Anda di halaman 1dari 150

DAFTAR ISI

Pengantar dan Ucapan Terima(asih,

BAB I
PEMBANGUNAN SEBAGAI.SIUDI
INTERDISIPLINER

I, PEMBANCI,JNAN? 1
tr, MENCUKURPEMBANGUNAN 2
1. Kekayaan Rata-rata 2
2, Pemerataan 3
3. Kualitas Kehidupan
4. Kerusakan Lingkungan 6
5. Keadilan Sosial d.n Kesinambungan
m. BEBERAPA CABANG ILIIU, EKONOMI 9
1. Ekonomi TradisionJ 9
2 Ekonomi Politik 10
3. Ekorrcmi Penbangunan !0
IV. PEMBANGUNAN: FAICIORII\)I/\NTJSIANYA 13

BAA II
TEORI MODERNISASI:
PEMBANGT'NAN SEEAGAI MASALISI'INIERNAL

I, PEMBACIAN KERJA SECARA INTERNASIONAL 16


tr. TEORI MODERNISASI 17
1. Teori Harrod-Domar: Tablrngan dan lrvertali 18
2. Max Weber: Etika Protestan m
3. David Mcclelland: Dotongan BerPt6tasi atau
n-Ach 22
4. W.W. Ro6tow: Lima Tahap Pembangu.run 25
5. Bert F. Hos€titz: Faktor-Faktor Non-ekorpEri 31
6. A.let lnkel€s dan David lI. Smith: Manusia
Modem 34
M. RANGKTJMAN 36

BAB III
TEORI KATERGANTUNGAN. (I):
PARA PENDAHULUNYA

I. SERBA SEDIKIT TENTANC TEORI STRUKTURAL 42


l. Raul Prebisch: lnd8tri Substitr6i lErpor
45
2. Perdebatan teniang Imperialisme dan
Kolonialisme 49
3. Paul
Baran: Sentuhan yang Mematikan dan
Kretinishe 56
tr. KESMPT'LAN 50

BAB IV
TEORI KETERGANTUNGAN (2): INTI
PEMIKIRANNYA

I, TEORI KETERGANTUNGAN KI"A.sIK u


l. Andre Gunder F&nl: Pembangrrnan
l(aerbelakangan @
2. Theotonio Dos Santo6r Mehbantah Ftank 68
tr. MEMBANTAH TEORI KETERGANTI.JNGAN:
INDUSTRIALISASI DI NEGARA PINGGIRAN 73

M. TEORI KETERGANTUNGAN: KRITIK DAN


POLEMIK SEI.ANTIJTNYA EO
l. Kritit Packerrharn 81
2, Penelidan Chare.Duul E6
3. KoEur[ar C.rdo.o 89
IV. RAI{GTUMAI{ DAN KBSIMPTJLAN 92
TEORI PEMBANGUNAN
DUNIA KETIGA

Arief Budiman

qll
Pco€ttit PT Gram.dia Pustaka Utana
J.kana" 2m
TD()nI }EUAANCUNAN I'TJN TENGA
Ari.f Eudilm
oll2ori5. t.l:
O P€r6ir PT Gaot dl, PtMr. Uu@
,l hhEr.t S.ltu :+:6. r.r!fu lO!?O
Eiird: W.!ni S, atu
S.rqll d.a F*.i.lEr A8B turymo
Diraiilt! Ft D t li oLt
Pasbit PT OEE di. Pu.llrr UlIr
.qtoa. tx^Pl, r.trL,Ie-i t99,
C.t&t ,..b: l-i 1995
C.r.td ,aieo: S.tnrb.r 1996
C.blq ti6@t: hlt 2W
H.l ciF. ditduri old! E Laai6d6t.
Dil.mS tEgurip .rru rrq'dt rrrl -t...-.!
*luruh iri hrtu ini lalF in. Eriulir d.ri P6.nii

Tdtir! ini dilr.atiitD ra rsn ..d.dr.


Padli PT CndL h@ri Ulld
d.a
Puur Alla Uriv6it . Bid.ru ttDu E&omon
UrtEiEI&i.

Dic.r.l oLh Bu.!r Prildlr" ,rt!r


rd d I!- llisEs i.u!b F!a.t!
l. Perd€Let n Kcrdu.uhan ld.wrn
Pend&t n lc$rt 92
Z Faltq Elot rrul !ELl,'.n InE n l YJ
3. Analisis Elorpmi melatlran Arulilir
Sciopolitik 94
{. Kontr.ditri Sektolal,/Regional rulawan
Kontndilsi Klar v
5. Ketedelalangan relawan fea$angsun 95
6, Volunta.rirEre rnehwan DeErlriniltlra 95

BAB V
TEORI PASCA.KETER,GANTUNGAN:
PERIGMBANGAN EARU

1. TEORI UBEML 99
2. BILL WARREN r(n
3. TEORI ARTIKUI.ASI l6
{. IMMANIJEL WALLER.STEIN: TEORI SXSTEM
DI,JNIA 10
5. RANGKI,JMAN 111

BAB VI
PENUTI'B MENCARI MODEL PEMBANGI,'NAN
AAX,U

1. PEMBANGI,JNAN DALAM KRISIS 113


2. PERTEMUAN BRETTON I^/OOD6 115
3. FOLITIK BIOSFER tt7
4. SEKADAR MEMBUAT PETA 119

Catrtrn 121
t!:purtrlur ll)
T.!!lrtg FErulir UB
PENGANTAR
DAN
UCAPAN TERIMA KASIH

Buku ini membahas beb€lapa teori pembangunan yang di


anggap penting untuk Dunia Ketiga. Sekarang ini, istilah
''Dunia Ketiga" memang sudah atak ketinttalan jaman,
telutama s€telah perans dingin antara Dunia Peatama (blok
kapitalis) dan Dunia (ledua Olok so6ialis) beralht. Se-
bagaimana diketahui, dengan Dunia Ketiga dimaksudkan
negara-negala ,.ang tidak masuk ke dalam kedua blok ter-
sebut. Tetapi, dalam perkembangaJur-1/a, Gtilah Dunia Ketiga
lebih diartikan sebagai negara-negara yang secara ekonomi
masih miskin, atau negara-neg:ria vang sedang betkem-
bang, tanpa melihat ideoloBinya. Dalam pengertian inilah
konsep Dunia Ketiga dipakar dalam buJ<u Lni
Ini berarh, tentunya masrh ada teori-teori pembantunan
Durua ketita lain yang hdai dibahas di sini.
Yang dimalsud dengan teoriteori pembangunan Dunia
Ketiga adalah teori-teori pembangunan yang belusatra tle-
nyelesaikan masalah yang dihadap' oleh negara-negara mis-
kin atau negaE-negara yang sedang belkedbang, dalam
sebuah dunia yang didomiiasi oleh kekuatan ekonomi,
ilmu pengetahuan da-ri mi.liter negara-neSara adikuasa atau
negara-negara industri maiu. Dengan demikian, teori-teori
pembantuian unhrk Dunia KetiSa tentunya memiliki per-
bedaan (meskiptrn ada juga persamaannya) dengan teori-
teori p€mbanSunan bagi negara-negara adikuasa, kaaera
persoalan yang dihaoap(r;"a berlainan, Bagr oegara-neSara
Dunia Ketiga, p€Eoalahnya adalah ba8aimana b€ltalEn hi-
dup, atau bagaimana meletalkan dasardasar ekonominya
supaya bisa bersaing di Pasai intemasional; sementa!'. bagi
negara-negara adikuasi persoaiannva adalah bagaimana
melakukan ekspar.r lebih lanlrt bagi kehidupan ekonomr
nYa yang sudah maPan
Ada hga kelompok teon yan8 dibahas. Pertama, kelom'
pok Teon Modemrsasr vang terutama menekankan faktor
manusia dar nilaFnilai ou;a\.rnva sebagai pokok persoalan
dalam pemba-ngun.rn. ieon lvlodernrsasi merupakan keiom-
pok teorr 1'ang dominan daiam mengkaii masalah pemba-
ntunan di lndonesia Teori ini dianut baik dt kalangan aNi
ilmu sosral (termasuh ahli ilmu ekonomi), maupun oleh
para penJabat tinggi netata
Kedua. kelompok Teori Letergant'$gan Teod iru me-
ruPakan reaksi terhadao Teon Moderrusasi, yang diantgap
tidak mencukupi, bahkan menyesatkan. Teori Kete!'
Samtungan mula-mula tuhbuh di kalantan para alrli iknu
sosial di Amerika Latln. P6rgarulnya kemudian meluas ke
Arnerika Serikat dan Eropa, dan akhimya Asla Teori yang
dipergaruhi olej.. meroda analisB Marxis i..:, meskipun
mehbantah beberapa tesis dasai Marxisme, meniadi bahan
pembicaraan vang paltng hangat pada dasawatsa 196Gan
dan 1970-an. Pengaruirnya kemudian menurun dengan
munculnya kelornpok teori lain.
Ketiga, kelompok teori-teori -vang merupakan reaki ter-
hadap Teorr Ketergantungan. Teoli-teori ini belum memiliia
nama sendiri sebatai satu kelompok, karena itu sering di
sebut sebagai Teori Pasca Ketergantrmgan. Di dalamnva
teldapat Teori Sistem Dunia, Teori A-rdkulasi, dan sebatai
nya. Pada dasamya, teori ini menolak Teori Ketergantungan
!,ang dianggap terlaiu menvederhanalrn persoalan, padahal
ddam kenyataannya tejala pembangunan di negara-negara
Dunia Ketita iauh Iebih kompleks. Akibahya, Teori Keter,
gantungan tagal meniela6lan bebgapa teiala p€hbangunan
dj Dunia Ketita terutana negara-negara yang berhasil
memperkuat dirinya meski menggabungkan dinnya dalam
kapita.lisme global. Teori-t€on ya:rg bemaung di bawah
k lompok Teori Pasca Ketaganturgan pada dasarnva lngin
m€nyeElpumalan apa .vang klrlnt prda Teori Ketugan-
tt[ltan.
Buku ini bertuiuar$ untirk rrenbawr pecrbaca fe aabn
perdebatan yang a&. dalam teoti Ert'ng pd$.igun rr.
S.fa bedrarap, bu&u ini dapat m€mbrnhr patr p€drb.c.
memaha.hi peta-buld Eori-teoli pernbangunen yang adr"
meskipun yang dibalus lunya teori-borl pcmbangqn r
yang ierpenthg saja. Bahkan diharapkar! deng.n mente.
tahui peta bumi p€Foalan dan iawaban y.ng dibcitan
untuk memecahkan ma6alah pembangunan ini, pembaca
bisa ikut berpikir dan merumuskan ,awaban baru yang
lebih baik.
Sedikit mengenai seiarah dari lahimya buku ini. Buku ini
merupakan endapan dari bacaan saya ketika menjadi maha-
siswa pascasariana di Universitas Harvard, Am.'rib Seri&at.
Bahan-bahan ini saya baca karena diwaiiblGn oleh dosen
yang mangasuh mata pelaiaran yang saya ambil. Tetapi,
karena saya sendiri ingin dengetahui lebih ,auh teori ini,
saya juga membaca bahan-bahan tambahan, supaya penge.
tahuan saya bertambah lengkap. Saya juga tellibat dala-Er
diskusi dengan rekan-rekan saya sesama malEsi6wa, serta
rekan-rekan lain yang mengikuti seminar-seminar dan kon-
ferensi-konJerersi yang sa-rnpat saya hadiri. Untuk ini, se.
patuhyalah saya berterima kasih kepada para gu.ub6ar
yang Elah ment4ar saya, ditanbah dengan tedurFteman
diskusi saya yang sangat banyak ,ulrlalurya.
Kesempatan menulislan bulu ini dibe.ilan oLh pimpin-
an Pusat Antar Unive.sitas Bidang Elonomi dari Univ6-
sitas Indonesia, Iwan Jaya Aziz. Beberapa tahun y.ng lalu
kefika EEn8hadiri sebuah kon erensi di Cadef,r., Australia,
saya berbicara dengan dia mengerEi kemungkiMn henulig
teoli-teori penb.ngunan yang saya Letahui meniadi s.buah
bu-ku. Keingir6n untut menulis bulu ini sebenamya sudah
ada seiak lama. Tetapi, kesibulan saya oehari-hari Er€d$uat
waktu saya te$ita terus menerus. Iw.n tampa} cukup an-
tusias untuk mendukunS saya Benullrkan bulu ini. Mata
dibuatlah periaririan d€n8.n Pusat Attlt UniveBit s Btdang
Ekononi unhrl drlatsarnl:an proytl pcnofiran hlor id
Adanya komitir€n dengar PAU-lrIi Bi.Lng E&o.!oa{ trE

xi
lalui twan inilah yang mendorong sa_ya beke4a s€cara Iebih
disiplin dalam menyelesaikan buku ini.
Tetapi, kesibulan rutin memang lidak bisa begitu saia
disisihkan. Kadang-kadang di tengah-tengah penu.lisan, ada
r.rndangan tmtuk semiJrar atau pertemuan lain yaag sangat
menaaik, yang tak bisa saya tolak. Akibatnya, saya harus
memperPaniant oatas waktu penvelesaran naskah bu-., -nr
sampai tiSa kall. Saya relakukan ini karena keterpakslan,
dengan perasaan malu yant besar. Tetapi, apa boleh buat.
Untungiah, pihak pimpinan PAU-UI Bidang Ekonomi mau
mengerti kesu-litan saya dan mentabulkan permintaan per-
paniantan le.sebut.
Setelah konsep naskah selesai, saya mendapat kehorr.aF
an untuk mendapatkan komentar dari Dr. Thee Kian Wie,
seorang ekonom vang sangat sa_\la hotmati (meskipun saya
tidak seialu sepaham dengan dia), baik ilmunya maupun
keiuiuran dan integritas kepribadiannva. Beliau memberikan
sa tn yang berharga \rntuk perbaikan. Tidak semua satan
bisa sava manfaatkan, karena kekurangan vang ada pada
diri sa]ra dalam memahami saran tersebut. Karena itu. se-
gala kekuGngan yang masih ada pada buku ini adaiah
sepenuhnva tanggulg jawab sava.
Dari apa yang saya uraikan di atas nvatalah bahwa buku
rni butan semata-mara keria saya <€ndin Sayi merasa di-
bantu oleh banyak orang. Buku ini, tidak bisa disangkal.
oerupakan ke4a kolektif.
Teriha kasih pertama-tama saya ucapkan kepada Iwan
laya Aziz, yang rnembuat saya jadi tnenulis naskah ini.
Kedrudian kepada Ibu Sri Artati Jamtomo S.E., sekretaris
PAU-LI Bidant Ekonomi, yant sangat banvak membantu
selama pro6€s penulisan- Juga kepada saudara Suwandi S_
Brata dan Priyo Utomo dari Penerbit Gramedia, teDma
kasih saya atas segala bantuan dan saEnsarannya.
Kepada t€ila, isteri sava, saya mengucapkan terima kesrh
atas toleransinya yang be$r terhadap perangai saya yang
burul ketika saya mengaiami frusEasi akibat kemacetan
ddam proees penulkan naskah ini. hn kemacetan itu
saryat s6ing tedadi.

xii
Akhirnya, saya mentharapkar kritik dari para pembaca,
suPaya saya punya kesempatan untuk memperbaiki buku
ini di kemudian hari.

Salatiga, Oktober 1994

Ari€f Budiman

xin
BAB I
PEMBANGUNAN SEBAGAI
STUDI INTERDISIPLINER

T. PEMBANCUNAN?
Di IndoE h, k b paibrngri.n !ud.h .t€tr*idi k tl turi
bagi 6qala hal S.cara u.Etun! krt ini aiatdfrn ccbeg.i
usaha untul Er€duiu.l.n kehiduprn malfdrLt drn w.rg*
aya- S.dnSlali keauiuan yang dimalrud brut !!r rd.hh
keEraiuan Eraterial. Mafa, Fmbangutun s€dnghtt di.r-
tikan s.bagai keauluan yang dicapai oteh sebuah [E8yr-
ratat di bid.ng ekonoEri.
Bad rakyat kecil, seringkali pembangunan mlmiliki arti
lain. Saya Erin8at cerita yang dikisahlan oleh B.p.L Selo
Sumardian. Dia pemah tcrfufipot di sebuah kotr L6cil di
luar Jakarta, dan sempat berbican dengan s€or! t pert.
duduk miskin di sana. Dia bertanya, dari marE oring itu
datang. )awab si pendudul "Saya dulu tin8g.l di Jaf.rh.
Tetapi, ka!€ru ada pembangunan, saya terpa.ksa mengungsi
kemari." Bad orang ini, dan bagi banyak orang kecit yang
senasib dengannya, pembangunan merupatan sebu.h Erali.
petala, yang E€rdamparkan hidup Ere ela.
Rollo Mangunwiiaya ,uta puny. pagalaman yang hrm-
pir sama, ketika berada di ebuah de6a di daerah Gunung
Kidul. Dia bettanyd, apatah pada unumnya orang desa di
sini dapat hidup derrgan culup. ,awab si orant des.: 'Cu-
kup, p.lq kalau tidal ada pembangunarL" IGrqra Ronp
Mangun tidak rn€ngerti ma.ksud jawaban ters€but, orang
ters€but meniela.skan: "IGlau ada FmbanSunan, Pal Luah
EEnfuruh saya k€ria bakti El€mbuat gapun, paSat .lFa,
atau drel€b.rlan }ildt. Akibahfa, saya tidat d.pat bek€r-

1
ia. Bagi orang desa yang berkeria sebagai buruh tani ha!i-
an inr, tidak bekerla berarti tidak ada Penghasilan untul
membeli makanan Pada hari tersebut. Di sini, Pem'
bangunan datang s€bagai Perintah Pak lutai )'ang tidal
bisa ditoiak.
Kemudian atas nara _erthan(unan, Pemerintah iuga
serint memDerangus kit yang muncul oan masvarakat.
K tik tersebut dnilai dapat mengganggu stabilitas nolitik
Stabilitas politik adaiah sarana pentint untuk memunS-
kinkan pelaksanaan pembangunan. Demikianlah, Pada ta_
hun 1990, pementasan-pementasan Teater Koma dan Pern-
bacaan sajak oleh W.S. Ren<ira )'ant iiempersoalkan nasib
olang kecil yang tersingkir. dilarant. Para PetnimPin redak-
si slrat kabar mendapat ''imbauan" dari Penguasa untuk
tidak memriat lagi tulisan dari beberapa pemikir yang ber-
sikap l,ritis terhadap pemerintah. D sini pehbanSunan di-
pakar sebatai ideologi politik yang rnembelikan keabsahan
bagi pemerintai vans berkuasa untul membatasi orang-
oranS yang mengi:.ritiknya
Apakah sebenarnl.,a arti pembangunan? grbelum kita me-
masuki p€rnbahasan yang lebih kompteks, barangkai; acia
baiknya kalau kita menelusuri perkembangan makna dari
istilah yang sangat popule! ini.

II. MENGUKUR PEMBANGUNAN


1. Kakayaan Rata.rata

Pembangunan mula-rnula dipakai dalam afii petturnbuhan


ekonorni. Sebuah masya&kat dinilai belhasil melaksanakan
pembangunan, bila perturnbuhan ekonofii masyaEkat ter-
sebut cukup tinggi. Dengan demikian, -yang diukur adalah
produktivitas Eusyarakat atau ploduktivifas negara rerse-
but setiap tahunnya. Dalam bahasa teknis ekonominya, pre-
duktivitas ini diulur oleh Produk Nasional Bruro (PNB
atau Cross Ndlional Pr..i!uct, cNP) dan Produk Domestil
Bruto (PDB atau Gtuss Do,tcstil Proditct, GDPJ.
Kareru PNB atau PDB EEngukur hasil kEeluruhan dari

2
sebirah negara, padahal besar negara (dalam arti iumlah
penduduknya) berlainan, untuk bisa memperbandingkan,
dipakai ukuran PNB/kapita atau PDB/kapita. Dengan itu
dapat dilihat berapa produksi rata-rata setiap orang dari
neBara yang hrsantkutan.
Dengan adanya tolok ukur ini kita dapat membanding-
kan negara yant satu telhadap negara lainnya. Sebuah
negara yang memPunyai PNB,lkapitaltahun sama dentan
US $750 dianggap lebih berhasil pembangunannya daripada
neg,nra lain yang PNB,/kapita/tahunnya adalah US $500.
Dergen demikian, pembantunan di sini diartikan sebagai
iumlah kekayaan kes€luuhan sebuah bantsa atau ne8ara.

2.,-Pentcrataan

Segera menjadi jelas bahwa kekayaan keseluruhan yang


dimiliki, atau yang diproduksikan oleh sebuah bangsa, ti-
dak berarti bahwa kekayaan itu merata dimiliki oleh semua
penduduknya. Bisa teiadi, sebagian kecil orang di dalam
negara tersebut memiliki kekayaan yan8 b€rlimpah, sedang-
kan sebagian besar fudup dalam kemiskinan. Hal ini bisa
menimbulkan ironi. Kita bisa menguniungi sebuah negara
yang tinggi PNB/kapitanya, tetapi di mana-mana kita Iihat
orang hidup miskin, tidak punva iempat tinggal, dan ke-
dinginan pada musim dingin, Memang ada orang yang luar
biasa kaya, tetapi iumlahnya sangat sedikit. Orang-orang
kaya ini ibarat sebtah pularr kecil yang dikelilingi oleh
samudra orang miskin yanS sangat luas. Kalau kekayaan
ini dirata-ratakan dalam PNB/kapita alau PDB/kapita,
akan diperoleh nilai rang tinggi. Kemiskinan yang ada
tertutup oleh adanya kekayaan yang luar biasa tersebut.
Dapatkah ne8ara seperti ini dikatakan maju pembangunan-
nya?
Oleh karena itu, tidbul keinginan untuk memasuklan
aspek pem€Etaan dalam ukuran P€mbangunan, bukan lagi
hanya PNB/kapita saia. Pemerataan ini secara s€derhana
diukur dengan meiilul b€Epa pro6€n dari PNB diaih oleh
4f/. penduduk termiskln, b€raPa Prosen oleh :10 /o Pen-
3
duduk golon8an menen8ah, dan berapa plosen oleh 20el"
penduduk terkaya. Kalau teiadi ketimpangan yang luar
biasa, dtsalnya 20'l. pendudul rerkaya meraih lebih dari
50"/. PNB, s€dantkan sisanya dibad di antata 80y. pen-
duduknya, ketimpangan .ntam oranS-orang kaya dan mis-
kin dianSSap besa!.
Dalam ilmu ekonomi, bila ,109" penduduk termiskin me.
nerima kurang dari 12%, ketimp.ngan yant ada didnggap
mcnalo*. Kalau 4O"/. pendudut terhiskin men€ritna antara
12% sampai 17"/", ketimpanSan dianggap s€d!n8. Bila per€-.
rimaan tolongan ini lebih dari 12", ketimpangan dianggap
lwruyat kecit.l
Cara lain untuk mentukur ketimpangan pembagian pen-
dapatafl hasyarakat adalah dengan perhitungan ladrb Gi .
Indels ini diukur dalam angka antara 0 dan t. Bila Indets
Gini sama dengan 1, terladi ketimpangan yang malsimal;
bila 0, ketimpanta. tidak ada. Jadi, semakin ker:il Indeks
Gini, semakin kecil ketimpangan pembagian pendapatan
dalam masyarakat.'
lndeks Gini yang lebih besar dari 0,5 diangtap s€bagai
ukuran bati kesenjingan pemerataan yang tinggi. Kesen-
jangan yang modeEt dicermir*an bila indeks Cini yang
diFrol,eh berkisar antara 0,4 dan 0r. Sedanglan indek
Gini yang kbih k€cil dari 0,4 dianggap sebagai uturan bagi
kess$angan p€merataan yang tecil,r
Bila pembangunan sebuah bangsa diukur deryan PNB/
kapita dan tintkat ketimpangan pemba8ian pendapatanny4
kita akan oerdapattan gambaran yang lebih Etaj.Eru}.
Tidat saF kekayaan atau prcduktivitas bangsa tetsebut
yang dilihat, tetapi iuta pe&erataan kekayaannya. Tidak
remua negan yang berhasil meningkartan PNB/kapitanya,
berhasil juga dalam iremeratalan hasil-hasil pernbangurnn-
nya. Demikian iuga tidak s€mua negara fang Elasih rerdah
PNB/kapitanya meruniulkan ketimpangan yang tinggi da-
Iam hal pemerataan.a
Dengan dehikian dapat dikahtai, bangsa atau negara
yang berhaail melalukan p€d$angrrnrn adalah aereka

4
yan8 di samping tinggi produktivitnsnya, p€ndtldutnrn
juga makmur dan sejahtera eecara relatif meralr.

3. Kudit s Kehidup.n
Salah satu cara lain untuk norgutur kesejahteraan pen-
duduk sebuah negara adalah dengan mengguEkan tolok
ukur I\ILI lPhysrcal Qutl y of-Life Indar). Tolok ukur PQLI
ini diperkenalkan oleh Morisr yang mengukur tita indi-
kator, yakni: (l) rata-rata harapan hidup sesudah umur r.tu
tahun (2) rata-rata iumlah krmatian bal, dan (3) rata-rat
prosentasi buta dan melek huruf.
Bagi yang p€rtama, angka 100 diberilan bila rata-r6ta
harapan hidup qrencapai 77 tahun; sedangkan anqla 1
diberikan bila rata-.ata harapan hidup hanya men apai 28
tahun. Yang kedua, angka f00 diberitan bila rata-.at .ng-
ka kematian adalah 9 untuk setiap lmo b.l; aryka 1 bila
rata-rata angka kematian adalah 229. Untuk indthtor ke.
h8a angka 100 dib€.ilan bila rata-rata pro6€nta3i melel
aksara mencapai 1m"/"; angka 0 diberikan bila tal ada ylng
melek aksara di negara tersebut. Angka rata-rata d.d ketiga
indikator ini, yalni harapan hidup, tematian bal dan me.
lek aksara, menjadi angka PQLI yang besamya antara 0
sampai 1m. Atas das.! ini, dapat disusun sebu.h daftat
urut daai negara-neSara sesuai dengan prestasi PQU-nya.
Temyata, presta.si PQLI tida-k selalu sama dengan pres-
tasi PNB/kapita, lre'kipun pada umurmfa daprt diklta.
kan bahwa negara vang tinggi PNB/kapitanya iuga tinggi
antka PQLI-nya, demikian iuga s.balil6ya. Tabel I-1 m.
nuniukkan gejala ini di beberapa netara berkeErbang.
Dari Tabel l-1 itu, tampak bahwa ada "ketidalsesuaian"
antara pr€tasi pertumbuhan ekonomi dan tingkat kuditas
kehidupan. Tentu 6aia, tolok ukur PQLI ini juga Blentalami
banyak kritik, antara lain karena seberumya masih banyak
indikator yan8 bisa dimasukkan ke dalam indek ini. Te
tapi, untuk tuiuan buku ini guna merunjullan bahwa
pedrbanguan bulan eetadar pertanbahan Lekayaan Errb-
rial sfia fang diulur secan mal(Io, Fngeahuan &ntang

5
TAAEL T-1

P.6e.dingrn .nSL PNUL.pit dcngr Ptt'rrri PQIJ


[ntuk b.b...pe n.g.ti bcrl.[$.tr8,, r98l

N.t r. ?NB/bp r PAU

20
2l

12.7b
25t {a
3.@
56
!a
415
2ll4
lor
,@ &
aa
2J03

suhh- t wr, ronr P r v&riE (.u.b, lraa I6.t c.!' Dtu6b dd T.d&, l*t

adanya indeks seperti ini meEtang sangat membantu


Pengertian kita Entant koEpletsnya korE€p penbangurun.

{. Kenrr.Ln Unghng
Sebuah negara yang tingB produktivitasnya, dan metata
p€ndapatan p€ndudulnya, bisa saia berada dalam sebuah
proses untul mmiadi s€makin miskin. Hal ini, misalrrya,
yang menghasilkan produktivitas ya;g
Y*y. fTlTC"*.
tinSgi itutidak mempedulikan dampak telhadap lingkungani
nya. ungrungaruya Behalin rulal, Sumber6umber alarnya
sernali.: btkuras, seurmbra kec€patan bagi alaar rmtr1k
m.llakulan Ehabilitasi lebih larrbat daripada kecepat n
F
6
rusakan sumlrer alam tersebut. Mu.ngkn juga pabrik,pabrik
yang didirikan menghasilkan limbah kimia yang merusak
alam di s€kitamya, sehingga mengganggu kesehatan pen-
duduk maupun segala makhluk hidup di sekitamya. Padahal
sumb€r-sumlr€r alam dan manrrsia ifu adalah faktor utarna
yang menghasilkan pertumbuhan y.ng tinggi terebut.
Oleh karena itu, serinSkali ie4adi bahwa p€mbangurEn
yanS diangtap b€rhasil temyata tidak memiliki daya keles-
tarian yant memadai. Akibatnya, pembantunan ini tidak
brsa berkelanjutan, atau lidak suslainoble.
Karena itu, dalam kriteria Leberhasilan pembangunan
yang paling balu, dimasukkan juga faktor kerusakan
lingkuntan s€bagai faktor yanS menentuLan. Apa gunanya
sebuah pembanturu^ ya g Wda saat ini memang tinggi
produktivitasnya, merata pcs$adan krkafaannf., Etapi
dalam jangka sepuluh tahun atau duapuluh tahun men-
datang akan kempes karena kehilangan sumber daya yang
men,adi impu-ls utama Pertumbuhan tersebut?
Karena itu, perlu dipertimbangkan faktor-faktor baru s€-
bagai tolok ukur telhadap keberhasilan petnbanSunan, se
perti misalnya kerusakan sumber daya alam, Polusi yang
te4adi akibat limbah industri, dan sebagainya. Bila faktor-
faktor ini diikut-sertakan sebagai tolok ukur, daftar urut
keberhasilan pemba.tunan dari negara-negara yan6 ada di
dunia ini akan mengalarni P€rubahan.

5. Keadilrn Sosial dan K€tinambu[gan

Demikianlah, tolok ukur p€mbangunan yang berhasrl, yang


s€mula hanya mehberi tekanan Pada hngkat Produktivitas
t'konomi sebuah negara, kini meniadi semakin komPleks
Dua faktor baru yang ditambahkan Pada Pembahasan di
atas, yakni faktor keadilan sosial (Pemerataan PendaPatan)
dan faktor lingkungan, bertunE,si untuk melestarikan P€m_
bangunan ini, suPa]ra bisa beriangsung terus secara ber'
kesinambungan.
Sebenamya, faktor keadilan sosial dan faktor lingkungan
'aling berkaitan erat. Yang Pertama, keadilan so6ial, bukan-

7
lah faktor vang dimasukkan atas dasar Pertimbangan mo
ral, yaitu demi keadilan saia. TetaPt faktor ini berkaitan
dengan kelestarian pembangunan juga. Bila te4adi kesen-
iangin yang tetlalu melcolok antara olanS-orang kaya dan
mis-kin,'masyarakat yang bersangkutan men,adi rawan se
cara politis. Orang-orang miskin itu cenderung untuk me_
nolak status quo yang ada. Mereka ingin memPerbaiki diri,
dengan mengubah keadaan. Oleh karena itu, bila konfiSu_
rasi kekuatan-kekuatan sosial memungkinkan (misalnya,
teriadi pertentangan yang tajam antara kaya dan miskin,
teiadi perpecahan di kalangan milite! dan sebagian dari
mereka mendukrmg kelompok yang mau mengubah ke''
adaan, kelompok orang-oran8 miskin ini terorganisir secara
relatif baik, dan sebagainya), akan teiadi Seiolak Politik
yang bisa menghancurkan hasil pembaflgunan yang sudah
dicapai.
Dengan demikian, seperti ju8a masalah kerusakan alam
yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan,
Iaktor keadilan sosial juga merupakan semacam kerusakan
sosial yang bisa mengakibatkan dampak yang sama. Ke-
rusakan sosial ini antara lain dapat diukur oleh indeks Cini
dan tingkat kualitas kehidupan fisik seperti yang dicer
minkan oleh tolok ukur PQLL Karena itu, dapat dirumus-
kan bahwa pembangunan yang berhasil mempunyai unsur-
unsur sebagai be kuti

Bartr.iEmtunlEn: - ri.br T64.dl


K.,EkanS6€i
- Ib.r T.ij.d
Kdu.rtan Atar

8
Denukraniah, konsep pembangunan menjadi semakin kom-
pleks, tidak hanya terbatas pada rnasalah pertumbuhan eko_
nomi saia, tetapi juga meliputi masalah sosial dan lingkungan.

III. BEBERAPA CABANG ILMU EKONOMI


1. Ekonomi Trrdisional

Ilmu ekonomi membahas pehbangunan dalam pengertian


f.e.tumbuhan material. Ekonomi b€rulusan dengan p€n6e-
lolaan berbagai sumber dava, bark sumber daya material
maupun iumber dava manusla, 5updya dapat rnenygah-
tcrakan masvaralrr. Seperh yang,ilkatakan oleh Todaro,6
ilmu ekonomi tradisional berurusan dengan sumtlersullber
produkhf langka supava dapat digurakan secala efisien
serta murah, dan supaya sumber-sumber produktif ini bisa
dikemuangkan s€paniang wakhr, untu-k menghasilkan ba-
rant dan iasa secara terus menerus. Yang dimaksud dengan
ilmu ekonomi tradisionai adalah aliran ekonomi klasik dan
neo-klasiK seperti yang pada irunr.iva diaiarkan di univer-
:ltas-unlversltas di Amerika c:.r, Ingt s oadJ saat ini.
i,lisainva, pemeflntah a(an membeflkan bantuan kepada
sebuah usaha pertanian. Ada dua calon. lertama, sebuah
usaha pertanian yang diketola oleh sebuah perusalraan
swasta vang modem. Di aana s,.riah ada sis:rm ingasi yant
iengkap, ortamsasi manaiemen vang baitr.. serta mesin-
mesin vang dapat mengeloia hasil pascapanen meniadi ko-
rnodih rndustri vang lebfi iiggi nilai tambahnva. Calon
iain adalah seblran .iesa pertanian yang terdi dari keluar-
ga petani. Irigasr masih halus dibuat, beium ada organisasi
nanaiemen vang mempersatukan sistem produlsi keluarga
tersebut, apalagi mesin-mesrn industli untul menqelola ha-
sil oascaianennya.
KeputLlsan .rpa taig irpat :iantggap paiirg baik yang
xa.rs diambil oleh pemerintah? Bila vang meniadi tuiuan
adaiah peningkatan produ-ksi daii barang ],ant iangka, ielas
bahwa bantuan harus diberikan kepada eerusahaan modem
ters€but. Bantuan yang diberikan akan segera merrghaailkan

9
kornoditi industlr yant akan rnemberikan nilai tambah
yang besar. Ini adalah keputusan yang diambil berdasarkan
ilmu ekonomi tradisional, yang mengutamakan Penin8katan
sumber atau baran8 langka.

z Ekonomi Politik

Cabang ilmu ekonomi lain adalah ilmu ekot|@n : pdlik. Eko


nomi politik lebih luas daripada ekonomi tradisional. YanS
dipelaiari antara lain adalah proses-proses soEial dan in-
stitusional di mana kelompok-kelompok elite ekonomi dan
politil berusaha mempengaruhi keputusan unhrk menSal.>
kasikan sumber-sumber produktif langka untuk masa seka-
rang atau mendatang, baik untuk kepentingan kelompok
tersebut rhaupun untuk kepentingan mas)'arakat luas. De-
n8an demikian, ilmu ekonomi politik membahas hubungan
politik dan ekonomi, dengan tekanan pada peran kekuasa-
an dalam pen8ambilan keputusan ekonomi.'
Dalam contoh tentang rencana pemerintah untuk mem
beri bantuan kepada usaha pertanian itu, ilmu ekonomr
Politik akan mempelaian bagaimana proses keputusan ci-
ambil. Kalau temyata p€melintah akhimya memberi ban-
tuan Lepada perusahaan swasta yang modem itu, bata,-
mana proses kepuhrsan itu terjadi. Apakah keputusan itu
diambil karena pemerintah dipengaruhi oleh ideologi eko-
nomi klasikal atau neo-klasikal yang mengutamakan per-
tuntbuhan? Atau ka.ena perusahaan swasta tersebut punya
hubungan-hubungan lJrusus dengan para pengambil ke-
pufusan di kalantan pemerintahan, dan melalui hubungan
khusus ini keputusan itu dipengaruhi? Atau perusahaan
tersebul merupalan sumber dana bagi sebuah partai yang
berkuasa, sehingga keputusan tersebut dapat dipengaruhi?
Inilah yang meniadi minat perhatian ilmu ekonomi politil.

