Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh yang mempunyai arti bermurah
hati, kata lain dari tasamuh adalah ‘tasahul’ yang memiliki arti bermudah-mudahan..
Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Secara istilah, toleransi adalah sikap menghargai
dan menghormati perbedaan antar sesama manusia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata toleransi adalah suatu sikap menghargai
pendirian orang lain (sepertin pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan) yang berbeda
atau bertentangan dengan pendirian diri sendiri.
َو َت َع اُط ِفِه ْم َم َث ُل اْلَج َس ِد ِإَذ ا اْش َتَك ى ِم ْن ُه، َو َت َر اُحِم ِه ْم، ” َم َث ُل اْلُمْؤ ِمِنيَن ِفي َت َو اِّد ِه ْم: َق اَل َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم
ُعْض ٌو َت َد اَع ى َلُه َس اِئُر اْلَج َسِد ِبالَّس َه ِر َو اْلُحَّمى
Artinya: Rasulullah saw bersabda : Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi,
saling belas kasih dan saling cinta itu bagaikan satu jasad (tubuh). Apabila salah satu anggota tubuh
ada yang mengeluh, maka seluruh anggota (tubuh) yang lain gelisah dan panas demam. (H.R.
Bukhari)
Kekaguman para sahabat dan murid-muridnya tak menggetarkan pribadi Hasan Al-Basri untuk tetap
hidup penuh kesederhanaan. Di rumah susun yang tidak terlalu besar ia tinggal bersama istri tercinta. Di
bagian atas adalah tempat tinggal seorang Nasrani. Kehidupan berumah tangga dan bertetangga mengalir
tenang dan harmonis meski diliputi kekurangan menurut ukuran duniawi.
Di dalam kamar Hasan Al-Basri selalu terlihat ember kecil penampung tetesan air dari atap kamarnya.
Istrinya memang sengaja memasangnya atas permintaan Hasan Al-Basri agar tetesan tak meluber. Hasan Al-
Basri rutin mengganti ember itu tiap kali penuh dan sesekali mengelap sisa percikan yang sempat membasahi
ubin. Hasan Al-Basri tak pernah berniat memperbaiki atap itu. “Kita tak boleh mengusik tetangga,” dalihnya.
Jika dirunut, atap kamar Hasan Al-Basri tak lain merupakan ubin kamar mandi seorang Nasrani, tetangganya.
Karena ada kerusakan, air kencing dan kotoran merembes ke dalam kamar Sang Imam tanpa mengikuti
saluran yang tersedia.
Tetangga Nasrani itu tak bereaksi apa-apa tentang kejadian ini karena Hasan Al-Basri sendiri belum
pernah mengabarinya. Hingga suatu ketika si tetangga menjenguk Hasan Al-Basri yang tengah sakit dan
menyaksikan sendiri cairan najis kamar mandinya menimpa ruangan Hasan Al-Basri. “Imam, sejak kapan
engkau bersabar dengan semua ini,” tetangga Nasrani tampak menyesal. Hasan Al-Basri hanya terdiam
memandang, sambil melempar senyum pendek. Merasa tak ada jawaban tetangga Nasrani pun setengah
mendesak. “Tolong katakan dengan jujur, wahai Imam. Ini demi melegakan hati kami.” Dengan suara berat
Hasan Al-Basri pun menimpali, “Dua puluh tahun yang lalu.” “Lantas mengapa engkau tidak memberitahuku?”
“Memuliakan tetangga adalah hal yang wajib. Nabi kami mengajaran, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka muliakanlah tetangga’. Anda adalah tetangga saya,” tukasnya lirih. Tetangga Nasrani itu
seketika mengucapkan dua kalimat syahadat.
Sumber: www.nu.or.id
Bagaimana pendapat Anda mengenai sifat toleransi dari Hasan Al-Basri terhadap
tetangganya yang Non Muslim?
Kandungan QS Al-Hujurat ayat 13
َع ْن أبي ُه َر ْيرة َر َف َع ُه ُهللا ِإلي الَّن ِبِّي صلى ُهللا َع َلْيِه وَس َّلَم ِإَّن َهللا َالَي نُظ ُر ِإلى ُص َو ِر ُك ْم َو َأْم َو اِلُك ْم َو لِكْن َي ْنَظ َر ِإلى
)أْع َماِلُك ْم َو ُقُلْو ِبَك ْم (رواه ابن ماجه
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah yang dimarfu’kan kepada Nabi saw., beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia hanya
memandang kepada amal dan hati kalian.” (H.R. Ibnu Majah)
Sebagai seorang mukmin, kita hendaknya menghargai perbedaan di antara kaum mukminin
sebab sesama mukmin adalah bersaudara, yang satu sama lain saling menguatkan. Hal tersebut
sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw yaitui:
قاَل َر ُسْو ُل ِهللا صلى ُهللا َع َلْيِه وَس َّلمَاْلُم ْؤ ِم ُن ِلْلُم ْؤ ِم ِن َك اْلُبْنَيان َيُش ُّد: َع ْن أبي ُمْو سَى اَالْش َع ِر ِّي رضي ُهللا عْن ُه قاَل
)َبْعُضُه َبْعًضا (رواه الترميذي
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Musa Al Asy’ari ia berkata; Rasulullah saw. bersabda: “Antara
seorang mukmin dengan mukmin yang lainnya adalah bagaikan satu bangunan, yang saling
menguatkan satu sama lainnya.” (H.R. at-Tirmizi)
Setelah membaca penjelasan tersebut, maka diharapkan dapat menjadi orang yang penuh
toleransi dan mau menghargai perbedaan. Untuk menjadi pribadi yang toleran perlu pembiasaan
yang dimulai di lingkungan sekitar. Mislanya: di keluarga mau Menghargai kesukaan anggota
keluarga yang lain. Di sekolah mau menghargai pendapat teman saat berdiskusi kelompok.
Hal-hal seperti itu mungkin terlihat sepele, namun apabila kamu membiasakan dalam
kehidupan sehari-hari, mak kamu akan lebih mudah untuk bertoleransi dan menghargai perbedaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jika diri kita sudah terbiasa bertoleransi
dan menghargai perbedaan, maka kehidupan akan menjadi lebih tenang dan penuh kedamaian.
Tuigas
ِإَّن َهَّللا َال َيْنُظُر ِإَلى ُص َو ِر ُك ْم َو َأْم َو اِلُك ْم َو َلِكْن َيْنُظُر ِإَلى ُقُلوِبُك ْم َو َأْع َم اِلُك ْم
“Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa dan harta kalian, tetapi Dia memandang hati dan amal
perbuatan kalian.” (HR. Muslim)