Anda di halaman 1dari 3

PRESENTASI RIVIEW JURNAL KLINIS

IDENTITAS JURNAL
a. Judul : Language intervention in bilingual children with developmental language
disorder: A systematic review
b. Penulis : KK Nair, Vishnu Clark, Grace T. Siyambalapitiya, Samantha Reuterskiöld,
Christina
c. Nama jurnal : International Journal of Language and Communication Disorders
d. Volume : 58
e. Nomor : 2
f. Tahun terbit : 2023

PARTISIPAN
Anak-anak bilingual dengan Gangguan perkembangan bahasa (Developmental Language
Disorder/DLD) pada kosakata, morfosintaksis (morfologi=bentuk kata; sintaksis=bentuk
kalimat), fonologi (bunyi bahasa), keterampilan naratif dan literasi yang digunakan. Studi-
studi yang termasuk dalam tinjauan penelitian ini melibatkan peserta berusia antara 3,5 dan
12,5 tahun.

HASIL PENELITIAN

Secara keseluruhan, pola generalisasi lintas bahasa efeknya beragam untuk anak-anak
bilingual dengan DLD.
 Penelitian oleh Ijalba (2015) melaporkan adanya transfer kosakata ekspresif dari L1
(Spanyol) ke L2 (Inggris) setelah intervensi literasi L1 (bahasa 1) dilakukan.
Misalnya: anak diberi intervensi (perlakuan) berupa membaca buku 2 bahasa spanyol
(bahasa ibu mereka) dan bahasa inggris, hasilnya yg tadinya bilang kucing pake
bahasa Spanyol jadi bilangnya “cat-cat”.
 Penelitian oleh Ebert dkk. (2014) melaporkan efek transfer yang lebih jelas pada
kosakata dan morfosintaksis (tata bahasa) dibandingkan bidang bahasa lainnya ketika
intervensi bahasa diberikan, terutama di L1.
 Intervensi pada L2 tidak mengakibatkan adanya perpindahan atau transfer dari L2 ke
L1.

KESIMPULAN

Hasil dari 14 makalah menunjukkan adanya sedikit intervensi bahasa yang dilakukan pada
anak-anak bilingual dengan DLD. Sebagian besar penelitian menargetkan keterampilan kosa
kata dan hanya ada sedikit bukti intervensi di bidang atau keterampilan lain seperti fonologi,
morfosintaks, literasi, dan keterampilan naratif. Terdapat bukti generalisasi (pengambilan
informasi) lintas bahasa yang sebagian besar terjadi dari L1 ke L2.
SARAN
- Meskipun penelitian ini mengamati kelompok usia yang beragam, jika dilihat lebih teliti,
datanya menunjukkan bahwa anak-anak usia 3 hingga 4 tahun kurang terwakili dalam
penelitian ini. Tidak jelas mengapa kelompok usia ini kurang terwakili dalam penelitian
ini. Salah satu alasannya mungkin karena anak-anak dengan DLD pada awalnya
mungkin dikategorikan sebagai anak yang terlambat bicara biasa (Sansavini dkk., 2021).
Mengingat tingginya partisipasi anak usia 3 hingga 4 tahun dalam penelitian, diperlukan
lebih banyak penelitian untuk memahami isu-isu terkait intervensi dini pada anak usia 3
hingga 4 tahun dalam penelitian.
- Diperlukan lebih banyak studi intervensi bahasa yang menguji atau meneliti dengan
bidang-bidang selain kosakata (misalnya morfosintaksis, literasi, atau keterampilan
naratif) untuk meningkatkan pemberian layanan berbasis bukti pada anak-anak bilingual
dengan DLD.
Penelitian oleh Ijalba (2015) melakukan intervensi pada anak-anak yang menggunakan
bahasa ibu (Language 1) yaitu Spanyol dan bahasa keduanya (L2) yaitu bahasa Inggris. Ijalba
melaporkan adanya transfer kalimat (kosakata) ekspresif dari bahasa 1 (Spanyol) ke bahasa 2
(Inggris) setelah intervensi literasi bahasa 1 dilakukan.

Kosakata ekspresif dalam bahasa Inggris misalnya yeahh, wow, OMG, dan lain-lain. Kalo di
Indonesia itu contohnya ya ampun, aduh, lho dan lain-lain (kalo kosakata bahasa Spanyol ga
tau saya yaa).

Contoh:
- Indonesia = L1
- Inggris = L2
- Kita mau ngomong bahasa inggris tapi di depannya ditambah kata “Aduh”,
(“Aduh, I have to hurry), hal ini disebabkan karena kebiasaan bilang aduh saat
berbahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai