemampuan bina diri dan sosial. Anak
yang menderita tunagrahita bisa diketahui dengan jelas secara fisik, antara
lain:
1) Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar.
2) Tidak mampu mengurus diri sendiri sesuai usia.
3) Perkembangan bicara/bahasa terlambat .
4) Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan
kosong)
5) Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tak terkendali). Sering
keluar ludah (cairan) dari mulut.

d. Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerakan yang
disebabkan oleh kelainan neuro-muskular atau struktur tulang yang
bersifat bawaan, sakit, atau akibat kecelakaan. Individu tunadaksa
diantaranya adalah celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
Ciri-ciri anak tunadaksa:
1) Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh.
2) Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, tidak
terkendali).
3) Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap.
4) Terdapat cacat pada alat gerak.
5) Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.
6) Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukan sikap
tubuh yang tidak normal.
7) Hiperaktif/tidak dapat tenang.
Proses pembelajaran menggunakan proses belajar seperti pada anak
normal biasa, karena pada dasarnya yang mengalami kelainan adalah
fisiknya.

e. Tunalaras

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam


mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu tunalaras biasanya
menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku di sekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena
faktor internal dan eksternal, yaitu pengaruh lingkungan sekitar. Ciri-ciri
anak penderita tunalaras yakni:
a) Bersikap membangkang.
b) Mudah terangsang emosi.
c) Sering melakukan tindakan agresif.
d) Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran anak
tunalaras.
a) Pengaturan lingkungan belajar, lingkungan belajar harus ditata dengan
baik agar anak tidak merasa tertekan.
b) Mengadakan kerjasama dengan lembaga lain/pendidikan pada
umumnya. Berhubung anak tunalaras sifatnya temporer, maka guru harus
memahami bahwa anak ini belajar di sekolah khusus hanyalah sementara.
Jadi perlu adanya kerjasama dengan sekolah umum.
c) Tempat layanan pendidikan. Anak tunalaras tidak harus bersekolah di
sekolah khusus, akan lebih baik jika mereka bersekolah dengan anak
biasa.

f. Berkebutuhan Khusus

Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang memiliki


gangguan pada satu lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara, dan menulis yang dapat
mempengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, dan berbicara
yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi
minimal otak, dan disleksia. Individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-
rata atau di atas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsimotorik,
gangguan kordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang, dan
keterlambatan perkembangan konsep.

B. Strategi Pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus

Strategi pengajaran anak berkebutuhan khusus di kelas inklusif bertujuan


untuk membantu peserta didik agar bisa belajar dengan baik di kelas
umum. Dalam mengajar anak berkebutuhan khusus perlu adanya
pemahaman, memahami peserta didik dengan kebutuhan-kebutuhan
khusus memerlukan suatu analisis. Peserta didik berbeda dalam sifat dan
kebutuhannya. Sehingga memberi pengajaran peserta didik seperti ini,
merupakan suatu proses pengkategorian silang. Strategi pengajaran yang
terbukti efektif pada satu jenis tantangan pembelajaran akan potensial
dalam memberikan pengajaran pada peserta didik dengan kebutuhan atau
hambatan khusus lainnya.

Strategi pengajaran untuk anak dengan masalah perhatian (konsentrasi)


1) Mengubah cara mengajar dan jumlah materi baru yang akan diajarkan.
Siswa yang mengalami masalah perhatian dapat ketinggalan jika materi
yang diberikan terlalu cepat atau jika beban menumpuk dengan materi
yang kompleks. Hal ini berguna untuk memperlambat laju presentasi
materi, menjaga agar peserta didik tetap terlibat dengan memberi
pertanyaan pada saat materi diberikan, untuk menjamin agar tiap langkah
atau bagian dapat dipahami.
2) Mengadakan pertemuan dengan peserta didik. Hal ini dilakukan untuk
memberikan perhatian yang lebih kepada peserta didik. Perhatian yang
diberikan dilakukan dengan tanpa hukuman (nonpunitive) dan tanpa
ancaman (nonthreatening).
3) Membimbing siswa lebih dekat ke proses pengajaran dengan sikap dan
tindakan yang lembut.
4) Memberikan dorongan secara langsung dan berulang-ulang.
5) Utamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan menyelesaikan
tugas.
6) Ajarkan self-monitoring of attention. Peserta didik dapat dilatih untuk
memonitor perhatian mereka sendiri dengan timer atau alarm jam.
b.Strategi pengajaran untuk anak dengan masalah daya ingat (memori)

1) Mengajar dengan menggunakan penanda berupa garis bawah atau


highlighting untuk memancing ingatan siswa.
2) Perbolehkan menggunakan alat bantu memori, bisa berupa kalkulator
untuk mengingat perkalian atau daftar ejaan untuk membantu mengingat.
3) Biarkan peserta didik yang mengalami masalah sulit mengingat untuk
mengambil tahapan yang lebih kecil dalam pengajaran.
4) Ajarkan peserta didik yang bermasalah dengan daya ingat untuk
berlatih mengulang dan mengingat.

b. Strategi pengajaran untuk anak dengan masalah kognisi


1) Berikan materi yang dipelajari dalam konteks “high meaning”
penegasan pengertian, hal ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh,
analogi atau kontras. Siswa berkesulitan belajar mungkin tidak memiliki
dasar pengetahuan seluas teman lainnya. Informasi baru yang bisa
dimengerti oleh kebanyakan siswa mungkin tidak dapat diserap bagi siswa
berkesulitan belajar. Oleh karena itu, penting untuk menentukan apakah
siswa memahami arti bacaan mereka, atau arti suatu pertanyaan mengenai
materi baru.
2) Menunda ujian akhir dan penilaian sampai peserta didik mampu
mengusai sepenuhnya materi yang dipelajari.
3) Tempatkan peserta didik dalam konteks dalam pembelajaran yang tidak
pernah gagal.

d. Strategi pengajaran untuk anak dengan masalah sosial dan emosional

Buatlah sistem penghargaan kelas yang dapat diterima dan dapat diakses, agar peserta
didik merasa ikut serta dalam kegiatan pembelajaran dan dapat berprestasi.
2) Membentuk kesadaran tentang diri dan orang lain. Cara ini untuk
membantu peserta didik menjadi lebih mengenal sikap mereka sendiri dan
dampaknya bagi orang lain.
3) Mengajarkan sikap positif
C. Tujuan Belajar
Belajar dilakukan secara terencana, sehingga belajar pasti memiliki
tujuan-tujuan yang ingin dicapai setelah proses belajar terjadi. Tujuan
belajar ini juga menjadi bahasan tersendiri bagi para pakar pendidikan
sehingga menghasilkan beragam pandangan. Berikut ini disajikan
beberapa pandangan tentang tujuan belajar. Menurut Peter Kline dalam
Angkowo dan Kosasih (2007: 49), belajar akan efektif jika dilakukan
dalam suasana menyenangkan (fun and enjoy). Maka, perlu diciptakan
suasana dan system (kondisi) belajar yang kondusif, di samping faktor lain
yang akan menentukan hasil belajar peserta didik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah faktor pengajar. Oleh sebab itu, mengajar yang
diartikan sebagai suatu usaha menciptakan system lingkungan, harus
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang fun and enjoy. Tetapi
perlu diketahui pula bahwa system lingkungan ini pun dipengaruhi oleh
berbagai komponen yang saling berinteraksi, antara lain: tujuan
pembelajaran, bahan kajian yang disampaikan, tenaga pendidik, peserta
didik, jenis kegiatan yang dikembangkan, metode serta media
pembelajaran yang dipilih. Rogers (dalam Angkowo, 2007: 49) sangat
menekankan pentingnya relasi dan komunikasi dalam proses
pembelajaran. Sebab menurut mereka, pendidikan akan berfaedah besar,
apabila dapat menumbuhkembangkan kepribadian manusia. Berkaitan
dengan hal-hal di atas, serta mencermati perkembangan dunia sekarang.
Tujuan pembelajaran adalah mengembangkan strategi dan teknologi yang
lebih manusiawi dalam rangka menciptakan ketahanan dan keterampilan
manusia guna menghadapi kehidupan yang secara terus menerus berubah.
Oleh sebab itu, pembelajaran harus mampu menjawab kebutuhan peserta
didik, untuk merencanakan tujuan hidup, bagaimana membangun identitas
diri, bagaimana membentuk ketangguhan diri, dan bagaimana
mengupayakan relasi dan komunikasi pribadi yang efektif dengan sesama
dan lingkungannya. Dengan demikian, secara umum ada tiga tujuan
pembelajaran, yaitu:
1. Untuk mendapatkan pengetahuan;
2. Untuk menanamkan konsep dan pengetahuan; dan
3. Untuk membentuk sikap atau kepribadian.
Dalam pembentukan sikap mental, perilaku, dan pribadi peserta didik,
seorang tenaga pendidik perlu bijaksana dan berhati-hati dalam
pendekatannya. Sangat dibutuhkan kecakapan tenaga pendidik untuk
memberikan, mengarahkan, serta memelihara motivasi peserta didik.
Pembentukan sikap dan perilaku peserta didik tidak akan terlepas dari
persoalan penanaman nilai-nilai (transfer of values). Dengan dilandasi
nilai-nilai positif itu, diharapkan akan tumbuh kesadaran dan kemauan
dari peserta didik untuk mengoptimalkan segala sesuatu yang telah
dipelajarinya (Angkowo, 2007: 50). Secara lebih jelas dapat disimpulkan
bahwa tujuan belajar adalah untuk menemukan makna, pengetahuan,
keterampilan dan sikap melalui pesan yang diberikan pengajar, sumber
belajar dan pengalaman hidup. Dengan harapan terjadi perubahan positif
pada diri anak sebagai hasil belajar tersebut.
1. Modalitas Belajar
Modalitas belajar merupakan potensi dasar atau kecenderungan yang
dimiliki anak. Modalitas ini akan mempengaruhi penentuan pendekatan
belajar, strategi, metode dan teknik belajar anak. Sehingga modalitas
belajar ini perlu dipertimbangkan dalam proses pembelajaran, termasuk
pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang akan diterapkan.
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2000: 113) membagi modalitas
belajar menjadi 3 (tiga), yaitu :

Skipping atau lompat tali merupakan jenis olahraga yang menyenangkan.


Olahraga ini bahkan bisa dilakukan banyak kalangan, mulai dari anak-
anak, remaja, hingga dewasa.
Manfaat skipping seringkali dikaitkan sebagai cara untuk menambah
tinggi badan dan mengoptimalkan pembakaran kalori.dikarenakan
skipping termasuk ke dalam jenis latihan pliometrik yang mengharuskan
tubuh untuk melompat dan bergerak aktif.

Selain itu, alat skipping ini sangat sederhana, yaitu menggunakan tali
khusus dan banyak dijual di toko peralatan olahraga dengan harga
terjangkau.

Lantas adakah manfaat olahraga skipping lainnya bagi kesehatan tubuh?

Dirangkum dari berbagai sumber, di bawah ini terdapat manfaat dari


lompat tali yang dilakukan secara rutin.

1. Memperkuat tulang
Skipping sangat bermanfaat dalam melatih kekuatan sekaligus kepadatan
pada tulang kaki. Sebab, tulang yang kuat merupakan faktor terbesar
dalam menentukan kesehatan dan kekuatan fisik.

Menurut hasil studi, rutin skipping 3 kali seminggu selama 6 bulan dapat
membentuk kepadatan mineral tulang kaki dan tulang belakang secara
signifikan.

2. Cocok untuk pemanasan


Selain memperkuat kepadatan tulang, skipping cocok untuk gerakan
pemanasan atau warming up sebelum melakukan olahraga berat.

Meski gerakan skipping tampak sederhana karena hanya melompat di


tempat, latihan ini justru efektif mengaktifkan otot dengan cepat sehingga
Anda bisa terhindar dari risiko cedera.

3. Membakar lemak perut


Skipping dapat membantu membakar kelebihan lemak di dalam perut,
terutama jika Anda rutin melakukan skipping selama periode diet.
Ini dikarenakan lompat tali termasuk ke dalam latihan HIIT atau intensitas
tinggi. Skipping juga cocok dijadikan olahraga selingan untuk membantu
mempertahankan berat badan.

4. Membakar kalori tubuh


Manfaat skipping berikutnya yaitu bisa membakar kalori tubuh secara
menyeluruh dengan cepat. Skipping selama 15-20 menit per sesi, rata-rata
bisa membakar 200-300 kalori.

Berdasarkan hasil penelitian, orang dengan berat badan 56 kg yang


melakukan skipping selama 30 menit, bisa membakar kalori tubuhnya
hingga 340 kalori.

5. Skipping setara kardio


Rutin melakukan lompat tali dinilai sangat baik untuk meningkatkan
kebugaran kardiorespirasi Anda.

Melompat secara terstruktur dan terus-menerus dalam hal ini melakukan


skipping, membutuhkan lebih banyak darah dan oksigen untuk dipompa
ke otot-otot yang bekerja.

6. Melatih keseimbangan
Salah satu manfaat kesehatan lain dari latihan lompat tali adalah
meningkatkan kemampuan koordinasi tubuh, terutama dalam
mempertahankan kecepatan yang teratur dan stabil, mengutip Healthline.

Antara mata, tangan, dan kaki sangat perlu seimbang. Apabila koordinasi
tersebut tidak berjalan optimal, Anda bisa berisiko mengalami cedera.

7. Meningkatkan massa otot


Selain bermanfaat memangkas kelebihan lemak, skipping termasuk
latihan terbaik untuk meningkatkan fungsi tubuh secara menyeluruh dan
meningkatkan kekuatan massa otot.

Sebab, gerakan lompat tali akan bergantung pada otot tubuh bagian bawah
seperti betis, paha, dan bokong, sedangkan tubuh bagian atas yaitu bahu,
bisep, serta otot perut.

8. Melatih konsentrasi
Skipping adalah latihan ritmis, yang berarti gerakan ini harus diselesaikan
dalam urutan tertentu dan ritme yang tepat supaya kaki-kaki Anda bisa
melewati setiap tali.

Skipping bisa menjadi olahraga sederhana dalam melatih konsentrasi otak.


Tak hanya itu, Anda pun dapat sekaligus berlatih untuk mengendalikan
alur pernapasan tubuh.

9. Bantu jaga kesehatan jantung


Manfaat skipping diklaim efektif untuk menjaga kesehatan jantung karena
latihan ini setara dengan kardio.

Latihan berbasis kardio bisa menguji kemampuan paru-paru untuk


menyerap oksigen dan mengetahui efisiensi jantung saat memasok darah
ke semua otot yang sedang bekerja.

Anda mungkin juga menyukai