Anda di halaman 1dari 11

Judul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

ALIRAN REMITAN: STUDI KASUS PEKERJA MIGRAN


ASAL BALI DI KOTA SURABAYA

Jurnal E-Jurnal EP Unud


Volume dan Volume 9 (5) Hal. 1082-1113
Halaman
Penulis 1. Ni Komang Argia Gemah Utari Prabawati
2. I Ketut Sudibia
3. I Gusti Wayan Murjana Yasa
4. Martini Dewi
Reviewer Ni Gusti Ayu Komang Nadia Pratiwi
Tanggal 2 Mei 2023

Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis: (1) pengaruh pendapatan,
Penelitian jumlah tanggungan, frekuensi pengiriman remitan, dan keberadaan orang
tua di daerah asal terhadap pengeluaran konsumsi; (2) pengaruh langsung
pendapatan, jumlah tanggungan, frekuensi pengiriman remitan, keberadaan
orang tua di daerah asal, dan pengeluaran konsumsi terhadap pengiriman
remitan; dan (3) pengaruh tidak langsung pendapatan, jumlah tanggungan,
frekuensi pengiriman remitan, keberadaan orang tua di daerah asal, terhadap
pengiriman remitan melalui pengeluaran konsumsi..
Subjek Penduduk yang berasal dari Provinsi Bali yang melakukan migrasi ke kota
Penelitian Surabaya dan menjadi anggota Banjar Surabaya, dimana jumlah populasi
anggota Banjar Surabaya sebanyak 1134 KK
Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
Penelitian wawancara terstruktur dan wawancara mendalam. Untuk menganalisis hasil
kuisioner, digunakan analisis jalur (path analisys) dengan menggunakan
program SPSS.
Hasil Penelitian Hasil penelitian ini adalah pendapatan, jumlah tanggungan, dan frekuensi
pengiriman remitan berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi
migran, sedangkan keberadaan orang tua di daerah asal tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengeluaran konsumsi migran....

...Pendapatan, jumlah tanggungan, frekuensi pengiriman remitan, dan


pengeluaran konsumsi terdapat pengaruh langsung secara signifikan
terhadap remitan....

...Pengeluaran konsumsi merupakan variabel mediasi dalam pengaruh


frekuensi pengiriman remitan terhadap remitan pekerja migran yang berasal
dari Provinsi Bali ke daerah asalnya....

...Kata kunci: Pekerja migran, remitan, pendapatan migran, keberadaan


orang tua di daerah asal....

...Migrasi adalah salah satu komponen yang berpengaruh terhadap


perubahan jumlah penduduk selain kelahiran dan kematian....

...Migrasi masuk yang lebih tinggi daripada migrasi keluar akan


menyebabkan jumlah penduduk meningkat....

...Daerah perkotaan sudah lama dipandang sebagai pusat kemajuan dan


pembangunan, pusat pemasaran berbagai barang dan jasa, tempat
berkembangnya suatu bentuk masyarakat yang didasarkan pada perjanjian
timbal balik, cermin untuk dijadikan teladan, tempat bertemunya aneka
ragam paham dan aliran serta pusat peradaban dan kebudayaan....

...Hal inilah yang menjadikan daya tarik daerah perkotaan sehingga


membuat penduduk daerah pedesaan berduyun-duyun datang ke kota yang
menjanjikan kehidupan yang lebih baik....

...Pulau Jumlah Penduduk Persebaran Penduduk Tahun 2000 Tahun 2010


Tahun 2000 Tahun 2010 Sumatera 42.472.392 50.630.931 20,7 21,3 Jawa
121.293.745 136.610.590 59,1 57,5 Nusa Tenggara 10.981.812 13.074.796
5,4 5,5 Kalimantan 11.307.747 13.787.831 5,5 5,8 Sulawesi 14.881.528
17.371.782 7,3 7,3 Maluku 1.981.401 2.571.593 1,0 1,1 Papua 2.213.833
3.593.803 1,1 1,5 Total 205.132.458 237.641.326 100,1 100,0 Sumber:
Badan Pusat Statistik, 2011 Kebijakan pemerintah dalam upaya pemerataan
penduduk dari pulau yang padat penduduk menuju pulau yang berpenduduk
jarang berimplikasi pada komposisi penduduk yang menjadi lebih heterogen
di tempat tujuan....