3. Ekonomi Pembangunan

TodaroE membedakarurya lagi deigan rlrl:t't ekonomi pbmba-


Ekonomi pembanguan, menuJuhya, lebih. luas
',8!rrar.
10
lagi. Ekonomi pembangunan berurusan dengan melanistre
ekonomi, sosial dan institusional, bait di ;kbr pemerin-
tahan maupun swasta, untul mmciptakan perbait<an-per-
baikan yang luas dan cepat dalam taraf kehiiupan m.aiya-
rakat miskin yang kekurangan makan dan buta huuf'di
Asia, Afrila dan Amerika tatin. Ekonomi pembangunan
dengan demikian berurusan dengan perubahan struktural
dan mstitusional yang cepat d.n meliputi seluruh masya-
rakat, supaya hasil-hasil pembangunan bisa dilaksanakan
dengan cara yang paling efisien untuk dibagikan kepada
rakyat banyak. Ekonomi pembangunan menekankan peran
pemerintah dalam membuat perencanaan ekonomi yang
terkoordinir, yan8 didasarkan pada dukungan yang luas,
baik dati dala6 negeri mauputr dari luar negeri. Sehua ini
rnerupakan unsu!-r[rsur yang dipelaiari dalam ekonomi
Pehban8unan.
Kembali pada contoh di atas, dalam ilmu ekonomi pem-
bangunan persoalannya meniadi bagaimana bisa diusaha-
kan supaya keputusan yang diambil men$rntungkan orang
banyak, khususnya penduduk miskin di desa. K.mudian,
kaiau keputusan itu sudah diambil, faktor-faktor apa yant
dapat mempercepat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi
di desa tersebut. Atau, dilihat iuga hambatan-hambatannya,
sebelum dan sesudah keputusan diambil, baik hambatan
domestik maupun intemasional. Adakah, misalnya, nilaj-
nilai budava penduduk setempat yang membuamya me-
nolak masuknva teknologi ]'ang lebih canggih dalarn me'
ngelola iahan pertanian? Kalau ada, bagaihana mengubah-
nva. Atau, yang jadi masalahnya adalah sistem pemasaran
lroduksr oertanian \ang didominasi oleh pcrusahaan multi-
raslonail Kalau begini, baBartnana mengatasinya?
Dalaa cabang studi illrru ekonomi pembangunan dan
,konomi paiitlk ielas 5ahwa studr ekononi tidak bisa lagt
.1emba!a!! dlri pada pembahasen di bidanS ekonomi saia.
!akni bneaimana iiengefisieni.rn dan mengembantkan
]lmber-::umber produktif yang lanti€. Dalam ekonon r
rembantunan, masalah politik dan kebudayaan s€rta keter_
kaitannya dengan sistem Perekonornian intemasional drasuk

11
dalam pembahasan. Juga Pengertian pengefisiensian dan
pengembangan sumber-sumber produkdJ yang langka di-
tegaskan sasarannya, yakni untuk kePentingan rakyat mis.
kin. Dengan demikian, dalam ekonomi pembangunan, bu-
kan saja peningkatan Produktivitas menjadi Penting, tetaPi
juga, bahkan terutama, disttibusi yang merata dari hasil-
hasil produksi m€:rjadi .1.';at DentinS.
Untuk memperielas kawasan studi ekonomi PembanBun_
an, Todaro' mengaiukan beberaPa Persoalan yanB diSumuli
oleh cabang ilmu ini (antara lain):

L Dari mana sumber dana Pembangunan nasional dan


intemasional?..Siapa ydE Palin8 diuntgngkin oleh pem-
bangrman itu dan medgapa? MengaPa negara tertentu
atau kelompok tertentu terus meniadi semakin kaya se-
dang yang lainnya tidak?
2. Bagai$ana prosesnya sampai negara-nega,ra di Dunia
Ketiga terlilit utan8 dan apa damPaknya terhadap Pem-
bangunan nasionalnya?
3. Apakah masuknya modal perusahaan multinasional me-
rupakan sesuatu yang baik bagi negara miskih, dan
kalau memant baik, apa syamt-syaratnya?
4. Apakah utang dari kaya berdampak po-
^egata-negara
miskin? Kalau ya, aPa syaratnya d"n
sitif bagi negara
untuk apa sebaiknya utang tersebut digunakan? Lalu
apakah negara-negara kaF sebaiknya terus memberr
utang kepada negara-negara miskin, apa syalat dan tuiu_
armya?
5. Apakah ekspor dari komoditi p mer seperti misalnya
hasil-hasil pertanian telus dikembangkan di negara-
negara miskin, atau s€baiknya negara-negara i^i meElu.
satkan diri pada pembang$an industri, terutarna in-
dustri barang modal, secepat mungkin?
6. Apakah perdagangan mternasional berdampak pooitif
bagi pembangunan di negam-negara miskin? Kalau ya,
siapa sebenamya yang diuntungkan oleh perdagangan
semacam ini, dan bagaimaru keuntungan perda8angan

12
L menyebar di antara negara-negara yang ada? Kalau
tidak, apa alternatilny a?
7. Kateta 7V/" alau W" pendudul di negara miskin hidup
di pedesaaan, bagaimana cara yang paling baik untuk
melakukan pembangunan pertanian?
8. Apakah sistem pendidikan di negara-negara Dunia KF
tiga memang membantu Fmbangunan ekonomi, atau
sistem vang ada hanya merupakan mekanisme untuk
memungkinkan kelompok-kelompok atau klas-klas ter-
tentu mempertahankan kekayaan, kekuasaan dan penga-
ruhnya?
9. BagaiFana asalnya dan apa dasamya sehingta negara-
negara di Dunia Ketiga menuntut dibentuknya Tata Eko-
nomi Dunia Baru? Apak h Tata Ekonomi semacam ini
mungkrn, apa yang meniadi unsur-unsur utamanya dan
bagaimana dar.npaknya bagi kehidupan ekonomi negara
miskin?

Tentunya, masih banyak pertanyaan yang bisa diaiukan.


Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya seba8ian sara, untuk
sekadar menunjukkan ruang lingkup dari masalah pemba-
ngunan yang digeluti oleh Teori Ekonomi Pembangunan.
Dengan bekal pengertian tentang pemba.ngunan s€cara lebih
kompleks ini, marilah kita rnencoba drengkaii teori-teori
pembangurun yang ada.

IV. PEMBANGUNAN: FAICTOR MANUSIANYA


Konsep-konsep pembangunan di atas, termasuk konsep
pembangunan yang sudah diperluas yang Erelibatkan aspek
lingkungan dan keadilan so6ial, pada dasarnya riasih b€r-
silat Etat€rialistis. Yang dipersoalkan terbatas pada p€t-
soalan materi yang mau dihasilkan dan yang mau dibagi.
Hal ini disebabkan ka-'ena teori pembantunan rnasih sangat
didominasi oleh para ahli ekonomi.
Kalau kita renunglarL pembangurun seb€$amya rreliPuti
dua uruur pot@k. Pertama, masalah materi yant mau di-

13
hasilkan dan dibagi. Kedua, masalah manusia yant lneniadi
pengambil inisiatif, yang menjadi manusia Pembangun
Para ahli ekonomi memang berbicala tentang SDM atau
sumber daya manusia. Tetapi pembicaraan tentang manusia
di sini lebih menekankan aspek keteramPilan. Dengan de_
mikran, manusia lebih dianggap sebagai faktor Produksi,
dan faktor maflusia yang dipe.hatikan lebih ditekankan
pada petungkatan produksL saja Dengan demikiao, masalah
manusia dilihat sebagai masalah teknis untuk peningkatan
keterampilan, melalui bermacam sistem pendidikan.
Yang kurang d:persoalkan adalah bagaimana mencipta-
kan kondisi lingkungan, baik lingkungan politik maupun
lingkungan budaya, yang bisa mendorong lahimya hanusia
kreatif. Proses-proses yang teiadi dalam diri individu yang
melnungkinkan teradinya manusia kreatif juga kurang
dipersoalkan. Pada titik ini kita berbicara tentang faktor-
faktor non-material, seperti adanla rasa aman, rasa bebas
dari ketakutar! dan sebaBainya. Hanya dengan diciptakan-
nya suasana ini, kondisi yang merangsang kreativitas (yang
pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusid pem-
bangun yang punya inisiatif dan dapat memecahkan ber-
macam persoalan) dapat diselenggarakan. Dengan demi-
kian, pembangunan tidak hanya berurusan dengan produk-
si dan diskibusi bamng-barang material. Selain itu pem-
bangman juga harus menciptakan kondisi-kondisi yang
mernbual manusia bisa mengembangkan krcativitasnya.
Bagairnanapun iuta, pembangunan pada akhimya harus
difuiukan pada pembangunan manusia. Manusia yang di-
bangrur adalah manusia yang keatif. Untuk bisa kreatil,
manusia tersebut harus merasa balaqia, merasa aman dan
bebae dari rasa takut. Hanya manusia seperti inilah yang
bisa menyelenggarakan pembangunan dan memecahkan
masalah yang diiumpainya. koduktivitas dan distribusi
hasil-hasil pembangunan yang digeluti oleh ilmu ekonomi
fEnya meltrpakan akibat dari pembangunan yang berhasil
membangun manusia p€mbangun ini.
Untuk membentuk manusia a€macam itu, pelbagai aspek
harus dibicarakan. Diperlulan studi tentang psit<itogl ie-

14
wiraswdstaan: bagarmana keativitas bisa terbentuk dan
tumbuh dalam diri seoran8 individu? Dibutuhkan studi
tentang kebudayaan: bagakrana nilai-nilai dalam masya-
rakat terbentuk dan tumbuh dalam suatu kelompok manu-
sia? Apa peran a8ama? Kondisi politik yanS bag.irhana
yang harus dikembangkan dalam s€buah masyaralat, su-
paya memungkinkan ,iwa kewiraswastaan tuuncul dan me.
ngembang?
Hal-hal inilah yang akan meniadi pokok pembahasan
pada bab-bab berikutnya Dalam pembahasan selaniutnya,
para ahli ilmu sosial di bidang psikoloSi, so6iologi, politik,
antropologi dan Iainnya akan dilibalkan dalam membahas
dan menyusrfr teoriteo.i pembangunan. Keterlibatan me_
.eka merupakan reaksi terhadap teori Pembangunan yang
sampai saat ini masih didominasi oleh Para ahli el(onomi.
Pembangunan, pada akhimya, merupakan masalah yang
harus didekati secara interdisipliner melalui berbagai di'
siplin iLnu. tlarus!

15
BAB II
T'EORI MODERNISASI:
PEMBANGUNAN SEBAGAI
MASALAH INTERNAL

I. PEMBAGIAN KERJA SECARA INTERNASIONAL


Ada suatu masa pada abad vang lalu di mana Teori Pem-
bagian Keria Secara [nternasional merupakan teorr yang
dianut. Para ahli ekonomi, termasuk mereka vant purya
posisi penting dalam menentukan kebijakan perdagangan
luar negeri sebuah negara, mengil\uti teori lnl.
Teori-teori ini pada dasamya oenyatakan bahwa setiap
negara harus melakukan spesialisasr produksi sesuai de-
ngan keuntungan komlaratif vnnt dimilikjnYa. Netara
negara Ci katulishwa vang tanahnva subur, misalnya, lebih
baik melakukan spesialisasi di bidang produksi pertanian
Sedangkan neSara-negara di ba5;ian bumi sebel'ah utara,
,'ang iklimnya tidak cocok untuk usaha pertanian, sebaik,
nya rflelakukan kegiatan produksi di bidang industri. Me-
reka harus mentembangkan teknologi, untuk menciptakan
keunggulan komparatif bagi negerinya.
Kalau negara-negara di katulistiwa bergerak di birlang
industri, dan negan-negara di belahan utara bumi ini be.
keia di bidang pertanian, ongkos produksinya akan lebih
mahal. Dibutuhkan investasi di bidang industri bagi
neSara-negara di katulistiwa, dan dibutuhkan investasi un-
tuk men)'uburkan tanah dan melawan musim dingin bagi
neSi[a-negaE di belahan bumi utara, sehingga produksi
yang mercka hasilkan akan meniadi tebih maial.
Karma adanya spesialisasi i,.i, teiadital perdagangan
intemasional. Perdagan8an ini sa.lhg mmguntungkar ke-
dua belah pihak Negara-negara pertania^ dapat mehbeli

76
barang-barang industi secara lebih murah (daripada mem-
produksikarmya sendiri), dan [egara-negara industri dapat
membeli hasil-hasil pertanian secara lebih muah (dibarF
dingkan kalau memproduksikannya sendiri).
Selanjuktya, Teori Pembagian IG4a Secara InternasiorEl
ini juga menyatakan bahwa perdagangan internasional akan
menguntungkan semua pihak. Harga barang akan tutun
dan mencapai titik terendah bila te{adi perdagangan bebas.
Kemaiuan teknologi di negara-negara industri akan meng-
akibatkan produksi jadi berlimpah dan murah. Karena ih!
harga barang industri akan tutun, dan ini akan mengun-
hjngkan negara-negara f€rtanian- Hat yang sarna, halga
produksi haEil-hasil pertanian juga akan tu-aun kar€na pro-
duksi berlimpah dengan bertambah canggihnya teklrolo$
yang dipakai. Di sini bekerja "tan8an yang tidak kelihatan"
Adam Smith.
Pada akhirnya, seperti yang dikatakan oleh Todaro,l
"pemban8lman yang didasarkan pada kemandAian diri sen-
diri melalui itotasi sebagian atau keseluruhan, diangtap
sebagai pem bangunan yang secara ekono$is kurang baik
dibandingkan dengan pembangunan yang mengikut-serta,
kan diri ke dalam perdagangan internasional yang bebas
dan tidal terbatas." Dengan kata lain, pembangunan yang
paling baik bagi suahr negara menurut teori di atas adalah
pembangunan yang meleburkan diri ke dalam kegiatan
ekonomi dunia, karena pada dasarnya negara-negara yang
ada saling tergantung, dan akan lebih menguntungkan bila
negara-netara salint mengisi kelehahan yang ada.

II. TEORI MODERNISASI


Teori Pembagian Keda Secara Intemasional, yang didasar-
kan pada Teori Keuntungan Komparatil yang dihil-iki oleh
setiap negara, mengakibatkan te.iadinya sp€sialisasi pro-
duksi pada tiap-tiap negara sesuai dengan keuntungan
komparatif yang mereka E liki. Oleh karena ih.L secara
umum, di dunia ini terdapat dua keiompok negara: (1)
negara yang memProdulsi hasil FrtaniarL dan (2) negara

t7
vang inemproduksikan barang industri- Antara kedua ke'
lompok negara ini teiadi hubungan daganS, dan keduanya,
menurut teori di atas, saling diuntungkan.
Tetapi, setelah beberapa puluh tahun kemudian, tamPak
bahwa negara-negara industri menjadi semakin kaya, se'
dangkan ne8ara-negara pertanian semakin tertinggal. Nera_
ca perdaBangan antara kedua jenis negara ini selalu
mengunhrngkan n€gara-ne8ara )rang men8khusukan diri
pada produksi barang industri. OIeh karena itu, timbul
perlanvaan. apa yang meniadi penyebabnya? MengaPa ter-
jadi dua kelompok negara -vaitu negara-negara miskin
vang biasanya melupakan ne8ara pe anjan, dan negara-
negara kava yang biasan,va adalah negara industri?
Terhadap kenyataan ini, secara umum terdapat dua ke-
lompok teori. Pertama- teo.i-teori yang menielaskan bahwa
kemiskinan ini terrtama disebabkan oleh faktor-faktor inier-
nal atau fakto!'faktor yang terdapat di dalam negeri negara
vang bersangkutan. Teori kelompok pertama rni dikenal
Jengan nama Teori Modernisasi, _van8 akan segera kita
bahas.
Kedua. teorlteori r ar e lebih 'oanvak rnempersoalkan iak
ior'faklor eksternai sebagai penveb;5 teriadinya kemiskinai
di negara-negara terteniu. Kemjskitlan dilihat terutama se-
bagai akibat dari bekerjanva kekuatan-kekuatan luar yang
menyebabkan n€Bara yang bersangkutan gagal meiakukan
pembangunannya. Teo -teori ini, vang masuk ke dalam
kelompok Teori Struktural, akan kita bahas pada bab men-
datang.
Sekarang, marilah kita bicarakan beberapa teori yang
tergolong ke dalam kelompok Teori Modernisasi. Teori-teori
ini dipilih karena masing-masing teori dianggap mewakili
satu pokok pikiran tertentu. Dengan mernbahas beberapa
teori ini dalam bentuk rangkaian, diharapkan perkembang-
an Teori Modemisasi bisa digambarkan dengan agak jelas.

1. Teori Harrod-Domar: Tabungan dan Investasi


Salah satu teo ekonomi pembangunan yang sampai seka-

18
rant masih terus dipalai, me6kipun sudah dikembantkan
secara lebih canggih, ada.lah teori da.i Evsey Domar dan
Roy Harrod. Kedua ahli ekonomi ini, y?ng bekeria s€ca.a
terpisalr mencapai kesimpulan yang sama, yakni bahwa
pertumbuhan ekonomi diEntukan oleh tingginya tabungan
dan investasi. Kalau tabungan dan investasi rendah, per-
tumbuhan ekonohi masyarakat atau negara tersebut juga
akan rendah. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi, ta-
bungan dan investasi ini kemudian dirlrmuskan dalam ru-
mus Harrod-Domar yang sangat terkenal di kalangan para
ahli ekonomi pembangunan.
Seperti dikatakan di atas, teori ini sudah banyak menga.
lami modifikasi, sehingga meniadi lebih canggih. Tetapi
pada intinya, rumr.6 pembangunan Harrod-Domar ini ma-
sih dipertahanlen. Rumus ini didasarkan pada asunsi bah-
wa masalah pembangunan pada dasarnya melupakan
masalah menambal <an rnvestasi modal- Masalah keterbela-
kangan adalah masalah kekuran8an modal. Kalau ada mo-
dal, dan modal ihr diinvestasikan, hasilnya adatah pem_
bantunan eLooomi. SePerti yang dikatakan olPh Blomstrom
drn Hettne'

Melihat pe.Haln yang tamPak antan netara-ne8a.a


indu5tri dan neSara-negara yane sedant b€lk€mban&
dlbutlah usaha-usaha untul m€ngtan$arkan tingkat
dan macad-macatn asPek dari k€te.belakant n. Per'
soalan kete'belakangan kernudian dirumuskan sebagai
ma$l.h kekuangan, yakni kek\uanSan trsdal.

Karena itu, berdasarkan Pada model ini, reseP Pala ahli


ekonomi pembangunan di negala-negara Dunia Ketiga un_
tut memecahkan persoalan keterbelakangannya adalah de-
ngan mencari tambahan moda.l, baik dari dalam negeri
(dengan mengusahakan peningkatan tabungan Jala.trr nege-
ri), maupun dari luar negeri (melatui Penana$an modal
dan utang luar negeri).
Modifikasi-modifikasi dad teori Harrod-Dodiu lnemang
terus teriadi. Tetapi PrinsiPnya sada: kekutangan 6odal,
tabungan dan investasi meniadi masalah utama Pem_

19
bangunafl. Salah satu teori yang merupakan modifilGsi dari
teori ini, misalnya, tercermin pada Teori Rostow tentang
tingkat-tingkat pertumbuhan dan tinggal landas (yang akan
dibahas nanti). Meskipun ditambahkan bermacam faktor
lain, pada intinya Rostow berbicara tentanS usaha peninS-
katan tabungan dan investasi dalam memacu perkembang-
an sebuah masyarakat untuk mencapai posisj tinSgal
landas.
Teori Harrod-Domar memant tidak mempersoalkan
masalah manusia. Bagi kedua tokoh itu yang pentin8 ada
lah menyediakan modal untuk investasi. Masalah rnanusia-
nya diantgap sebagai sudah tersedia.

2. Max Weber: Etika Prctestan

Berbeda dengan Teori Harrod,Domar, Teori l{eber mem-


persoalkan masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai
budaya di sekitamya, khususnya nilai-nilai agama. Mar
Weber adalah sosiolog rerman vang dianggap sebatai ba-
pak sosiologi modem. Di3 membahas bermacam gejala ke-
masyarakatan, mjsalnva tentang perkembantan bangsa-
banSsa di dunia, tentang kepemimpinan, tentang birokrasi,
dan sebagainya. Salah satu topik yanS penring bagi masa,
lah pembangunan yang dibahas oleh Max Weber adalah
tentang p€.an agarna sebagai faktor yang menvebabkan
munculnya kapitalisme di Eropa Barat dan Aherika Serikat.
Pembahasan ini dite$itkan dalam dua buah esei pada ta-
hun 1904 dan 1905, yang kemudian diterbitkan menjadi
sebuah buku.dengan iudvl Tle protestant Ethic and the Spirit
ol Cap alism!
Dalam bukunya Weber mencoba menjawab pertanyaan,
mengapa beberapa negara di Eropa dan Amerika Serilat
mengalami kemaiuan ekonorni yang pesat di bawah sistem
kapitalisme. S€telah melakukan analisis, Weber mmcapai
keimpulan bahwa satah satu pmyebab utamanya adaiah
apa yang disebutnya sebagd Ett*, protestafi.
Etika Protestan lahir di Eropa melalui agama protestan
yang dilembangkan oleh Calvin. Di sini muncul ajaran

20
yant mengatakan bahwa seseorang itu sudah ditakdirkan
sebelurmya untuk masuk ke surga atau neraka. Tetapi,
orang yang bersangkutan tentu saia tidak mengetahuinya.
Karena itu, mereka menjadi tidak tenang, menjadi cemas,
karena ketidak-jelasan nasibnya ini.
Salah satu cara untuk mengetahui apakah mereka akan
masuk surga atau neraka adalah keberhasilan kerjanya di
dunia yang s€karang ini. Kalau seseorang berhasil dalam
kerianya di dunia, hampir dapat dipastikan bahwa dia di-
takdirkan untul naik ke surga setelah dia mati nanti. Kalau
kerianya selalu gagal di dunia ini, hampir dapat dipastikan
bahwa dia akan pergi ke neraka.
Adanya kepercayaan ini membuat orang-orang penganut
agama Protestan Calvin bekerja keras untuk meraih su*ses.
Mereka bekeia tanpa parlrrih; artinya mereka bekeria bu-
kan untuk mencari kekayaan material, melainkan terutama
untuk mengatasi kecemisarurya.a Inilah yang disebut se.
bagai Etika Prot6tan oleh Weber, yakni cara bekerja yang
ketas dan sungguh-sungguh, lepas dari imbalan matelial-
nya. (Memang, orang ini kemudian menjadi kaya karena
keberhasilannya, tetapi ini adalah produk sampingan yang
tidak disenga,a. Mereka bekerja keras sebagai pengaMian
untuk agama mereka, bukan urtuk mengumpulkan harta.
Tetapi Weber sendiri mengakui bahwa hal ini kemudian
berubah jadi sebaliknya. )
Etika Protestan inilah -yang meniadi faktor utama bagi
munculnya kapitalisme di Eropa. Calvinisme kemudian me-
nyebar ke Amerika Serilat, dan di sana pun berlembang
kapitalGme yang sukses.
Studi Weber ini merupakan salah satu studi peltama
yang meneliti hubun8an antara agama dan perhrmbuhan
ekonomi. (alau agama kita p€rluas meniadi kebudayaary
studi Webe! ini meniadi perangsan8 utama bagi munculnya
studi tentang aspek kebudayaan terhadap pembanguru.n.
Daiam melakukan penelitian tentang aspek kebudayaan ini,
pelan agarna pun meniadi sanSat PentinS sebagai salah
satu ni.Lai kemasyaralatan yang sangat b€rPengaruh ter_
hadap watga masfdralat tersebut.

21
iemenlnra rtu, istilah Etika Protestan meniadi sebuah
konsep umum I ang tidak dihubuntkan la8i dengan agama
Protestan itu sendiri Etika Protestan meniadi s€buah nilai
tentang ke4a keras tanpa pamrih unfuk mencapai sukses-
Dia bisa ada di luar agama Protestan, dapat menjelma
menjadi nilar-nilai budava di luar agama. Misalnya, salah
seorang pen8ikut lveber .li .\merika Serikat, Robert Bellah,
melalukan f.nplrt,dr para agdn", fohrEarva dj Jepang
Dal,rn lukrrr.va vang terk.nal l"krl3ri,.r F.,IXror, ' Llia me-
nvatalan bahwa apa vang disebut sebatai Etika Protestan
itu irga ad.t fada agama Tokugar".a. Karena itulah, Jepang
ttrh.lsil m€!r,bangun iaprtalisme dengan p€rturnbuhan eko-
nomi yang tinggi.

3. David Mccleltand: Dorongrn Berprestasi atau n-Ach

Mcclelland adelah seorang ahli psikologi sosiai Dia men-


iad! t?rlaril- iada n-,asalah pembangunan karena melihat
adaiva ker.rkinan:i.rn keterbclakangan pada banvak ma,
.vardkar li 'lIId :'ri ADa ger,rnEdn \anB nenyebal-kar.
,:"a' Dalam \..-1,ah ! Irsarr\.a \lLClelland bercerrta 6

Sa"r 5.hi! sa.:ai rerkesan paJa analisis yant brJa\


tenhng hubul8an antara Prot.sranisme dan semanSit
rdnc d,.rar.,leh.htr so.'oto8i lerman rer
^ap[a.,rne
kenal, \iri Web€r Dia menSatakan bahwa sifat-sifat
vang mcmbcddldn anrdra seor.ne wrraswasta protesran
Jin pelerJa b'asa. r"-r"* *r'[-".""g protesr.n d.ri
lekte yang sleh, bul2rurh karena mereta retan berhisjt
nFmhentuk lemba8.-lemba8a kapitatisme arau merrul*r
Iphrdmorian ydng prima. metaink n karen m€r€ka
meryeriakan p€kerjaa.nya dogan sernangat baru yang
sempur.a Dolrrin Uuft CalvinE rmr.n8 nasib yanS
telah ditentulan s€belumnya r€lah memaksa mecka un-
hrk mcnperhrruntkan setda asp€k teiudupan mereka
tecara .asronal dan unhrl bfkela ker.! sua m€mbur
<e8!la s€suatu *mpuma, s€suai densar posrsunerel!
di dun'a !€p€rn yanS sudah diietapkd oleh Tuhan.
'ni
Oleh karena itu, McClelland mengambil kesimpulan bahwa

22
untuk membuat sebuah peke4aan berhasil, yang paling
penting adalah sikap terhadap pekerjaan tersebut. persoalai
terpenting menjadi: Apakah seseorang memiliki serrr[grt
?an! yqng
serryln" d.lam menghadapi pekeriaannya? Apa-
kah dia memiliki keinginan uqhrk berhasil?
Dari sini, McClelland tiba pada konsepnya yang terkenal,
yaklni tlu rced ht Adtieoefient, kebutuhan atau dorongan
untuk berprestasi- Konsep ini disinglat dengair sebuah sin-
tol yang kemudian menjadi sangat terkenal, yaknij [-Ach.
Sepe*i iuga konsep Etika Protestar! keingirEtl, kebun han,
atau dorcngan untuk berprestasi ini tidak sekadar unfut
meraih imbalan material yang besar. Orang dengan n-Ach
yang tinggi, yang memiliki kebutuhan untuk berprestasi,
mengalami kepuasan bukan karena mendapatkan imbalan
dari hasil ke4anya, tetapi karena hasil kerja tersebut di-
anggapnya sangat baik. Ada kepuasan batin tersenditi k&
lau dia beihasil menyelesaikan pekerjaannya dengan
sempuma. Imbalan matedal menjadi faktor sekunder. De-
ngan konsep n-Ach ini, kita lihat pengaruh Max Weber
terhadap Mccleltand.
Selaniutnya McClelland mengatakan bahwa kalau dalam
sebual masyalakat ada banyak orang yang memiliki n-Ach
yan8 tinggi, dapat diharapkan masyarakat tersebut akan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Sumbangan Mcclelland ini tidak alan begitu beratti, bita
dia hanya berhenti di sini. Karena kons€p n-Ach sebenar.
nya hanya bentuk lain da.ri konsep Weber tentang Etika
Protestan.
McClelland kemudian melaktkan sebuah penelitian se-
iarah. Dokumen-dokumen kesusastetaan dari jaman Yunani
Kuno seperti pui6i, drama, pidato penguburan, suat yang
ditulis oleh para nahkda kapal, kisah epik, dan sebagai-
nya, dipelajari. Karya-karya telsebut dinilai oleh pala ahli
yang netral, apakah di dalamnya terdapat semangat n-Acll
Kalau karya-karya tersebut menunjuklen optihirme yang
tinggi, keberanian untuk mengubah nasib, tidal cepat me.
nyerah-itu berarti nilai n-Achnya dianggap tinggi. Kalau
tidak, nilainya dianggap kurang.

23
Dali data dan haEil penilaian ini ditemukan bahwa Per-
tumbuhan ekonorni yang sangat tinggi selalu didahului
oleh nilai n-Ach yang tinggi dalam karya sastra yang ada
ketika itu. Ka.lau karya-karya tersebut menuniukkan nilai
n-Ach yang rendah, pertumbuhan ekonominya kemudian
menununjukkan angka )'rng menurlrn./
Metode penelitian v..il8 sama digunakan la8i untuk
menganalisis pembangunan ekonomi di Spanyol pa.ra abad
ke-16. Di samping itu iuga diterapkan pada dua gejala
peningkatan pertumbuhan ekonorhi di Inggris; yang per-
tama pada akhir abad ke-16, yang kedua pada permulaan
Revolusi lndustri s€kitar tahun 180Gan. Hasilnya ternyata
sama, yalni bahwa peltumbuhan ekonomi selalu didahului
oleh karya-larya sastra yang mempunyai nilai n-Ach yang
6ngd."
Da.i kaiian seiarah ini, McClelland tambah yakin bahwa
adanya n-Ach yang tingg dalarn sebuah masyarakat akan
lEngakibatkan pertulrbuhan ekonomi bagi masyarakar teF
s€but. Apakah kesimpulan ini dapat juga dipakai untuk
masyarakat kita sekalang ini?
M.Clelland kemudian mengambil cerita anak-anak se.
bagai bahan untul mmgukur n-Ach s€buah masya.akat
modem. Alaaannya, di B€mua neg,na selalu dapat diiumpai
cedta anak fang diaialkan di sekolah atau diceritakan oleh
orangtua merela sebelum tidur. Iuga, cedt anak-arrak be-
luat dlpengaruhi oleh kepentingan polilit, sehingga tampil
3ecar. lebih Erumt. Oleh Latena itu, dikumpr kanlah sekitar
1300 crrita anak-anal yang beredar pada tahun 1925 dart
21 negara, dan dari yang betedar pada tahun 1950 dali 39
negan lainnya. Sep€rti juga sebeluonyd. cedta-erita ini
dbed nild oleh beberapa aNi berdaearkan kriteda tinggi
arau rrrrdah nilai n-Aclrnya.g
llarilnya m€rnrry s€perti yary diharapkan. Misalnya ko-
!€la8i anta.E t'mgkaf n-Ach pada ccrita anak-anat tahun
1925 dan FtuErbuhan peruLaian lbrik di negara &rsebut
antara tahun 1925 sampai trrhun f950, n ainya addah OJ3.
Sccarr 8tatistik, nitai ini dianggap c1!-up ting8i. Jadi, hrr
bungan ini jelar bulafi kebetu.lan salr.ru Dengan demikian,
memang dian€gap terdapat korelasi antara tingkat n_Ach
dengan keberhasilan pertumbuhan ekonomi. Inilibuktikan
lagi pada penelitian seienis di negata-negara lain.
Mccleuand kemudian berkesimpulan bahwa n-Ach ini
seperti semacam virus yang bisa ditu.larkan. ,adi, n-Ach
bukanlah sesuatu yang diwariskan 6eiak lahL. Oleh karena
itu katanya:rr

Kalan n-Achiel'enent be$iru pentinS, terutama unruk du-


nia bisnis, dia harus ditinakarkan nilainya !ehin88a rna-
kin banyak anak muda yang memiliki ,doronSrn ke.
wiraswastaan." K6ulitan dari rencan. yang baik ini
adalah bahwa dari hasil penelitiaa kami menernukan
bahwa cara yang palin8 baik untuk menumbuhkan ,r-
Achieoanznt i^i adalal\ rielalui k€luary., dan sulit setali
uh,k m€numbuhlainya d.lam skala yang bear.

Meman& Mcclelland menyelenggarakan bermacam latihan


manaiemen di pelbagai negara untuk menumbuh.kan n-Ach
ini. Tetapi sepedi yang dikatakannya, tempat yang paling
baik urtuk memupuk n-Ach adalah di dalam keiuargi
melalui orangtua. Pendidikan anak menjadi sangat penting,
cerita anak-anak yang beredar harus diarahkan pada nilai
n-Ach yang tinggi.

4. W.W. RGtow: Lirna Tahap Pembangunan'

Berbeda dengan kedua ahli sebelumnya, Rostow adalah


seorang ahli ekonomi. Tetapi, perhatiannya tidak terbatas
pada masalah ekonomi dalam alti sempit. Perhatiannyt
meluas sarnpai pada masalah sosiol i dalam proses pem-
bangunan, meskipun titik berat analisisnya masih tetap
pada masalah ekonomi.
Dalam bukunya yang terkenal, The Stoges of Economk
Cro1|th, A No11-Coh1tfi!fiist Manit'esto vang tr.ula-mula terbit
pada tahun 1960, Cia menguraikan teo nya tentang proses
pemcangunan dalam sebuah masyarakat- Seperti juga para
ahii ekonomi umumn)'a pada jaElan ihr, bagi Rostow peIn-
bangulan men-rpakan prose yant bergerak dalan' sebuah

25
garis lurus, yakni dari masyarakat yang terbelakang ke
masyarakat yang maiu. :roses ini, dengan Pelbagai variasi-
nya, pada dasarnya berrangsung sama di mana Pun dan
kapan pun juga. variasi yang ada bukanlah merupakan
perubahafl yang mendasar dari proses ini, melainkan hanya
berlangsung di permuk:an saja Rostow- membagi proses
pembangunan ini meri'lr hma rahap.rr yang akan kita
paparkan secara singkat di bawah ini.

4.7. M asyarakat Tnilisional


Ilmu pengetahuan pada masyarakat ini masih belum ba-
nyak dikuasai. Karena itu, masyarak3t semacam ini masih
dikuasai oleh kepercavaan-kepercayaan tentang kekuatan di
luar kekuasaan manusia. Manusia dengan demikian tunduk
kepada alam, belum bisa menguasai alam.
Akibatnya, produksi masih sangat terbatas. Masyarakat
ini cenderung bersifat statis, dalam arti kemajuan b€rialan
dengan sangat lambat. Produksi dipakai untuk konsumsi.
Tidak ada investasi. Pola dafl tingkat kehidupan generasi
kedua pada urnumnya hampir sama dengan kehidupan
Senerasi sebelumnya.

4.2. Pnkotdisi untuk Lc?as Lofldas


Masyarakat tradisional, meskipun sangat lambat, terus ber-
g€rak. Pada suatu titik, dia medcapai posisi prakondiei
tmtuk lepas landas. Biasanya, keadaan i i te4adi karena
adanya campur tangan dari luar, dari masyarakat yang
sudah lebih maju. Perubahan ini tidak datang kaena fak-
tor-faktor intemal masyankat ters€but, karena pada dasar-
nya ma8yarakat Eadisional tidak mampu unhrk mengubah
dirinya s€rdiri. Campur tangan dari'luar ini menigon-
cangkan ma8yarakat hadisional itu. Di dalamnya ;uhi
berkembang ide pembaharuan.

ld€-id. yant berlrdbary ini but tl s.ladar psrdap.t


yary m.nyed&an b.hwa t rniiu.n el@sd d.p.t di
capai, tetapi bahwa kemajuan ekonomi merupakan
suatu kondisi yang dip€rlulan untul lnen ap.i tuiuan-
tujuan lain yary dianttap baik k€b€6eran bary!., ke.
unturyan pribadl keaalrhuran urnum, .Lu kehiiupan
yary lebih bail b6g anal-arul nrereka nantrnya.rJ

Misalnya, seperti yang teriadi di Jepan& dengan dibukanya


masyalakat ini oleh armada angkatan laut Ame.ika Serikat.
Pada periode ini, usaha untuk meningkatkan tabungan
masyaralat terjadi. Tabuntan ini kernudian dipakai untul
melakukan investasi pada s€ktor-sektor produktif yang rne-
nguntungkan, termasuk misalnya pendidikan. tnvestali ini
dilakukan baik oleh perorangan maupun oleh negara. Se-
buah negara nasional yan8 s€ntralistis iuta terbentuk. Pen
deknya, setala usaha untul meningkatkan produlsi mulai
bergerak dalam periode ini.r{

4.3. lrpas Landas

Periode ini ditandai dengan tersingkimya hambatan-ham-


batan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
Peltumbuhan merupakan s€suatu yang berjalan wajaa, tarF
pa adanya hambatan yang belarti s€pelti ketika pada pe-
riode prakondisi untuk [epas landas.
Pada peliode ini, tabunSan dan investasi yang efektif
meningkat dari 5% mentadi 10olo dari pendapatan nasional,
atau lebih. Juga, inC,rtri-industri baru mulai berkembang
dengan sangat pesat. Keuntrngannya sebagian besar di-
tanamkan kembali ke pabrik yang baru. Sektor modem dari
perekonomian dengan demikian iadi berkembang.
Dalam pertanian, teknik-teknik baru iuSa tumbuh. Per-
tanian meniadi usaha komersial untuk mencari keuntungan,
dan bukan sekadar untuk konsumsi. Peningkatan dalam
produktivitas pertanian merupakan sesuatu yang penting
dalam proses lepas iandas, karena proses modemisasi ma-
syaralat membutuhkan hasil Frtanian yang banyak, su-
paya o(gkos p€rub.han ini tidak terlalu mahal.

27
4.4. Bergerak ke Ked.cu'nsaan

Seteiah lepas iandas, akan terjadi Proses kemajuan yang


terus bergerak ke depan, meskiPun kadang-kadang teriadi
pasant sunrt Anta: a 1C9: sampai 20o. dati PendaPatan
nasionai selalu diin\'est?.tka. kembali supava bisa ,reng-
atasi persoalan pertambahan penduduk.
Indus&i berkembang dentan pesat. Negara inl mehan'
tapkan posisrnya dalam perekonomian global barang-
barang yang tadin,va diimpo! sekarang diProduksikan di
dalam neteri; impor baru meniadi kebutuhan, sementara
ekspor barang.baranc barr: :neng,rr,: :ng, .moor
Sesudah 60 tahun sejaK sebuah negara lePas landas (atau
40 tahun seteiah peiode lepas iandas betakhir), tingkat
kedewasaan biasanva telcapai. Perkembantan mdustri ter-
iadi tidak saja meliputi teknik-teknik produksi, tetapi Frga
dalarn aneka baran8 yang diproduksi. Yang diDroduksikan
bukan saja terbatas pada barant konsumsi, tetdPi juga ba-
rang modal

4.5. Jarnan Korlsurnsi MasaL lang Tin&q


Karena kenaikan pendapatan masyarakat, konsumsr hdak
Iagi telbatas pada kebutuhar, pokok uhtuk hidup, tetapi
aeningkat ke kebuhrhan yang lebih unggi ProduKsl in-
dustri ,uga berubah, da kebutuhan dasar menjadi ke-
butuhan barang korsumsi yang tahan lama.
Pada periode irf, investasi untuk meningkatkan plodulsi
tidak Iagi meniadi tujuan yang palinS utama. Sesudah talaf
kedewasaan dicapai, surplus ekonomi akibat proses politik
yang te4adi diaiokasikan untul kesejahteraan sosial dan
penambahan dana sosial. Pada titik ini, pembangunan su-
dah merupakan s€buah plo6es yang berkesinambungan,
yang biEa menopang kemaruan secara terus menerus.

Teori Rostow tmtang lima chap pertumbuhan ekonohi ini,

28
seperti halnya teori-teori modernisa6i lailhya, didasarkan
pada dikotomi masyarakat tradisional din masyarakat
moderrL Titit tarFnttE dal.& geral kemaiuan diri ma_
syaratat yant Eatu k yang lainnya adalah periode lepas
latdas.
.Y"* .,W" Hicam tentant keperluan akan adanya
sefl:Tpok wira.swastawan, yakni orang-orang yang b€rani
Eelakukan tindakan pembaruan, rneskipun tinaaian ter-
setut ada risikonya. Dia keqrudian berbicara tentang kon_
disi-kondisi oosial yang melahi*an para wiraswastaw;n ini.
Rocowr5 menyebutkan dua kordisi'so6ial (l) adanya elibe
baru dalam masldraka] yary merasa diintkari haknla oleh
masyarakat tradisional di mana dia hidup, ,nhri men_
dapatkan ptestise dan rrencapai kekuasaan melalui cara-
cara konvensional y.ng ada, (2) trusyarakat Eadiriorul
yang ada cukup fletsibel (atau lemah) untut memperboleF
kan warganya mencari kekayaan (atau kekuasa; po[tik)
sebatai jalan untul menaiklan status"y" aaU^ masyarat i
ftiasanla hal ini dicapai melalui kepatuhan dan k&tiaan
terhadap yang bertuau).
Kelompok elite baru inilai yant akan men,adi ten ga
pendorong untul melalukan pembanran. Elite baru ini m;
rupakan kelompok orant yang fruskasi (dalam arti positio,
karena tatanan sosial-polit'* yang ada tidal memberi k+.
IY:n8kiT" untuk mengembangkan diri. Iij misalnya ter-
iadi pada kelompok pedagang (cikal batal dari kaum
burjuasi di iaman modem) di iadla. feodal, atau orang-
orant Yahudi di Eropa, atau or-dng-orang Cina di Asia
I enggara. Karena tidak bisa mernaiukan diri di
ialur sosia.l_
politilg mereka bergerak di bidang ekonomi dan kehudian
mendapatkai tempat terhormat, karena keberhasilannya
mengumpulkan kelayaan.
Dalam membahas masalah lepas landas pun, Rostow ber-
bicara tentant asFk-aspek non.ekonomi i^i. Baginya, lepas
land.s harus meftenuhi semua ian kehta Londisil6 yang
salint bgkaitan ini y.kni:

(1) meningkatnyl inv$trsi di sektor produkti{ dari

29
(katakanlah) 5'/" (atau kuraaa) menjadi 10"/. (atau lebih)
dari PendaPatan nasronal;
(2) tumbuhnya satu atau lebih sektor indusEi manufaktur
yang pentinS, dengan tingkat Pertumbuhan yang tinS-
8i;
(3) adanya atau munculnya secara cePat lembagalembaga
politik dan sosial lang bisa memanJaatkan berba8ai
dorongan gerak ekspansi dari sektor ekonomr modeh
dan akibat vang mungkin ter,adi dengan adanya
kekuatan-kekuatan ekonomi dari luar sebagai hasil dari
lepas landas; di samping itu lemba8a-lembaga ini ke-
mudian bisa membuat pertlrmbuhan meniadi sebuah
proses yang berkesinarnbungan.

Kondisi ketiga merupakan kondGi non-ekonomi yang


penting. fetapi, Rostow memang masih mengutamakff pe-
ran ekonomi dan lembagalembaga tersebut. Katanya:r/

Kondisi kehga menujuk kepada kesanggupan yang cu


klp (dari l€mba8a-lembaga ini) utul m€ngupulkan
modal dari sun6er,sumber dalam negeri....piakondisi
unhrk lepas landas memerlukan k€sanSSupan awat e
hrl mengSeralkan labugan dalim negen secara pro
duklit dan juga renciprakan *bual struttu yang me
munBkinkan tingkat tabungan yanS cu_kup tinSAi_

Yang dimaksud oleh Rostow misalnya adalah negara


yang rnelindungi kepentingan pata wiraawastawan untuk
melakukan akumulasi modal. Atau mernbedkan illim po-
litik yang mengutungkan bagi para indushiawan, aiau
orang asing untuk menanamkan modalnya. Meman& ftrngsi
dari lernbaga-lembaga non-ekonomi ini adalah mtuk me-.
nuniang pertumbuhan ekonomi. Tetapi, s€bagai seorant
ahli ekonomi, dmgan mmyebutkan lembaga-lembaga non--
ekonomi ini Rostow telah membuat langkah Fng sangat
beradi.
Dari uaian di atas kita iuga melihat bahwa pada dasar-
nya Rostow masih melilEt rnasalah p€mbangunan sebagai
masalah seperti yang diurailan oleh model Harrod-Domir.:

30
trnglatkan tal-un{dn dan rnl.estdsr produktrf
setrnggr mrmt.
Lembaga-lembaga non-ekonomr .epertr l"mblga jem-
lt-1
oaga polltrt ddn rosral IUqa harus drgerallan
rapar tujuan itu Kalru inr bisa dilakulan. rahap
rntrf *"n
l.,pa.
,....r_*-. I.€mudidn rahrp korsum.. ,nas.rt .."ng ,,ngg,.
aran seteia9li dr(apd; Telafr. lJntkah p.rtdn,a
oarr--eluii,lr
; L res vant prniang rn: dimular ocng"n mengi),lan8lan
:.rm5rtdn pddd ma.\..iralar t,1rJr)rona. .-..t\d mas\araL,
tersebut dapat nlemerdekakan drrr dari nrlar,nrlai tradisinvr.
dan mula: bergerak maiu Inr plas l"tr", ''
""" "1.",,";,.-
5. tsett F, Hoselitz: Faktor-Faktor Non-ekonomi

fakror.rartor non-.kun. mi sanr d,


Il::ulj
trngdalkanT,i-!"*'_
'" oleh Rostor\. dalam larvanra va"g t",i.nr.
lanE diberr tudul E(onomrc Crowth and Dei.e,opmer,r
Noneconomrc Factors ln Econon,c Delelopment. r , '
_
Faktor non-ekonomi ini disebut oleh Hoseiitz sebaqai
ttnskttttsan. 1-ang dianggap pennng dalam pio.
lil,:i|i,d",
ses pembangunan. Persoalan yang ditanydLan
oleh lioselrtz
adalah:

Nyatanya. RGro* membuat p€rbedaan hnStar rnvesrasr


Eho ant.c penbenrutan nrcdrl n-eto rcrhad:p
(ydkn,.
produk' nasronat neoo), Iepa! tand6, dar sedang mF
masuk tlhap revotusi induski. Sekar.n& nen8apa se
buah ekonomi riba-riba memiliki k€sanSgupan unhr
menabug d.n rnetakulan inv€.tasi sbagia'l b€s.I dari
pendapatannya, terurama bita dia tidal pernah
bisa
rhelakutarvrya untut
iangla wakru yan6 Iaru seb€tun_
nya,s.mpai pada r il lepa5 tandarr
Jawabannya ba-
rantkali bjsa ditehuLn kalau kita memnyakrn ip:trah
I(ondisi.linSkmgar umumnya sudah d;bentuL'p.da
rusa s€bel'lJn tepas hndas, *hin$! peninrralan
iefr
Dentutin modal neto menjadr menarik hrriEusvarelnr
terc€but dan diusahalan ,rrtuk dic.pai.b - '
Selanjutnya, Hoc€litz mengatalan:

f.ondli littgfuntaIt ir.i harus di.ari i€rulama datam

31
aspek-aspek non+konomi dari m"syarakar. Dengan kara
laia lepas dari p€ngembangan modat s€perti pernba-
ntunan sarana sistem tel€komui*asi serta baisport si
dar inv€.tasi dalam tasiliras FLbuha& FSudaryaa
d.n instalari-instalasi seret{s untuk Frdataryan tu.r
neSeri, banyak dan pembaruan-pembaruan yan8 t€rjadi
pad. periode peEiapannya didasarkar pad. perubahan,
perubahan pen8aturan ielemba8aan yang r€riadi dalam
bid.ng hukum, pendidikan, letuarSa dan motivasi.:r

HoseliE menamakan perubahan kelembagaan yang akan


mendulung proses lepas landas ini sebagai ,hadiah dari
masa lampau," yant sangat penting artinya.
Selaniutnya, Hos€litz kembali menekankan bahwa meski-
pun seringkali orang menuniukkan bahwa masalah utama
pembangunan adalah kekurangan rnodal Cfeori Harrod-
Domar), ada masalah lain vang juga sangat penting, vakni
adanya keterampilan ke4a tertentu, termasuk tenagi wiras-
wata yant tangguh. Karena itu, dibutuhkan perubahan ke-
lembagaan pada masa sebelum lepas landis, yang akan
mempentalul pemasokan modal, supaya modal ini bisa
meniadi produktif Perubahan Lelembagddn ini akan meng_
hasilkan tenaga wiraswasta dan adminjstlasi, serta keteram-
pilan teknis dan keilrnuan yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, bagi Hoselitz pem-bangunan membunri-
kan pemasokan dari beberapa uruu:a

5.7, Pernasokan Modal Besar dan perbankan


Pemasokan modal daiam jumiahyant besar ini, seperti yang
diuraikan oleh Rostow. memburuhkan lembagalembagi
vang bisa menggerakkan tabungan masyarakat dan mL
nyalurkannya ke kegiatan-kegiatan yang produl<ti.f. Hoselitz
menyebut!.an lernbaga perbanlan yang efel.tif. pentalaEtan
dari negara-negara Eiopa ketika {enialankan pro"L bpu.
landas menunjukkan pentingnya lembaga-lembaga perbin_
k1n. Tanpa lembaga-lembaga seperti ni, modal besar yang
ada sulit dikumpulkan s€hingga bis meniadi siasia dai
tidak menshasilkan peryrban'uia.. Hos€litz menunjuk

32
pengalaman di Cina pada abad ke-19. Sebagai akibat dari
korupsi para peniabat negara, surplus ekonomi yang te4adi
meniadi sia-sia, karena ditanamkan ke pembelian tan;h, atau
dipakai untuk mergkonsumsil?n barang-barang mewah.

5.2, P. asokan Tenaga Ahli daa Terumpil

Ienaga yang dimaksud adalah tenaga kewiraswastaa& ad-


ministrator profesional, iruinyur, afui ilmu pengetahuan,
dan tenaga ma-naierial yant tangguh. Di sahping itu, di-
sebutkan ,uga perkembangan teknologi dan sains harus
sudah melernbaga sebelum masyarakat tersebut melakulan
lepas landas. Inilah yang Eleniadi pentalaman di negara-
negara Elopa: semua hal ini sudah telsedia sebelum lepas
landas.
Kemudian, Hoselitz membicaral..an lebih iauh tentang te.
naga wir.uiwasta. Supaya orang-orang ini mrmcul, diper-
lukan sebuah masyalakat dengan kebudayaan tertentu. Ke.
budayaan yang dimaksud adaiah kebudayaan yang be!-
anggapan bahwa mencari kekavaan bukan merupakan hal
yang buruk. Kalau nilai-nilai budaya semacam ini tidak
ada, akan sulit s€kali jiwa kewiraswataan mtrncul. Misal-
nya, di masyarakat yang dikuasai oleh pala pangli.ma pe-
rang, para pendeta, atau para birokrat peoerintah, budaya
dan nilai-nilai yang rnendolong orang melakukan akumu-
Iasi modal sulit tumbuh dengan subur. Bila orang-orang ini
dianSSap merniliki status yant lebih tinggi daripada para
pedagang dan industrialis, jiwa kewtuaswastaan alan bet-
sembunyi.
Masih sehubungan dengan masalah dunculnya kaun
wiraswasta, Hoselitz kemudian membahas adanya sakeloEF
pok minoritas yang disingkilkan oleh masyarakat. KdoEt.
pok marrinal ini mengalami ptos€s afiomie atau kehilangan
pegangan nilai. Mereka seringkali mencari ja.lan lain unhrk
rnengangkat harga diri dan stahrs mereka. Biasanya, cata-
nya adal"ah dengan mmcari kekayaan. Mereka mentadi ke-
lompok kaum borjuis, yang kemudian menantang tata

33
masyarakat yang lama. teperti iiura&an di atas, Rostow
juga bicara tentan8 kelomPok ini.

Demikianlah Bert F. ire..:lii. membahas iaktor-faktor non-


ekonomi untuk melengkaPi faktor-Iaktot yang kurang di
Derhatikan oleh Rostow dalam menielaskan tenadlnva Pro-
ses tinggal landas. Tentunya masih banyak faklor non_
ekononii-lain yang bisa ditambahkan. TetaPi, dari Hoselitz
kita mendapatkan Pokok-Pokok Pikirri tentang faktot non-
ekonomi ;bagai unsur P.iting dalam memunculkan se-
buah proses vang bemama pembangunan.
Yang menarik ialal bahwa bila Para Pernilir sebelumnYa
membiri tekanan pana pendidikan individuai atau nilar'
nilai kebudayaan yang hiduP yang bisa menjadi hambatan,
Hoselitz bicara tentang adan)'a lembaga yarg menoPanS,
seperti lembaga penoidikan. Derbankan. mo:ilisasr mod"l
dan sebagainya. Tenrunva in] blsa dibentuk ialau aoa ke-
birakan negaia yang nendorong suPaya Proses kelembaga_
an ini te4adi. Negare, meskiPun tidak ciisebutkan seaara
eksplGit, menjadi penting dalam pembahasan faktor kelem-
bagaan ini- Daii fakto!-faktor Psikologi dan nilar-nilai bu-
daya, Hoselitz bergerak ke masalah yang Iebih nyata, yakni
lernbagalembaga politik dan sosial.

5. Alex lnkeles dar David H" smith: Manu3ia Modem


Alex Irikeles dan David Smith pada dasamya illga berbicara
tentang pentintnya faktor manusia s€bagai komPonen Pen-
ting penopant pembangunan. Pembangrman bukan sekadar
pgkara p€masokan modal dan tekBlogi saja. TetaPi di-
buhrhkan manusia yang dapat men8embangkan sarana ma-
tedal telsebut supaya menjadi produktif. Untuk im, di
buhrhkan apa yang dis€but oieh Inkeles sebagai. rnanwia
fiden.
Apakah manusia modem-itu? Dalam bulu mereka yang
terkEnal, Be@trir8 Modem,a ked$a tokoh itu mencoba

v
memberikan cid-ciri dari manusia yang dimalsud, yang
antara lain meliputi hal-hal seperti: ketelbukaan terhadap
pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang
dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, p€r-
caya bahwa manusia bisa menguasai alam dan bukan se
baliknya, dan s€baSainya. Ciri-ciri yang diberikannya tentu
saia bisa ditambah lagi, atau dikurangai, ata'i diktitik l(€-
tepatannya. Dalam hal ini, Inkeles dan Smith tidal berbeda
dentan Web€r dentan korEep etika Protestannya, atau Mc_
Cletland dengan kons€p n-Achnya. Bedanya, tnleles dan
Smith menguraikannya secara lebih rinci dan menguii kon-
sep-konsep ini dalam sebuah Fnelitian emPiris yang me
liputi penduduk di enam negan betkembang.
Unh* tuiuan buku ini, yang lebih penting adalah teori
Inkeles dan Smith tentang Pros€s pembentukan man8ia
modem, Pertama-tama, mereka menyatakan:

Kami berrnS8+an bahwa, baS.imanaPun iu8a, manl}


sia bisa diubah s€crra mend.lar set€lah dia m€ni.di
d€wasa, dan karena itu tak ada manBia yant !.taP
mmiadi man8ia kadisional dalam Pand.ngan dan ke-
pnb.dianny. h.ny. kar€na dl. o-rbesrrlrn dalam se
buah m.syaralat y.ng tr.dEional "

Artinya, denSan memberikan lingkungan yang tePat, s€tiaP


orang bisa diubah menjadi danusia modem setelah dia
mencapai usia dewasa.
Dari hasil penelitiannya, I-nlieles dan Smith6 m€arumPai
bahwa memang pendidikan adalah yang Paling efektif un-
tuk mengubah manusia DamPak Pendidilan tita kali lebih
kuat dibandingkan dengan usaha_usaha lainnya. Kemudian,
pmgalaman ke4a dan Pengenalan terhadaP media nrassa
merupalan cara kedua yang efektif. Penem.ran ini Inen_
dukung pendapat Danrel Lemer t?ng menekankan Pen-
tingnya medra massa seba8.l lembaga yang mendorong
oroees modernisasr.'o
Inteles dan Smrth kemudian menekar'Gn faktor penga-
laman keria, terutama Pengalaman keia di Pabdk, sebagai

35
faktor yang berPeran besar dalam mengubah manr'rsia tra-
disional menladi moder l-endan kata lain, seorang manu_
sia tradision;l bisa diuaah meniadi manusia modem bila
dia diteriunkan ke dalam lembagalehbaga ke4a yang
modem. $orang yang bekeria di Pabrik misalnya, diPaksa
untuk bekerja dengan menepati waktu, untuk membuat
oerencattaan, untuk bek'ia sama dengan oran8 lain dan
sebagalnyu. Dalam peneLriannya, Inkeles dan cmith me'
nemu- kan bahwa seorang manusia tradisional yang diter-
junkan ke dalarn lembaga keia yang modem bukan saia
bisa melakukan adaptasi yang cePat (berbeda dengan per-
sangkaan bahwa dia meniadi bingung dan kehilangan
orientasi), t€tapi dia juga bisa rnenyeraP nilainilai ke4a ini
ke daladr kepribadiannya dan mengekspresilannya kembali
ke dalam sikap, nilai dan tingkah Iakunya Dengan lain
perkataan, dia menjadi manusia modem.
' Untuk menjelaskan hal ini, Inkeles dan Smith2s mengam-
bil teori Karl Marx. Marx menyatakan bahwa kesadaran
manusia ditentukan oleh lingkungan rnaterialnya. Hubung-
an manusia dentan alat produtsinya membe bentuk dan
isi pada kesadarannya. Pendapat ini tampaknya dibenarkan
oleh hasil penelitian Inkeles dan Smith, di mana danusia
tradisional berubah menjadi manusia modem karena beker-
ia pada lembaga-lembaga keia yang modem, sep€rti rnisal-
nya di pabrik-pab k.
Bahkan kedua peneliti ini menemukan bahwa perbedaan
etnis dan perbedaan ata8la" yang dianggap sebagai faktor
pcnting dalam mengubah tingkah laku manusia oleh para
alrti ilrnu sosid yang menekankan faktor kebudayaan, te!-
nyata kuranE berperan penting dalam pembentulan manu-
sia ltlodetn.- Lcbih pentinp seperti sudah diungkaptan di
atar, adalah faktor pendidila[ dan pengalaman kerja di
le!$aga k€ria yang modem.

III. RANGKUMAN
Ada banyat vairasi dari teori-teori y.nt teryabung dalam
kelofipol T€ori Modernisasi. Yang diuaikan di atas hanya
beberapa teori yang dianggap mewaki.li beberapa pemikiran
aliran dari Teori Modemjsasi. Aliran-aliran yang ada, antara
lain:

1. Teori yang menekan-kan bahwa pembangunan hanya


merupakan masalah penyediaan modal untu-k investasi.
Teori jenis ini biasanF dikembangkan oleh para eko-
nom. Daiam buku ini, teori ini diwakilkan kepada Teori
Harrod-Domar.
.2. Teori yang menekankan aspek-aspek psikow indtuidu.
Teori McClelland dengan konsep n-Achnya dapat d!
anggap mewakili aliran ini. Bagi Mcclellan4 mendorong
proses pembangunan berarti membenfuk manusia wira-
swasta dengan n-Ach yant ting&i. Cara Fmbentukahnya
adalah melalui pendidikan individual, ketika hereka ini
masih anak-anak di lingkungan keluarga mereka. Kilau
manusia wiraswasta ini dapat dibentuk dalam jumlah
yang banyalc proses pembangunan dalaEr masyatakat
tersebut aLan menjadi kenyata.n
3. Teori yant menekankan nilai-rulai budaya. Teori Weber
tentang peran agama dalam pembentukan kapitalisme
merupakan sumber dari aliran ieori ini. Nilainilai ma-
syarakat, antara lain dali yang melalui agama, mem-
punyai peran yant henentukan dalam mempengaruhi
tingkah laku individu. Kalau mlarnilai yang hidup da-
iam masyarakat dapat diarahkan kepada sikap yang po-
srtif terhadap nertumbuhan ekonomi, ptoses pem-
bangunan dalam masyarakat tersebut dapat terlaksana.
.1. Teori yang menekanlan ada ya lelfubaga-lanbaga sosial
dan ditik yant mendukung proses pembangunan, se-
belum lepas landas dimulai. Teori Rostow (yang lebih
nrenekankan pada ptoses lepas landas) dan HGeliE
(yang membicarakan lembaga-lembaga yang diperlukan
menjelang lepas landas) merupakan contoh dari teori ini.
Berbeda dengan Weber yang menekankan nilai-nilai,
Hocelitz menekankan lembaga-lembaga yang kongkret.
Lzmbaga-ledrbaga politik dan sosial ini dipertulan untut

37
menFhrmPun modal \.ane hesar. serta hemasok lma8a
teknis. t.+r8a wiia<w..ta dan telnologr
5. Teori yan8 menekanlan hngkungon tial.tial, dala,x. lldl
ud linglungan peke4aan, sebagai lalah satu cara terbail
untuk membentuk manusia modem yang bisa memba-
ngun. hkeles dan Smith berbicara tentanS pe.soalan jni.
Berbeda dengan McClellanC yang menekankan pendidik,
an dalam arti 'manipulasi mental dari si anrk didik,
pada lnkeles dan Smith perubahan dicapai dengan se-
cara langsung memberikan pengaladan ke4a Di sinr
bukan "manipulasi mental yang dipakat sebagai instru-
men pen8ubah, tetapi pentalaman keqa yang diatami
s€cara nyata oleh si buruh yant mengubah sikap dan
tingkahlakunva. Tetapi memang lnkeles dan Smith iuga
mmyatakan bahwa pendidikan adalah cara yang paling
efektif untuk membentuk manusia modern.

Per5edaan vang ada pada macam-macam teori ini hanva


merulalrn perbedaan penekanan aspek vang dranggaf
_
ientint bdrk dalam mencipraksn rndnusra yang rkan ;;;-
5an8un. rrdupun Jal.,nr menrper:rapkan sardna mdterl.r.
'Intuk prmL'anEunan rllr scndir. :erapr, rnti JarL teofl_teorr
rni adalah sama Dengdn (.emrkian, yang menradi cirj
umurn da.l Ta\on Modemisasi adalah:

i Teon in. didasarkan pada dikL,tomr rntdra dpa vant


Cisebut modem dan vnng Endisional. yang modem'm.f
rupakan simbol dari kemajuan. pemikiran
'3fa ti'rta yang efisien, dan geterusnva.rang rasiondi.
Masvarakar
modem dianggap sebagai ciri dari masya;akat di ;egara_
netara industri maiu.
Sebaliknya yang tradisional. Masyarakat tradisional
merupakan masyarakat yang belum maju, ditandai oleh
cala berpikir yant irasional s€rta cara keria yang tidak
efisi€n. Ini dlelupatan cid masyarakat p"d;";
F";
38
didasarkan pada usaha pertanian di ne gara-riegara mis-
kin
2. Teori Modemisasi juga didasarkan pada faktor-faktor
non-material sebagai penyebab kemiskinan, khususnya
dunia ide atau alam pikiran. Faktor-faktor ini menjelnu
dalam alam psikologi individu, atau nilai-nilai kemasya-
aakatan yang meniadi orientasi penduduk dalam mem-
berikan arah kepada tingkah lakunya. Faktor-faktor non-
material atau ide ini dianggap sebagai faktgr yang man-
diri, yang bisa dipengaruhi secara langsung melaiui hu-
bungan dengan dunia ide yang lain. Karena itu, pen-
didikan m€niadi salah satu cara y.ng saryat penting
untuk mengubah psikoloti s€seorant atau nitai-nilai bu-
daya sebuah masyaaakat.
Dalam perk€mbangannya, memang ada teori yang
juga menekantan aspek kondisi material, seperti misal-
nya teori Hoselitz (yang menekankan pembenfukan lem-
baga-lembaga yang menuniang proses modemisasi), atau
Inkeles dan Smith (yang menekankan lingkunEan kerja
sebagai cara untuk menciptakan manusia modem).
Teori-teori ieperti ini memang merupakan teori peaalih-
an ke Teori Struktural, meskipun persoalan yang dibahas
berlainan.
3. Teori Modemisasi biasanya bersifat a-histo.is. Hulum-
hukurnnya sering dianggap berlaku secala universal. Dia
dapat dibellakukan tanpa memperhatikan faltor waktu
ataupun faktor tempat. Misalnya tentang prinsip
rasionalitas atau .fGiensi. Ada kecenderungan daai Eori-
teori ini untuk beranggapan bahwa prinsip ini bisa di-
berlakukan kapan saja dan di rnana saia. Kontek ma-
syaralat dan perkembangan masyarakat tets€but sepan-
iang seiarah kurang mendapat perhatian. Ada anggapan
bahwa masyarakat bergerak secara garis lurus atau
unilineal, dari sesuatu yang irasional menjadi rasional.
Misalnya, dari masyatakat tradisional meniadi masya-
rakat modem. Cejala ini dianggap sebagai suatu yang
universal, yang berlaku di masyarakat mana pun, pada
segala waktu. Masyatakat yang belum modem adalah

39
masyarakat yant terbe'dkang, sesua. dengan per_
kembangan dalam gar:s lluus tersebur pada- saatnya,
bila sudah sar..pat waktunva, masvalakat mr pada aklur-
nya alr.an mentadl modem. seFlerti vaJlg dialarni oteh
negara-negara di Eropa
4 Akhirnya. s€pertl yang rheniadj crn darj kelompok t€ori
ini. -faktor vang mendorong ata,.: menghambat
,fak!
pembantunan harus dtcar) di dalah negara,negara yan8
bersanlikutan, bukan di luamva t-,tisainya, k'urangnvi
pendidrkan pada sebattan besar penduduknva, adinva
nilai-njlal buda-va loka. vang kurang menghartai ke_
kayaan materral, dan sebagarnva Eaktor-fakior Grs€but
adalah fa-ktor rntemal n. .ara-negara yang bersangkutan

Kembdi pada persoalan kita semula tentang pertanvaan


mengapa ada negara,negara vang terbelalaig' (teruiama
neSara-negara pertarud:. oan ada negara-negara
vang rna.-
Iterutama negara-negarJ L.JLrskr:. flgr Teoir Mode;s.
-
lawabhya cukup ielas. ' et-i. negara vang belum ma;u ter-
seDut masih Eadlsiona:. Der.rrh berhasrl lefas landas.
kareno
baik orant-orangnva maupun nilar-nila. vanq hrduo or
masyarakar tersebut masih be,um modem,,"tir,ggu
iiao-k
proses pembantunall. Netara_negala u1i harus
IToPa,ng.
_1,:rnP-"k- dari tidumya,, dengan memperkenalkan
nuar-rulai hodem yang raslonal, dar sarana_sarana
atau
modem untuk menopan8 proses pemba-
lT::q" I.b."g"
ftIlll maksud ift. negara-negara maju brsa tanvax
lq]lp
menolong. Sep€rti yang dinvatakan oleh Rostow,
neeira_
negara Eadisional hanya bisa memerdekakan
oatangnya faltorja-ktor ekstemal.s Kalau
diri ka"rena
tidak. nepara.
negEra ini atan terus',tidur,, tidak bisa
banglit d"" #;;.,
mah.

q
BAB III
TEORI KETERGANTUNGAN (1):
PARA PENDAHULUNYA

Pada p€rmulaan Bab II, diketengahlan bahasan mentetrai


Teori Pembagian Ke4a Secara Internasional, Fng melrg-
akibatkan keterbelakangan bad negara-neSara pertania&
dan kemajuan ekonomi mauprrn Eknologi bagi IESiara-
negara industri. Timbul pertanyaan, mengapa hal Ini biaa
teriadi? Bukankah mmurut Teori Pembagian Kerja S€@ra
lntemasional bila tiap-tiap negara melakukan spesialisasi
produksi sesuai dengan keunh.mgan komparatif yang di-
milikinya, semua negara akan diuntungkan? Apa yang 6a-
lah pada teori ini?
Teori Modernisasi van8 dibahas pada Bab tr memberikan
iawaban bahwa kesalahan terletak pada negara-negara yang
terbelakang ters€but. Keterbelakangan adalah akibat dari
keterlambatan negara-negara ters{'but melaku}an diodemi-
sasi dirinya. Hubungan intenrasional dalam arti kontak de-
ngan dunia luar bahkan dianggap membantu netara-negara
ini, khususnya dalam pmgenalan nilai-nilai modean, pem-
b€rian modal, pendidikaa dan karsfur teknologi.
Pada bab ini, kita akan membahas teori-teori yant masuk
dalam kelompok Teori Struktural. Teori ini menolak jawaE
an yang diberikan oleh Teori Modemisasi- Teori Stnrktural
berp€ndapat bahwa kemiskinan yang terdapat di ne6ara-
negara Dunia Ketiga yanB mengkhususkan dlri pada pra
duksi pertanian adalah akibat dari stru.Ltu! perekonomian
dunia yang b€rsifat eksploitafif, di mana yant kuat Ere-
lakukan ek?loitasi telhadap yang lemah. Mala, surplus
dari negara-negara Dunia Ketiga benlih ke negar.-negara
ildustri EEiu.

{1
Menurul Tmri Struktural, perdagangan dunia vant bebas
iustru merupakan !^ada, Fraktek eksploitasl ini. Per-
dagangan dunia yang bebas dapat diibaratkan sebagai per-
saingan antala dua tim sepakbola. Tim vang sukses dan
lebih kaya, pada akhimya akan membeli pemah-pemain
terbaik dari tim yang lebih lemah. Akibatnya, tim yang
lemah bukan saia dikalahkan daiam persaingan, tetapi juga
akan terus mrrndur dan akhimya hancur, karerra unsur-
unsur yanS palint potensral bagi trm inr untuk maiu dr
rebut oleh tim yanS Iebih kuat.'
Kita akan membahas perkembangan Teori Struktural me-
lalui hasil keia bebelapa tokohnya. Tetapi s€belumnya,
malilah kita membicarakan apa s€benahya Teori Struktural
ifu, bagaimana asal mulanya dan dari mana suhber-sum-
be-n.
I. SERDA SEDIKIT TENTANG TEORI STRUKTURAL
Teo.i Stsuktural sebenamya melupakan teori-teori yang me.
malai pendekatan strllktural. Pendekatan ini:

M€nek nlrn linSlunSan rnar€nal rnanusia, yakni orga,


nbali kem.lyarakatan bsert sistem imbalan-imbatan
rn Eri.l y.rt dib.rikamya, p6ubahan-Frubahm pad,
linShnSrn nar€rial manusia r€rmalut perubahan,
p.rubahan telnologi. L.mSluntan mar.rial lIli dranggap
leb.tai hkio! yant lebin pentin8 daripad. keadaan
Fikol i dan nilri-nih rernsyara|lran yant ada d+
li[n n*1np6t8.ruhi tinsk h lalu m.anuria.r

Dengan demikian, dalam mehFlaskan tingkah latu ma-


nuaia dan ggala atau prc€s sosial yang tsiadi, Teori
Struktural mencari {akto!-faktor lingkungan matenal trlanu-
sia s€bagai faktor yang mayebabkamya.
Teori SEuktural seringkali dianggap bersuhb€! pada reo_
ri. yang dilontarkan oleh Karl Marx, ienrtarna teorinya ten-
ra B ,nngtnan huah ataJd ba*, dan baagunot ois aa]u
Jt Vctst,l.clur.. Marx menyata.Lan bahwa kondisi ElaErial
ma_
nusia merupakan sumber dari kesadaran dan tingk h t,t ,,
manusia. Kondisi material yang ada dalam sebuah masya,
rakat nyata antara lain adalah sistem produksi dan distri
busi sumber alam yang ada. Kondisi materiat ini menentu-
kan sistem sosiaL sistem politik, sistem budaya manusia.
Yang pertama adalah bangunan bawah, yang kedua adalah
bangt]l1an ataE. Bargunan bawah adalah aspek material dari
kehidupan manusia, bantunan atas adalah aspek non-
materialnya. Kalau bangurun bawahnya b€rubah, bangunan
atas iuga akan mengikutinya. Maka, dalam teori ini, aspek
materi men adi tebih penting daripada aspek ide. Filsalat
materialisme memang menjadi dasar dari teori Marx.
Meskipun didasarkan pada teori Marx, samas€kali ini
tidak belarti bahwa teori-teori pembangunan yang dilaht-
kan oleh Teori Struktural mengikuti pendapat-pendapat
Marx. Dalam hubrmgan dentan pembahasan kita. marilah
kita lihat pendapat Marx tentang hubuntan antara negara-
negara industri maiu dengan negara-negala pertanian yang
terbelakang.
Dalam salah satu karyanya, Marx dan Engels pemah
menyatakan bahwa masa depan dari negara-negara yang
terbelakang dapat dilihat pada ne8ara-negara yang sudah
maju. Ini berarti bahwa, s€perti halnya Teori Modemisasi,
Marx dan Engels mengikuti iuga pandanSan perkembanSan
unilinier dari proses pembangunan negara-negara di dunia
ini. Negara-negara yang sekarang terbelakang di masa de-
pan akan menjadi seperti negara-negara maru sekaraftg.
Marx dan Engels menjelaskamya sebagai berikut Me-
lalui kemaiuan teknuiogi dalam ala bidang, maka telnik
produksi akan meniadi semakin canggih dan murah. fuga
teknologi komunikasi makin berkembang, sehingga tidak
bisa dihindari teriadinya hubungan antara negara-negara
maru dan negara-negara terbelakang. Barang-balang murah
dari negard-negara maiu tidak akan mampu ditolak oleh
negara-negara terbelakan8 yang teknik produksinya masih
ketinggalan jaman. Karena itu, semua negara akan terpalsa
memalai cata berprodutsi kaum borjuis. Kalau tdak, me
r€La akan tEncur. Perkembangan kebudayaan baarti ber_
kembangnya budaya kaum boiuasi ini. De(8an lain

43
perkataan: kaum borru' mencrpt.rlan dunia ini s€suai de_
ngan apa vang dibavangkannva'
Dengan demikian. b. gi Mar\ dunia akan berkembang
menuju kapitalisme gl-ba1. "Dunia KetiSa, s€P€rti Puteri
cantik yang masih tertidur, menunSSu seoran! Pangeran
Ganteng dari dunia Barat untuk membangunlannya me
lalui sebuah ciuman atau dengan sebilah PedanS, sehingga
sebuah proses pembangunan yang dinarnis bisa te4adi.''
Pangeran GantenS tersebut adalah negara-negara industri
maju, yang ak n "membangunl<an" neSara-negara Dunia
Ketiga melalui p€rdagangan dunia, atau melalui kekuatan
mililer.
Oleh kalena itu, tidak bisa dihindarkan lagi, sernua nega-
ra di dunia akan menjadi negara kapitalis. Sernua boiuasi
di dunia akan menindas kaum buruh. IGrena ihrlah Marx
menyerukan supava kaum buruh di seluruh dunia bersatu
untuk menggulingkan sang penhdas, karena kaum buruh
(yang sudah sangat miskin dan tidak punya apa-apa lagi)
tidak akan kehilangan apapun kecuali belenggu (kemis-
kinan) yang rnerantai dirinya-
Pendeknya, bagi Marr, dunia di luar benua Eropa dan
Amerika adalah dunia yang kuno, stads, kednggalan jaman,
tal ada dirumila apa-apa. Ini dituangkannya dalam konsep
yant dikenal dengan nama cora produki Asi. Seperti juga
Para aNi ilmu sorial Elopa lainnya pada waktu itu, Marx
berpendapat bahwa kolonialisme membawa kebailan bagi
neg a-negara Dunta Ketiga, kar€na dia membangunkan
negara-netara ini dari tidumya. pandangan ini, 6€Frti juga
pandangan-pandangan lain dari kaum intelektual Eropa ke-
tila itu, ditolak oleh para pemikir pembantunan sekarang.
KaEna itu, salah satu kelompok teori yang tertolongle
-
qah-ur_ Teori Struttural, yatni Teori Xeergantungan, iattr
dati dua induk. Induk yang pertatna adalah seorang ahli
ekonomi liberal: Raul prebisch. Indul yang kedua adatah
teoli-teo.i Marxis tentang irnperialbEE dan kolonialisme,
::b . T.*g
pemikir Marxb yang Elerevisi pandangan
Marlrs t€ntang cara produki fuia, yalmi paut Baran. I(e

4
dur rnduk ini adalah para p€mikii Pendahulu dari Teori
Ketertantun8an.

l. Raul P.cbis.h: ttrdu6tri Substit$i InPot

R.rul Prebisch adalah seorang ahli ekonomi liberal, yang


m('niadi seketaris eksekutif sebuah lembaga PBB yang di-
dirikan pada tahrrn 1948 di Santiago de Chile. Lembaga ini
dikenal dengan nama ECLA atdu Economia Commission [ot
Lnlor Ametica. Sebelumnya, antara tahun 1935 sarnPai 1943,
Prebisch adalah Presiden Direktur Bank Sentlal Argentina.
Karena itu, dia banyak bergumul dengan dampak masa
depresi besar tahun 193Gan. Pada tahun 1950 Prebich men-
jadi Direktur ECLA- Pelhatiannya tertuiu Pada Persoalan
vang diuraikan di atas: MengaPa negara-negara yang me
lakukan spesialisasi di bidang industri meniadi neSara-
neg.ra kava, sedangkan- merela yang memilih bidang per-
tanian letap saia miskin
l
Pada tahun 1950, Presbich menerbitkan karyanya yang
bertudul Tlr Economic Daelopnenl of Lrtin Ametica and it'
Prorcipa! Prcblems. Karya ini, yant dianggap sebagai kalya
pertama dari Teoli Ketergantungan, kemudian dikenal se
bagat Monteslo ECI-4. Pada karya ters€but. Prebis(h sePerti
Jiiutib oleh Blomstrom & Hetme menuliskan:o
pr Amerika Latin, kenyataan sedang mmgirykari Teori
Pembasru Kerja S€cara Int€masional yang sudah ke
tinSgalan Jarnan; leon iru mellEg rnencapai keiaya.n-
nya pada abad :'eit tetap, memeS @sih terus ber-
pen8aruh s:mpai beiakangan ini. Di bawah skem tori
in,, Amerika Latin mendapat tugas khttsus, sebaSai
nega.a-negara pin$iran dalam sistem perekonomian
dmia, unrul ln€mproduksikan makanan dan bahan
lnentah b.gi ne8aE-re8ara induski di pulat. Tak ada
tempat b.ti induski' alisasi untuk neSara-negara baru
ini. Tetapi, serangkaian peristiwa telah memaksa
neSara-ne8ara ini untuk melakul<an tidustsialilasi. Dua
p€r.n8 dunia dan sebuin knsis elonomi besar di anlara
k€dua p€rang Es€but, yanS ttriadi dalam satu 8snF
rasi, telah m€mbuka mata oran&orant Am€lit. btin

45
bahwa mereka memiliki kemPatan untuk melakukan
mdustrialisasi.

