KULIAH ORGANISASI
SEMESTER : Ganjil 2023/2024 PERTEMUA : 3
N
Summary Chapter: 2
Judul Chapter : Organizational Justice, Ethics, and Corporate Social
Responsibility
Nomor Mahasiswa: 22311142
Nama Mahasiswa : Muhammad Na’il Ramadhan
Secara luas disebut sebagai SOX, Sarbanes-Oxley Act disahkan dalam upaya
untuk menghindari praktik akuntansi yang tidak bermoral dan curang. SOX sangat
spesifik di beberapa tempat mengenai apa yang harus dilakukan untuk menghindari
kesalahan pelaporan keuangan.
Menjadi etis tidak sama dengan menjadi legal. Faktanya, cara yang berguna untuk
memahami undang-undang ini adalah dengan memberikan standar minimum yang
dapat diterima dan harus dipatuhi oleh perusahaan. Bersikap etis biasanya melibatkan
mengikuti standar yang lebih tinggi. Vin Sarni, mantan CEO PPG, menyatakan hal ini
dengan baik ketika dia mengatakan, “Tidak cukup hanya mengatakan bahwa tindakan
kami sah. Hukum adalah landasannya. Kepatuhan terhadap hal ini akan menjadi nilai
minimum mutlak bagi karyawan PPG, di mana pun dia bekerja. Etika kami melampaui
kode hukum.”
Perilaku etis atau tidak etis ditentukan oleh dua faktor, diantaranya:
- Faktor Individu
Faktor kunci indiividu adalah tingkat perkembangan kognitif. Perkembangan moral
kognitif yaitu perbedaan diantara orang-orang dalam kapasitas mereka untuk terlibat
dalam jenis penalaran yang memungkinkan mereka membuat penilaian moral.
Menurut teori perkembangan moral kognitif Kohlberg, terdapat tiga tingkatan
perkembangan moral, diantaranya:
1) tingkat penalaran moral prakonvensional
2) tingkat penalaran moral konvensional
3) tingkat penalaran moral pascakonvensional
- Faktor situasional
Banyak faktor situasional yang dapat menyebabkan orang berperilaku tidak etis di
tempat kerja. Beberapa faktor pertimbangan utama, diantaranya:
1) Nilai manajerial yang merusak integritas
2) Norma organisasi yang mendorong perilaku tidak etis
3) Pekerja meniru tindakan yang tidak etis
Greenberg, Jerald. 2011. Behavior in organizations 10th ed. Global. New York :
Pearson