...Pengiriman transmigran oleh pemerintah yang menyebabkan komposisi


penduduk daerah penerima menjadi lebih heterogen akan menciptakan
proses akulturasi budaya sehingga terjadi variasi suku dan struktur
masyarakat....

...Kedua, remitan memenuhi kewajiban kepada rumah tangga yang


didasarkan pada kasih sayang dan tanggung jawab terhadap keluarga....

...Di negara-negara sedang berkembang terdapat hubungan yang sangat erat


antara migran dengan daerah asalnya sehingga menimbulkan fenomena
khusus dari mobilitas penduduk yakni transfer pendapatan ke daerah asal
yang disebut remitan (Connell, 1980 dalam Ardana, 2011)

Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan uraian sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan, yaitu: (1) variabel pendapatan, jumlah tanggungan, dan
frekuensi pengiriman remitan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel pengeluaran konsumsi migran, sedangkan variabel keberadaan
orang tua di daerah asal tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
pengeluaran konsumsi migran; (2) variabel pendapatan, jumlah tanggungan,
frekuensi pengiriman remitan, dan pengeluaran konsumsi terdapat pengaruh
langsung secara signifikan terhadap variabel remitan; dan (3) variabel
frekuensi pengiriman remitan berpengaruh signifikan secara tidak langsung
melalui pengeluaran konsumsi terhadap remitan atau dapat dikatakan pula
bahwa pengeluaran konsumsi merupakan variabel mediasi dalam pengaruh
frekuensi pengiriman terhadap remitan pekerja migran Provinsi Bali di Kota
Surabaya
Saran (1) untuk menjaga keeratan jalinan kekerabatan dengan keluarga di daerah
asal, disarankan supaya pemberian remitan ke daerah asal dilakukan secara
rutin meskipun jumlahnya tidak banyak; (2) pekerja migran yang berasal
dari Provinsi Bali di Kota Surabaya disarankan untuk lebih sering
meluangkan waktu pulang ke daerah asal dan tidak hanya mengandalkan
keluarga di daerah asal dalam keperluan adat; dan (3) meskipun orang tua di
daerah asal sudah tidak ada lagi, pekerja migran diharapkan untuk tetap
menjaga keberlanjutan hubungan dengan keluarga luas (extended family)
yang ada di daerah asal.
Kelebihan
Kekurangan

Judul Bali in the Covid-19 Pandemic: Population and


Employment Dilemmas
Jurnal Jurnal Bali Membangun
Volume dan Volume 1 Nomor 3
Halaman
Penulis I Gusti Wayan Murjana Yasa
Reviewer Ni Gusti Ayu Komang Nadia Pratiwi
Tanggal 2 Mei 2023