Ddri oernvataar di atas, tampal ielas adanya dua pen-


daoar Jans'pent,ng. Pertdma Lritiknyd tcrhadaP sistem
o"id"*ln*Jn in,".nitronal yang bebas Kedr'ra' hambatan
i.rarlsiiiatisasi, dan karera rtu iuga hambatan terhadaP
oembaneun,., disebablan oleh faltor-faktor eksle:nal Inr
i"ru. b".6edu denq.an lesrs Teori Modernisasi'
Menurut lrebiich, adanya Teorr Pembagian Kerla Secara
lnternasional, yang didasarkan Pada Teori Keunggulan
Komparahf, m"mb-urt negaru-negara di dlrrua melalulan
spesralisasi produkrnya Oleh Larena rtu, negara-negara di
iunla Lerbagi menjadi dua leiomPok, negara-negara Pusal
yang menghasilkan barang industri, dan negara-negara
pinggirun yang memProduksikan hasil-hasil pertanian Ke'
duinya salilg meiakukan Perdatangan, dan menurut teoi
di atas, seharusnya keduanya saiing beluntlrng dan sama-
sama kaya. TetaPi kenyataan menunjukkan hal Yang se_
baliknya. Mengapa?
Prebisch menunluk pada penurunan nilal tukar dari ko-
moditi pertanian terhadaP komoditi barang industri'
Barang-barang industri menadi semakin mahal dibanding-
kan dengan barang-baranpJ hasil Pefianian Akibatnya, ter-
jadi defisit pada neraca perdagangan negara-negara
pertaruan brla mereka berciagang dengan negara_ne8ara in-
dustli. Dan defisit ini makin lama semakin besar'
Gejala ini dapat dijelaskan Petama karena permintaan
untuk barang-barang peltanian tidak elastis- Di sini berlaku
apa yang disebut sebagai Hukunt Efilels, yang menvatakan
bahwa pendapatan yang meningkat menyebabkan prosen-
tasi konsumsi makanan terhadaP PendaPatan justru me'
nurun. Artinya, pendapatan yang naik tidak akan
menaikkan Lonsumsi untuk makanan, tetaPi justru menaik-
kan konsumsi barang-barang industri. Akibatnya, anggaran
negara pertanian yang digunakan untuk mengimPor
baran8-barang irdustoi dari negara-negara Pu.sat akan se-
makin meningkat, sedangkan pendapatan dari hasil ekspor-
nya Elahf Etap. Erilah yaB rleni&bulkati defisit nehca
PerdagailB"nnya.
Kedua, negar-a-negar. induEtsi sering melalukan proE}8i
terhadap haril pertanian mereka e€rdiri, rhingga sulit bagi
ne8ara Frtanian unnrk rnengekpomyn ke sana. Ini em-
perkecil juurlah ekpor netara pinggiran ke negara pusat
Alhirnya, ketita, kebuhrhan akan bahan nent h bisa
dikurangi sebagai akibat dari adanya pqr€muan-penenuan
teknol i baru yang bisa memburt bahan$ahan ll€ntah
sintetis. I<embali hal ini memperkecil iumlah etrspor dari
negara-negara pinggiran ke negara-negara pusat./
tain halnya dengan barang indu6tri. Kenaikan dalam
pmdapatan akan mengakibattan iuga ketraikan pada kon-
sunsi batang-barang indusEi. Kaleru itu, k€najlon p€n-
dapatan di netara-negara industri tidak alan denriklan
s€cata b€rarti impor barang-batang p€rtanian dari negara-
negara pinggiran. Tetapi, kenaikan pendapatan di negara-
ne8ara pinggiran akan metuikkan s€cara beEti ihpo!
barang-barng industri dari negara-negara pulat. Ini !tem-
perbesar iumlah ekspor dari negara pusat ke negara
pinggiran.
Setain itu, karena kemakmuran yang makin meningkat di
negara-negan industri, serta kekuatan politik dari kaum
bulullnya, tingkat upah para buruh juga Ercninglat. Ini
menailkan harga iua.l barang+arang industri, kare.a ong.
kos buruhnya yang se&akin mahal, seErentata hatga
barang-barang hasil pedanian relati, Eap. Alibatstya, nilai
uang yang dipetoteh negala-negara pueat dad hasil ekspor-
nF akan meningkat.
BegitulalL sementaG negara-negara pusat Erenjadi seEla-
kin kaya dengan pendapatan yang semakin meningtat
yang diperoleh dari hasil €kspomya, negara-nrgata pinggit-
an membutuhlGn uang yang semakin b$yak unfuk El€nt
impor barang-ba.an8 industri, sementara pendapatan dari
hasil ekpor barang-barang pertanian reladl tidal berubah
Ke6emuanya inilah yang mengaliba*an teriadinya deasif
dalam netaca perdagangan intenasicrul dati lregara.netard

47
pinttiran. Defisit ini mengakibatxan xeuusidnan/ netara ini
dengan demikian menjadi n.gara yang terbelakan8.
Oleh karena itu, lrebrsch menyimpulkdn bahwa keter-
belakangan di negara-negara Amerika Latin tetap berlang-
sung karena negara-negara ini terlalu mengandalkan ekspor
barang-barang primer. Kesimpulan ini kemudian dilenal
dengan nama Tesis Ptebisch-Singer (dari nama Hans Singer,
yang iuga sampai pada kesrmpula^ yanS sama pada waktu
yang bersamaan).!
Atas dasar analisisnya ini, Prebisch sampai pada pen-
dapirtnya yang terkenal: Negara-negara yang terbelakang
harus melakukan industrialisasi, bila mau rnembantun diri-
nya. Industrialisasi ini dimulai dengan industri substitusi
impor. Barang-barang industri yant tadinya diimpor, harus
diproduki di dalam negeri. Tentunya ini berarh bahwa
industri-industri yang masih bayi ini harus diiindungi dari
indushiindustri besar yang sudah sangat kuat di negara-
negara maiu. Oleh karena itu, pemerintah perlu melindungi
industri-industi bayi ini melalui kebijakan proteksi. Baru
setelah.indust bayi ini meniadi dewasa dan sanggup ber-
saing denSan industri.industn vang ada di negari pusat.
Proteksr rni drtanl kembah.
Ek5por barang-barang primer masih tetap penting peran-
nya, karena dari devisa yant dihasilkannya dapat diimpor
barang-barang modal berupa mesin-mesin industri. Semen-
tara itu diusahakan terus supaya barang-barang modal ini
di kemudian hari bisa dibuat sendiri olei negari-negara ini.
f1"n. f"rn".i"tut', dalam pros€s industriali;si. seftrti srr,
dah diuraikan di atas, meniadi besar. Bagi prebisch, camput
tangan pemerintah merupalan sesuatu yang sangat penting
untuk membebaskan negara-negara ini dari rantai keter:
bela kangannya.
Kendati demikian, perlu dicatar bahwa prebisch atau
ECLA tidak mmganluikan ekonomi yant dipimpin oleh
netara, seperti yang terjadi di negara-negara sosialis se.
belum teriadi perubahan pada rafrin rqg6. feo; p.mbi_
n$man yang dikembangkan di ECLA menolak teori eko
nolu terpimpin maupun teori ekonomi liberat yang mem-

48
bolehkan segalanya. Ekonomi pasar harus dip€rtahanlan,
tetapi melalui pengarahan dari negara. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa teori ECLA sedikit banyak dipenga-
ruhi juga oleh t ori Keynes, dalam a.ti teo.i ini menolak
sistem ekonomi liberal di mana negara hartrs benar-benar
tidak ikut campur, kecuali sebagai p€njaga kemumian sis-
tem pasar,e

Seperti diuaikan s€belunnya, Raul Prebisch dengan ECI-A.-


nya telah memb€rikan surr$angan p€Erikran )ang penting
terhadap teori pembangunan di negara-neSara b€rkembang.
Dialah yang secara konseptual melakukan kritik terhadap
Teori Pembagian Keia Secara Intemasional dalam per-
dagangan interiasional yang bebas.
Plebisch k€mudian mengan,urkan supaya negara-ne8ara
pertanian melakuknn industrialisasi unfuk mengatasi keter-
belakangannya, dimulai dengan induski substitusi impor.
Setelah Prebisch, praktis Teori Pembagian Kerja Secara In-
ternasional meniadi kurang diminati di negara-negara
berkembang.
Prebisch juga merupakan orang pe.tama yang mencehrs-
kan istilah negaro pusat untuk negara-negara industri maju,
da^ negatu pir88iran untuk negara-neg.ua pertanian yang
terbelakang. Isti.lah ini kemudian meniadi istilah kunci yang
sering dipalai oleh para penganut Teori K€terganhrngan.

Z P€rdcbatan tentang Imperialisme den Kolonialisltc

Pemikiran tentang imperialisme dan kolonialisme b€rgu.Erul


dengan pertanyaa* MenBapa bangsa-bartsa di Eropa trte-
Iakukan ekspansi keluar dan menguasai bang8a-bangsa lain-
nya, baik seca.ra politis naupurL secara ekonoEds. Apa yang
meniadi dorongan utalranya?
Ada tita keloopok teori y-ang memherilan ialvaban ler-
hadap pertanyaan ini, yatd:''

49
(l)Kelompok teori ].ang menekankan idealisme rnanusia
dan keingrnannya untul nrenvebarkan ajaran Tuhan, un,
tuk menciptakan dunia lang lebih baik;
(2) Kelompok teori yang menekankan kehalrsan manusla
te.hadap kekuasaan, untuk kebesamn pribadi maupun
ketrsaran masyarakat dan negaranya.
(3) Kelompok teori yanS menekanlan pada keseralahan
manusja, yang s€lalu berusaha mencari tambahan ke-
kayaan, yang dikuasai oleh kepentingan ekonomi.

Ketita kelompok teori ini dirumuskan


.kelompok s€bagai kelompok-
teori cod (Iuhan,yang melambangian keinginan
manusra untuk menyebarkan agama untuk mencrpiakan
dunia yan6 lebih baik), teori Grory (kebesaran, yant melam_
bangkan kehausan manusia akanLkuasaan), jan ieori Gold
(emas, yang melambangtan keserakahan manusia
terhadap
harta). Marilah kita bahas kelompok-kelompok teori ini satu
Persatu.

2.1. Tcoi Gott


Keiompok teori yarlg pertama yang akan dibahas adalah
k€lompok teori God, karena isinya yant lebih sederhana.
I eoll rni pada dasamya
menyatakan bahwa motivasi utama
:T "."-811u"9 Eropa untuk menganrngi samudra dan
di- netara-negara lain aailah untuk menyebar_
:ltualang
,.n.:811". MeEka ingin membaptis orangrrang yanp
barbar, yang masih belum mengenai
I::ll
r unan. l'angCap
Uengan demikian, mereka akan mendapatkan
la dari ata6a mereka, karena berhasll menyelanitfan laha_

:TT 19 S.d*B ini dari dosanya. Begitulah pemiliran


y.ang ada-di benak orang_orang frop" t Ut itir. KaEn;
lla :d"-. kapal-kapalAftila
yang mmgamnti samudra ke
dan Asia, di samiing membawa
1-"*. katanya untuI melindungi
meteka ly-g
::i:
=:i airi UiL diserang),
juga membawa para Dendeta. -
_-:**: *j ini kemudian ierkembang meniadi dominasi
Pouls dan ekonomis orang_orang E.opi terhad"p negari_

50
negara yang dikunjunginya, itu adalah akibat sampingan
dari pengembaraan untuk penyebaran agama ini. Dem
;an
teon lni menvatakeh

2.2. Teoi clory


f.clompok teori kedua yang akan dibahas adalah kelomook
teon Glory, yang menielaskan bahwa dorongan utarna iari
imperialisme dan kolonialisme bukan kepeirtingan agama
atau ekonotni, melainkan kehausan t"t ri.s.,*- a"r,
kebesaran. Salah satu pencetus teori ini"ta.,
yang terkenal ada_
lah. foseph A. Schumpeter. Dia membantali bahwa impe_
rialisrne koloniali"me digera.kkan oleh dorongan eio-
.dan
nomi. Dia tnemberikan bukti-bukti bahwa banyai negara
Eropa sebenamya mengalami kerugian s€cara ekonomis-ka_
rena petualangannya meniadi irnperialis dan kolonialb.
Bagi Schumpeter, kapitalisme beatentangan dmgan ifil_
perialisme. IGpitalisme dibangun atas dasar rasiinalitas,
inperialisme tidak. Imperialisme didorong oleh
:edangkan
kernginan untuk b€rperant, untu-k membuktrkan ke}rka_
saan diri. Hal-ha.l s€perti ini iauh dari piuran seorang
kapitalis yang rasional. 'Karena itulah setiap perang sehl;
secara saksama diberi alasan sebagai perang untui m"m-
pertahanlan diri oleh semua pemerintah yang terlibat, dan
oleh semua partai potitik dalam pemyataan r€smi mereka_
ini berarti bahwa pemyataan perang dengan alasan lain
merupak n s€suatu yaflg tidak bisa diterim. secara poli-
tis... demikian Schumpeter.rl S€lanjutnya, dia juga mmya-
takan:

D.lam sebuai dtrfla tiprratl! ye8 rhllm, ene8l yang


dulunF dipalai unh* peranS diubah m€ni.di ;€rt
untul b€keta d.lam s€8ata bidant. peran8 unhrk pe
naHukEn Ja petualsSan d.l.m tebiFkan lu.r negen
dianBap s€bat i s6uatu yang menciprakan rEatah,
henShanculkan arti kehidupan, Fny€tewenaan dai t€,
bialaar d. tutas-tut.5 yary 's€bsramya.. Kr€fl. rtu,
k pitali$e y-an8 m'r!n bula,r t nah yanS subu b.tr

51
Jelas, bati Schumr\'t€r rrrenrrLsnr. driam arti eksPansr
(],an8 seringkah rnenigunakan i<€i<ujIan milrter) k€ netara_
negara lain meruPakln sr'5uatu van8 tidai rasional, karena
secara ekonomis seringkali tidak menguntun8kan. Lalu,
da mana datangnva dorongan irasronal ini? SchumPeter
lalu menjei._,skannva der.Ea^ rcar1 aialr$me
Pada manusia, ada instrnk agresif untuk menveranB dan
berperang. lnstinl iru terLltama tumbuh subur CL jaman
dulu. Tentu sata instink ini duiu berguna Lrntuk mendaPat_
kan sumber kehidupan, serta mempertahankan hidup. se_
perti halnva hewan di hutan, vang harus mencarr makan
dengan kekerasan.
Oleh perkembangan sosial dan kulturai manusra, cara
untuk mendaparkar surnber keludupan dan memPertahan
kannya tidak iagi fiengandalkan kekuatan fisik. Agresivitas
dan instinl untuk berperant menjadi kurang fungsional
pada masvarai(at modern, dan karena itu mulai menghl-
lant. Tetapi, mstinl lni sebenamya tldak hilanF seluruhnYa,
dan muncul kembali dalarn bentuk-bentuk vanS sudah ter-
bungkus. Inperialisme adalah maniiestasi oari adanya in-
stink agresif ini pacia manusia. Karena iru, Schumpeter
mendefinisikan mperialisme sebagai ...kecenderungan tan-
pa obiek dari _negara unruk meiakukan ekspansr sec.ra
trdal rcrbatas.'tr Kecenderungan ux memang dEebabkan
oleh instini< plimitif manusia yang diwarisi dari masa ialu,
yaitu instink untuk berperang. Kecenderrrntan iru berasal
da.ri sebuah struktur sosial yang dikuasai oleh kelompok
ahli perang yanS hembuhrhkan "ekspansi untuk keoentrng-
an ekspansi, peran8 untul sekadar berkeialu. kemenantan
s€kadar untul memenantkan, dominasi sekadar untul me.
nguasai."ra Karena rtu, mperialrsme pada dasarnva tanpa
tuiuan tertentu, tanpa obrek. Da hanya melayani instin-k
yang berg+lal di datam diri si manusia.
Inilah teori atavisme, yakni instink agresif primitif yang
mlmcul kembali pada manusia modem, yang dipakai oleh
SchumPete! untuk menjelaskan gejala imperialisme dan ke
lonia.lbme.
'tsungkusan" yalg dipakai untuk membenarkan pelam-

52
prasan agresivitas dan nafsu berperant irli adalah
slogan
yang menyatakan bahwa semua ini aihlukan demi -ke_
besaran aasional. Atau, ekspansi ini diperlukan mtuk
ke_
pentingan ekonomi. Bungkus ini diperlukan karena
ekspansi yang didasarkan pada agteslvrta., dan nafsu
ber_
perang jelas tidak bisa diterima oleh mailtrakarmanusia
yang sudah berbudaya tinggi. Bagi Schumpeler, imperiatie
me dan kolonialisme bukan dimaksudkan demi kepenting-
an ekonomi, tetapi kepentingan ekonomi (dan k;b6ar;
bangsa) dipakai sebagai alasan untuk menuh.rpi dolongan
yang sebeIlamya.
Schurnpe{e, menjabarkan teori itu dalam bulunya vanq
diterbitkan pada tahun t9t9 dan diier,emahlan Le d;h;
bahasa lnggris pada tahun 1951, dengan judrJd t,nphlisn
amd S*iol Cllr,*s
ban),.ak kritik terhadap reon Schrrmp€ter
. .Te:jy _saia, ada
T Ybhy."t Greene'' mmyatakan bahwa definisi yang
diberikan oleh Schumpeter tentang irperialisme sebagai
suatu kecenderungan aFesiJ tanpa obiek (malsudny.a: lebih
un-tuk.menyalurkan dorontan dgresil tersebut) keuhatannya
suut dipertahanlan, karena dari seiarah kita ketahui aia
banyak perang unfuk menduduki suatu daerah yang moti-
vasinya adalah untuk mendapatkan padang rumput yarg
lebih subur, atau di daerah ters€but ada tamUang jmasi
atau untul mendapatkan budak, dan s€bagain],a. S€nrua ini
mempunyai obiek yang jelas.
,u8a denFn teorinya tentaig agresivitas sebagai unsur
utama dariimpdialisrne, S(humpeter sealan-alan m€rtutup
mata terhadap imperialisme yang tidak memalai kekerasan.
Ntyl^ry eerrg"as.an sebuah negara oleh negan lairurfa
mela.lui kekuatan ekonomi tanpa diadakan peperangan tam-
paknya 6dal dianggap sebagai teiala inperialisme oteh
SchumpetE.
Di sanping kritik di atas, arla banyak lag kitit latl"
Tetapi, .karena tuiuan dari pembahasan ini bukan untuk
rnempersoaltan teoli Schumpeter, kiranya contoh kritil di
atas dapat dianggap cukup. Yang lebih p€nting lagi, me-
lalui tcod Schumpete!, kita m€mpunyai garrbar.n te"lt trg

53
salah satu teori yang ter8!'long ua;am keiomPok teori_teori
Glory.

23, Teori Gold


N€lompok teori k rigo adalah teo Cold, atau teori y.ng
mmielaskan lmperialisme dan kolonialisEle melalui moti-
vasi keuntunBan ekonomi. Salah sat! buku klasik tentang
impenahsme van8 termasuk dalam kateSori mi ditulG olen
John {. Hobson'o oengan ludul lmPeral$m: A Study Dt
mulai dengafl buku ini, p€rsoaian imPerialisme kemudian
mmFdi bahan diskusi.
Dalar:r laryanla vant lam, Hotson pada intin-va men'
ielaskan. imperialr.me tetiadi karena dorongan untuk men;
cari pa5dr d.:r rnr:stasi yang Iebii menguniungkan '
lmperialisme ada hubungarurya dengan kapitalisme. Pada
suafu saat, perkembangan kapitalisme mencapai sebuah ke.
adaan di manr produltivitas meniadi semakin meningkat
tetapi pasar di dalao negeri terbatas. Buruh yang dibayar
dengan upah yang rendah tidak bisa membeli kelebihan
produksi yang ada. Karena itu, hasil-hasi prod*si ini
harus dicarikan pasar di luar negeri.
Pada titik ini juga, investasi di dalarn negeri meniadi
kutang menguntungkan, karena pasar dalam negeri sudah
jenuh, Maka, modal yang ada diekspo! keluar. Modat dirn-
vestasikan di negara-negara iain vang pasamya masih be.
lu.Er ienuh.
Kedua hal inilah, yakni usaha untuk mencari pasa! baru
dan u5aha untuk mer,reqrukan daerah investasi yang lebih
nenguntungkan, yang mengakibatkan teiadinya imperialle
!re. Dengan pertolongan negara ,'|ang menggunakan ar-
mada nilitemya. pasar dan investasi di luar negeri d!
a.Eunkan. Inperialisme menguntungkan kaum kapitalis fi-
nansiaL yalni kauEl kapitalis yang menguasai uang. Me-
retalah yang aendesak pemerinahnya untul melakukan
ebpansi kekuaraan politiknya.
ladi. apakah illpelialisme addah alibat mefdngt(ahya
produttivitas indlstfi? Apakah islPerialisme merupalan

54
akibat dari kemaiuan kapitaiisme itu sendiri? Tampaknya
Hobson tidal< berpikir begitu. Hobson mengatakan: Bu}rn
kemaiuan indust yang menyebabkan adanya kebutullan
untul mencati pasar dan daerah baru untuk investasi, F
tapi pemelataan Fndapatan yarg timpang, yang Eteng-
akibatkan daya beli yang lemah, membuat kesanggupan
menyerap hasil industrl dan modal di dalam negeri terham-
bat... 13 Ku.eno rtu, bdgr Hobson cara mengatasi rmperialis-
me adalah melalui sebuah pembaharuan sosial. ''[uruan
utama dari'pembaruan sosial'ini, dalam aspek ekonomi-
nya, adalah untuk menaikkan standar konsumsi pribadi
dan konsumsi masyarakat di seluruh neteri, supaya negeri
lnr bisa tetap memelihara standar _lonsumsi yang tintgi
untuk menyerap hasil produ}sinya."IY
Dengan kata lain, ba# Hobson, impenalisme bisa di-
cegah kalau upah burul dinaikkan, sehingga peningkatan
produksi barang-barang industri bisa diserap di dalam
negeri sendiri, sehingga tidak usah men ari penyaluannya
keluar.
Pendapat ini kemudian ftendapat tanggapan dari V.L
Lenin didalam bulunya yang beivdul Imryialisrn: The
Highast Stage ol Capitalism yang ditulisnya di negeri Swiss
pada tahun 1916, ketika dia hidup dalam pengasingan.
Menurut L€nin, imperia.lisme Eterupal(an puncrl tertinggj
dari perkembangan kapita.lisme. Kapitatisme yang mula-
mula berkeurbang melalui kompetisi di pa6ar bebas, ke-
mudian setelah tuE$uh perusahaan-perusahaan ralsalsa
(sementara yang lemah mati),
,Eruncullah kapitatisEE mo
nopoli. Beberapa p€nlsahaan beear praktis urenguarai paaar.
'Unsur baru dari kapitalisme yang baru ini adalali bel-
kuasanya kaum monopolis yang mirupalan gabungan dari
pengusaha-pengusaha yanf paling besar,' kata t,enin.d
Selaniutnya, L€nin menyatalan bahwa kau.m
ini alan dapat hertahan kalau rerela nen6trasai sumoer
sumber yang m€nghasilkan bahan srmtah- Karcna itu.lah
mereka meiaku.kan imperiaiishe dan kolonialis::re. IGrna,
deng.n mefgrrasai daerah !?ng mer{adi sunb.r bah.dr
mentah. kelangsungan da;r oerkea*,a_nga:" mereij l€bih trr-
iamin d.ripada kalau bahan-bahan mentah itu halus me-
reka peroleh melalui kompehsi di pasar bebas.
Bagi bnin, terapi vang ditawarkan Hobson, yalni mem-
pe6aiki kondisi kehidupan buruh, merupakan sesuatu
yang tidak mungkrn. Seperti ]ang dinyatakan oleh Field-
hou€, bati Lenin. karitalisme hanva digeraklan oleh
tuiuan tung8al: mencari keurtungan vant lebih banvak,
dan lebih banvak iagi Kalau piliharlllva supava lapitalisme
bisa hidup terus adalah antara: (1) menaikk-an produksi di
dalam negeri, menurunkan harga barang dan menaikkan
upah buruh (dan dentan demikian mengurangi kelrntrrng-
an), atau 12) pergi ke luar n.serj dai meniaiah neteri rtu
(dan dengan demikian mendapat keuntungan Iebih besar
lagi dari investasinva. je)aslah bahwa para kapitalis akan
menilih yang kedua. Dengan kata lam, usul Hobson untui
mentadalan pembaharuan sosrai merupakan sesuatu yang
tidak mungkn, karena hal im bertentanSan dengan lo$ka
dari kapitalisme.

Demikianlah utaian serba singkat dari kelompok-kelompok


teori God, Clory dan Gold. Tampaknya, yang banyak di-
anut adalah teori imperialisme jenis ketiga, 1.akni vang
merrelaskan geiala ini dari motivasi ekonomi. Teori Marxis
t€rrtang ihperialisme rnemant dirnulai oleh l.eni$. tetapi
Learudian muncul teori-teori yang men:pakan variasi lain
dari Eo.i ,ang dicetukan Lenin. Jelas, teori Marxis se-
hu.nya tergolong pada kelompok teori di mana kepenting-
an akonomi dianggap sebagai fakto! utama yang Etenye-
b.bt n te{adinya iElperialisEle.
3, Peul Ber.n: Sartlhrn ,ang Mcdr.dkea den Krctinierre
S€pelti ditatakan sebeluinya, Paul Baran adalah s€orang
p€utikir M.rxb yang menol.rl palrdantan Marx tentang
Pes$angutun di ne8ara.negara Dunia lctiga. Bila Marx
lranSat latr bahwa sentulun negara-negara kapitalb maiu

55
kepada negara-negara pra-kapitalG yang terbelakang akan
membangunkan negara-netara yang terakhlr inr untuk ber-
kembang seperti negara-negara kapitalis di Eropa, Baran
berpendapat laln. Batinya, sentuhan ini akan mengakibat_
kan negara-negara pra-kapitalis rersebut te.hambat lemaju-
annya dan akan terus hidup dalam keterb€lakangan.
Pandangan atau teori Baran ini dituangkaturya dalam buku-
nya yang terkenal, The Politi.al Economy of Growth, *buah
studi tentang dampak kolonialisme di lndia yang diterbit-
kan pada tahun 1957.
Dentan Fndapakrya ini, berbeda dengan Marx, Batan
menyatakan bahwa perkembangan kapitalishe di netara-
negara pinggiran (meminiam istilah P.ebisch) berbeda de-
ngan pe.kembangan kapitalisme di negara-negara pusat Di
netara-negara pintgira& sistetn kapitalisme sep€rti terkena
pe yakit kretinisme. Orang yang dihinggapi penyakit ini
tetap kerdil dan tidak bisa besar.
Mengapa negara-netara yang menjadi korban imperialis-
me tidak bisa mengembangkan dirinya, berbeda dengan
k pilalisme yan8 mentge,ala di negara-negara pusat dulu?
Menurut Barana kapitalisme di negara-negara pusat blsa
berkembang karena adanya tiga prasyalat:

(1) meningkakrya produksi diikuti dengan tercabutrrya rna-


syaralat petani dari p€desaan;
(2) dEningkatnya produ-ksi komodih daJl teriadinya pem-
bagiaa keria meartakibatkan sebagian orang menjadi bu-
ruh f.n8 men ual tenaF keqanya sehintga sulit meniadi
kaya, dan sebagian lagi menjadi maiikan yang bisa me.
ngumpulkan harta;
(3) menSumpolnya harta di tangan para pedag.ng dan ruan
tanah.

Faktor ketita ihrlah yang membuat kapitalisthe dimunt-


kinl.n di Eropa. Surplus yang ada di tangan para pe.
dagang dan tuan tanah kemudian diinvestasilan ke bidang
irdurti
Seaunten yang teiadi di rEgara-negara pinggitan jostu

57
sebalikn_ya. lUunculnr'.r kekuatan ekonoml asinB dalam r'en'
tuk modal \uat dari durid Barat ke negara-negara Dlmia
Ketiga, membuet surpllr-s vang terladi di sana, diambil oieir
kaum pendatang, melalui berbagai macam cara. Maka lang
terradi di negara-negara Finggiran bukanlah akumulasr mo-
dal, rnelainkan penyusutan modal. Marilah kita lihat bagai,
mana Baran men,elaska, fr.rscs penyusutan modai r.ang
teiadi di negara-negara Dunia Ketiga, sebagai akroar (iarr
datangnva modai aslng.
1.\egara-n€gara Dunia Ketiga ),ang pra-kapitalis pada dasar-
nya merupakan negara yant masih menganut sistem ieoj.l
Dalam srstem itu, kalau dra berkembant <ecara wajar. me\
kipun lamban, terjadj lenajuan-kemaiuan. lni arttnva,
negara-negara Dunia Ketiga iuga mengalami proses yang
pada dasarnya sama dengan feodalisme di Eropa vang
kemudian melahirkan kapitalisme. pandangan ini'bertedl
dengan pandangan l,tarx vang mengatakan bahwa di negara-
rregara bukan Eropa herlalu "iara produk*r Asid. yang
berlainan dengar sistem fl'odal dr Eropa. Unruk memperkuai
tc$rinva ini. Baran menunluk feodalisme Jepang yang ber-
ketnbang meniadr kaDitalsnre.,,ang luat kirena ndik <ir
tanggu dari luar. SebaLJ<nya dentan Indu, yang tidal
menBalar.t ierkembangan akibat imp€rlalisme Inggris.
Bagaimana proses ienyusutan modal dr n{L-negara
_
Duria Ketiga ini terjadil Baran menjelaslainya J"rrg"rr"-"-
lihat sifat ldas da_ri pem€rintah yairg be.ku; dr -negara-
n.gara Dunia Ketiga. Di negita-negara ini, terd-apat
rnacam-macam -klas di masyarakatnya. pertama, adanva lJas
tuan tanah yang kaya di pedesaan. Tuan tanah ini
iuga
merupakan produs€n dari hasil-hasil p€rtanian yang k;
mudian dielcpor. Kemudian, lerdapat kfu peaagang. frula_
rnula, kegiatan mereka terbatas di dalam negeri saia. Dengan
masuknya kekuatarl asing, mereka kemudian berhubun;an
omtan orang-orang asint ini. Ketiga, adanya kaum in_
_
dustrialis yang memprodulsikan korn;diti-komoditj indushi.
Krempal, orang asing dengan modalnya yang kuat merupa-
xrn xomponen yang baru dalam dunia pelekonomian negara
rlI" Ordng asing ini datang Erutama untut me-rlcari Ujran

58
kepada negara-negara pra-kapitatis yang terbelakang akan
membangunkan negara-netara yang teralhrr rnr untuL ber-
kembang seperti negara,negara kapitalis di Eropa, Baran
berpendapat larn. Baginya, sentuhan inj akan mengakrbat-
kan negara-negara pra-kapitalis tersebut terhahbat iemaiu_
annya dan akan terus hidup dalam kete'b€lakangan.
Pandangan atau teori Baran ini dituangkannya dalam buku-
nya yang terkenal/ The Political Economy of Ctowth, *buah
studi tentang dampak kolonialisme di Lxdia yang diterbit-
kan pada tahun 1957.
Dengan pendapatnya ini, berbeda dengan Marx, Baran
menyatakan bahwa perkembantan kapitalisme di negara-
negata pinggtan (meminiam istilah Prebis.h) b€rHa de-
ngan perkembangan kapitalisme di netara-negara pusat. Di
negara-negirra pinggiran, sistem kapitalisme seperti terkena
pe^yayrt kretiniene. Orang yang dihinggapi penyakit ini
tetap kerdil dan tidak bisa besar.
Mengapa negara-negara yang menjadi korban imperialis-
me tidak bisa m€ngembantkan dirinya, berHa dengan
knpitalisme yang menggqala di negara-netara pusat dulu?
Menurut Baran- klpitalsme di netara-negara pusat bisa
berkembang karena adanya tiga prasyarat:

(1) meningkatnya produksi diikuti dengan tercabutsrya ma-


syarakat petani dari pedesaan;
(2) meningkahya produ}si komodih dan teriadinya pem-
ba$an keia mengakibatkan .ebagian orang menjadi bu-
luh yang meniual tenaga kelianya sehingga sulit menjadi
kaya, dan sebagian la8i menjadi majikan yang bisa me-
r€umpulkan harta;
(3) mengumpulnya harta di tangan para ped.gang dan tuan
tarulL

Faktor kaiga itr.dah yang membuat kapitalishe dimulrg-


kinkan di Eropa. Surplus yang ada di tangan para pe.
dagang dan hran tanah kemudian diinvest-,"iL"n ke bidant
industi.
S.lrcitara yang teiadi di negara-negara pinggir.n jusku
sebaliknva. Munculnva kckuatan ekonomi asing dalam ben-
rul modal \ual dari dunia Barat ke negara-negara Dunia
Keti6a, membuet surplus vang te4adi di sana, diambil oieh
kauh pendatang, melalui berbagai macam cara. Maka \.ang
teiadi di negara-negara Finggiran bukanlah akumulasr mG
dal, melainkan penl/usurdn modal. Marilah kita lihat b;gai-
fiana Baran menjelaskar. prJses penyusr(an modal \.ang
te4adi di negara'negara Dunia Ketiga, sebagai akroat dai
datan8nva modal asing.
Negara-negara Dunia Ketiga ],ang pra-kaprtalis pada dasar-
nra merupakan negara y.ng masih menganut sistem ieodal.
Dalam qistem inr. katau Ll,a berkembang secard wa,ar. me+
kipuh lamban, te4adi kemaiuan-kemaiuan. Ini artinva,
negara-negard Dunia Ketiga iuga mengalarnr proses vang
pada dasamya sama dengan feodalisme di irop" .-[
kemudian meldhirkan kaprtalisme. pandangan iru'berbedl
dengan pandangan Marx vang mengatakan bahwa di negara-
r€6ara bukan Eropa herlaku cara produlGr Asra, vang
berlainan dentdn srstem ieodal di Eropa. Untul memperkuai
te€rinva ini. Baran menunluk feodalisme Iepang yang Der-
Xembant meniadt kanrtalrsme i.ang kuar karena ddak di_
ganggu darr Iudr. Srb.l&nya dengan Indid, yang ridak
mentalamr aerkembangan akibat impe alisme Inggris.
Bagaimana proses penyusulan modal dr nel-ara-negara
_
Dunia (etiga inr teriadi? Baran menielaskannya j..,g- "rrr*
lihat sifat klas dari pemerintah yang berkuasa di -negara-
ncSara Dunia Ketiga. Di negata-negara ini, terdipat
rurcam-rutcam -klas di masyarakatnya. pertama, adanva llas
11 old yang kaya -di p€desaan. Tuan tanah ini iuta
fierupakan produsen dari hasil_hasil pertanian yang k;
mudian diekpor. Kemudian, terdapat kl; p"a"g""g. uf"-
mua, keglatan merelG terbatas di dalam negeri saia. Dengan
mastrknya kekuatan asin& mereka kemudlin beihutunfan
dergan otang-orang asing ini. Ketiga, adanya kaum'in_
dlstdalis_ yang rnemprodukikan komoditi-komoditi industri.
KceElpat, orang asing dengan modalnya yang kuat
merupa-
kan komponen yant baru dalam dunia perekonomian
negara
rBL Lrrang asing ini datang brutarha unfut merrcari
bJun

58
mentai )Jng murah unfuk dibawa pulan& mencali buruh
6urah unruk beke4a di pabnk-pabnl yang mereka dinkan,
dan (kalau negara indulnya sudah merulakan nsgar6 in-
dustli maiu) meniual barang- barang industri mereka.-Masuk_
nya modal asing ini menimbulkan goncang.n-goncangan
baru Erhadap kemapanan fang sudah ada.
Sebelum kita membahas goncangan yang tetiadi, kita
harus melihat ciri-ciri dari pemerintah yang ada" Karma,
peran pemerintah dalam mengendalikan dan mengarahlan
dampak dari goncangan ini santat besa!. pemerintah di
negara-negara Dunia Ketiga yang ma8ih feodal ini biaganfa
dekat atau diFngaruhi oleh klas tuan tanah. Bahhn ;
benarnya, raja dan bangsawan adalah bekas atau hasih
meniadi hran tanah. Pemelintah bersifat otoriier. para pe-
tani yang merupakan rakyat ielata dikontrol s€cara ketat
oleh pemerintah yang ada.
Masuknya pata pedagang asing yang mau mencari batran
rnentah tentunya mengunfungkan para tuan tanah. Karena
itu, mereka bisa bekerja sama dengan baik. Demikian juga
dengan para pedagant, yant di sarnping ,trenc".ikan
barang-barang pe(anian yang mau diekspor, juga memban-
tu para pedagang asing ini memasarkan barang-balang in-
dustrinya di negara ters€but. Dengan kata laur" para ttran
tanah dan para pedagang pada dasarnya menyambut da-
tangnya para pedagang asing ini.
Yang dilugikan adalah para industriawan negara te!-
sebut- Masuklya barang-barang industri yang dibawa oleh
para p€dagang asing iJu, tenhmya a-kan memp€rs€Elpit pa-
sar dalam negeri bagi produl,si industri nasionalnya.a
UsaLa mereka meminta proteksi dari pemerintahnya
biasanya gagal karena macam-macam alasan. Pertama, bila
proteksi diber&an, batang-barang industri mew.h yang
biasanya dikorsumsi oleh para tuan tanah dan para pen-
iabat tintgi pemerintah menjadi mahal. Kedua, peniualan
produk pertanian rnereka mungkin alan mengalami ham-
batan. Ini merudtan.para tuan tanah, para penFbat tinggi
negara, dan juga laum p€dagang y.ng biasanya diuntuig-
kan dengan tEiadinfa hErn sionalisasi p6dag.nga. nti

59
Maka, dengan dukungan kelomPok tuan tanah dan kaum
pedaganS, Pemerintah membuat Peraturan'Peraturan vant
m.ng"nt ngL"n indr$triawan asmg dan merugikan vang
nasional.
Oleh karena itu, negara vant menjadi korban imPerialis'
rne ini cende'ung mem:,'::.1n.", .: pertrruznnva. semen_
tara baranE-barant industri mereka imPor' APa yang
rnereka peroleh dari eksPor Pertanian mereka belrniakan
lati untuk barang-barant industri dan barang-barang me_
wah yanS menurlrt Prebisch nilai tukarnva terus meningkat
terhadap baran8 pertanian. Maka, Proses Penvusutan modal
teriadi.

Marx menBatakan bahl^a n€gara-negara kapitals malu akan


menularkan sistem kaprtalismenva ke negara-negara ber-
kembang dan rnr men6alihalkan lemaluan netara-ne8ara
berkemban8 itu. Bara.n menolak tesis irri. Da menuniukkan
bahwa negara-negara Drnggrrai van8 dlsentuh oleh negam-
negala maiu tidak mengaiahi kemaluan. KaPitalisme yanS
muncu.l di negara-negara pinggiran setelah digauli oleh
negah-negara kapitalis maiu iru adalah kapitalisme iems
Iain, kapitalisme ,rang telkena penyakit Iretinishe. Eukan
indulrialisasi yang teljadi, sepelti yang teiadi di netara-
neSaE kapitalis maju du.lu, tetapi dipertahankannya sektor
pertanian. Bukan akumu.lasi modal yang teriadi, tetapi pe
nyuaulrn. "Negara-negara yang terbelalang dikuasai oleh
keFfingan modal agmg dan agm-agennya di negara ter.
!€but, dan oleh kepentintan kaum pedagang dan tuan
t nah; betitu Brewer menfmpullan p€mikrran Paul
Baren._

Il. XISIMPTJLAN

+9. bagian ini dibahsr teori-teoli yang mmrpakan perr


<hlutlu \i
nunculnya Teori IGtergantungan- Teori K;tEr-
Fnturytn Ercrrulii pendekatan struktural. IGleru itu,

60
teori itu dapat disolonBkan ke cialam kelompoi Teorr
Struktural.
Teo Struktural sendiri memang berpangkal pada filsaiat
mateialisme yang dikembahgkan oleh Karl Marx. T€tapi,
seperti diuraikan di atas, Teori Ketergantungan membantah
tesis Marr vang menvatakan bahwa kapitalisme akan men-
radr.ara produkst tuntSal, dar, mencrptakan proses mau-
Pun struktur masvarakat yan8 sama di semua negara vang
ada di dunia ini. Sepertr,vang druraikan mula-mula ol€h
Prebrcch, kemudian oieh Baran, kapitaiisme vang berkeft-
bang di negara-negara ],ang meniadi korban imperialisme,
tidak sama dengan perkembangan kapitalishe dan negara-
negara imperialis yang menventuhnva. Kapitalishe di
negara-ne8ara pinggiran merupakan kapitallsme yang sakit,
yang sulit berkembang. Dia mempunyai dinamika yang
berlainan. Karena itu, dia harus dipelajari sebatai dirinfa
sendiri, sebatai s€suatu yang unik. Kalau kita hanya me-
neraPkan saja konsepkonsep dan teori-teori yang berlaku
di negara-negara kapitalis prrsat. mungkin kita tidak pemah
dapat memlreroleh pemahaman yang benar tentanS dina-
m)ka dan Fros€s kapitalisme pinggitan ini.
Pendapar Marr vang menyatakan bahwa negara-negara
pra-kapita.lis di Asia adahh s€pelti seorang puteri cantik
yang m.sih tidur, yang s€dang menung8u ciuuUn s.or.ng
Panget"an lampan untul membangulannya, meErant ada
benamla. Pangeran tampan ini adalah negara-nagara k!pi-
tals indusEial yang sudah maru. Cirrstannya addah i.a!
perialisme. Setelah diciuEr, si puteli cantik mehang
telban$m. Tetapi Marr rupanya tidak sampai nengira batr
wa hidup sang puteri yang sudah bangr,rn ini setalu datam
Lerdaar tidal 6€lrat, lateru ciundmya b6acun.

6l
BAB ry
TEORI KETERGANTUNGAN (2):
INTI PEMIKIRANNYA

Seperti diuraikan pada bab sebelumnya, Teori Keter-


gantungan mehpunyai dua induk. lnduk pertama adalah
teori-teori tentant imperialishe dan koloniali6Ete, baik yang
Marris Eraupun yan6 bulan. Induk kedua datang dad
gtudi-sfudi empilis tentang peurbangunan di negara-negara
pinggiran, ,uga dari para pemikir Manis @arn Baran) mau-
prm yang bukan (Raul Prebisch). Teod Ketergantuntan sen-
diri kemudiaa menentang pendapat kaum Marxis klasik
yang be.anggapan bahwa (1) negara-negara pinggiran yang
pra-kapitals merupakan negara-netara ya-rg tidal dinamis,
yang memakai cara produksi Asia yang berlainan dengan
cara produlsi feodal di Eropa yang menghasilkan kapi-
talishe, dan (2) negara-negara pinggiran ini, setelah disin-
hrh oleh kapitalk maju, akan bangun dan berkembang
mengikuti je,ak netara-negala kapitalis maju.
Teori Ketergantungan yang menbantah kedua tesis di
atas menyatatan bahwa (1) negara-negaa pinggLan yang
pra-Lapitalis memprmyai dinamila sendiri, yang bi.la tidak
disentuh oleh negara-netara kapitalis maiu, akan berkem-
ban6 secara mandki, dan (2) iusbu karena s€ntuhatt oleh
negara-negara l<apitalis maju ini, perkembangan negara-
negara pinggiran jadi terhambat. Memang kapitalisme tum_
bu}l di sana, tetapi kapitalisme itu tidak sama dengan
kapitalisme Fng ada dr netara-netara pusat. Kapitalisme
dr negara'negara pingdran adalah kapitalisme pinggrran,
atarr kapitalisme yang terganttmg pada perkemburig;Lpi
talisme di pusat. Dengan demilian, menurut Teori K€ter_

62
Santungan, keterbelakangan yang re4adi di negara-reBara
prnggiran disebabkan oleh adanya sentuhan ini, jadi dis
ebabkan oleh sebuah faktor eksternai
Karena ih ah, Theotonio Dos Santos memberikan definisr
seba8ai berikut:

\'ang diruksud den8.n keter8antun8r. :datrh i..dain


di frrna kehidupan ekonom' r.Xarr r.(enr! di
negarJ
penga.uhr oleh pertemban,jan dai ttspin"i dan kc
h'dDpan ekonom, n.8a,a-^etara tajn. di mana
neSara-negara tertenhJ ini hanva berperan sebatai p.
ne.ima akibat sja. Hubutan sling ter8antung antara
dua rlsrem ekononx atau tebrh. dan hubbSar anr.ra
ini dengan perdatangan dmia,
listem-sistem ekonomi
n'€njadi hubugan kete.gantuSan bila ekonomi b€tE
rapa negara (yang dorrunan) bisa b€rekpansr dan b,sa
berdiri sendiri, ledangka, €koromi negara-neSara lain-
nya iyant ter8antung mengalarni perubahan hanv. *
bat.' akibar dari ekspansi re.s€bur. bart p6s,hf haupu
neSarif.'

Oleh para ahli yang menganut paham liberal, hubungan


antara negara-negara pusat dan pinggiran ini dikatakan
sebagai hubungan sallng letergantungan, dr mana kedua
belah pihak ada dalam posisi saling mehbuh-rhlan. Negara-
netara pusat melnbuh,}*an bahan mentah unfuk indusE;
nya, sedantkan negaE-netara pinggiEn rnembutuhkan
baang-barang industri untuk pembangunannya. Karena itu,
tidal bisa dikatakan yang satu mmdominasi yang laimya.
Tetapi, yang dilupakan oleh pandangan di atas adihh
bahwa deraiat ketergantungan antara netara pusat dan nega-
ra pinggiran berbeda. Negara-negara pinggiran ielas lebih
tergantung kepada negara-n€gara pusat, daripada sebaliknya.
Hubungan "saling ketergantungan" ini hisa disejajarfan de-
nga,'l lrubun6an antara mnjihs,! {iai: i,ujiririya. Keduanya
memang saling membuhrhkan. Tetapi dapatkah dilatakan
bahwa ked"a'lla salirU tergantung daiam deraiat yang sama?
Demikianlall seperti yang dittmiukkan oleh bos-Santoo,
!!e84r"-tEgata pusat bisa bgkeErbang s€car. mandiri. Kalau

63
ekonomi mereka s€dang bergerak maiu, bisa te4adi bahwa
ekonomi negaE-negara pintgiran iuga bisa ikut bergerak
maju. Tetapi, bila negara-negara pusat sedang mengalami
kes!.rlitan, sudah dapat dipastilan bahwa negara-negara
pinggiran akan mengalami kesulitan. Karena, ekonomi negara
pinggiran terganfung pada ekonomi negara-negara pusr:
Tetapi yang sebalilnya tidak teiadi. yakni, bila negara-
negara pinggiran sedang rnengalami kesulitan, samasekali
tidak berarti bahwa negara-negara pusat juga akan Erkena
dampaknya. Karena ekonomi negara-negara pusat tidak ter.
Santung pada netaB-negara pintdran. Inilah 'saling keter-
Santungan yang teriadi, saling ketergantungan yang tidak
setaia.
Definisi Dos Santoo ini merupakan definisi yang mode.at
atau lunak dari Teori Ketergantlrngan. pada definisi ini masih
diakui bahwa negara-negara pinggiran, setelah rnengadakan
hubungan dengan negara-negara pusat masih punya ke.
mungkinan untul< belkembang, bila negara-negara pusat
tersetut sedang mengalami perkembangan. Meman&- per-
kembangan di negara-n€gara pinggiran merupakan perkem-
dalarn ketergantung.& tetapi bagaimanapun juga
langan
DG Santos dan beberapa penganut Teori KetergantrLngin
laurnya, masih mengakui lcmungldrun bagl negara-negira
pinggt.n ini berkembang.
Penganut Teoai Ketelgantungan yang lebih keras, misal_
nya Andre Cunder kank, menolak kemuntkinan ini. Bagi
Fraak, hubungan negara pinggiran dengan negara pusat
pasti dtenghasilkan apa yant disebuhya *bagat pemba_
nguru t.rhlokongan ataru the d@elopncnt of unde?dcaelop-
_.k
rranr. Karma itu, bagi Frank, hanya ada satu cata bagi
negara-netara pinggtan untuk Etaiu: putuskan hubungan
qelrgan neg 'a pus.t.

I. TEORI KETERGANTUNGAN KLASIK

1. Andr Gundcr Fr.nlc Pciib.ngunxl K.tcrtcleken3en


Frenk adalah seotrng ekcrom Aocrifa yang kcElrdinl
bekeria pada Econornlc Commtssfin ior Latrn Anlerrca bersafia
Raul Prebisch. Di sini dia mendapat pengaruh Prebisch
tentang hubungan yang tidak sehat antara negara-negara
pusat dan pinS8lran. Bukr.rnva vang sangat berpengaruh,
Captalbm ofid Underdeoelopment m Lit Atnertca, diteabltkan
pertama kali pada tahun 1967 l,ada buku tersebut dia
menyatakan: Sava percava, bersama Paul Baran, bahwa
kapitalisme, baik yang giobal maupun yang nasional, ada-
lah faktor van8 telah menghasilkan keterbelakangan di
masa lalu dan vanE terus mengehbangkan keterbeialantan
dr masa seLarang '
Dengan demikian, keterbelakangan bukan suatu kondisi
alamiah darr s€buah masvarakat. Bukan iuta karena masya-
rakat itu kekurantan modal. Keterbelakangan merupakan
sebuah proses ekonomi, politik dan sosial yang teriadi se.
bagai akibat globalisasi dari sistem kapitalisme. Ketelbe-
iakangan di negara-negara pinggiran (yang oleh Frank
disebut sebagai negala satelit) adalah akibat larlgsrmt dari
tetadinya pembangunan di negara-negara pusat (Frank:
ne8ara-negara mehoPolis).
S€perti yang diuraikan sebelurnnya. tesis teori ketergan-
tuntan- bertenrangan dengan teori-teorr Mar:,is klasil.
Brewe/ menunjuk-kan kontras iru dengan dud kuhpan dari
Marx dan Lenin. Dalam ManiJesto Komunis, yang dihrlis
oleh Marx bersama Engels, dikatakan:

Perb€daan nasional dan perEntangan anirra pe'rduduk


negara-n%ara ernalin lama semakm n€nShilang ari-
bat perkembmgan dari taum bortuasi, akibat k€bebasan
berdat & alib.t p€*er$ gan pa.er dura, alibat
rnalin s€ratarurya can produki dan dataul koidisi
kehidupan yrnt dEni.di malin !.rta rtibat Fkcn-
bang.n ini.

Sedangkan Lenin menyataka& seperti dikutip ohh Brewer:'


Ekpor nEdal nsrgatibatlan Fkemb.ry.n f.n8 s.-
n8at cePtt d.ri kapitat!:rE di n 6ir.-ncgar. fang EEr-
idr !.ta.n "L.por
tsn;,ut. EIryor EEdai ini ErEEnt

55
.enddunS m€nShentikan P€mb.n8uEn di neSara'
n€8ara FntebPor rtu, tet.Pi hal irll brs' diatasr bila
pe;kemb.ntan laPitalBme di s€luruh dunia semakD
diperluar dan diP€dalam.

Dari kedua kutiP.n ini sekali lagi kita melihat bahwa


Teori Keter8antungaut memang berlar/anan dengan Pen-
dapat kaum Marxis klasik. Kaum Mar).is mengira bahwa
perkembangan kaPitalisme dunia melalui imPerialisme akan
menyeragamkan cala Produksi semua ne8ara_negara di du_
nia, dan membuat semua negara-negara di dunia berkem-
bang dan mencapai kemakmuran Memang, Marx dan
Lenin bukan tidak melihat teiadinya Proses yang tidak
seimbang antala kaPitalisme di negara-negala Pusat dan
pinSgiran. Tetapi, pada akhimya mereka percaya bahwa
kapitalisae akan betkembang di seluruh dunia dan me-
mak nulkan negara-negara ini (sambil terus melakukan Pe-
nindagan terhadap buruh), sampai alhirnya sosialisrne
dilahirkan.
Frank dalam teorinya mengembangkan kembali konseP
Prebisch tentang negara-negara pusat dan pinSSiran, yang
dis€bufnya sebagai negara'negara metloPolis dan negara-
nega& satelit. Tetapi, kalau Prebisch terutama bicara ten-
tang aspek ekonoEd dari p€rsoalan ini, yakni ketimpangan
nilai tukar, Frank lebih berbicata teartang aspek politik dari
hubungan ini yakni hubungan politis (dan ekonomi) antara
modal asinS dengan klae-Llas yang berkuasa di n€gara-
negara satelit.
Dalari rangka mencari keuntungan yang sebesar-besar-
ny4 s€?elti jug. perdapat Baran, kaurn borjuasi di negara-
negala metropollr bekerjasarna dengan peniabat pemerintah
di negara-negara satelit dan kaum borjuasi yang dorninan
di sa'la (pada B.ru: tuan tanah dan kaum pedagant).
Sebagai akibat keriasama anara modal asing dan pemelin-
tah s€tempat ini, muncullah kebijakan-kebiiakan pemedntah
yang E enguntunglan modal a3ing dan borluasi lokal, de-
ngan mergubanlan kepentingan rakyat banyal n€8ara ter-
sebut. Kegiatan eLonomi praktis tlerupakan kegiatan

6
ekonomi modal asing yang berlokasi di negara satelit.
FunSsi kaum boriuasi lokal adalah sebatai mitla iunior
yang dipakai sebagai payung politik, serta petnberi
kemudahan bagi beroperasrnya kepentingan modal asing
tersebut, melalui kebijakan pemerintah yang dikeluarkan.
Kebiiakan pemerintah )'ang didukung oleh boriuasi lokal ini
adalah kebiiakan yang menghasilkan keterbelakangan,
karena kemakmuran bagi rakyat ielata dmomor-duakan.
Pada teori Frank ielas ada tiga komponen utamar (1)
modal asing, (2) pernerintah lokal di netala-ne8ala satelit,
dan (3) kaum boquasinya. Pernbangunan hanya tetiadi dr
kalangan mereka. Sedangkan rakyat banyak, yang meniadi
tenaga upahan, dirugikan. Maka, ciricili dari perkembanS'
an kapitalisrne satelit adalah: (1) kehidupan ekonomi yang
tel8antun& (2) teriadinya kerasama antara modal asing
dengan klas-kias yan8 berkuasa di negara-negara satett,
.vakni para peniabat pemelintah, klas tuan tanah dan klas
pedagang, dan (3) teiadinya ketimpantan antara yant kava
(klas yang dominan yang melaku.kan eksploitasi) dan yanS
miskjr, (rakyai jelata yan8 diekploitir) di negara-negara
satelit.
Dalam keadaan seperti ini, menggalakkan pembangunan
denSan rnemperkuat bo4uasi di netiua-netara satelit me-
rupakan usaha yang sia-std, karena bo4uasi tersebut menr-
pakan boriuasr yang tergantung pada modal asing.r
Aktrmulasi modal yang terjadi akan dis€rap oleh kekuatan
modal asing keluar, tidak dikonsumsilan atau diinvestasi-
kan di dalam negeri itu sendiri. Dengan demikian, perhrm-
bulun ekonomi yang terjadi di negara-negala satelit hanya
akan menguntungkan kepentingan modal asing dan keFn-
tingan pribadi dari kaum borjuasi lokal. Keuntungan ini
tidak akan men.tes ke bawar,,;epe.ti yang diperkiralaa
oieh teori lnctle do?rr, 6ecl, ataL\ teoi Denet6a.n k€ bawah.6
Mengapa pembangrr,:r tidai bisa dilakulan tanpa ber'
hu$uryan dergan i<ekuitan asint? Secan teoretis, hal ini
tentu 6aja bisa dihkul3:l. Te.api dalam kenyztaarurya, us+
ha ini sangal sutit laiela pertuttrhhan elonouri negan
telsebul se&r. ;n;rliro i,.::Jatrr beituk ktraila.fi pni'lulsi
lTionalnyal dan keuntunSan kaam bo4uasi lokal akan
lebih mudah diperoleh kalau ekonohi negara tersebut di-
kaitlan dmgan operasi modat asing melalui keria saru
dmgan p€rusahaan-perusaluan multinasional. Kalau tjdak,
mereke harus membangur kekuatan produ.ksi sendiri yang
membutuh-kan rr'odal be€ar dan teknoloBi canggih. Mereki
iug{ harus beriuang keras untuk mendapatkan pangsa pa_
sar bagi produl mereka di p..sar dunia, pada-saai p&
dunia sudah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan multi
nariorral. BiIa iatan ini yang ditempuh, temungkinan ber-
hasiln,'. sangat kecil.
. Juta bagi FranJ<, masyarakat di negara-netar. satelit bu-
kan IaBi masyankat feoda.l, karcna kaum bangsawan yang
ada sudah berproduksi u.tuk pasar drmia. f"ri Uangsiwa;
memang memperlalulan par. petani dengan cara-cara fuo
dd. Tetapi pada tintkat inrernasional, mieka sudah mm_
iadi kelompok kapitals. MerEka berprodu-ksi untuk pasar
dunia yang kapitalistiB
Atas dasar tesis di atas, Frank menolak pendapat kaum
-revolusr,
menSanut Eon pentahapan
Y3.t.yTg
bahwa kalau masyarakat tersebut rnastarakat feodal, perlu
yakru

ada.rcvolusi_ boriuis dulu yang akan m"t"hlrt .*y"i"kut


kapitaLis, sebelum menialanlan revolusi sosialis. " I\_ienurut
Franl, negara-negara satelit merupakar negara kapita.lrs.
Karena itu,. perubahan yang diperlukan y"rrj t*g-
srmg menuju Pada sosialisme. "a";h
b.Ai Frai*, keterbelalangan hanya bisa diatasi me_
-lalui
-Jadi,
ttvolusi, yakni revolusi yalrg urdahirkan si6tem so6ra-
lis.. Bukunya yang kedua memang tnemberi petunjuk ke
arah sana: Irfi, AtEnca, R4otfi or R.ctolut@n.

Z Thcotonio Do. S.ntos: Mcmbrnt li Fr.nI


Seperti diuraikan diatas, Dos Santos adalah orang yang
T",Elbe1k:n
deinisi ketergantun8an yang tanyaf j*uupi
Dalam definisinya.terungkap bahwa negara-negara pinggir_
an atau saElit pada dasamya tranya merupafan Uiyailur
qan netara-negara pusat atau m€Eopolis.
Bila negara pusat

6E
ranc m,IlUdl Induxn\: :erKembanr'' neFdra )dlelll lrl<d
mengalam'
luga- ikr,: berkemoang Brla negard rnduknvd
krisis, sateiitnya pun kelangkrtan kisrs
Definisi inr-sebenamva berbeda dengan konsep ketergan
rrrnsan Franl. Baql lranl nubungan dentan neSara metlc
selalu bera\rbal neg,Irl baer negara salell TrJaL
",,1,i
lr.rnqkin aoa perlemDangin dr neadl'1 saterli selama nePa'
ra rn; masjh berhuoun8an dan mengrnduk leFada negara

Dos' santos beranggapan ialn. Dra menvatakan bahh'a


negara pintgiran atau satelit bisa iuga berkembant' mes'
.rpun perli-mbangan rnr merupakan Perkembangan vane
,"ig"oang. p.rke-mbungan ikutan lmPuls dan dinarrtka
o.ri. U""r'tc* rnr trdaidarang darr netara sateLt telsebLrt
tetaDi dan;qara rnduknya. Dentan demikian' mes)<rpun
Fra,il datt o.''s Sanlo! meruPakan lokoh oari Teori Keler'
qantlrnqan, keduanva berbeda dalam beberaPa hal
SumSangan Dos Santos vang lain adaiah urarannya van8
lebih rrnci tentang benluk-bentul ketergantungan Dra
membedaxan tlSa Denruk Lelergantungan' l'aknr'

0) Di sini teiadi domnasi Politik'


f\ercrgantungan kolon:r,l
' aaUir ueniur Penguasaan kolonial atau Pen aiahan'
dati neqara pusat t;rhadap negara Pintgiran' Kegiatan
ekonom] vans utama adaiah perdagangan ekspor dart
hasil bumr ying dibutuhkan oleh netara Peniaiah Para
peniarah memonopoh tanah, Pertambangan dan tenaga
L4". ft"Uu"g* antara Peniaiah dan Penduduk setem-
Dat bersiJat eksploitatiJ.
Qr 'Ivlrrlrsantunsdn'frnrrr.sial-fidustnal D srnr tidal ada dc
'
minisi poiitii d"l"* bentuk Peniaiahan' Negara
pinggiran secara Poljti-' merdeka' TetaPi, dala$ kerya-
taaJrnla, negara pln88[ar, lru '"dsih dikuasai oleh
kekuaian-kpkuatan finan<tal dan inCE'Eial dari negara
pusat, sehingga P!a,r'-:3 eko.omi negara Pingti'an me"
rupat rn otift d"r. Plrsat. S€Perti pada keta-
""gat^
ganturtCl' Lolorual. legara PulSgiran srasih nrlnt_
'h.'." -r-ni' hrtr ieburuhan
ISpor indusEi ne8ara
pusat. Negara pusat menanamkan modalnya, bai.l{ lang-
sung atau melalui keiasama dengan pengusaha lokal,
untuk menghasilkan bahan baku ini. Dengan demikian,
pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi,
dalam benfuk kekuasaan finansial-industrial.
(3\ Ketetgantungw tekrclogis-ind$triaL Ini adalah bentul
ketergantunI?n ballr. Kegiatan ekonomi di negara
pinggiran tidak lagi nerupa ekspo! bahan mentah un-
tuk keperluan industri dl netata pusat. Perusahaan-
pelusahaan multinasional dari negara pusat mulai me-
nanamkan modalnya dalaB kegiatan industri yang pro-
duknya dituiukan ke pasar dalam negeri dari negara-
negara pinggiran. Meskipun induEtri ini ada di negara
pinggiran, bahkan seringkali diniliki oleh pengusaha
lokal, tetapi teknologinya ada di tangan perusaluan
perusahaan multinasional. SerinSkali -barang-barang
modal berupa mesin indusEi yang ada tidak diiual
sebagai komoditi, melainkan disewakan melalui perian-
iian paten. Dengan demikian, penguasaan terhadap
surplus industri dilaku.kan melalui monopoli teknologi-
industrial.

Setelah menguraikan bentuk-bentuk ketergantuntan, Dos


Santos menguraikan pros€s atau mekanisme dari kegiatan
ekonomi yang tergantung, terutaru pada ,enis keter-
ganhrngan yang terakhir. Negara-negala pintghan, dalam
usaha mengatasi keterbelakangannya, percaya bahwa bila
mereka bba melakukan industialisasi di negerinya, mereka
bisa mengatasi peEoalan ini. Karena ihr industria.lisa.si me.
rupakan 6pian dari hampir s€hua neSara-neSata pinggir-
an. Untuk maksxd ini, ada tiga hambatan yan6 dibahas
oleh D,os Santos:'

(1) Nega-ra-negara pingtLan yang mau melakukan indus-


trialisasi membutuhka-n valuta asing untuk mengimpor
teknologi. Valuta asint ini dipeloleh melalui ekspor
bahan-bahan mmtah, baik berupa hasil pertanian mau-
pun hasil t Elbang. Tetapi harga riil komoditi primer

70
d.l'cenderunr turun terus. Juga kepast,an
:l-li:il
pasarnya sering dihambat oieh feli;afin"protitst
J,
:egrara-negara ,malu Usaha untul rnurnUroi
modlh Inr stab sertd unlul menddpatkan iu.ji
."
keoalirrn
pasar untuk jangla panyang telah'd,ldkuk;;
macam-dEcaln badan internasional,
;;;l
seperti GATT, UN-
CTAD, Kelompok 72, ,larl yang terakhir puraran
uruguay. dengan hasil yang mrum. padahal,
Lestabrlan
pasar dan hngkat harga
lual barang_barant ini 5dngat
barr berhasilnya p".-u,ry"on" p.o".. i.,.
:::f,lg19 di negara.nerara p,ngg,ran. uala. teq"J,
:::::T*:
resulltan yang terus menerus I
,.,
(z) !hrg,,_
;*i
>ementara itu,
;i;L;i; ;J:1.':r;:i,*i"-
neraca perdagan6an lnternasiondl
negara-negara pinggiran terus mengalamr
defistt, Ld-
(a) Nilai tukar yang terus menrrrun
dari komodlti Dri_
barant indushi, sebagai akiba] ha;s;
[:-ylI.p industri yanS terus meningtat. 6i
:::Tgi*..-q
sampmt ifu, banyak barang_barang prirner ini mu_
lar dapat diprodulsilan s€cara i-t"tis.to
Mak",
exspor clari negara-netara pin8giran
semakin ber-
xura-ng niiainya, sementara' impor

II1 *-*: meninttat unrut baranq-barane

xan pros€s industrialisa.i ",-rt;i:d;;:


O) Di..negara-negata pingtiran, sektor
elonomi vane
paxng dinamis biasanya dikuasai oleh
modal ;inp:
keuntuntan dari sektor i,t dis€;
f.:"1. 1tu,negara_negara
::-o* f rndusri maju. Doo Sa.ri_
tos data yang
rmernDentan menunlukkan bahwa
modar yang rEsul ke nepara-r
r.u,r, *a?it
negara itu.
lillaT ;ffi" fiffli.Xfi[lflf
(c) Oleh kar. ena itt+ piniaman
lua, n,oen meniadi Den_
lr.t. A.lfT"I", pe,:ama, untul .*"h;;;i;;,
Kedua. ,rirut mehbiayar
ITLl;1"d
oulitn jt!ie,.i tlrscbur ,Jerelh ;;; ;:
*
tapi, pri,i.r:i;m i.r:r r.,rgerr -i&ii
saraJra-earnianfa. Te_
;.rg, aipuk i
alat untuk membuat negara-negala PinSgiran ini
m€nialankan s€buah kebiiakan ekonorni yang ter-
bu6, ba& bagi Penanaman modal asing maupun
bagi pasat di negaE tersebut dalam menerima
iarang-barang imPor. Akibatnya, surPlus yang ter-
. iadi di negari'negata ters.tut disedot kelual oleh
ldanva ketedukaan ini. Dtarrbah lagi, pinlaman
tuar negeri ini iuga diPakai sebagai subsidi ekspor
neeara p.mbeli Pinirm.n Oaniran luar n€eri bia-
*.y" h".* dibetaniakan untuk metr$eli barang-
barang dari negara pemberi Piniarran), Peniualan
teknoiogi yang tidaL cocok ba8i Pembalgunan dari
negara Peminjat't,
-dan dan sebagainya. Akitatnya,
bantuan Pidarnan s€ringkali meluPakan alat
unhrk memungkinlan teriadinya Pro€€. delaPita-
lisasi atau Penyusutan modal di negata-negara
pinggilan.

(3) Akdtnya, adanya monoPoli teknologi dad negara-


neqara pusat membuat negara_negara PinSgifan harus
Er;baiar sewa bila mau meminiam teknologi tersebut
Sistem paten melindungi Penyebatan teknologi ini un-
hrk iangka wakhr yan8 cukuP Peniang. Akibatrya, pro-
ses industrialisasi di negara_negara Pinggiran menjadi
s€makin tinggi ongko6nya, katena harus membayar
macam-macam uang sewa. Ini a*inya, surPlus yang
diciptakan di negaR-negara pinggiran, pada akhimya
banyak fang disedot kembali ke negara-negara Pusat "

L?tEna itu, tidak mengherankan bila data dad Depar-


tem€n Perdagangan Aherita Serikat menuniuktan bahwa
antala tah{rn 19,t6 sampai 1 Z modal baru yang masuk ke
negara-negara Amerika l-atin beiumlah US$ 5.415 iuta.
Yang diinv$tasikan kembali beriumlah Us$ 4.424 juta. Se-
dangkan keuntungan yang dibawa kembali ke Amerika
Serikat beiumlah US$ 14.775 iuta. Dengan demikian, junt-
lah keselurulun ts-t*t *S* 9i" modal yang beriunlah
USq 5.415 iuta adalah US$ 18.9&3 iuta.'

72
Di samptng lru, Dos Sdntosl' tuga nlembahas )truktur
produksr. dafl >ebuah proses rndustrialisast vang tergan-
tung. Industri rni mengalami kesukaran dalam meirasarln
barang'barangnya di dalam negeri. pertama, upah yang
dibayar kepada buruh rndustri sangat murah, rrpiy" t".gi
barang-barang rndustri ini bisa teriangkau bagi'anggol
masyarakat yang masih miskin ini. Akibatnya, day;Lli
para buruh ini menadi lemah. Kedua, teknologi padat mo-
dal yanS dipakai membuat jumlah pekeraan dicipta-
kan meniadi lebih sedrkit. padahal. industriiang modern inr
seringkali mematikan indusEi-industri sejenis yang dikelola
secara hadisional, tetapi mencrptakan lebih banyal lapang-
an Ke4a. L,engan demikian, munculnya mdustri modem,
pertama, menghilangkan lapangan keria yang sudah ada,
dar-r..
sedikil fedua, menciptakan lapangan ke4a baru yant lebih
iurnlahnya. Akibatsrya, terjadi penyusutan dalam
jumlah lapangan ke4a yang ada. Ketiga, larinya keuntung-
an keluar negen membuat mengeringnya modal untul
membenruk mdustri nasional sendiri Maka, rndustrialisasr
s€ringkali diialar*an dmtan banh.En asint.
Dengan demikian, kata Dos Santos, tidak benar tuduhan
yang mengatakan bahwa: '...ketelb€lakangan yang ada di-
sebabkan ka-rena ekonomi negara-netarJ
nyatu dengan kapitallsme, tetapl sebaliknya, ^i kuong -e-
hambatan
yang_paltng besar bagi pembanguran di negara-negara inr
addlah kapna rnereka menyatukan diri dmgin sisteir inter-
naslonal dan mengikuti hukum perkembangarurya.,.la Kapi
talisme bukan kunci pemecahan masalalurya, melainkan pe.
nyebab dari timbulnya masalah ini.

II. MEMBANTAHTEORIKETERGANTUNGAN:
INDUSTRIALISASI DI NEGARA PTNGCIRAN

Salah.satu kritik yang penting terhadap Teori XeteBantungan


adalah tentant kemungkinan pertunbulBn ekonomi metilui
induskialisasi di negara-:regara pinggiran. Kritil ini sebenar-
nya diarahlan kepada PaUt ijaran d"n A{die Gunder Franl
yanS m€nfrlrka;, bahwa f:rs€s induski..lisasi alan diha&

7i
F! k *T dite yang dominan di negara pin8giran-yakni
LetroErpok tuan bnah dan par! pedagang--serta negaia yanp
dikuasai oleh ketompok tuan tanah, akan lebih diuntunlkai
bila barang-barang induski diperoleh melalui iurpor dari luar
Feged. Peodapat ini dibantall' bulan saja oleh para alrli ilmu
.osial libeial, tetapi iuga ol,eh mereka yang beraliran Marxis,
termasuk oleh p€ntanut Teoai Ketergantuntan itu s€ndiri.
Keberhasilan dari Negara-negara IndusEi Batu seperti Korea
lla..n, Jaiwan, Hont Kong dan Singapura merhperkuat
kritik terhadap Teori Ketergantungan ini. Batalnana geiala
indusEialisasi ini diielaskan oteh Teori lGterganh.ngan?
Seperti tetah diuraikan pada permulian Uigian ini,
_
Theotonio Dos Santos sebenamfd memasulkan kemr]r.rgkirt
an perkeurbangan di negara-negara pinggiran dalam ?efi_
nis.inya tentang kebrgantungan. Kedludiarf salah seorang
ahli yang se.ara ftontal meribantah tesis ini adalah Bil'i
Warren. Dalam salah satu artikelnya dia menyatakan bah_

PenS.nirtan €rllPiris m€nunul(l n bahw. prBFk bag


Fdlblngl,nan kapiblis yrng Uerhasit lartinyi inaui
trialb.li) pida seiumtah besar neFrr-rE8ar. berlerrts
!.S vang ,uEu. ramp.khy. culup ba,b bahw.
k€miiuan yinS beradi dari llldurkidis;i kapihlis me
nEnS telah relcap.t bahwr Fiode s€tet.h p€r.ng Du_
ni._[ ditandai den8an FkenbanSan yang bcrh.asil
dari k pitalilEte di Dunia K€ti8a (Eurama datam in_
dnsEi.lireri)... bahw. k bi,.l negara-n€8an unp€ri&
li! dan d.mpihF erh.d.p Dunia Ketiga dah; rF
nyata.nnya nErd6ong FE€. indusEialisdL b.nwa
it tan ket€r8anhm8e... men adi ,€mafin kendor.... Se
mu: iri.ridrl b€rarti bahwa ioFri.lirm€ sudah hiLn&
rErp€ruurEE s!.8,h .d. sebaru s€buah silrem
'lt€mrnt
dorrunasi d.n ek3ptoih3r. y.Ilt mau di-
l.dlp""ej".
titalan di 3'ni .d.lah tidat bis. dsan6kal bahwa per
ubahm-perubahan retall tetiadi.r5

Dalam arttelnya ihr Wa.llEn kemudian memberikan data


teiAB perteElbangan indurki di bcberapa negara pinggt-
art" Data itu rraruniuklan bahwa proces indGkial-tas;
di

74
Dunia Ketiga memang sedang reladi, dan proses ini meng-
hasilkan pertumbuhan yang berart di negara-negara ter-
sebut. Tulisannya ini kemudian dikemban8kan la8i menjadi
buku yang diterbitkan pada tahun 1980, dengan judul Im-
perialism: Pioneer ol Capitalism. Karyanya ini akan kita bahas
pada bab yang lain, karena Warren mengembangkan se-
buah analisis baru yang dimasukkan ke dalam kelompok
Teori Pasca-ketergantungan.
Dengan adanya kritik warren dan para ahli ilmu sosjal
lainnva, muncullah pertanyaan: kalau ternyata industriali-
sasi dan pertumbuhan ekonomi memanS teriadi dj negara
negara satelit, bagaimana nasib teori ketergantungan?
Bagaimana Teori Keter8antungan menielaskan adanya ge-
jala ini?
Salah seoran8 yang mencoba menjelaskannya adalah Fer'
nando Henrique Cardoso. Sebelum tulisan Warlen ini mun-
cLrl, Cardoso pada talun 1972 telah menulis bahwa gejala
Dembangunan dan ketergantungan memang bisa beialan
seiring. Dalam artikelnya yang lain, Cardo6o (1973) me-
namakan gejala pembangunan dalam ketergantungan ini
sebagai associalul-dfpendefil de\elopmenl atau Pembangunan
yang tergantung yang hanya terikut-sertakarr.
Cardoso menielaskan gejala ini disebabkan oleh ber-
ubahnya bentuk ketergantungan. Ketergantungan vang kla-
sik didasarkan pada eksploitasi bahan mentah. TetaPi,
dengan berkembangnya teknologi, Produki bisa diiakukan
di rnana saja, sementara perusahaan induk (yang menjadi
perusahaan rnultttsional) tidak kehilangan kontrol terha-
dap teknolo8inya meialui sistem Paten. Oleh karena itu,
produki dapat dilakukan di negara-negara Pinggiran. APa-
lagi, karena kebijakan proteksi rnelalui bea masuk vang
mahal dan cara-cara lain hembuat perusahaan_perusahaarl
ini harus menanamkan modainYa jl neg_ia_negara tersebut,
supaya dapat merel-'ut pasar dalam ne8eri vang ada Maka,
perusahaan-perusahaan multinasional ini meniadi Pen-
dorong dan pelaku bagi teiadinya Proses induskialisasi di
negara-negara PinSEiran.
Tetapi, industlialisasi yang te4adi tentunya tidak sama

75
dentan industrialisasi yang ada di negara_negara pusat.
Pembangunan melalui industlialisasi di negara-negara
pinggiEn, menurut Cardoso mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut ketimpangan pendapatan yang makin besar, mene-
kankan pada produlsi baran6-baranS konsudsi mewah
yang tahan lama dan bukan pada barang-barang kebutuhan
dasal yang dibutuhkan rakyat banyak, mengakibatkan
utant yang semakin tingd iumlahnya, dan menthasilkan
kemlckinan, serta kurang terserapnya dan dieksploilasinya
tenaga ker1a.16
. Seorant aNi lain yang mencoba melakukan analisis pem-
bangunan yant te4adi di negara-negara pinggiran adalah
sosiolog dari A.rnerika, Peter Evans- Seperti iuga Warren,
cardoso, ,lan banyak lagi yang lain, Evans juga mengakui
bahw-a pembangunan dan industrialisasi memang telah ter-
iadi secara berhasil di beberapa negara pinggirafl. Bagar-
hana Evais menjelaskan hal ini?
S€perri juga penganut Teori Ket€rgantur'.gan yang iain.
Evans nsnl,'iilaxao bahr,/a pdda m.rlanyd in!.ja' asing yan6
rnasuk ke ,regara-negara ping8iran idnya bertujuifl me
nguras bahan rnentah dan rnenjuai batang industri mereka-
iildush-trya sendiri dibangun di negara-negara pusat, ka-
rena, bila industri itu diban8un di negira pinggiran, risiko-
nya tellalu tinggi bagi para indust iawan pusat untul< tidak
kehilangan kontlol terhadap pab.ik-pabriknya.
Tetapi, perkembangan teknologi memungkinkan proses
produki dipisah-pisahkan. Produksi barang modal dipusat-
kan di negara-negara pusat, sedangkan produki barang
konsumsi bisa dilakukan di mana saia-apalagi dengan
berkembar'.gnya teknologi komunikasi----€ehingga masalah
jarak tidak lagi menjadi masaiah yang besar. Keputusan-
keputusan yang diambil dapat segera dikomunikasikan se-
cara cepat. Barang-balang yanS diproduksikan dapat segera
dikirirnkan ke tempat tuiuaruya dalam waktu yang ":.gkat.
Semua ini mengakibatkan, lokasi pabrik tidak lagi menjadi
persoalan besar, dan kendali dapat tetap dipegang oleh
pusat perusahaan teN€but.
Oleh karena itu, pabdk-pabrik pun muncu.l di negala-

76
negara pinggiran, sementara para industrialvan pusat maslh
tetaP memegant kendali dan menanl keunrungan dafi pre
ses industrialisasi yang tertadi di negara.negara pinggiran.r
Apalagi, semakin menelratnya rasa nasionalisme negara-
neSara pinggian-),ang juga ingin meiakukan industriali-
sasi-ikut !nembantu proses industrialisasi (barang
konsumsi) di negara-negara pm8giran itu. Dalam konteks
semacam itu, negara'nega.a pusat dapat ikut memberi andil
pada proses industrialisasi itu (tanpa membe kan kendali
induskinya kepada orang-orang lokalnya). Inilah altematif
terbaik bagi para pengusaha di negara-negaaa pirat.
Oleh karena itu, teriadilah apa yang disebut oleh Evans
sebagai proses dependant deoeloprnenl, atau pembangunan
dalam ketergantungan. Proses ini berbeda dengan proses
ketergantungan kiasik yang teriadi sebelunnya. Pada pe-
riode pembangunan dalam ketergantungan, di negara-
negara pintgian terjadi pembanguna! dan hdustrialisasi,
di mana kaum bo4uasi lokal dilibatkan secara aktif. Pada
periode ini iuga muncul perusahaart-pen sahaan multinasic
nal raksaksa. Otak yang mengendalikan opetasi perusaha-
an-perusahaan ini secara giobal ada di negala-negara pusat.
Sedangkan cabang-cabangnya hanya boleh mengambil ke.
puttrsan tentang hal-iul yang berhubungan dengan operasi
perusahaan cabang lokal tersebut.
Dengan demikian lahirlah apa yzng disebut oleh Evans
sebagai ilansi Tnpel, yaln kedasana antdra (1) modal
asing, (2) pemerintah di negara pinggiran yang beEangkuf-
an, dan (3) boruasi lokal. Modal asing, melalui p€rusahaan-
perusahaan multiMsional raksalsa, melakulan investasi di
negara pinggitan tersebut. Pernerintah lokal, yang mem-
butuhkan moda.l, telnotogi dan akses ke dalam parar dunia
untuk bisa menyelenggarakan pembaagunan di negatanya,
tentu 6aia Bembutuhkan bantuan perusahaan mdtinasional
ini. Tetapi, supdya pemerintah lokai ini hdak dituduh ha-
nya meniadi alat dari modal esin& boriudsi lokal harus
disertakan. Dengan demikian, p€mbangunan tidal sepenulF
nya ada di tangan modal asing.
KeriasarE anta.a pemerintah lola.l dan nrodal asing ber-

v
sifat keiasama ekonomi, dalarn arti bahwa kerjasama ter-
sebut memang diperlukan bila negara itu ingin mendorong
teriadinya proses industrialisasi.'d Sedangkan kerjasama an-
tara pemerintah dan borjuasi lokal bersilat politis, dalam
arti tuiuan keriasama tersebut E utarru adalah untuk men-
dapatkan legitimr<i politik, supaya pemelintah tersebut da-
pat diterima s€bagai negara nasional yang memperiuangkan
kepenting.n bangra. Katanfa:

Nasion.lis.ne mcmberikan basis id€ol%i ba8i ters€-


lmggar.nyr akumulisi modal di neSara t€rs€but, d.n
karena itu sangat berguna untuk berergumentasi me
lawan p.!u!ah!rn-p€rus.ha.n m'rltinasion l. N.riona-
liff m.mbedhn l€itimali bati bi.okat pmerintah
untul menillankan perarmya di mata boriu.li lok l.
N.siorulisrrE iu8l merupar.n juga srtu-..ttmy. b.i!
di man pernerintah dapat menyarakrn kep.d. rakyat
banyak b.hwa nEreka s€dang m€n ahnran P€mbr-
ngun n n..lional, y.ng hdilny. nlnb .lrn diniklrlah
oleh s.gala lapi! msyar.tat.ry

Tentunya Frlu diingat, meskipur ketiasama yang kedua


ini terutama bertujuan politis, tidak berarti bahwa ker-
jasama itu tidak menimbulkan dinamika ekonomi bati tum-
buhnya sebuah boriuasi nasional yang tangguh.
Bati perusahaan-perusahaan mu-ltinasional itu sendiri,
keriasama ini bisa diterima (meskipun pemerintah lokal
menialankan kebiiakan-kebiiakan yang nasionalistis sifatnya
dan terus henekan perusahaan-perusahaan itu, sepan ang
tekanan-tekanan tersebut tidak sampai hengurangi secara
drastis keuntungan yang diFroleh), karena p€merintah lo
kal melindungi operasi perusahaan-p€rusahaan ters€but se-
caaa politis. Kalau tidak, perusahaan-perusahaan
multinasional ini harus rn€nteluarkan biaya sendiri unttrk
pgrgamanannya/ misalnya biaya milit€! seperti pada iamnn
kolonial Culu. Masih lebih muah bagi perusahaan multi-
nasional untuk membayar ongkog keamanannya pada
pemelintah lokal, daripada rnembiayai opetasi militer s€n-
did.

n
Sedangkan bagi botuasi iokal, keiasama ini bisa di.
terima, karena mereka mendapat keuntuntan dari kebiiakan
\dng n".ronal.hs ddfl pemer,nrahnya .luga. mereka men-
dapatkan banyak keuntungan dari kehadiran perusahaan-
perusahaan multinasional di negerinva, karena di samping
mgdal, mereka juga mendapatkan teknologi dan akses ke
pasar internasional. Oleh karena itu, tumbuhlah perusaha-
an-perusahaan patungan, atau perusahaan-perusahaan na-
sional vang sebenarnya dibiayai dan dioperasikan oleh
perusahaan multinasional raksaksa. Seringkali, borjuasi na-
sional yang terlibat dalam perusahaan patungan itu hanya
merupakan mitra junior yang perarulya samasekali tidak

Demikianlah Evans membe kan ciri-ciri dai apa yang


disebutnya sebagai pembangunan dalam ketetgantrmgan,
lengkap dengan analisis tentang aliarsi trip€lnya.

Kalau ketergantungan klasik dihubungkan dengar nG-


gara yanS lemah, pembangunan dalam keterSanhrngan
dihubungkan denSan ne8a.a yang kuar. Bahkan kon-
$lidasi neSara hingga menjadi ku.t dapat dilatatan
meniadi prasyarat ba8l ieriadiny. pemb.nSun.n
-rahap
dalam leterSantungan. ' kata Evarlea

Selan utnya juga dikatakan, "gejala pembangunan dalam ke-


tergantungan bukrtl lawan dari geiala keterganfungan. Ge-
jala ini lebih merupakan kombinasi antara ketergantungan
dan qembangunan"" Sedangkan tentang aliansi tripel,
Evans- mengatakan bahwa apa arti yang lebih p€rsis dad
aliansi ini memang masih harus lebih diperinci. Aliansi ini
menang penuh ketegangan, dan aerupakan suafu kom-
binasi antara zurtagonisme dan kerjasalE. Misalnya, na-
sionalisme yang digalakkan oleh pemerintah dan borjuasi
lokal samasekali tidal berartj uq,,ra h(gara dan borjuasi
lokal ini ingin menjadi mand,iri, lep,.. &ri perusahaan-
perusahaan multinasional ini. Nasionalislre ini hanya se
kadar alat untuk bisa memeras lebih banyak keuntrmgan
dari perusahaar.perusahaan &ultinasional ters€but

n
III. TEORI KETERGANTUNGAN: KRITIK DAN
FOLEMIK SELANIUTNYA

Pada titik ini, ada baiLya kita melumuskan lagi posisi dari
teori-teori fang sudah dibahas. Pertama, teori pembangunan
dari para ekonoo lib€ral beranggapan bahwa ieterbeliiang-
an adalah akibat kekurangan modal. IGkurangan modal ini
disebabkan oleh faktorlaktor hadisionat yang ada pada
masyarakat yang terbelakang itu, s€rta tingkat kiahlian yans
rerrdah. Maka, sebagai terapi ditawarkan banhran modai
seita usaha-usaha di bidang pendidikan untuk mengubah
baik nilaFnilai tradisional yang tidak cocok untuk;buah
:rs4D qemb-angun1l yang modern, maupun untul< mening-
katkan kepakaran dalam bidang teknologi
Teori Ketergantungan pada dasamya sehrju d€ngan ke-
-kurangan modal dan ketiadaan keahlian sebagai penyebab
ketertantungan. Tetapi, faktor penyebabnya bukan dicari
pada nilai'nilai tradisional bangsa itu, melainkan pada pro-
ses imperialisme dan neo-imperialisme yang menyedot iur-
plus modal yar]g teiadi di negara-negara pinggiran ke
pusat, Perkehbangan yang waiar dari negari_negara
pinggiran, yang mustinya akan menlrju pada pembangu;an
,ang mandiri, terganggu akibat masuknya kekuatai eko-
nomi dan politik dari negara-negara pusat. Oleh lGrena itu,
perambahan modal dan keahlian yang d$untikkan begiru
saja ke negara-negara pinggilan tidak akan menolong, se_
belum struktur ekonomi dan shultur politik yang d'ibuat
Hhr.k me-mleli keuntungan pada modal asing dan-boriuasi
lokal ini diubah secara radikal
. P.d_."19- kubu Teori Ketergantungan sendiri, seperri sLr_
dah dibahas di atas, ada dua pendapat yang berbeda. per_
tama. I'rank- beranggapan bahwa strultur ketergantungan
yang ada di negara-negara satelit tidak akan -memuirg_
kinkan negara ini melalukan pembangunan, klrrrsusnya i-i_
dustrialis.rsi. S€dr,-rgkan Dos Santos beianggapan bahwa hal
tersebut mungkin, meskipun pembangunan- dan indus&iali-
sasi yang teriadi merupi:tan bayangan dari apa yang teiadi
cu neSara-negara pusat. Peter Evais dan Cardoso mengurai_

80
lebih canggih proses pembangunan di negara_
9- Tu."
negara yang tergantung uu. pembangunan dan rndusiral:-
sasl mungkh saia.tenadi. tetapt sangat peka terhadap
gelc
rak yang mlrncu! di negara-negara pusat
Dengan adanva uraran Eva:is dan Cardoso lnr, juga
urar-
an dari banyak penganut Teori Keterganttrngan lainnva,
tampaknya teori iru masih terus bertahan. Ma-riiah sekarang
hta lihat krihk dan polemik Iain vang terjadi di sekitai
Teori Ketergantungan

1. Krltik Pack.nham
Salah satu klitik yang menarik dari kelompok reori liberal
datang dari Robert A. packenham, dalam malalalutya yant
drDresentaslkan pada semha! LleIsallla antara
Urxve6itas
tlarvard dan Massachussetts Insritute of Technol y pada
tanggal 6 Februan 1974. Ketika itu, Teori Ketergaitungan
perbincangan ydng hangat ai p"".
i*Tp
a4lr mu '.""iud,.
\osiai d: Aher&a Senlat. mengikutr"iur"
terbthva
5{*u Fra.ni pada rahun 1907. Mala. kntik packenham rnr
memang muncul pada wakru yanq teDat.
Packenham mula-mula oenyeb-utk; kekuatan
dan Teorr
Keterganhrngan _ Dia mencatat:
._

{l) Teori Ketergantungan menekankan aspek htemasional


oarr pembanguvrn nasional di netara-negara Amerika
Lahn. Aspel ini ku-rang diperhatikan pa-da teori+eon
yang ada sebelumnva.
f2) Teori Keterganhurg'an mempersoalkan alibat dari polt_
tlx trlar neten negara,negifa induski terhadap netara_
negara di negara-negara pinggiran (dalam hal i;
di
negara-negara Amerika i_aiir). Deng::r demikian,
pem_
bahasai dilakukan da.i bawah ke atas. Biasanya,
Jmua
dilihat dari atas ke bawah, yakni dari
^.g;-G;;
maju ke negara-nega-ia lxrkembang. ferdetta"
fi"g
kedu. id kur.ng biEa crelilrat aharufa yang aja ai
rEgan-netat-a betkembanq.
(3) Teori Ketergaanrngan uinbahas prc.s
[temal dari

31
perubahan di negara-negara pinggiran dengan mengait_
kannya pada politik luar neg€ri negara-netala maiu;
s€dangkan teori-Eori sebelumnya membahas keduanya
secara teapisah.
(4) Teori Ketergantungan menekankan kegiatan sektor
swasta dalam hubungannya dengan kegiatan perusaha-
rn-perusahaan multihasional. di samping kegiatan pada
s€ktor publik seperti bantuan luar negeri dar aiptrnasi
politik. Dengan demikian, Teori Ket€rgantungan rne_
ngaitkan analisis ekonomi dengan analisis politik dalam
sebuah pendekatan baru yang disebut sebagai pende-
-
katan ekonomi politik.
(5) Teori Ketergantungan mehbahas hubungan antar-klas
yant ada di dalam negeri maupun huburgan L&s
antar-netara dalam kontek iniemasional.
(5) Teori K€terganhngan meErberikan kritik yang baik ter-
hadap definisi yang ada tentang pembangunan ekono-
rni. Definisi yang ada tentang pembangunan ekonomi
biasanya hanya menekankan data agrdat tentang per-
tumbuhan ekonomi, pertumbuhan industsr dan sebagai_
nya. Teori Keterganhrngan mempersoalka( bagaimana
kekavaan nasional ini dibagikan di antara kla;lhs so-
sial, antardaerah, dan antat-negara.

Kemudian Packenham, dalam sisa lulisarmya, membahas


kelemahan dari Teori Ketergantungan:2r

(1) Teori Ketergantungan hanla menyalahkan kapitalisme


sebagai penyebab ketertanfuntan, tanpa mempersoal_
kan perbedaan-perbedaan Lekayaan dan keiuasaan
pada sistem ekonomi yang lain. Akibatnya, Teori Ke.
tertantuntan mmiadi kurang h.rwes untuk melihat ge_
iala ketergantungan pada sistem-sistem ekonomi ying
lain, yang seringkati disebabkan oleh perbedaan d;1.;
pengendalian kekayaan dan kekuasaan.
(2) Konsep-konsep inti, termasuk koisep ketergantungan
ini sendiri kuang didefinisikrn secaa ptas. Xaiau
mau dianalisis secaE rinci, ada banyal persoalan pada

82
konsep ketergantungai ini. Apa beda antara kctergan,
tungan dan keterpengaruhan? Bagaimana mengukur,
nya? Apaka} jumlah piniaman luar ne8eri dengan
prosentasi tertentu terhadap PNB merupakan bata. le
tergantungan? Apakai ada perbedaan antara ket&q;n,
tungan ekonorni, politik, n1iliter, ideoloti?
i3) Ketergantun8an didef inisikan sebaqar konsep Jikotomr
Padahal, semua negara hdak nda .,'ang sepenuhnva
tergantung, juga tidak sepenuhnva otonom. Bagarman._.
rnenSukur derajat keterqantunganT Bagaimana diketa-
hui bahwa negara tertentu yang dulu tergantung, sekr-
rang sudah kurang ketergantungannya? Kor.lsep dr,
kotornis yang hanya mengatakan ada atau tidak ada
keterBantungan jelas tidak menolong.
(4) Sedikit sekali dibicarakan tentang pros€rs yang me-
mungknlan sebuah negara bisa lepas dari ketergan-
tungannya. Frank menyebutkan sebuah revolusi
sosialis. Helio Jaguaribe menyebutkan dua fara: (a)
mel.Iui reformasi, yakni melalui kebijakarl pernbangun-
an yang nasionalis yang menrpakan kombinasi antara
kapitalisme nasional dan kapitalisme negara, dar ib)
melalui ,alan revolusi. Tetapi, semua ini masih dibahas
secala umtrln. Yang lebih nnci dlbahas adalah sifat
sifat, sebaEsebab, dan kerugian-kerugian yant terja(ir
sebagai akibat dari ketergantungan sebuah negara.
{5) Ketergantungan selalu dianggap sebagai sesuatu yang
neSatif, meskipun dalarn situasi tertentu s€benamva
dapat berakibat positif. Konsep saling terganh-rng k!.
rang dibahas. Negara A bisa terganhrng telhadap nr-
Sara B untuk satu aspek, tetapi untuk aspek yang tair,.
terjadi hal yang sebaliknya N{asalah im hdak dibahas
pada teori ketergantungan.
(6) Ctonomi dianggap selalu laik, padahai tidak dem ran
halnya. Seperti iuga ketergantungan hdak s€lalu burul,
begihr juga otonomi tidak selalu baik. Teori Ketelgan-
tungan kurang membahas masalah ini.
(4 Teori Xetergantungan ku6ng membahas asp€k psi-
kologis dari ketergantungan. Meskipun s€cara ekonomi
s€buah netara kuat, bisa saja secara psikologis negara
ini l9rasa terganhnt, karena negari terseb-ut he;asa
rerdah diri, serta selalu takut akan gagal, sehingga tak
berani ambil risiko.
rE) Teori Ketergantungan agak menyepelekan kekuatan
dari nasionalisme di.(.m;rika tatin, meskipun secara
normatif teori ini mel..beF nilai yang tinggi terhadaD
nastonalisme. Teori Ketergantungan tiZak -m'encanppui
netara sebagai unit yant pentint. Bagi merekianil"rs,,
klas.dan solidaritas antar-klas lebih penting dariDada
solidaritas_nasional. Tentu saia ada_ beberlpa tokotr
penganut Teoji yang memberikan pe.
ran yang lebih .Ketergantungan
besar pada aspek nasionalisme, seolrti
misalnya Helio Jaguaribe dan
iuta Iohan Galtungf fe_
tapi pada uulu&nya, tokoh+oloh teori ini kiranp
membahas kekuatan solidaritas yang didasarkan padl
nasionalisme.
(9) Teori Keterganhrngan sangat menekankan konsep ke-
pentingan kelompok, klas dan negara, seakan:akan
*:T:q;qTA ini meruprkan sesuntu yang jelas dan
obrettrt. Dalam kenyataainya, konsep ini sangit
nor-
matil dan subiektiL Bagaimana meneetahui keient;no
an, sebuah kelonrpok auu klas, apJa6
kah kepentintan ini rnerupakan sesur'tu"egaral
af!-
yang homo-
_Apalaqr.
gen, dan hdak berubah s€panjang waktu?
kadang.kadang apa yang dianggap sebagai kebutr-thin
yang dlrasakan berbeda dengan kebuhrhan
vans se.
benamya. diperlukan. Bila kons€p kepentingan "yane
mentadl ctasa! inr kabur dan subiekti{, Teori
keteigani
tungan pun menladi lemah.
f10) Ieon Ketergantungan serrngkali terlalu jauh ber.
anggapan bahwa ada kepentingan yang berteda
dntara
negara-netara pusat dan iagara_negari pinggiran.
Da-
Iam tenyataannya,,kadang_kadang tp."ti"ii
sama..,Hubungan antara k€pentingan negara-negara
^.r"f."
pusat dan pinggjran bukan bersilat ,rrn
gorn,ikA_
"i
84
Iau vant satu untung, rant lain rugi) Kadang-kadang,
bisa iu8a te4adi keduanya untung. Hal ini kurang
dibahas pada Teori Ketergantungan.
(11) Teoli Ketergantungan, karena ketidak-jelasan konseF
ttya, tidak bisa diuli kebenarannya. Teori ini meniadi
tautologis. artinya selalu benar. Misalnya, kalau modd
asing melakukan investasi di sektor pertanian, ini berati
ketergantungan dalam sektor ini. Kalau investasi di-
lakukan di sektor industri, teriadi struktur ketergantung-
an baru. Kalau kelompok boiuasi nasional tumbuh
menjadi besar, mereka dianggap hanya sebagai agen-
agen multinasional yang telgantuh8. Kalau ekonomi
suatu neSara iadi padat karya, ini adalah eksploitasi
tenaga ke4a. Kalau padat modal, ini b€rarti keter-
gantungan baru yang menghancurkan kesempatan keda.
(12) Teori Ketergantuntan terlalu meremehkan kebebasan
bertindak dari para akto! politik di negala-negara yant
dilaii (dalam hal ini: Amerika latin). Mereka pada
umumnya dianggap hanya sebagai boneka dai kepen-
tingan modal asing.
(13) Akit'at-akibat dad keterganhrn8an kurang dikaji secara
rinci dan tajam. Akibatrrya teori ini kuang dapat di
perSunakan untuk melaku.kan analisis yang taiam. Mi-
salnya, teori ini beranggapan bahwa semua yang
bulul akan berakibat buu-k. Padahal mungkin saia
sebuah neSara yang tergantung (buruk) justru bisa
melakukan pernbangunan Oaik), kalau ketergantungan
itu dipakai sebagai tahap edrentara dari sebuah stra-
tegi pembangu.an i.rngka paniang.

Dengan kritiknya ini, Packenham telah meibedah Teori


Ketetgantrmgan secara mendasar. lawaban yang diberilan
oleh pata tokoh Teori Ketergantungan dikemulakan secara
tidak langsung dalam beberapa tulisan yang terpkah. Bebe-
rapa hrlisan ini alan dibahas, untul memberi ga'rbaran
dialoS yang teriadi t ntang nasalah ini. Ddog ini m€dlang
sangat penting bagi kita untuk m€ngerti Teori Keter
ganhmgan s€cara lebih bailc

86
2 Penclitian Chaae-Dunn

Salah sau kritik Packenham yang Penting adalah tentang


ketaiarnan konsep ketergantungan Bagaimana mengul(ur
derajat ketergantunga.? KetergantmSan tidak cukup hanya
diuku.r dmgan konsep ada atau tidak adanya Sejala ter-
sebui. Dia hatus diketahui deEjatnya, sehingga bisa kita
ketahui apakah sebuah ne8ara mengalami kem4uan, atau
kemunduran dalam tingkat keteryantungannya. Unhrk ini,
perlu dipakai perhitungan kuantitatif.
Salah seorang yang mencoba melakukan Perhitlulgan
kuantitatif terhadap konseP ketergantuntan adalah Chrie
topher ChaseDunn (195). Dia mengukul bagaimana inves-
tasi modal asing dan ketergantungan Pada utang ber-
pengaruh terhadap pertunbuhan ekonomi dan Pemellrtaan
p€ndapatan. Menurut Teori Icterganfunga& investasi modal
asing dan ketergantungan pada utan8 akan berakibat negaHf
pada pertumbulEn ekonomi dan ketimpangan pada pemera-
taan pendapatan. Teori modemisasi berang8apan sebalitnya.
Chase.Duin setaniuErya menguaikan bagaimana meka_
nisme investasi asing dan ketertanfungan Pada -utan8 men8_
akibatkan pertumbuhan ekonomi yang negatif:o (a) Alibat
investasi asin& sumber+umber alam di negara pinggiran jadi
habis. Laba dali investasi diangkut ke luar nege.i. Maka,
negara-negara pintgiran kehilangan sumber bagi pemba-
ngunarulya. O) Produksi yang berorientasi ke luar negeri dan
masuLnya perusahaan-pertr.oahaan multina6ional mengubah
struktur ekonomi negara pinggiran. Strukfut ekonomi yang
baru ini, akan menghasilkan dinamika ekonomi yang meng-
akibatkan keterbelakangan, katena lebih melayani kepenting-
an modal asing dan borjuasi lokal yang beke4asama dengan
modal ini. (c) Hubungan antaE elite di negala pusat dan
Fi*ggiran mencegah te4adinya pembangunan nasional, ka-
r€'la ird akan merugikan kepentingan mereka.
Tetapi, investasi modal asing bisa ,uga berakibat poGitif
bagi pertumbuhan ekonomi negara pinggiran, dalam arti: (a)
Modal asing langsung memprodulsikan barang dan menim-
bulkan permintaan bagi barang-barang lain yang diperlukan

E6
bagi produlsi tersebut. Ini akan mendorong pertumbulun
ekonouri. O) Utang luar negeri membiayai pembangunan
siuaia-sarana yang dibutuhlan untuk pembangunan. (.)
Te4adi Eansfer teknologi, perbaikan kebiasaan kerja. moder-
nisasi organisa.si pembangunan, dan sebagainya yanS ber'
guna bagi pembangunan
Sedangkan dampak negatif dan positif dari investasi
asint dan keteltantungan pada utang luar negeri terhadap
pemerataan pendapatan teriadi melalur: (a) Kelompok etite
di negara pinggiran mernpeloleh batian lebih banyak dari
peardapatan nasional karena kekuataruva didukung oleh
kekuatan-kekuaran yang ada di negara pusat. Maka, te4adi
ketimpangan pemerataan pendapatan. (b) Adanya modal
dan bantuan asrng mengakibatkan kenaikan gaji ba8i orang-
olant yang bekeria di perusahaan asin8, dan ini mengura-
ngi ketimpangan pendapatan.
Apa yang dilakukan Chas+.Dunn adalah menguii apakah
mvestasi asing dan bantuan utang memang menghasi.lkan
pertumbuhan ekonomi yang negatil diikuti dentan ketim-
pantan pendapatan. Sampelnya adalah negaia-negara yang
PNB pe! kapitanya ada di bawah US$ 405 pada tahun 1955.
Dia mentambil data dari negara-netara ini pada tahun 1950
dan 1970, untuk kemudian diperbandintkan dentan apa
yang tet adi pada suatu negara dalam jangka waktu ters€but.
Variabel-vanabel yang drukur adalah.

(1) Untuk variabel investasi asing: modal aeing yang di-


tanam per kapita pada ErasinS-masing negara.
(2) Untuk variabel Lrtang: utang yang dihlikan pe! kapita.
(3) Untuk variabel indikator pertuhbuhan ekonomi:
(a) PNB pe! kapita
(b) iumlah kilowatt-iam yang dikonsuEsilan Fr kapita
(c) prooentasi pekelia pria yang tidak bekelja di s€kto!
pertanian pada tahun 1950 dan 1%0
(d) pemb€ntukan modal domestil, yakni prosentasi
tabungan dan pembentukan modal doErestik tet-
hadap PNB
(e) prosentasi PNB yang diperokh dari hasil t E$an8-

87
(4) Untuk variabel ketimpangan pendapatan: indeks Cinl.

Yang dicali adalah hubuntan ve.iabel (1) dan (2) dengan


variabel (3) dan (4).
Setelah datadata yang ters€dia diolah secara statistik,
ChaseDunn menrimpulkan bahwa memang ada hubungan
antala modal da:: bant:i.:l asing terhadap pertumbuhan
ekonomi dan petneratazrn pendapatan. Aninya, v,rng per,
tama belpengaruh negatif terhadap yang kedua. Karena ih,
Chase-Dunn menyatakan bahwa 'teori Ketergantungan ha-
rus diperhihrngkan secara s€rius sebagai usaha meni;taskan
adan;,a pembangunan yang timpang dalam ekonomi du-
nia."e Pengaluh negatif dari modal asing terhadap pertum-
buhan ekonomi harus ditafuirkan sebagal beiktre modal
asing mm.rpakan alat konkol di sanping sebagai penyalur
sumber-sumber yang diperlukan unhrk pembangrman.
luga
terbukti_ bahwa ketergantulgan terhadap modal asing
merrgakibatlan terjadinya ketirnpangan p€{dapatan.
Tetapi, mendkuti pendapat ceorge BecUord, Chase.
Dunn menyatakan bahwa otonomi bukan merupakan syarat
yanS mencukupi untuk teriadinya sebuah proses pemba_
ngunan. Kemandirian hanya bGa berhasil pada negata_
negara yang memiliki pasar di dalam negeri yang besar,
seperti Cina dan Russia. Negara kecil yang memutuskan
hubungan dengan ekonomi dunia terancam menjadi terp€n-
cil dan mengalami kernandegan pembangunannya, seperti
misalnya yang teiadi di Birma. Juga, negara pinggiran
yant mau rnemufuskan hubungan dengan negata indulnya
terancam oleh kegiatan subversi, bahlan invasi, s€perti m!
sahya-dalam kasus Chile di bawah presiden Salv;dor Al_
lende." Dengan mmyatakan hal-hal seFrti ini, Chase-
Dunn memant membuat konsep ketettanhrngan menjadi
lebih canggih hdak IaBi sederhana seperti sebelumnl:.
Tetapi. vang tebih penting da studi Chase..Duin ini
adalah usaha melalukan kuantifikasi konsep keterganhrng_
an. lJsaha yang dilakukannya memang tidak terlalu bei-
hasil, karena yang diukur hanya aspek-a-spek yant sangat

88
umum ddri geiala ketertantungan. Tetapi, usaha ini ,1rc-
rupakan suatu usaha yang mmarik dan perlu dihargai.

3. Komantar Cardoso

Tidak semua orang setuiu dengan usaha mengkuantifikasi-


kan konsep ketergantungan. Salah satunya. adalah Fernando
Henrique Cardo6o, seorang ahli ilmu sosial Brazil yant
san-8at banyak sumbantannya dalam mengembangkan Tei
ri Keterganh.:ntan. Dalam hrlisannya yang be4uaU ,fhe
Lonsumption of Dependency Theory in the United
States",'" dta menyerang usaha mentkuantifi kasikan konsep
ketergantungal\
. Dalahmasalah
tentang
hrlisan ini, Cardoso menguaikan lahirnya diskusi
ketergantuntan di beberapa negara Ame
rrka Ldtin. Yant dipersoalkan pada waktu itu ad;lah baga,-
mana hengerti proses historis te4adinya ketelbelakanga;
di
tersebut. Merekr ingin menterti apa yant
::qala-negara
Eqaclr clengan strultur sosial politik dan sosial ekonomi
dr
negala-negara pinggiran, yant memprodulsikan
keterbela_
kangan,. setelah disentuh,, oleh negara_netara
kapitalis
maiu. Mereka juga ingin mengerti bagaimani stru-ktur
rni
I*3T 1e?""i*g *iarah, sesuai dengan kondisi Iuar yang
berubah. Mercla ingin mmgerri hubungan di antara'klai
dan kelompok. di dalarn negeri, maupLrn antara yant di
:i,1" 58"i
o* .9.""8T yang di tuar negea. Ketergantuigan
::-rI- 9tr, iany.. sebagai dominasi dai nega-ta_
ne8ala pusat, yang kemudian melaltri cara kekerasan
siara
langsung ataupun tidal, memeras krunhhgan
dari negrra_
neSala pinggitan. KarEna, lenyataannya, struktur
ekoiomi
politik- di negara-netiua p"n berubah, dan
:T iinggir""
kekuatrn eksternal ini kemudian diinterIuli!..cilan
ke da_
lain skuktur yang baru bers€but.
Dengan demikiaa, menu.rut Cardoso, perbincangan ten_
l-8 TyJ* ketergantuntan di netara.netara
tin adalah untul memahami p;oges teriadinya kete!_
A!,;f. L._

udak puae dengan penilasan yang diberilan oleh t ori_

89
teori ilmu sosial yang .rda. khususnva teori struktural
funBsional (yan8 menielm.r oalam Teori Modernisasi), yan8
pada wakhr itu menJominasi pnra ahli ilmu sosral di sana.
Usaha rrnhrk mengerti itLr dituangkan dalam analisis yant
bersifat kuilitatif, karena rda brnv;tk persoalan vang ti,lak
brsa dikuantifikasikan, seperti misilnva hubungan antar
klas dan antar '.elompok, proses ekonomi dan Folitil, ter
iadinva dominasi, dan sebagainva. Apalagi ;\ubungan-
hubungan ini terus benrbah dan menvesuaikan diri dengan
perubahan sifuasi; sementara dominasi dari negara maju
terhadap negara negara terbelakang ini tetap. Usaha untul
mengerti bentuk-bentuk baru inj juga tidak bisa dikuan-
tifikasikan.
Tetapi, oleh beberapa sarjana di Amerika Serikat, sesuai
dengan kadisi ilmu sosial di sana, ketergantungan dijadi-
kan teori dengan konsepkonsep yang bisa diuii. "Saya
takut memakai istilah lron K?terganlungon, karena saya
lhawatir alan memformalkan pendekatannya." kala Car-
doso.4 Perbrncangan tentant m.satah ketertantungan yan8
mencoba menantkap kompleksitas dan Perubahan dari 8e_
jala ini diredutsikan menjadi premis-premis yang bisa diuji,
meniadi hipotesa-hipotesa yang bisa ditolak atau diterima.
Tujuan s€mula dari diskusi masalah keteryantrrngan-yakni
membuat analisis proses sejarah secara dialektis, dengan
melihal proses ini s€bagai 6ebuah p€riuangan antar-klas dan
antar-kelompok yang terus merum!.Bkan kePentinSannya
dan nilai-nilainya sa&bil tens berekparsi--ditinggalkan.
BaBi oranS yang mau memlormalkan pendekatan rnasalah
keterganhrnSan, yang penting adalah konsePkons€p yang
ielas dan rinci, yang kemudia.n diuji, dan kalau memang
ada hubungan di antam variabel-variab€l yant didefinisi-
kan, hipotesa yary diaiukan bisa diterima atau ditolak.
Dentan mengatakan ini, Cardo6o rneErbalas kriti& Pack-
enham yang dianggap mau memformalkan Teori Ketertan-
tungan meniadi s€perangkat konsep-konsep yang bisa
diukur dan b€lsifat a-historG, s€akan-akan konsep ini bisa
be aku dalam segala 6ituasi dai kap.n saia. Demikian iuga
Cardoso memberikan kitik terhadap Chrisbpher Chase-

90
Dunn dalam usahanya mengkuanhfilasikan konsep-kons€p
masalah ketergantunSan. ,u8a Cardoso menyalahkan Frank,
yanS meredukikan masalah keteagantungan menjadi diko-
tomi antara kekuatan imperialis negara-netara rnaju dengan
negara-negara yang terbelakang. sehingga terapi yanS di
tawarkan Frank meniadi sanSat sederhana, vakni memutus.
kan hubungan dengan negara maiu dan mengubah sistem
kapitalis meniadi so6ialis di negara pinggiran. Padahal, ma-
salahnya iauh lebih kompleks daripada yang diuraikan oleh
F.ank.
Para ahli ilmu sosial ),ang dulu mendiskusikan masalah
ketergantungan "rnenginSinkan sebuah pendekatan yang
mene ma dan didasarkan pada ide bahwa sejarah adalah
sesuatu yang terus bergerak, dan struktur merupalan hasil
dari sesuatu yang dibentuk. Meskipun struktur ini kemu-
dian mengeras, di dalamnya selalu terdapat kelegangan
antar-klas dan antar-kelompok yang membuat sEultur ini,
palinE sedikit secara potensial, sehingga selalu bersifat dina-
mis.'@ Usaha untuk mengerti strukh.[ yang terus berubah,
atau punya potensi untuk berubah inilah yang mau dipa-
hami oleh para pembahas masalah ketergantungan. S.iarah
yang bergeral ini tidak mungkin ditangkap dengan ment-
Sunakan konsep-konsep dan perhitungan-perhitungan
kuantitatif yang dianggap berlaku univeBal dan mengabai-
kan perubahan yang s€nantiasa teriadi.
Dengan jawabaffrya ini, Cardoco memutuskan kemturg-
kinan dialog antara para aNi ilmu sosial yang mau m€ng-
kuantifilasikan masalah ketergantungan dan para ahli ilmu
sooial yang mau memnlumi geiala ketergantungan sebagai
suatu procres yanS kompleks, yang hanya bisa dipahami
melalui suatu deslripsi teialanya s€cara nyata dan melalui
sebuah analisi.6 yang beBifat kualitatil Bagi goldlgan
tatna, karena konsepkonrepnya tidak bila diF.taiam dan
F-
diukur, masalah ketelganh,ngan maladi 6dal ihfru dan
hanya merupakan rctorita bah.sa raia. Bagi yarg ledua,
karena kons€pfons€pn).a dituanti6}asitarL maratal fect-
ganhrntan menjadi abskak dan a-hbtorb dan hanya ber-

97
guna (mtuk latihan metode iirnu sair, ffiapi tidal me{rf
Fmbarkan aealitas yanS Eesungguhnya.

rV. IANGKTJMAN DAN KESIMPULAN

YanS dibahas di atas merupakan topik, kitik dan potemik


dari beberapa pen6anut oen p-nentang Teori KeElganttmg-
an. Pembahasannya serba singkat. Masih banyak persoalan
s€rta nuans.l Teori Ketergantuntan_ yang belum sempat di
bicarakan.
Sekaran& akan dicoba disimpulkan beberapa topik utama
yanS meniadi inti Teori KeterSant!.rn8an. fnti ini sud.h
dibicarakan dalam pembahasan di atas, bail dalah benhrk
uraian yang a8ak panjang ataupun hanya dicinggung s.ia.
Funpi dari kesimpu.lan ini, di samping untuk m€fBingat-
kan dan menyatukan masalah yang sudah dibahas, juga
memberi tekanan dan pembahasan lebih laniut pad.
masalah-rnasalah yang baru disinggun& atau belum di
bahas pada uraian di atas.
Dalam menFsun rangkuman dan kesiarpulan inl alan
diikuti pokok-pokok pikiran Blomstrom dan Hetkle. Ada 6
pokok yang dianggap menjadi inti pembahasan Teori l(eier-
gantungan, yakni:

1. Pandekatan Keeluruhrn mel.wan Pcnd.k:trn Kr!r8

Cejala ketirgannmgan dianalisis dengan pendekatan ke


selurulurya yan8 rnemberi tekanan pada sistem dunia. lG-
telgantuntan adalah akibat proses kapitalisme global, di
mana negara-negara pinSgiran kebaSian Peran sebaSai "Pe-
lengkap penyerta'saia. Keseluruhan dinamika dan meka-
nisme kapitalisme dunialah vang meniadi perhati.n p€:r-
dekatan ini- Kasus negara-negara yang ada hanya merupa-
kan bagian dari leseluruhan dinadtka ini, yang tidal ba-
nyak henentukan. Andle Cunder Frank, misalnya,
nlerqpalan wali.l dari perdelatan ini.

92
Pendekatan lain lebih mengutamakan analisis Pada aras
kasus negara-negara yang tergantung, jadi pada asPek un_
sur atau komponen dari keseluruhan ini. Misalnva, Car_
doso-yang menekankan bahwa analisis ketergantuntan
harus merupakan pembicaGan pada kasus-kasus empiris-
lebih memperhatikan proses-proses vang teqadi di negara
van8 tergantunt, dariPada teon-teori umum yang bersifat
makro

2. Fakto. Eksternal melawan lntemal

Persoalannya, faktor apa -vanB paling menentukan dalam


proses pembangunan dr negara-negara Pingtiranr faktor
eksternal atau intemal?
Sebagian pengikul Teori Ketergantungan beranggaPan
bahwa faktor eksternallah yang Iebih penEng Tentu saja,
ini tidak berarti bahwa faktor intemal hdak berPeran. Te-
tapi. faktor eksternal lebih ditekankan, sePerti misalnya
pada tulisan-tuiisan Frar*. Dos Santos secala lebih iunak
berbica.a tentang faktor ekstemai vang memPengaruhi (cofl_
dnrcnn& proses pemban8unan dr negara_negara prngguan.
bukan menentukan ldetalfiining). Memang dia tidak mednci
-'tecara jeias perbedaan kedua istilah ini. TetaPi jelas dia
menekankan pentingnya pengaruh dari luar, meskiPun ti-
dak mutlak menentukan. Artinya, {aktor-Iaktfi intemal Pun
Punya Pelan.
Kelompok kedua penganut eori ketergantuntan lebih
menekankan taktor internal. Cardoso dan Faletto* mene-
kankan laktor intemal ini. Reaksi dari tiap-tiap negala ter_
hadap pengaruh faktor ekgtemal berbeda-beda, terganttmg
dari perbedaan aliansi klas yang ada di dalam negeri
masinS-masing negara tersebut. Augustin Cueva, s€Perh
dikutip oleh Biomstrom dan Hethes bahkan menyatakan:
"Bukanlah kondisi yang ada di dalam negeri kita sendiri
yang menentukan hubungan kta dengan kapita.lisme du-
nia?" Ini ielas mentrrriukkan bahwa fa.ktor inierllal Eerradi
sangat penting dalam melakulan analisis tentang Fiala
ketergantunSan.

93
3. An lisis Ekonomi melawxn An.lisis Soriopolitik

Pencetus T€ori Ketergantungan, dan p€mikir-pemikir se


sudalurya, kebanyakan adalah para ekonom. Raul pr€bisch
sendid memulainfa dengan memalai analisis ekonomi, dan
penyelesaian yang ditawarkannya iuga bersifat agak mumi
ekonomi. Andre Gunder Ftanl iuga seoEng ekonoh, mes-
kipun analisisnya banyak memakai disiplin ilmu sosial lain-
nya, terutama sosiologi dan politik. Dengan demikian, Teori
Ketergantungan dimulai sebagai masalah ekonomi, dan
baru kemudian berkembant meniadi analisis sosial politik,
di mana ahalisis ekonomi hahya merupakan bagian dari
pendekatan yang multi dan interdisipliner ini.
tentang Teori Ketergan'tungan yalg menekan-
kan analisis soeiopolitik terutama menelankan pembahasan
tentang analisis klas, kelompok-kelompok so6ial, dan peran
pemerintah di negara-n ara pirnggiran. Cardoso dan Fal-
leto- banyak membahas gtruktur soeial yang ada di negara
pinggran, serta ploces pengambilan kepuhrsan oleh rrgira.

4. Kontr.diksi SektorauRegioral melawan Konkadiksi


Klae

Salah.safu kelompok penganut Teori Keteagantungan sangat


menekanlan analisis tentang hubungan netara-negara pusat
omgan negara-negara pinggtan. Ini merupakan analisis
vang memakai kontradiksi regional. Sekali lagi, Frank dapat
dianggap sebagai tot oh .rnt,k kelompok ini. Htrbr-rnjan
antar-negara dalam suatu sisterh ekonomi kapitalis-me
dobal menjadi perhatian utamanya.
Sedangkan kelornpok lain lebrh menekankan analisis klas,
seperti misalnya Cardoso, meskipun perlu dicatat bahwa
Cardoso selalu menEingatkan bahwa klas yang ada di
negeua-negara pinggilan berbeda dengan klas di negara_
negara pusat. a-nalisis Cardoso meElang selalu melebikan
permasalahan dalah konteks di mana masalah itu rneng_
ge;ala.

94
5. Keterbelakantan melawan Pembantunan

Teori Ketergantungan sering disamakan dengan teori tentang


leterbelaLangan Durua Ketiga. Kerergantungan seldlu beraril
leterbelakantan, s€perrl vang dinyataLan olch Frdnl.
Para pemikir Teori Ketergantungan vang beiakangan, me-
ragukan tesis ini. Dos Santos, Cardoso, Evans. dan banvak
Iagi_ yang lain rnanyatakan bahwa ketergantungan tiiak
selalu berarti keterbelakangan_ Ketergantturgan dan pemba-
ngunan bisa berialan s€iring. Yant perlu diielaskan adalah
sebab, silat dan keterbatasan dari pembangunan yang ter-
Jadi dalam konteLs ketergantungan. Cardoso kemudiai me_
ngemb_antkan konsep assoc,aied-dependent .l?oeloplnent:
sedangkan Evarui mengemukaka^ brlilajr. d?pendent deulop-

5. Voluntadsme melew.n Det€rE rlismc

Penganul Marxis klasik melihat perkembangan seiarah se_


Dagat sesuatu yang deterministik. Masyarakat misalnya,
pasti.akan berkembang sesua.i dengan tahapannya: dari
feodalisme ke kapitalisme, dan baru Iimudian'samiai pada
sosialisme. IGrElu itu, ketila Teori Ketergantmgan-berLm-
ban€ di Amerika Latin, banyak pemikir l,fanis-beranggap
an bahwa harus mmciptatan kapita.lisme duftfrka-
-mereka
rena rnereka beranggapan bahwa masyarakat Arnerika La_
tin. masih fuodal), sebelum mengubahnya menFdi negara
sosrals.
Penganut neoMarxis seperti Frar* kemudian mengubai-
ny,a Ketergantunta[ Menurut di+ irasya-
rakat.m:lalui.Jeoli
Amerika Latin bukan feodal, melainkan sudah
Iili"tb,it Jetapl ferbed_a
dengan kapiratisme di neSara-
rusib kapitalisme di negara-rEg.ra pin&irran
"TL lr*t
119 k*hhgn Kar€na itu, Frl" dlubdi
negara sosialis, EEL-lui sebuah rwoh,,si. Kjta ti&l";i"di
bba
menrrnggu salrpai negara-negaaa pintgtan ini
drent€Ets

95
bangkan kapitalisme seFlti di Eropa, karena hal ini tiuak
akan te.iadi. Dalam hal ini; Frank menjadi penganut teori
voluntaristilc Demikian juge para penganut Teori KetergaIF
hhgan yang lain, Fng menolak teori tahapan yang deter-
ministil dari iara penganut teori Marxis klasik.

Setelah nrenSuraikan pokok-pokok Teori Ketertantungan di


atas, ElomsEom dan Hettne sampai kepadd kesiErpulan
tenta[6 inti yang sama, ya,lt men adi ci.i dari semua Teori
Kete€antungan. lnti yang $rna ini adalah:

1. yang menjadi hambatan dati pembangunan bukantah


ketiadaan hodal, melai-nkan pembagian ke4a intemasio-
nal yang teiadi. Dengan demikiao faktor-faktor yang
menyebabkan keterbelakangan merupakan faktor ekster-
nal.
2. Pembagian kerja internasional ini diunikan menjadi hu-
bungan antara dua kawasan, yakni pusat dan pinggian.
Te4adi pengalihan suplus dari negara pinggiran ke pu-
sat.
3. Akibat pengalihan suiplus ini, negara-negara pin8gifttn
kehilargan sumber utamanya yang dibutuhkan untuk
membangun negerinya. Surplus ini dipindahkan ke
negara-negala pusat. Maka, pembangunan dan keterbela-
kangan merupakan dua aspek dari sebuah proees global
yang sama. Proses global ini adalah pros6 kapitalisme
dunia. D kawasan yang sahr, proses ihr melahirkan
pembangunan, di kawasan lainnya keterbelakangarL
4. Sebatai terapin)'a, Teori Ketergantungan menganiurkan
pemuhBan huburgan dengan kapitalisme dunia, dan
mulai mengarahkan dirinya pada pea$angunan yang
dandili. Unhk ini, dibutuhkan sebuah perubahan po-
litik yang revolusionet, yang bisa melakukan perubahan
politik yant radikal. Setelah faktor ekst€fial ini 4isurC-
kirkarl diperktakan pembangunan akan te4adi qrelalui

96
Proses alamiah yang memang ada di dalam masyarakat
negara pingJairan tersebut.

Demikianlah inti pemikiran dari Tmri Ketergantrrngan, ke-


kuatan dan kelemahannya, serla pcrkembanganiya dari
vang sederhana meniadi semakin canggih. Pada bagian be-
(kutnya, akan dibahas teorileori lain yant mencoba meng-
atasi keterbatasan Teori Kete.tantungan ini, dengan
mencari konsep-konsep teori yang baru

I
BAB V
TEORI PASCA-KETERGANTUNGAN:
PERKEMBANGAN BARU

Teori-teori tentang pembangunan setelah munculnya Teori


Keterganhngan memang meniadi semarak. Kalena ifu, le-
pas dari kelamahan-kelemahan yang ada pada Teori Keter-
gantungan, munculnya teori ini, tidak bisa disangkaL telah
memberi perspektif baru pada teori-teori pembangunan
pada umumnya.
Salah satu perspektif penting yang diberikan adalah bah-
wa aspek ekstemal dari pembangurun menjadi penting-
Sebelumnya, aspek tersebut kurang dianggap berperan.
Nega.a-negara lah hanya dianggap sebagai mitra dagang,
yang serintkali sangat membantu proses pembangunan
yang te4adi di suatu negara. Atau, kalaupun dianggap
meflghambaL paling-palhg karena negara itu sangat besar
kekuatan ekonominya, sehingga negara yang sedang mem-
bangun tidak bisa bersaint melawan mereka.
Oleh Teori Ketergantungan dituniukkan bahwa negara-
negara yang ekonominya lebih kuat bukan saja mengham-
bat karena henang dalam bersaing. tetapi iuSa ikut camPur
dalam mengubah struktur sosial, politik, dan ekonomi ne-
gara yang lebih lemah. Kekuatan-kekuatan eksternal itu
diintemalisasikan oleh negara yang iemah, sehingga telcipta
'ebuah itruktu! keterganr-urgm di dalam nege negara inl.
Proses perubahan strrrktural iniiah ,vang dipelaiari oleh Car-
Joso melalui Lasu-s-lasus nv4fa .!i reg3ra-negara Amerika
Latin.
Seperti diuraiiGn sebelunn,va, kritik terhadap Teori Ke-
tergantungan datang baik dari kubu teori-teori liberal mau-
pun dari teori-teori Marxis. Ktitik-kritik itu diperkuat

98
tlengan adanva kenyataan emfrns bahrva bebcrdla negdra
pinggiran tampak mengalaml qeraLa kematilan dnlam pem-
bangunan ekonominva. Industrialisasi iuga berlalan deng;rn
.epat di sana, suatu hal vanq oleh leori Ketergantungan
(terutama yang ortodoks) dianggap tidak rnungkin. Bahkan
iampak mtrnculnya tanda-tanda lahh,a nr:qara'negara rnr
ikin nieniadi mandiri rl:iarn melakuk,rn rr.,)ses rndusirialr-
.,,-rnva drn mul., Tc-L:rnirm _ogard .cb4ra .rCUsrr, :itatLi
sudah ada. Hal ,xr tampakn\ii .rJit diiel.rrknn oleh
'ang
para penganut Teorj (eti{ganhrngan vang lebih canggih,
seperti Evarls dan Cardoso Bagaimana kelemahan-kelemah-
an Teori Ketergantungan ini diatasiT
Kenyataan-kenyataan empiris ini t.rmpa.knya lebih mern-
perkuat teori pembangunan libcral yang nm-Marxis? Kubu
teori libelal ini memang tidak terlaltr terpengaruh dengan
mtrnculnya Teori Keterganrungan, kecuali barangkali kepe-
kaar vang lebih tingti tentang masalah ketimpangan ,vang
ada di dalam masyarakat sebuah negara, dan Ci antar3
negara-negara di dunia. Kubu vant lebih repot adalah kubu
kaum Marxis, yang harus 'nemperbaiki Teori Ketergan-
tungan, sambil tetap menolak teori-teori yang dikembang-
kan oleh kelompok akademrsi libelal yang non-Marxrs.
Pada bagian ini, akan dibahas rnunculnya teollteori baru
dari kubu kaum Marxis, yang mencoba mengatasi
kelemahan-kelemahan yang ada pada Teo Ketergantung-
;m.

I. TEORI LIBERAL
Krjtik dari teori liberal pada urnumnya berkisar pada keta-
iaman definisi dari Teori Ketergantungan. Definisi yang ada
dianggap terlalu kabur, sulit diiadikan sesuatu yang ope-
rasional' Tanpa kejelasan dan ketajaman konsepkonseF
dasarnya, Teori Ketergantultan lebih merupakan sebuah
retorika bahasa belaka, bukan sesuatu yang ilEriah.
I&itik yang sama misaLya datang dari Sanjaya lall.2 Dia
mengatalan bahwa agar konsep kete€antungan dapat di-

99
pakai untuk menyusun teori, ada dua ktiteria yang harus
dipenuhinya:

(1) Geiala ketergantungan ini harus hanya ada di negara-


neSara yanS ekonominfa terSantung dan tidak di
negara-negan yang tidak Elgantu!8.
(2) Geiala ini mempengaruhi perkembangan dan pola pem-
bangu.rEn di Begara-r.agara yan8 tergantung.

Dari penelitiainya terhadap aspek ekonomi dan so6iopo-


litik dari geiala ketergantungan, lrll m.lihat bahwa geiala ini
iuga terdapat di negara-netara yang dianggap tidak tergan-
tung, Mkalnya tentang domirusi modal asing. Dalam hal ini,
Kanada daa Belgia akan lebih terganhrng dadpada lndia atau
Pakistan. Tetapi su.lit s€tali memasu.kkan Kanada dan Belgia
ke dalam kelompok neSara-neSara yang tergantung, karena
tingkat kemakmurannya yang tintgi. "Baik dominasi maupun
ketergantungan fierupakan geiala yang umum y-ang ada di
netara-negara pusat maupun pinggiran," katanya.r
Tentang kriterium }.ang kedua. Lall juga trr€niumpai bah-
wa konsep ketergantungan bersifat kabur. Sulit sekali me.
makai ketergantungan sebagai penyebab dari keter-
belakangan. Dari kepustakaan yang dia baca, argumen ke-
terbelatangan dan ketergantungan jadi b€rputar-putai ti-
dak ielas la6i apakah karena tergantunS maka s€buah ne-
gara ureniadi terbelakan& atau karena terbelakan8 dia jadi
tergantung. YanB satu bisa dipakai untuk menielaskan yang
lainnya, dan sebaliknya.
Mungkin kaEna itu, teori p€obangurun liberal kurang
memperhatikan Teori Ketelgantuntan- Apalagi shrdi dari
Simon Kusnetz tentang Merapa negara dalam proees pem-
bangunan menunjukkan bahwa masalah kesenjangan pen-
dapatan yang ada pada suatu negara melupakan suatu gqah
p€ralihan. S€telah pertumbuhan ekonomi mencapai tingkat
tertentu, masalah keseniangan pendapatan ini men adi s€-
makin berkurang. Dengal demikian, kesenlangan pendapatan
teriadi karena ada kemiskinan. Keaeajangan ini akan hilang
bila nega.a tersebut makin maju pakembangan ekonominya-

1m
Studi ini memang rnendapat bantahan dari data y.ng
dip€roleh di neSara-negara berkembang sekarang. Sebuah
shrdi pada 13 negara berkembang mentmiullan bahwa
korelasi antara pertumbuhan ekonomi dan peherataan Fn-
dapatan memeurg tidak meyakinkan. Ada negara yan8, su-
dah cukup tinggi pertumbuhan ekonominya, tetapi di sana
terdapat ketimpangan pehbatian p€n.lapatan, di sampint
ada iuga yang menuniukkan penurunan ketimpangan inr
Hal yanS sebalilnya luta benar.'
Datadata pada tahun l9sGan dan 'l!)60-an menunjukkan
bahwa ketimpangan pendapatan terutama terdapat di negara-
negara yang perdapatan per kapitanya rendah. -Negara-
negara yang pendapatan per tapitanya di atas USo E0 tidat
ada yanS tinggi k€timpangan Fndapatannya (lnd€ts Cini di
atas 0,5). Yang .da hanya ketimpantan yang moderat 0ndeks
Gini antara 0,4 dan 0J), yakni: Denmark, Finlandia, Petancis,
Jerman Barat, Belanda dan Puerto Rico. Sebaliknya, ada
negara-negala yang pendapatan p€r lapitanya rmdah (ku-
rang dari US$ 300), tetapi deraiat ketimpangannya rendah
(lndeks Cini di bawah 0,4). Negara-negara ini misalnya:
Ceylory Taiwan, Chad, Pantai Gading, Korea Selatan, Libya,
Malaysia, Niteria, Pakislan dan Uganda.
Dengan demikian dapat dilatakan bahwa kesenjangan
p€ndapatan bulan merupakan alibat dad keterbelalangan
seperti yanS dilatakan KusneE. Kes€niangan pendapatan
munSkin merupakan akibat dari sistem ekonomi-pottik
dari negara yang bersangkutan.
Keurbali pada pokok p€lsoalan kita, teori lib€Gl pada
dasarnfa tidak banyat dip€igaruhi oleh Teori K€ErSanturt-
an. Teori liberal Etap berl an seperti sebelumnya, yrlni
mengi.kuti asurnsi-asulrsi bahwa modal dan investasi adalah
masalah utama &lam merdorong peatumbuhan eLonomi.
Teori yang dianut oleh para ahli ekonomi ini lebih mentem-
banSlan diri pada kete.ampilan teknisnya, yal(ri bagaimana
membuat tab€l input-output yang baik, bagai[una mengukur
lebrkaitan di anta.a p€lbegai s€ktor etonomi, dan s€bagai-
nya. Tentu saia ini butan tidak b€rguna. Tetapi, fang kurang
dipersoaltan adalah bagailuna fattor politik bisa dimasut-

101
kan ke dalam model merel?. Bataimana struktur sosial lokal
bisa membuat asunsi-asutrsi merela yang diantgap univer-
sal, bisa riracet. Dan sebagainya.

II. EILL WARREN


(ritik Bill Walren sudah diungkapkan pada Bab fV hti dari
kritik ini adalah bahwa dalam kenyataannya, netara-negata
vanS terSantung menur{ukkan kemaiuan dalarn pe.tum-
buhan ekonomi dan ploses indrrstrialisasinya- Bahkan ke-
maiuan ini menunjukkan bahwa neSara-ne8ara yang ter-
gantung ini sidang mengarah pada pembangunan yang
mandiri. Dengan demikian, yang ditolak bukan saia tesis
Fr.nk tentang "pembangunan keterb€lakengan," tetapi ruga
tesis Cardoso dan Evans tentang ossodal.d dzrynd.nt de@lop-
nanf dan 'pedbangunan dalam ketergantungan. Bagi War-
ren, negara-negara pinggiran ielas bisa berkembang dan bisa
rnenyelenggarakan pembangunan secara mandiri, s€perti ha!
nya negara-negara pusat dulu. Katanya: 'Berlawanan dengan
pandantan kaum Marxis, bukti-bukti empiris menunjukkan
bahwa prospek bagi sebuah pembangunan kapitalis yang
berhasil di negara-negara berkembang telnyata baik. Pemba-
ngunan ini meliputi hdustrialisasi yang substansial dan iuga
transformasi kapitatis dan pertanian Eadisional.''
Untuk mendukung pemyataannya ini. Waaren menuniuk-
kan datadata yang mempellihatkan bahwa setelah petang
dunia kedua, anggapan akan adanya keterbelakangan di
negara-neSata pinggiran hanya merupalan ilusi belaka. Ada
erram pokok yang dibahasnya, yakni: (f) masalah PNB per
kapita; (2) masalah keseniangan sosial; (3) masalah margi-
n lisasi, di mana oran8 iadi tersintkir dari lapantan kerianya;
(4) masalah produ-ksi yang diarahkan pada barang'barang
mewah, dan bukan barang pada kebutuhan pokok; (5) masa-
lah industrialisasi; {6) masalah kapitalisme./
Dari data{ata statistik yang dikumpulkannya, Warrcn
membuktikan bahwa apa yang dirahalkan oleh Teori Ke-
tergantungan ternyata tidak benar. Oleh kalena itu, dia
metryilrpu.lkan:

102
l.di, berLwan.n den8.n pndapat Jmum y.nt id.,
Duni. Keti8. lidsk m€rr8alahi kcrBnd€kan s€c.r. rcla-
til m.upun ab.olur s.Elah Per.n8 Duru. ll. Scb rkny.,
I€nqu.n y.nt ber.rh dalah hal kemakmuran m.En l
dan p"mb.qun n teluat n p.Dduksi. t€l.h dr.pai, dF
nt n k€c€?.t n y.n8 l€bih hn88r dib.ndinSk dmtan
^
L.d.an ,€belum perang. Kenvataan ini iu8. h"rlr}:.n
.n d6'8an p.nd.nt.n k.um Mrrr'r tang dFnv.tal.n
bahw. PsrDansunan n.5'on.l y.n8 men8tk(n l.l.n l.-
pii.IJ lnu5t hil bls le .dr di Dunra K€ntr.x

Bagi Warren, tidak bisa dicetah lagr bahwa kapitalisme


akan b€rkembant dan rnentteiala di semua ne8ara di du-
nia ini. Baru s€telah Lapitalisme betkembang sampai rnen-
capai titik ienuhnya, perubahan ke sosialisme dimungkin-
kan. Karena itu, memaksakan perubahan kc sosialismc se
karant iuta merupakan hal yant sia-sia, larena pada saat
ini kapitalisme belum mencapai titik ienuhnya. Karena itu,
perkembangan kapitalisme dr negara-negara ptnSgiran ma-
sih dimungkinkan. Pembangunan yang berhasil di negara-
negara Asia Timur dan Tenggara (Korea Selatan, Taiwan,
Hong Kong dan Singaptrra) dianSgap sebagar salah satu
bukti bahwa kapitalisme memang masih bugar, masih terus
bisa mentambangkan ditin),a.
DenSan tesisnya ini, Waren membantah inti Teori Keter-
gantungan, yakni bahwa perkembangan kapitalisme di
negara-negara pusat dan pinggiran berb€da. Kapitalisrne di
negara marurpun sarna. Oleh karena itu, tesis Warren cende-
rung dEnidi a-hi6tods dan dekat dengan para ahli ilmu
sooial lib€ral. Perbcdaannya hanya Erletak pada anggapan
Waten bahwa set€lah kapitalisme berkembang di seluruh
dunia, tahap perkembangan selanjuhya adalah perubahan ke
arah sooialisme.

ITI. TEORI ARTIKUI,JISI

Muncdnya Teori futitulasi juga sama dmgm munculnfa


teo.i Warsf yefni kaidal.puasan t rh.dap T€ori Keter-
gantuntD t rEl. in€nthadapi kenyah.n b.hw. p€hba-

103
ngtrnan dan indushialisasi me$an8 teajadi di negara-negara
te6€lakan8. Teori Artikulasi iuga mencoba memecahkan
mas.lah ini.
Teori tutikulasi bertitik tol.ak dan kanxp lottrusi 9F.f,itl.
Dalarn Manisme, dilenaf kontep cara ptodufsi (zode o/
pr,d,,/(tion\, mirl-laya cara p.odutsi frodal, cara p.odulsi
kapitalit cara produlsi sosialis, dan s€batainfi. Masing-
masing cara p.oduksi mempun}rai ciri yang berlainan de-
ngan cara produksi lainnya. Misalnya, dalam kapitalisme
antara lain terdapat pasar bebas, tenaga buruh yang diFr-
iual-belikan di pasai secara bebas, proees atumulasi modal
yanS cePat, dan sebagainya.
Tetapi, kenyataan yang sesuntSuhnya di masyaakat ti-
dak hitam putih s€p€rti itu- T€iadi peralihrn yant dre-
malan waktu tama, misalnya dari cara produksi &bdal ke
kapitatis. Pro€es perdihan ini berialan sampai bcberapa
abad. Jadi, bukan keEurin cara produksi sebuah masya-
rakat masih s€penuhnya feodal, hari ini tiba-tiba menjadi
sepenulnya kapitalis.
Pada waktu peralihan yang lama inilah terjadi campulan
dad dua atau lebih cara produksi. Dengan deriika& dalam
kenyataannya di dalam masyarakat selalu terdapat lebih
dari satu cara produksi secara bersarna-sama. Dalam ma-
syarakat nyata misalnya, terdapat cara poduksi kapitalis
bersama dengan cara produksi yanS belsifat feodal. Inilah
yang disebut formasi soeial, yakni gejala di mana beberapa
cara produksi ada bersama. Dengan deErikian, konsep for-
masi sosial lebih merdekati kenyataan empiris da.ipada
kons€p cara produlsi.
Tetapi, salah satu cara produksi meEung lebih dominan
daripada cara produlsi lainnya. Seperti yang dikatakan
oleh Marx:

Pada J€hap formasi sosial da situ ienis crra produi!,


yant mnSuasai c.ra produksi laimya, y.ng hubuntan-
nya dmgan yang lainnya rn€nmtukan tirtkat dan
pcntarulny.. Cara produlsi ,aflB dominan ini bcr-
ft.rn88i s€pcni F pr.ng utana Fry m.mb..i p{rttaruh

104
irpa.rd.rra Fn,Jui:r h,m\, ,lin m(rFUcai" {!rr.',iar
ulam..l.i cara produksr hinnvd "

Bila dalacr sebirah formasi sosial cara Fr{)duksr h'odal me


.upakan carn produksj vant paling luat lorma:'r sosial ini
lisebqt seoagai formas; so i.rl feo{'Jal Bil; vang peling d(-
minan edahh cara produksi k.lPltaii5 f(rrnlasr sosial ter-
iebut adalah formasi sosial kapitalis
Dalam sebuah masvarakat nyata, kombrnasi dari unsur-
unsur cara produki tentunva berlarnnn Misainya, di Ame
rika Serikat maupun dl Jepang, formasr sosial yanS ada d,
sana adalah formasi sosial kapitalis, karena cara produksi
kapitalislah yang paling dominan di kedua negara teEebut.
Tetapi, unsur feodal, yang merupakan cara produlsi yant
tidak dominan, ielas lebih kuat di Jepang daripada di Ame-
rika Serikal. Karena itu, pen,elmaan kapitalisme di Amenka
Serikat lain dengan yang menielma di Jepan8. Di sinilah
muncul koruep artikulasi. Dikatakan, artikulasi kapiralisme
di Amerika Serikat lain denSan di Jepang. Karena porsi
campulan unsur-unsumya iuga berlainan.
Mlrilah kita kembali pada Teori Ketergantungan. Teori
im mengatakan bahwa kapitalisme yang menggerala di
negara-neSara pinggiran berlainan dengan kapitalisme yang
menggejala di negala-negara pusat. Kapita.lisme di negara
pinggiran adalah kapitalisme k€rdil yang tidak bisa tumbuh
menjadi besar. Faktor-faktor yang menyebabkan kekerdilan
ini sudah dibahas pada bagian sebelunnya.
Pendapat seperti ini cenderung membedakan haljkat dari
kapitalishe pusat dengan kapitalisme-tergantung di
pinggiran. Kalau hakikahya sudah dibedakan, kesimpula.n
yang ditarik ada.lah bahwa kapitalisrne di negara pinggiran
pasti gagal, tak munglin berhasi.l.
Teod Artikulasi belp€ndapat lain. Kapitalisme di negara-
neSala pinggiran tidak bisa berkembang karena artikulasi-
nya, atau kombinasi unsui-unsumya, tidak efuien. Acia
banyak unsur penghambahya. Bagi Teori tutilulasi, ke-
gagalan dari tapitalisrre Ci n€gara-n€gara pinggiran bukalr
karelE yang berkenbang rir sana adaldr kapitalislE yang

i6
berbeda, tetapi karena koeksistensi cala produksi kapitalit
me dengan cara Pr.t,r(!i lar,Dya hersif:t s.?lh; nengham-
bat. Kalau kapihiisme bisa dibiarkan berkedrbang secara
mumi dia pasti akan bethasil, Iak peduli dia berkembang
di negara-negara pusat ataupun pinggiran.

Melenvapkan emur .da p.oduki pra-kapitalis adalah


tujua. van6 sesunBs-hny' lan p€mbangunan kapitalis
PeMalan keterbclakanSa^ yanS ditemukan oleh Teon
KeterS.ntun8an. dalam kontek! Teon Artikulasi, dis+
babk n kar€M "mac€tnya pros6 .rtikulasr. Can prc
duki p..-kapilalis yant ada berh.sil bertahan relaw.n
seGntan da.i c.n produksi kapitalis yan8 masuk, dan
fahor-faltor yanS bisa m€nFldkan rn nE p. crra prc
dutsi pra-kapitalb sang8up b€rt hrn h.arus dic.ri p.da
analisis k.sEkrells nyah. re&t.f.,t untul rEl8aLlF
kan .ara prcduksi pra-kapitalis inilah yan8 m68akib.t-
k.n teri.dinyi p€riode kemac€hn yang lama, mlslipun
tidak b.rarti s.l.nunya, y.ng okh T€ori,^faE8rnhrng-
rn dvum.k n s.5.tri "k trb.l.L^g.r!"'"

Teori Artikulasi, yang mula-mula dikembangtar, oleh para


arikopolog Perancis seperti Claude Meillasroux tlan Pierre
Philippe Rey, disebut iuga sebagai teori yang memakai
p€ndekatan cara produlsi. Pada teori ini, persoalan keter-
belakangan dilihat dalam linSkuntan proces produksi. Ini
bebeda dengan Teori Keterg.nh8San (terutama teori Andre
Conder frani) yang menganSgap masalah keterbelakan8an
harus dilihat pada lingkunSan pro66 Frtuloran, yalni
dalam perdagangan internasional, di mana negara-negara
pinSdran dirudkan. Tetapi, pada Teori Ketergantungan yang
dik€mbangkan oleh Cardoso, meskipun tidak terlalu nyata,
kete$elakangan lebih dilihat sebagai masalah sEuktur sosial
pofrtik dan ekonomi dari negara yant bersan8kutan. Cardoso
dengan demikian lebih dekat dengan Teori Altikt.lasi.
B.gi Teori Artikulasi, keterbelakangan di negara-negan
Dunia Ketiga harus dilihat s€ba8ai ke8aSalan dari kapitalis-
me untuk berfungsi s€cara mumi, s€bagai akibat dari ada-
nya cata prduki lain di negan-negara tetsebut. Tiaftiap

105
ne8ara tentunva mempunvai kombrnasi cara cara produksl
vang unik, vant satu berbeda dari vang larnnya, sebagai
akibat dari perHaan proses perialanan seiarah masing-
masing. Karena itu, keterbelakangan harus dipelaiari seca.a
kasus demi kasus. (D siru kita lihal tit* peasamaan dengan
pendapat Cardoso, vang menolak masalah ketergantungan
diindrkan reori, karena tecr! cenderunt mengernbangkan
konsep-konsep yang berlaku umum.) Seperti vang dikata
kan oleh Blomslrom & Hettne:

Artikul.si dan berhacam cara produksi pada dasamya


hants dip€l.i.n s€cara empEis. Prasanska-p.asan8ka
yang beruif.t a giort tarus d'srn8kirkan. P€rreny.m-
pernyataan baru harus dimunculkrn. lakni p€.tanyaan.
pernyat an yanS tidak pemah diaiukan oleh T€ori
Ketert.nlunSan, sep€rh hubunSan vanS baSaimana
yant i€riadi anran .aF pr.duksi yang
dhrrilul.sil.n? Hubugan produksi man yan8 me-
ruparan hubungan y.n8 s€b€n mya? Bagaih.na €ks-
ploitasi tei.di di d.iam strulhrr klas dari lormasi sosial
tertentu? Apa yang dibutuhkan ol€h cara p.oduksi k -
p'lalis. tidal rai. untul mmdotunsi. teraF|u8. untuk
rlPngnlanSlrn car. produks' yM8 lain?"

Dengan prinsippriisip ini, Teori Artikulasi menjadi lebih


Iuwes dibandingkan dengan Teori KeteBantungan. Teori
Artikulasi bukan saja bisa menjelaskan gejala ketEbelakang-
an di Dunia Ketiga, rnelainkan iuga mengapa bisa teriadi
pembangunan di ba&ian dunia ters€but.

IV. IMMANUEL WALLERSTEIN: TEORJ SISTEM


DUNIA

Munculnya Wallerstein dengan T-..:1. 3Gte,,r Dunianya iuga


merupa!.an reaksi lerhadap Teori Ketergaitungan. Sepe;ti
iuga teori Bill WaEen dan Toori Artikulasi, reaksi ini murF
cul kalena Teori Kebrganh-ngan dianggap tidat< bisa men-
jlas,.an 8grala p€dbangunan di Dunia Ketiga yang bisa
diielaskan hanfaleh geiala teriadinya keteftelakangar -
Teori Sistem Dunia WalleFEin s€b€lla$ya sangat s€der-
hana. Dia berangg.pan bahwa dulu Cunia dikuasai oleh
sisbm-sisteEr kecil atau sistem mini dalam berrtuk kerajaan
atau benh* pemerintahan lairmya. Pada waktu itu belum
ada sisteo dunia- Masiry-oasing siste& trlini tidal saling
hhubungan. Dur.l erdi.i dari banyak sistem mini ),ang
saling terpisah.
Kemudian teiadi perygabungan-penggabungan, baik me-
lalui penaktukan s€cara militer maupun secara gukarela.
S€buah keraiaan besar kemudian muncul. Meskipun tidak
garnpai menguasai selunfi dunia, tetapi karena besarnya
yang luar biasa dibandinSkan dengan keraiaan-keaiaan
yang ada sebelumnya, keraiaan ini dis.but s€bagai keraiaan
dtmia, atau arrld .rrlr.. Keraiaan dunia ini uEng€rdalilon
kawasan )"a melalui sebuah sistem politik yanS dipusatkan.
Meskipun kerajaan duieia ini sangat besar, kawasatrnya ter-
batas sampai seiauh mana keraiaan ini bisa merguasai se.
cara politis daerahnya. Penguasaan luga tidak dalam bentuk
pergendalian yant ketat, t€tapi cukup dengan sisteh upeti
sebagai tanda taklul. Semakin jauh dari pusat kekuasaan,
sefiakin bebas daerah tersebut12
Perkembangan teknologi perhubungan dan perkembangan
di bidang lain kemudian memunculkan sistem perekonomian
dunia ),an8 menvatu- Berbeda dengan keraiaan besar dunia
yang menguasai kawasannya melalui kekuatan politik, sistem
perekonomian dunia menghubrmgan kawasan-kawasan yang
ada di dunia ini melalui pertularan di pasar "Sejumlah
keraiaan besar dllnia muncul dan menghilang, s€mentara
sistem p€rckonomian dunia ynng berkeErbang s€cata mantap
seiak abaC ke'16 sudah menpunsai selunrh duiia pada saat
ini. Denean kata laln rr.tem ocrpkonomian dunia adnlah
satu-sanilva s,-'e'r dunra vanq,i36
ll
Srstem iunia nilah yang s::karang ada s€baBai kekuatan
1',xrg mcnggerrkkan rleSata-negara di dunia. Kata Brewer,

Ab!.h srsiem C,^!a hdi(iah harus berarti bahh. di.


nen6u.35i *lnh Jqnla; s6t.h m,:iirunusl"m rc
bagai s€buah '6it d€ngan !.tu peirlbad.n kerj. d'

106
ngan hacam-hacam sistem budava . Sebuah srstem du-
nn den8an demiha merupakan sebuah s'srem duia
tanp. stu kekudaan pui.t.''

Sistem dunia yant ada sekarang adalah kapitalisme Slobal.


Wallerstein kemudian membagi tiga kelornpok negara:
pusat, setengah-pingtiran dan pinggiran. Konsep ini ielas
diambil dari Teori Ketelgantungan. Wallerstein hanya me_
nambah kelompok setengah-pinSgiran.
Perbedaan inti dari ketiga kelompok ini adalah kekuatan
ekonomi dan politik dari masing-masint kelompok. felas,
yang paling kuat adalah netara-negara Pusat. KelomPok
netara-negara kuat, yakni negiua-neSara Pusal mengambil
keuntun8an yang paling banyalg karena kelompok ini bisa
memanipulasikan sistem dunia samPai batas-batas tertentu.
Selanjutnya, negara seten8ah-pinggiran mengambil ke
untungan dari negara-neSara pinggiran yang meruPakan
pihak yang paling dieksploitir.
Dinamika dari ketiga kelompok negara ini ditentukan
oleh sistem dunia. BaBi Wallerstein, "semua sistem sosial
harus dilihat sebagai s€buah keseluruhon. Negara kebangsa-
an, dalarn sebuah dunia yang modem, bulan lagi sebuah
sistem yang tertutup dan karena rtu hdal bisa dianalisis
sealan-akan mereka Lrerdin sendiri. ''
Selaniutnya, menutut Wallerstein, negara-negara bisa
''naik atau turun klas," misatnya dari negara pusat meniadi
negara setentah-Pinggiran dan kemudian meniadi negara
pinggiran, dan sebaliknya. Naik dan turun klasnya negara-
negara i-oi ditenfuLan -oleh dinamika sGtem dunia. Pada
suahr saat, Inggris, Belaada dan Perancis adalah negara-
negara pusat yang berperan dominan dalam sistem dunia.
Tetapi kemudian, Amerika Serikat muncul meniadi negara
terkuat setelah negara-ne8ara EroPa hancur :1alam Perang
Dunia U. TetapL pada saat ini muncul Iepang sebagai nega-
ra yang menanta:ng kekuasaan hegemon& Amerika Serikat.
Bangun dan iahhnya kekuatan negara-neSara ini oleh wal-
lerstein dijelaskan melalui sebuah analisis sejarah dari dirn-
rnika sisteh dunia, yang dituangkan dala$ dua bulunya

109
(semuanya akan ada empat buku, mgrurut Wailerstein)
yang terbit pada tahun 1974 dan 1980.
Di samping itu, teori Wallerstein dapat dipakai untuk
menie,laskan naiknya negara-negara industri baru (Korea
Selatan, Taiwar\ Hong Kong dan Singapura) dari pcisinya
sebagai negara pinggiran menjadi negala-negara setengah,
pinggi.an. Naiknya upah kerja di negara-negatir ptrsat mem-
buat mgara-negara ini membelikan kesempatan r,ada be-
terapa negara yang sudah siap (dalam arti kesiapan tekno-
logi, kestabilan politik, disiplin ke4a, dan sebagain),a) untuk
mentambil alih produki barang-barang industri yang lebih
sedethana. Industri dengan teknologi cantgih yant m€mb€ri
keuntungan besar seperti komputer, tetap ada di tangan
negara-negara purat. Kesempatan ini mehunSkinkan negara-
negata sePerti Korea Selatarr Taiwan, Hont Ko.rt dan Si-
ngapue ini naik kelas.
WalleBtein kehudian merumuskan tiga strate$ bagi ter-
jadinya pro6es kenaikan kelas ini:I6

(l) Kenaikan kelas teiadi dengan merebut kesempatan


yanS datang. Karena dinamika yang ada pada sistem
perekonomian dunia, pada suatu kali harga komoditi
primer meniadi mur.h sekali, dan barang-barant in-
dustn mahal. Akibatnya, negara-negara pmgguan tidak
l.Bi bisa mcngimpor barang-barang industri. Dalam ke,
adaan s€pcrti ini, negara yang sudah terdesak mentam,
bil tindakan yant berani untuk mular meiakukan
industrialisasi substitusi impor s€ndiri. Meskipun tin-
dakan ini hanya membuat netara ini belalih dari satu
l€nrs ketersantunEafl ke tenls ketergantungan yang lain,
tetapi dalah krite a ekonomr, ada kemunBl.inan ne-
tar.r ini naik keias ,iari netnra pinggiran meniadi ne-
gara s€telBrh-pinggrran.
r:) Kenarkan kelas trq.r(L tui;n rieialui undangan Ha! :nr
terladi karena perusahaan-perusahaan industrr raksal.sa
di iE{ara-ncBara Fusat perru melakukan ekipansi xe
luar. Maka lahirlah perusahaan-per.rsahaan multinasu
nal. Perusahaan ,nultinasional ini membutuhkan rnitra

110
usaha di negara'negara berkembang, karena riacam-
rnacam alasan (Lihat analisis Peter Evans tentang lahir-
nya pembangunan dalam ketergantungan, yang sudah
diuraikan s€belurnnya.) Akibat dari perkembangan ini,
muncullah industri-industri di negara-negara pmSglran,
]ran8 diundang oleh perusahaan-perusahaan multinasio-
nal untuk bekeriasama. Proses ini Flas dapat mening-
katkan posisi negara pinggiran rnl meniadi s€tenSah-
pinggiran.
13) Kenaikan kelas yang ketiga leriadi karena negara ter-
sebut menjalankan kebijakan untuk memandirikan ne-
garanya. Wallerstein menuniuk Tanzania sebagai con-
toh. Negara itu melaksanakan kons€p 4trraa untuk
melepaskan dirinya dai eksploitasi netara-negara yan:
lebih maju. Kalau berhasil, tindakan melepaskan diri int
bisa membuat ne8ara ters€but naik kelas menjadi nega-
ra setengah-pinggiran. Tetapi, semu.rnva ini tentunva
tergantung pada kondisi sistem dunia yang ada, apa-
kah pada saat ne8ara tersebut mencoba memandirikan
dirinya, peluang dari sistem dunia memang ada. Kalar.r
tidak, tentu saia usaha ini bisa gagal.