Tujuan Penelitian Tujuan


Pandemi COVID-19 telah berdampak luas terhadap kehidupan
masyarakat Bali. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan langkah
dan framework yang tepat yang memungkinkan persebaran dan
fatalitas dari kasus persebaran COVID-19 dapat ditekan secepat dan
seminimal mungkin, sehingga dampak lanjutan terhadap ekonomi
sosial dapat ditekan.
Metode Penelitian Tulisan ini didasarkan pada studi deskriptif yang memberikan
gambaran tentang beberapa fenomena tunggal dan kemudian mencoba
menghubungkan fenomena tersebut satu sama lain, terutama terkait
dengan pandemi COVID-19 dan aspek kependudukan (mobilitas
pekerjaan dan ketenagakerjaan. Data yang digunakan bersumber dari
data yang dipublikasikan melalui sumber Resmi, seperti Badan Pusat
Statistik, Instansi Pemerintah (khususnya Pemerintah Provinsi Bali),
dan juga dari media Data dikumpulkan melalui observasi non-
partisipan, kemudian diolah secara deskriptif.
Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari struktur kependudukan dan
ketenagakerjaan Bali memiliki potensi tinggi untuk persebaran
pandemi COVID-19 disebabkan karena tingkat mobilitas penduduk
yang tinggi, baik antar wilayah di dalam negeri, maupun antar negara,
kedua struktur penduduk Bali yang sudah tergolong tua sangat
potensial mempercepat potensi tingginya case fatality rate dari
pandemi. Implikasi: Berdasarkan hasil studi tersebut direkomendasikan
untuk memperketat kemungkinan penyebaran melalui rapid test
pertama dan kedua menyangkut

sebanyak-banyaknya penduduk yang berpotensi sebagal carrier


penyebaran COVID- 19, baik melalui transmisi lokal maupun imported
case.
Pembahasan Pembahasan dalam tulisan ini:
pertama terkait perkembangan Pandemi COVID-19 khususnya di
Provinsi Bali, Kedua, mobilitas penduduk dikaitkan dengan potensi
penularan, ketiga struktur penduduk Bali yang menua sebagai potensi
penularan, kondisi ketenagakerjaan, keempat akibat penyebaran
COVID-19.

a. Perkembangan Pandemi COVID-19 khususnya di Provinsi Bali


Sejak kasus konfirmasi COVID-19 di Bali pada 10 Maret 2020,
perkembangannya terus meningkat. Per 22 April 2020,
terkonfirmasi jumlah kasus positif COVID-19 di Provinsi Bali
mencapai 152 kasus, dibandingkan Indonesia yang mencapai
7.135 kasus, kemudian pada 15 April 2020 jumlah kasus
bertambah menjadi 177 dibandingkan Indonesia. 8.211. Jumlah
yang meninggal pada periode yang sama masing- masing
sebanyak 4 kasus di Bali, sedangkan di Indonesia meningkat
dari 616 menjadi 689 kematian. Dengan demikian Case Fatality
Rate (CFR) di Bali turun dari 2,63 pada 22 April menjadi 2,26
pada 25 April 2020. Pada periode yang sama CFR Indonesia
juga turun dari 8,63 menjadi 8,39.

Yang mengkhawatirkan dengan adanya Pandemi COVID-19 di


Bali adalah jumlah kasus yang terkonfirmasi terus meningkat.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh transmisi lokal.
b. Mobilitas Penduduk dikaitkan dengan potensi penularan
Mobilitas penduduk antar wilayah mendominasi perpindahan
penduduk di Provinsi Bali. Mobilitas penduduk ini meliputi
perpindahan penduduk internal antar kabupaten/ kota di
Provinsi Bali, dan juga antar wilayah antar provinsi. Mobilitas
penduduk internal kabupaten/ kota cenderung ke daerah Bali
Selatan. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus Tahun 2015
(BPS, 2016) menunjukkan bahwa selama 5 tahun jumlah
pendatang yang bangkit di Provinsi Bali mencapai lebih dari
37.000 orang atau rata- rata sekitar 28.000 orang setiap
tahunnya. Mereka kebanyakan berasal dari beberapa provinsi
terdekat di Jawa dan Nusa Tenggara, seperti Jawa Timur, Jawa
Tengah, DKI Jakarta, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur.

Mobilitas penduduk tradisional berbasis budaya yang dilakukan


secara turun- temurun di Indonesia, yang umumnya dilakukan
pada H-14- H-7 Idul Fitri (atau H-14- H-7 Idul Fitri) dan arus
balik H = 7- H+ 14 Idul Fitri (atau arus balik H 7- H+14 Idul
Fitri), apalagi saat wabah COVID-19 telah merebak, juga
berpotensi memperluas dan memperpanjang penyebaran
pandemi melalui pergerakan manusia. Sarana transportasi yang
mereka gunakan, baik itu bus, kendaraan pribadi, sepeda motor,
juga berpotensi meningkatkan penularan. Di perjalanan,
berbagai fasilitas mereka gunakan seperti rest area,kamar mandi
umum, dan lain- lain juga berpotensi menjadi sumber
penularan, belum lagi bertemu kerabat yang belum diketahui
tertular atau tidak. Sehingga pelaku mobilitas maupun keluarga
dan orang dewasa di daerah asal dan tujuan memiliki potensi
yang sama sebagai sumber penularan.

Penularan internasional dapat disebabkan oleh wisatawan yang


berkunjung atau melalui mobilitas internasional Pekerja Migran
Indonesia (PMI). Per 16 April 2020, seperti dilansir Bali Post
(Bali Post, 22 April 2020), sekitar 22.000 PMI dari Bali telah
kembali. Mereka berasal dari berbagai kabupaten/ kota di
Provinsi Bali. Bagi yang sudah pulang, sudah dilakukan rapid
test terkait kemungkinan tertular COVID-19, dan sudah diambil
langkah lebih lanjut. Mereka yang negatif dipersilakan untuk
melakukan karantina mandiri. Masalah yang menjadi perhatian
di sini adalah mereka yang melakukan karantina mandiri, tetapi
kurang disiplin.
c. Struktur penduduk bali yang menua sebagai potensi penularan,
kondidi ketenagakerjaan
Pentingnya menjaga kewaspadaan terhadap pola penyebaran
Pandemi COVID-19 di Provinsi Bali juga karena struktur
penduduk Bali yang menua. Seperti diketahui, Bali merupakan
salah satu dari lima provinsi di Indonesia yang penduduknya
termasuk lansia. Suatu provinsi dikatakan memiliki struktur
umur penduduk tua, apabila 10 persen atau lebih penduduknya
berumur lebih dari 60 tahun. Lansia sangat rentan terhadap
berbagai penyakit degeneratif yang bisa berakibat fatal jika juga
tertular COVID-19.

d. COVID-19 dan Pemutusan Hubungan Kerja


Penduduk yang Aktif Secara Ekonomi adalah mereka yang
berumur 15 tahun ke atas dan mampu menghasilkan barang dan
atau jasa. Di Indonesia, mereka adalah penduduk berusia 15
tahun ke atas. Orang- orang yang aktif secara ekonomi ini
dibedakanantara yang sedang bekerja dan yang sedang mencari
pekerjaan. Untuk Provinsi Bali, berdasarkan hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional (SUSENAS) Agustus 2019, jumlah
penduduk yang aktif secara ekonomi (angkatan kerja) mencapai
2.466.230 orang, di antaranya 2.428.679 orang (98,48 persen)
bekerja, dan sisanya 37.551 orang (1,52 persen) sedang mencari
pekerjaan (BPS, 2020). Yang dikhawatirkan dari perkembangan
COVID-19 terkait ketenagakerjaan adalah besarnya potensi
munculnya pencari kerja baru akibat pemutusan hubungan kerja
(PHK) dan juga dari pekerja yang di- PHK sementara.

Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Tenaga Kerja Provinsi


Bali, (Bali Post, 22 April 2020: 1), dari 748 perusahaan yang
melapor per 16 April 2020, terdapat 52.387 pekerja yang
dipulangkan, 84 perusahaan melaporkan 1.204 pekerja yang
dipulangkan. diberhentikan (Tabel 2). Jumlah ini belum
termasuk karyawan yang di- PHK dan di- PHK karena krisis
ekonomi. Dari mereka yang dipulangkan, ada yang masih
menerima gaji antara 25 sampai 75 persen, dan banyak yang
dipulangkan tanpa gaji. Begitu pula bagi mereka yang di- PHK,
banyak yang tidak mendapat pesangon. Kondisi ini memiliki
konsekuensi logis, pertama mereka yang di- PHK dan terkena
PHK berdampak pada bertambahnya pengangguran, kedua
mereka yang sudah menganggur ditambah dengan
pengangguran baru akibat karyawan di- PHK dan di- PHK,
yang membawa konsekuensi logis. terhadap upaya penyediaan
jaringan pengaman sosial bagi mereka.
era pandemi COVID-19, peluang kerja kreatif baru juga
bermunculan. Peluang kerja tersebut, seperti pemenuhan
kebutuhan masker yang disiapkan oleh UMKM, munculnya
peluang industri rumahan. seperti kuliner, serta berbagai
peluang kerja yang terbuka di pedesaan.

e. Strategi Percepatan Penanganan COVID-19


Akar penyebab munculnya berbagai permasalahan sosial dan
ekonomi dari fenomena COVID-19 adalah Pandemi COVID-
19, oleh karena itu fokus penyelesaian masalah dampak
COVID-19 adalah segera menekan penyebarannya,
meningkatkan laju menyembuhkan, dan menekan kematian.
Rapid test 1 dan 2 bagi sebagian besar penduduk yang
berpotensi tertular sangat penting sebagai upaya pencegahan
awal.
Mempertimbangkan kondisi penduduk Bali yang memiliki
mobilitas manusia yang tinggi, serta struktur penduduk yang
menua, maka berbagai kebijakan dan strategi yang telah
diambil pemerintah, terkait dengan physical distancing, dan
social distancing harus diupayakan efektif. Membatasi arus
mudik, balik dan mudik bisa menjadi solusi penting dalam
mengurangi kemungkinan terjadinya distribusi. Hasil kajian
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)
terkait penanganan wabah COVID-19 dan dampak ekonominya
merekomendasikan hal- hal berikut (Fadjarudin, 24 Maret
2020): Karantina wilayah untuk mencegah penyebaran COVID
-19, Memfokuskan kembali Anggaran untuk penanganan
Pandemi COVID-19 19, menyelamatkan manusia dan
mengorbankan ekonomi dalam jangka pendek, dan untuk
industri, stimulus yang diberikan hanya untuk mencegah
terjadinya gelombang PHK.
Yang dapat didiskusikan dari temuan INDEF adalah, ketika
Pandemi COVID-19 merebak, isu utama yang perlu dibenahi
adalah isu penyebaran COVID-19, kemudian masalah ekonomi
yang menjadi dampak dari pandemi tersebut. Dalam konsep
ekonomi sumber daya manusia, lapangan kerja merupakan
permintaan turunan, artinya kesempatan kerja terjadi ketika ada
permintaan, yaitu dari munculnya peluang investasi sebagai
akibat dari kebangkitan ekonomi. Ketika pemulihan terjadi,
setelah COVID-19, peluang kerja akan mulai muncul kembali

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif, dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut. Dari sisi jumlah penduduk, jumlah penduduk Bali berpotensi
mendukung percepatan pandemi COVID-19 melalui pola mobilitas
penduduk yang tinggi, baik antar wilayah di Provinsi Bali, antar
wilayah di Indonesia, maupun antar negara. Pandemi COVID-19 di
Provinsi Bali terutama dipicu oleh transmisi lokal, serta kasus impor.

Faktor kunci keberhasilan Bali dalam melakukan pemulihan ekonomi


adalah keberhasilan menekan penyebaran COVID-19, meningkatkan
angka kesembuhan dan menekan jumlah kasus fatal. Keberhasilan ini
akan memuluskan pemulihan ekonomi dan sektor ketenagakerjaan.
Kelebihan 

Kekurangan  Tidak mencamtumkan saran

Anda mungkin juga menyukai