V. RANGKUMAN

Apa hubungan antara Teori Sistem Dunia ini dentan Teori


Ketergantungan? Pertarna, terradi persamaan yang dekat
antala teori ini dengan Teori Ketergantungan Andre
Cunder Frank. Keduahya melihat negara tidak bisa di-
analisis secaia mandiri, terpisah dari totalitas sistem dunia.
Tetapi, belbcda dengan Frank yang melihat hubungan
antara negara pinggiran dan negara pusat sebagai hubung-
an yang selalu merugikan negara yang pertama, Wallerstein
tidak sepesimis itu. Bad Walletstein, dinamika sistern du-
nia, yakni kapitalisme globa!, selalu memberikan petuan;
bagi negara-negara yang ada untuk naik atau furuh kelas.
Sjstem duflia yang dulu memberi keunggulan pada negara-
negara yang bisa dEa€hasilkan komoditi primer, pada saat
lain keunggulan ini beralih kepada negara-negara yang

111
men8embantkan industrrrya. SitEm d,$ia ini ,uga ],an8
kemudian m€Erbe'i kesempaian kepada :regara-negara
pingdran yang sudah relatif siap untuk mengambil alih
kesempatan untuk melakukan produLsi bamng-barang in-
dustri yang sederham, pada saat produksi barang$arang
ini sudah tidat EEngunhrngkan lagi di negara-negara pu-
sar, karcna upah L.[uh van* meningkat.
Kriuk vang dih.rrkrr I ioada Teori Sistem Dunra dar|
Wallerstein adalah pelhatiannya ],ang kuranS terhadap
s[uktur internal dari negara-negara yang ada. Dinamika
utama dib€likan kepada faktor ekstemal. Kalau pada Teor!
Ketelgantungan, faktor ekstemal ini adalah negara-negara
pusat yang lebih kuat, pada Teori Sistem Dunia faltor
eksternal ini adalah sistem dunia yang merupakan hasii
lnteraksi dari negara-negala yang ada.
Dengan dernikian, Teoli Sistem Dunia bellainan dengan
Teori Artikulasi, yang lebih mementingkan analisis pada
kondisi hternal vang ada di dalam negeri neSara-negara
yang diteliti. Tetapi, tentu saja ini tidak berarti bahwa Teori
Sistem DuJua tidak memperhatikan faktor-faktor lnternai.
dan Teon Artikulasi tidak memperhatikan faktor ekstemal.
Keduanva hanya berbeda pada tekanan vang diberikan
pada f aktor-iakto. tersebul.
Teori Artikulasi dan Teori Sistein Dunia merupakan dua
teori balu dalam kelompok teoriteori pembangunan, yang
mencoba memecahkan masalah-masalah Vang terdapat pada
Teori Ketergantungan. Tidak terlalu saiah bila dikatakan
bahwa Teori Artiklrlasl melupakan p€ngembanSan dari
teori" -vanB dikembangkan oleh Femando Henrioue Car-
doso, sedangkan Teori Sistern Dunla dari Teori Ketergan-
tungan Andre Cunder Frant. Ietapi, sambil memecahl<an
persoalan-persoalan yant ada, teorr-teori baru tu luta men-
ciprakan persoalan-persoaian baru
Tampaknva, demang begituiah perkembangan duni,i
ilmu: penvempu$aan nelahirkan lagi tantangan L'aru.

i12
BAB VI
PENUTUP: MENCARI MODEL
PEMBANGUNAN BARU

I. PEMBANGUNAN DALAM KRISIS

Apa yang terjadi dengan pembangunan di berbagai negara


di dunia ini? Tampaknya, jawabarurya kurang begitu rne.
muasl..an. Pada saat inl kita s€dant mengalami krisis pem-
banSunan. Berbagai k isis timbul, sementara kita Lrelurn
melihat model pembangunan mana yang bisa dijadikan
pegangan untuk masa depan.
Kalau kita membagi dunia ini ke dalam beberapa daerah
dalam melalsanakan pernbanglrnannya, secara umum akan
kita ju-rnpai tiga kawasan. Pertama, kawasa-n ne8ara-negara
yang melaksanakan pembargunannya dengan sistem kapi-
talisme berkombinasi dengan pelalsanaan siste'l. rDeWft
slala. Negara-negara ini adalah negara-negata industri maiu,
yanS pamomya sedang naik sekanng. Kedua, kawasan
negara-nq8ara yang dElaksanalan sisEln so6ialis dengan
berbagai variaoinya. Negara-negara ini sedang mengalami
ktisis sekatang. IGt8a, kawaran negata-negara di Dunia
K"tigu y"r,g nenggunafan be$aFi Erodel campuran da-
lam nelalaanalan perrbangunannya.

l. K.isis yary paling duncolo!, s€perti dikatalan di atas,


dialami oldr ne6ar.-rEgat:a yang mentanut sisten so-
sialis. Dimulai di Uni Sovier pada akht tahrm 19BGan,
krisis ini berlanlut ke negara-negara di Eropa Tirnur,
semant ra Cina Elasih tetap bertahan dengan can me-
htufan perufafrarpetubrlran sebelum trisb bsebut
tta
113
Krisis yang te.iadi di negara-n€gara ioslalls ini pada
umumnya berkisar di sekitar nlasalah pertumbuhan eko-
nomi. Sistem so6ials yang ada tampaknya gagal men-
dorong berkembanEnya faktor produksi dalam pereko
noruannya, s€mentaaa birokasi pemerintah makrn mem.
bengkak.'
Hasilnya, te,adi perulahen-perubahan yang mendasar
di Uni Soviet Jan rE6a.d-n€gala Eropa Timur. Perubah-
an ini ada yang diikuti dengan kekerasan dan p€rtum-
pahan darah (seperti di Rumania), ada yang relatif
damai (seperti di Cekoslovakia, HonSaria dan Polandia),
ada juga yant negaranya meniadi terpecah-pecah (s€perti
di Uni Soviet dan Yugoolavia). Semua'ini tergantung
pada kondisi dan perkembangan speeifik dari kehidupan
politik, ekonomi dan budaya masing-masing negara b€r-
san8kutan.
Cina berhasil mengelak'tan diri dari perubahan sistem
politiknya, tetapi sosialisme yang dipertahankan sudah
mengalami perubahan-perubahan yanS sangat banyak,
sehingga sulit dikatakan bahwa sistem Els€but rnasih
bemama soEialis. Ekonomi pasar diperkenalkan, pet-
saingan unhrk memiliki kekayaan digalakkan (meskipun
masih tetap terkendali), modal luar negeri dari negara-
negara kapitalis dibiarkan masuk, dan sebagainya. De-
ngan adanya perubahan-perubahan ini, prsduktivitas
berhasil ditingkatkan. Tetapi memang, beBamaan de-
ngan itu, mulai muncul ka!.lm boriuasi yang menguasai
alat produksi secara pribadidan kaum$umh yang men-
iual tenaga kerianya. Pada titik ini sulit untuk kita kata-
kan apakah Cina sudah memasuE sistem Perekonomian
kapitalis, atau masih tetap sosialis.
2. Bagaimana keadaan-di negara-ne8ara Barat sendiri, n+
gara vanq men€ianut sistem ka-pitalis yang sudah diper
lunak melalui sistem &elfore stare, yanB katanva sekarang
sedang berjava? Tampaknya krisls ,u8a rnelanda negarl
negara ini, meskipun tidak separah negara-negara sc
sialis.
Seperti vang dikaraKan oleh Hettne, peBoaian utama

11.1
di neSara-negara mi adalah p€n8angguran, meski per-
hrmbuhan ekonomi tinggi.' NeSara-negara induski maiu
ini masih terirs mengalami kisis, terutama dalam men-
ciptalan lapangan keria yang memadai Atib.tnya, dana
runiangan scial membengkak. Kalau tunjangan sooial
yang membebani rEgar. ini dipoton& "s€buah telorn-
i,.ng tindalan kiminal, L€Leras.n politil, iasialisEE dan
neo-fasisme bermunculrn lerta Euimbulkan kabingunS-
atr" s€oentara pemerintrh t mpal tid.l berday. Erent-
hadrpinyr. "
Rirlin m6lgt.n$.ry.n FrsoaLn yanS s€d.ng ntelan-
d. sebh !.tu n geE ymg paling rn iu di dunir: Arle.
rila Seritat. Di netar! ini, p6!o..lan yanS nuncul
adalah: 0) Elelnbclrghlmy. teadslimn di fot4 (2) trE-
niryLatrya pctnd(.iai turlotil, (3) rr.lirybhF irrir-
Lh krFhata& ({) rrninglahya ut nS p€maintdr dan
(5) krtusalan tingtungrn.' Seour ini sedikit b.nfak
rrerruniullan bahwa ada yan8 g.lah dalam Lcuep peur
b.ngunan kapil.-li.lre deng.n si.6t€dl r8frr. slrr. ini.
3. KrisL yang dialami oleh netara-ne8ara di Dunia lctiga
lain lagi bentuknya. Di trbis kawasan ini ber8ilat Erulti-
komplelcs. Bulan saia masalah ke.erlangan ant .a kaya
dan rri*in yang dihadapi Edain}rn iuSa bentuan-bqr
tut"in atama dan racial. Dita!$ah lagi ula!.Iah ut ng
yanS ..dr.lin meobengtal, s6ta L.gagalan t.ltrtul b.G
peran secara betatti dalam persaingan ekooni di parar
duni..
,u8a, di rEgara-rEga!. ini bulan s.ia ratalt lrbisnF
yant b€rEEcam-macan, Eiclainkan derajat inlansitas k!
3i! Es€but iuga sangat mendalam. K.6ulitan ekqtoari
tidat hanyz bethenti pada masalah pcngangguiar dan
kauriskinan (rpert yang terFdi di negara-Egara ilF
durtri Elaiu), tetapi beryeral sampar pada suealah ke
laparan yang santat dramatir. sepe.li yang tedadi dr
negararegara Afrila. Mala.lah konflil ra8ia.l betkeobang
samp.i pada lasus-kaaus pembunuhan 3isteEratik rmhrl
uEhghilangfan kelompol rar kte'tu, !€p6ti yang t€r-

115
i.tdi di Sri Lrn.L dln dI bebe6pa_ negira Aftik " at u
perrry aaru yang t rFdi ai rrUls
Iclludiar! or!!.Lh ut!ry b.*ctt|b.ng rcara dnna-
tL Erutama dt ncgrHEgrr. AGih t-rtitL s.mpai
nerela boleh dikeakan eda p.dr ddt Lebangkruta&
seperii yang p.-n h t€.iadi di Meksilo bcbeapa tahun
yanS lalu. Inilah kenvat an y.ng .ed.ng mcl.nda
neSara-tretara di Dunia Krtrga ptda raat ini.6
Sementara itu, Fr.ng iuge tert6 b.rlcc.muk di bebe-
rapa negara- M€skipun melibatk n negera-rcgara indus-
tri miiu, per.ntnya sendiri biasanyt b.iadi di n gara-
negara Dunia K.tig.. Mbalnya pcmn6 Telul" invasi
Amerila Serilat di Granada, di Panama dan (nyaris) di
Haiti, per.ng di negar&rctaa belar Uni Sovi.t dan
bekas Yugqilavia, peang di Soculir den Rwanda" pF
rang di Kamtr{a, dan banyel lagi Fr.ry?€rang kecil
lainnya. Semua hel ini, Eedikit banfilq mempakan hasil
dari model pembangunan fing di.nut oleh regara-
neSara yant ada rekrrang.

IL PERTEMUAN BREITON WOODS


Sekitar 50 ahun yang lalu, letila dunia ini !.dang dteng-
aladt krisis fdry trelrdalah 3.b.-g.i ,LiLat dari tetladinya
perang dunia usaha serius unfuk urelsri Erodd ped$a-
ngunan yang bisa membawa kita keluar dari krisis ini juga
perruh dilakulan- Pada bulan lu.li 19,14, {4 negara berkum-
pul di s.bu.h koa kecil bcmame Bletton Woo& di A.Ele-
rila S6ilat. MetEla Bed$icar.krn lecrungkirun untuk
meiata s€buah duni. yang daEai b€b.s dad tesdsLirEn
dan perang antar-6€:rttlur manuaia. Unfui ihr mer€La Inen-
dirilan dua leobaga yang alan hrdrp.ngiruhi p.a$a-
ngunan di banyak negara dt &J,fia. lnldnatiorul Bat* ht
R.colstntction and Dao.loprrrnf (IBRD, kqudian dikenai de.
ngan na.ula Bank Dunia) dan latcmatiaul Monetary Fund
(II!iF, atau Dana Monete. Intenarnonal). piharapkaq ada-
nya dua leErbaB. Leuangan ini d.prt meEecahlan

116
masalah-masalah pembangunan di dunia, yaig alr.an meng-
hapuskan kemiskinan dan pcrang.
Tetapi, apa yang teriadi 50 tahun kemudian? Tampaknla
dunia masih dilanda oleh pecoalan yang sama, kemiskinan
dan perang. Bahkan kita mendapat bonus tahbahan satu
lagi: kerusakan linSlungan. Kerusakan ini merupakan aki-
bat dari eksploitasi yang berhbihan terhadap alam di se-
kita! kita. Perusakan lapisan ozon di sekitar atlncir drrnia,
meningkatsrya limbah nuklir yang tidak bisa dihancurkan,
kerusatan alam s€kitar }rang diakibatkan oleh limbah irF
dustri, kebakaran hutan, serta perubahan cuaca akibat pe-
nebantan hutan tropis yang b€rlebihan... semua ini
ma*rbuat kita waswas mernikirlan masa depan genetasi
Eranusia, anak cucu kita di masa mendatang. Apalah dlo-
del pembangurun yang ada sekarang hanya akan menf
hasilkan dunia yang compant-campin8, yang kering-
kerontant dan penuh dengan bahan-bahan kimia betacun
yang akan menyengsarakan makNuk hidup yang meriiadi
penghuninya di masa depan? Adakah sebuah model pem-
bangunan yang bisa meryhasilkan bunri yang lain, yang
hijau dan asri dituhbuhi pepohonan yang berwa-.ru-wami
dengan udara yang bersih dan menyegarkan paru-paru
Lita?

In. P'OLITIK BIOSFER


Usaha mencari fawaban memang dilakukan oleh banyak
ahli. Pikiran-pikiran fang dikemulatan sebagai iawaban
alternatil Eutrglin ausih embrional, tetapi usalE ini telus
dilakulan. Misdnya apa yang ditawarkan oleh Jeremy RiI-
kin dengan konsep yang dia namakan Politik Bio6fer./
Konsep Politil Biosfs ini dia pertentangkan dengan lon-
*p politik yanS s€tama ini diialan-karlj Politik Geografis
atau Gcopolitik. Mmurut Rilk$.'Politrk C€ rafis ini di-
dasarkan pada koruep negara iebangsaan, di hana {ap
tiap negara berlomba s€kuat-kuatnya unruk menguhpultan
k kayaan seb.fryaf+anyaknF supafa keadrarun dirinya
bba bi.min di masa depan. Dengan demilda& koisq,

177
Geopottit menCasarkan diri pada kernandirian masing-
masing neSara supaya bisa besaing dengan yang lainnya.
KorE€p Politik Bicfer tidal didasa*an pada negara ke.
bangsaan secara te.pisah-pilEl\ tetapi pada bumi s€bagai
sebuah kedatuan. traeamanan setiap negara k€bangEaan bu-
kan ditentukan melalui jdan masing-masing negara ber-
u6aha memperkuar dirhya, rnehinkan melalui pemelihara-
an ttersama bumi ini. Hanya dengal pemeliharaan t cEatna
inilah kila luga sekaligus memelih4ra masa d?an kita
masint-masin8, baik sebagai individu maupun sebagai
bangsa.t
Begitulah konsep baru yang sedang dikembangkan oleh
pala ahli s€karan& rneakipun s€muanya m6ih pada t lef

T.tapi, tampaknya drmia kita r€karant Elasih dikuasai


oleh konsep lama da.i ekonodri Frsaingan b€bas. Satiap
orang, setiap negara, masih sibuk bersaing untuk men-
dapatkan harta benda sebanyak-banyaknya rmtuk rneng.
amankan dirinya di masa depan. falan pikiran yang ada
sekarang ialah: mereka yang sekalang berhasil memiliki
pating banyak, merekalah yang alan meraih masa depan.
Akibatnya, setiap orang dan s€tiap negara berebut untuk
merniliki sebanyak-banyaknya. Ideologi sosialis, sebuah
ideologi yanS palinS sedikit berbicara tentang kebersamaan,
diangtap sebagai ideologi yang tidak efisien, tidak efektif
dan tidak praktis, sehingga harus dibuang iauh-jau}l. Krisis
yang melanda netara-netara sosialis di Uni Soviet dan
Eropa Timur memperkuat pandantan di atas.
Sementara ih.r, kons€p persaingan bebas makin dirnun-
culkan. Berakhimya Putaran Uruguay dalam rangka program
perundingan badan PBB tentang tarif dan perdagangan inter-
nasional (CAm, mempelkuat srstem persaingan bebas ini,
dengan korban Dunia Ketiga ya^B selalu diperlakuki,. se
bagai sapr perah oleh negara-ne,rara maiu.ro Dalam sistem
seflacam ini, yane kuatlah yant akan memang. Yang kuatlah
yan8 punva masa depan. Karena itu, tidaklai berlebihan
kal.u David Ko.ten berpendapat bahr^'a apa yang dilakukan

liE
Jrang selaran8 adalah mentobati Penyakit barlr dengan
resep lama.ll
Dari kenvataan ini, konsep "hanva satu buhi,'atau eko-
nomi kapal-ruang-angkasa,' atau Politik Biosfer yalrg men-
coba mencad penyelesaiar terhadap krisis pembangunan
van8 terladr terus menerus di dunia ini, tamPaknya masih
merupakan konsep ping$ran vang masih belum diterima
Konsep rnj masih harus diperiuangkan secara gigrh, dan
mungkin akan memakan waktu yang lama sebelum Pada
akhimya bisa diterima. Tentu saia, kalau belum tetlambat.

IV. SEKADAR MEMBUAT PETA


Sebagai penutup saya ingin menyatakan bahwa tujuan buku
ini bulan untuk mencari konsep alternatif p€mbangunan.
Buku im memanS tidak dirancanS untuk itu. Tetapi mehang
benar kalau dikatakan bahwa secara tldak langsung buku ini
mgin rnembantu mencari konsep altematif itu.
Caranva, seperh sudah dinyatakan dalam kata pengantar,
bukan dengan membahas berbagai model pembangunan
altemati(, tetapr dengan mencoba mengkaji kembali per-
ianyaan-pemyataan dasar dan iawaban-iawaban yang pemair
diberikan terhadap masalah pembanSunan. Meskipun ke.
mudian setelah 50 tahun berlalu, temyata iawaban-iawaban
yang diberikan (dalam bentuk teori-teori p€mbantunan yang
ada) tampalnya belum memadai. pertanyaan-pernyataan da-
sar dan iawaban-iawaban tersebut mungkin ada gunanya
Lfrtul dinrmuskan dan di]aji kembali dalam usaha kita
mencari iawaban baru yang lebih baik.
Buku ini mmcoba Elemetakan kembali persoalan pem-
bangrrnan yang dulu dihadapi serta berbagai iawaban yan8
diberikan, dalah benhrk bermacam teori pe&bangunan. De-
ngan demilian, buku ini memirxi dud fungsi. Pertaau,
laimg sedikit kita mernaharri keErbali:-ta bumi berbagat
teori tentang pembanguEn. Kedua, pemahaman ini kemu-
dian dapat dikembangkan urhrk men).usun iarvabarl balu
yang lebih baik.
Kalaupun hanya h{!an pertama saja yang berhasil di-
6pai, safa s€bi8ai penu.tis sudah meras. sangal s€nang.
I(ebu buLu ini kemudian digun&n oleh peob.ca untut
mcncrpai tuiuan k€dua, ini nerupak n bonus fang sangat
bcrlurg b.gi 3ay..
Be$tuLh!

1!)
Cataten

IAE t
r. q*)h.diturumo, rS9 Atus IIt hlllt {.
Z Dioioh.dtlururD, l$q Anrl.l ltr, l'lm a. Totofr utur y.nt
dip.l.i ini 5.bcn rny. dipcrl.n.lhn ol.h M,rotlt.l
ANrrlr.hlL.
3. Todro, 19€5: r50.
{. Ini dninpulkrn ohh Todlro 1965: l5l ..r.Lh mqnFbFd datr
dri b.ny.I rEt.,.-
5. M6i! l9r, ry6ti Fry dilutip d.ri Tod.ro, lS5: XI}
5- Td,[o,lgrtT.
?. Tdtro,l$z:7.
E. Todro r9€7r 8.
9. Todro l9A7: E,9.

BAB II
l. Tod.ro lS5:3E3.
Z Blolrrtsom d.n ltrethc, l9?A: 12, 19.
3. Weber,lgs8.
{. P.d. jarun tersebut, .d, keFrcay..n lut hhw. o..ry y.nt
metrzrdi krya adalah orang yang hanya m.n8arahf.n hidup
nya ke dlmia fana, tidal memikhla. alafi y.n6 b.ka. Pendapat
ini ditr w.n oleh C.lvin. 'Xekayarn .lleniadi buruk srra etis
hanya bfeu dia nl.rupat n dorontan untut m€nFdi I'l!L6
dan untul meniknuti hidup setara berd6a, dan u!.ha me-
ntumpullan k€kaya.n meniadi buuk kaleu tuiuanny! ada]rh
unhrk hdup tanpa kapeddian... Mery-
intink n kembkittan, d. ilian !.rin8 dilLler. adrLh s.nr
dengan nmginginki did hidup ..era tidat rhrt h.l ini

121
tidak dapat diterima karer,a tidak m€nthargai ke9a, dan
merupakan p€n8hiruan bati kebesaran lunafl.' (Web€r, 1958:
153) Demikianlah orang-oran8 Calvin melawan kep€rcayaan
jaman itu y.nt menyatakan bahwa belc4a keras dan meniadi
kaya adalah dosa.
5. Robert N. 8tllah, Tokugaun Religion, 1957. Buku ini telah
diteri€mahkan ke dalan Ldi,{sa Indonesia oleh I't Cranedia
Pustal, Ut ma dengan ,\-t!l Rdigi Tokugaua, AknrAkt gudtyt
le4ag,lzkatta 1992.
6. M(Cl.Uand, 1971: 85.
7. McclGlLnd, 191: 86, 87
8. Mcclelhnd, rrl: 87.
9. Mcclellind, 1rl: 88.
10. lrtcldLtrd. 19n: 89.
rl. L{ccldLrd,lm:98.
12. Rctow, 1966: 4-11.
13. Rootow,1966:6.
u. Di rini kita lihat penSaruh Teori Harrod-Dornar. Pada rusya-
rakat tradisiorul belum ada proces inv6t si. Produtsi adalah
untuk konsufisi- Pad, masy.rakat yan8 b€rstdtus Prakondisi
untut lepas landas muLi te+di labungan masyarakat untuk
inveE63i. Demikran setenrinya.
15. Ro6tow,l9l:155.
16. Rostorr, l91r 147,148.
17. R6tow,19711148.
18. l&rya Hcelitz terbit lebih dulu dan Rostow, tetapi peEr-
bahasannya leakarFakan melentkapi apa yary hdak dibahas
oleh Rostow.
19. Karya ini diterbitkan pada maialah An rican Ecoioni Reoiza,
bulan Mei 1957.
20. H6elits, lrl: 184.
21. HG.Iits, 19fl: 184.
U- Hc{Pjjts,19 .184-192.
23. Inkeles & Smith, 194: 19-25.
24. Inkeles d.n Smith, 194: 10i.
25. In.kele3 dan Smi6, 1974: 304.
26. trmer,1963.
2r. lr*.b dsn Sdid! rqA'.frr,w.
28. In!€lc. drn Smior f94: r0, 11.
29. InLltes & Smith. 1974i 304.
30- M€narik luta untuk dicarat bahwa Ka.l Marr iuSa b€rpendapat
demikian. Ketila membahas masvarakat Asia dalam konsep
apa vang disSutnva s€baBai L"/a beryrodub As,/, Marr jlu8'a
menvatatan b.hwa cara berproduLsi ini, yanS mentakrbatlen
masyarakat tersebut membeku, hanva bisa dicairkan melalui
kontak dentan masyarakat kapitalis vanB dinamis. Masalah ini
akan disinttunt pada bagian mendatang

BAB III
1. Blomstrom & H.ttne, 1984: 17
:. Buditun. 1989:44.
3. Blomsirom& Heth€. 1984:28
1. Blomstrom & Hethe, 1984: 2E.
5. Blomstrom & H€ttne, 1984139r 8a€r,1 9:203,204.
5. Blohstrom & Hettne, l9&r LIO
7. Boxborough, 19791 28.
8. Blomstrom & Hcttn€, 1984: !11.
9. Blomstrom & Hettne. 198411.4.
i0. Winks,1963 3.
11. S(humpet€r, 1963:90
12. S.humpeter, 1963: q0.
13. Schumpeter, 1963: 83.
14. Cr€ene. 1963:92.
15. Cr€€ne. 1953:92,93
15. BuLu .r diterbrtkan pada ianun 1938.
17. Hobron, 1963r [-25.
18. Hoblon, lq3:25.
19. Hobson.1953r5.
20. L€run,1953:29.
21. Fieldhou!€, 1963:39.
22 Uhat uraian p.d. Br€wer, 1980 11&'157.
23. Ini tcnttlryr bed.ku bati n€t&.-netrnil'lFri.li, y.ng erdrh
maiu indurtrinya, !€pem nisaihya Irygi! terrudap lndia.
SehubunFn dmtan netara-netara ArErilr Latin y.ng diFFh
ohh Spanyol drn Podugir y.nt belum t rLlu lEiu indBtri-
ny.. teFlany. t rtunya b.d.inrn.
24 Bfr.r, rX) ls7.

r2i
BA8 TV
f. Ihlotdrio Do3 S.a@ 19ll 8f,
2 F!!iL 1969a xi
3. Brss.r, l98O 158.
4. Brew.r 1980 158.
5. Salah satu teoii yang krk€nal adalah p€mbaryulan setalu
dimulai dendan ,e,.)rr!,bun klas meneng.h. DenSan adany.
klas henengah yant kuat, buian saia p€mban$nan €konomi
yang akan teiadi, retapi iuga demokrasi polirik. Demokasi
politik ini pada glirannya akan mengontrot pemerinrah untuk
tidak meniadi korup, di samping iuSa akan mendo.ong ter,
jadinya pemerara.n f,endapatan, karena bum burun.kan
menuntut hak mer€k?. Pemer.taan pendrpatan ini p€nting
untuk memperku.t permintaan pasar di dalam neSeri.
6. Teo.i ini menyatakan bahwa bila teriadi akumulasi modat di
kalangan klas atas dan menenSah, k€kayaan ini pada akhimya
akan menetes ke bawah. OranS-orang di bawah pasti akan
''kecipratar" kekayaan ini, dalam bentuk ]apangan kerja yang
diciptakan. Di Fmping itu, konsuntsi da.i
orang kaya ak n rhemb€rikan penghasilan bagi orant-oran8 di
bawah. Teori Ketergantu ta. menyantkal teiadinya pros€s
ini, karena s€b.6ian besar kekayaan yang didapat ak n dib€-
laniakan ke luar neteri, atau diekspor ke Iuar neFri datam
bentuI keuntungan prusahaar yanS dibiayai oleh modal asint.
7. Fran},1969b.
8. Do. S.ntG, 190 Z]1
9. D6 S.ntc, l97C 232-234
lO B€bcr.pa tahun yang lalu, Peter Dmcker (1986) medibuat
*buah tulis:n yang merurik tentary Flkemban8an .konomi
tlobd. Di sana dia menyimpulk n bahwa n€ara.negara
indusEi semakin tidak membutul*an produk dai n€Bara-
n%ara berkemban& baik yary berbatuk komod*i primer
(*aEna adanya barang+.rary sinEtir, dan seaukin Hefi-
brngny. beholoti yary bis dr.ryh€trat pemalaian bah,an
b.lrr), mauptl,r ylng betbentut temga keria murah (karena
b.t&.drbrnEnF lelablogi robotif). K.fau t+ta ini te+di
..can intensit ird"benrti bukan saia kEulit n, tetapi benca a
ba6i n€rra- et ra Dlmia Ketit+
11. L[ut buku lv{.nh Khol Kok PenE In'r'iiti,snu Ebtwi tur

124
t'uta/,t: UrufuL aon Kdarj trn run$ K.trya IT C.amedra
lustaka Urama, Jakarta 1993 Pada Bab .l dibahas t€ntanB llal
Milik lnt€letual yang rnerupakan monopoli p€rusahaan trans'
nasional atas teknologi
t1 DG Santos. 1970: 23.{
t3 Dos Santos, 1c70r235
t.l Dc Santo6. 1970 235
WaEen. lmpenihsm and Cap'tahst lndusEralEahon." l9Z 3,
4
l6 Cardoso. 1973:149
17 Samir Amin (dal.m Blomstrom dan Hettne, 1984i l{31
m€mberik n model FmbanFnan di n€ara-netara pus.t d.n
p'ntgiran s.bata, berikut:

HubunSa^ Pui.t vant Men€ntuk n

Sektor 1 Sekror : Sehor 3 Sektor :l


Ekspor lndulEi
Ear t Modal

Hubutan KeterSrnrungar Pinggran y.n8 Ut.rn

Dan model di atas tampal bahw. kedatan di neFra-nctrrt


pinggiran hanya melakutan ekspor dan mentkonsur|rihn
barant-barang massal dan barang-baran8 riewah. Sed.ntlan
di netara-negara pulat, di slmping b.rkonsunBi, indudtmya
bersifat mandin karena bisa mernprodul(lit n bar.nt rnod.l
s€ndiri. Dentan demikian, bila teriadi prces indudrialirri di
n%ara-netara pint6ran (van8 tanpa industsi ba.-ant Brodal),
kontsol dan k€unlungan &n tet p .da di tantan or.rt-o.!nt
dr pll3at.
I. Terutama irdlrstrialisasi y.nt b.roriefit3ai €kspor, Iihrt
O'Dofln€U, 1978, ketika dir nrmbalas tent nt nc8ara otorite.
birokatis.
l9 Evar6, 199: 49, rn ntutip AleFndro PorE.
20 Ev.ns, ln l1

125
21. r'
E 1979:32,3.
22 Evrn& 197q53.
lr* qa.
23. P.cl6h.t&
2a hckih.rr fr* 15-52
25. Oi...-Dunn, t975r 726.
26. Ch.cDuntr, lrt 735.
-27. Cha*Dunn, 195:85.
24. C..tu.197?.
29. C.rd6o, lr7: 15.
30. C:rdoso, 197: 15.
31. BlonBtroh dan Hetttre- 1984:59-76
32. Cardoso dan Faletto, 1979
33. Blornitroh dan Heth€. lgM:7?
34. Cardo€o dan Faletto. 1979.
35. Blorrl3tsom dan Heth€- 198{:75

BAB V
l. Lih.t kritik Pa.kenham, 1974.
Z t ll,1975,dikutip dari Elomltrom & Hettn€,l9A4:80.
3. l-.ll- l97sr8o,
{. Todaro, 1985: 156, 157
5. Tod.ro, '19&5: 150.
6. Warr€n.198G 9.
7. Waftin.l98& 186-255.
8. W.!r.rL (lgEO:252)
9. Dikutip dari Brewer, t98O: 13, 14.
10. Bloctrom & Henne. 1984: l8l.
11. Blonrltrorn & Hethe, l9E4: 181.
12. Blomsrrom & Hettre, 19841 186.
13. Blomrtrom & Hethe,1984: I85.
14. Bcwer, 1980 165.
15. Brewer. l98O: 155.
16. W.lleftt€in, 193: 7-12.

BAB VI
1. Ad. yant meny.takan bahwa yant gagal butar ah sbtem
scidisrn.. betapi selu bcnlu* dan sistem ini, yalni yant

1
men8uramakan peran netara dalam rnembentuk masyala!.ar
so6iali!. Dmtan demikian, sosialisme datant dari atas, bukan
muncul deryan dukungan afus bawah. S6iali5me dari at s ini
dik€nal denFn nanu Stalinisrn€, karena Stalinlah yant paling
keras m€rnaksa,.an sosialisme d€ry.n .nent$nafan tei"a*-
an negara. Sosialisme yant muncul dari brwah, so.i.lbme
y.nt dipeiuangkan sec.ra demokratis, belurn hendrptt k€_
sempatan untuk iampil. P€ldeb.tan ini merun8 men rik dan
masih bcrlanSsunS s€karan8, Erapi dal.m buku ini
Frd.brtan
t€rs€but tidak dibisrakan. DiF ukan buku ters€ndiri untul
membahas rnasslah ini.
2. Hethe, l92i 16-18.
3. Hernre,l92:17
4 Ri&m, l99l:12,13.
5- Per.n8 aSsma teiadi iu$ di lrlandia, d.n di negrr.-n t Ia
b€l.s Yu86Lvir. Dalan hal ini tamp.kny. krLi. ri&k Lti
t€rbatas p.d. n 8ar.-netar. Dunia Keti8..
6. ltetnlp, r99212t-2r.
7. Rifkin, 191.
8. Rifkin, 1991: 9t-149.
9. Bandintkan pendapat ini dengan pandanten B.rb.r. W.rd
dan R€ne Dubos daLm bukuny. O,,ly On? Ed,ttr (1972), at u
buku yary l€bih mutakhi y.nt ditulis oteh D.vid Korten
(1990). Dalam karyanya ini Kort€n menyat kan b.hw. htr
harus sadar bahwa burni kita selarant rnerup.kan jebuah
kapal-ruan8'angka5.. Dalarn sebuah kapat-ru.ant-.n*.re, ti-
dak tepat kal.u kita m€nial.nlan kdiiakan ekoiomi p.r-
sainSan pa3ar b€bas, di rEru tiaptiap individu b..usaha
m€maksimalkan kemampuannya untuk mend.patlan
s€ban),akSan,.knya. Dalam sebuah lapal-ru.n8-.n8t !.,
yant haru6 kila ialir*.n rdabn sistem p€rekonomhn kaber-
sarhaan, krrena kesel.rhat.n dari individu y.nt !.tu
tergantunt pad. kG€lanutan dari individu lairmy!. lni kir.-
kira sarna dent.n loI|3ep Politik Bio.a.r yaht diklmbrn*.h
oleh RiIkirL
10. Untuk ur.i. rintlai. iet.p: raiam dan icla.t, lihrr bufu fr.4h
Khor Kok Peng yant b€riudul lr,pablisttu Ebrcni &t.
Pular|.i Utl/guay dan Kefu,/hta, Dlrrs &ti8r, Gram.di. Pvrqb
Utarn ,Ialart 193.
1r. KorE! 1990: 2r,22.

1.n
DAFTAR PUSTAKA

Bann. Paul, (l%7tt Tk Pdilicd Econofty d C'FIDth, New yo&l


Mothly Rcvicw Pr.ss.
B.ll.h, Rob.rt N., (195n. Toh/gtua R li8ioi, N€w Yoik The Free
- PrEs. TerFmahan Indon6ia: R.lii Toh$nLe, Abra*N BuW
/rFrng, Cr.m€die Pustaka Utaia, Jak rta 192.
BloErstrorr Magnus & Biom tl?,'nr4, (1 a\ Dcocloprn nl Thery in
Tr,,,tsition, Th. Dqend.ncy Debotc od B.pnd: Thitd WorA
Resporscs, London: Zed Bools Ltd.
Brewer, AntlEn, 0980): r\&Eid Thr,7i6 of Inpcrblbn. A Cflial
Srrary, Iondor: RoutledF & Keg.n P.ul.
8uditrEn, &ief, (1989): Si*aa Pd.korcnian Ponc,Lti,, dan ldcologi
nntu So6bl di Indondia,lakada: Pr. CraEEdi. Pustale Utalru.
Cardoso, Femando Henrique (1973): "Asso.iated-Dependent
Develophent Theor€tical and Pr.ctical ImplkatiorB,' dal.m
AICed Sbpan (d.), O93), NdL l{2-176
(1977), The Conrumption of Dependency Theory in
dle Unjlrd Sratea." &li, A,/rri.tn R.stch R@i..o, Vol. )(II, No.
3, hlrr 7-24.
Cha!€-Du r' Chrtutopher, (195): The Effects of Inrcmational Eco-
nomk Deperdenae on Dev€lopmmt and In€quality: A Cro63-
National Study," Arnarican Sociological R.oita, Vol. 40.
Decec$.r, tJsL 72)-7:18.
qqoh.dikusumo, SumiEo, (196r): ?erlembary.n Ekorlomi IIl-
ddEi. S.lrlu EtrrFt 'taiup ?rflb" t9(,J{r0-l'f[/19r',,,"
PrEa.ran u
uf Si&ry Pl6o !SE, guldttintti, 29 ,uii
D6 S.nta, nreotonio, (190) Thc Sttrture of DeFrdencc,"
Atudet E@rwtic R@i.o, Vd 60 (2), May.
Dn &, P.r.r 0$5I T}. CtrtS.d Wdld f-.ury,' f.rip
Ar6a, No. a, h,e|t ?6/c-Vn (Dlt ri.[r.hb daS.n Mul

1t)
Ttduti Dtmi. t'Itt Td.h B.n!.fr' i{rd,rr No3, M.r.t
t$,
Eyll+ P.tr (l9Dt D?r,,4r'l W, ftio..rc Pitreior!
Utnrttdary PE-
Fiddhour., D.K (1963): 'tltScon .nd E mrtic lllFhli!trr
R.coilidcrtd,' dlLlr Robin W. Wir& (.d), htni- 35-50.
Finlle, ,a!od L. dro Rthsd W. cabl€ (.ds.), lt9 \ potiticat
Mqrent end S6bl Cfungr, N.f,, Yo.L ,olm Wilcy & Sons,
Ilr.
Frad( Andr€ Gund.t, 119('9.), Ca?it&lb ann Undqdcutopi^nt ih
lrtrr tLw YorlL l,Ld.m R..d6
A,r!.ric., P.perb.cks. (Dir.rbit-
L.n p.rirma tdi p.d. tahun l A
, (19(&1, Ijdin Aiurica: Und.rd.@loprn nt ot eaiht-
tifi, New Yerk Monthly R!vi..w Prtss-
Gr€erE, Muray (l9d]): -s<hu.trlP€tr '3 ImFiali.m: A Critic.
NoE " dalam Robin W. Wink (ed), hlm. 92-97.
tlettt€, Birm ll9C2lt Wopst 'n@ry and ttE Thrd World, New
York: Lontman Scdrtific & T€chnic.l
Hobson, John A. (lg38rt l"rp.,]ialit'|r'., A St dy, Lqdon: AIen &
Unwin.
Hobson, rohn A. (1963): Irnp€ri.lbrh: Th! Cln$ic Sratem.nt "
dalah Robin W. Win&s (ed), hln 1l-25.
Hos€liE, Bert F. (l97r): -Eonomic crowth and D.velopri€nr
Noneconomic Facto6 in Economic DevelopEr.nt " d.lam Finkle
& Gable (€&.), hlm. 183-192
Inlel.3, Alex & D.vid H. SmiIh, Qra): 8e/triag Mdaa, h-
dioidu"l Chrng. in Si, Dc*It?ins Ourrb, C.r$rid8e: Hrrvard
Univ.Eity Pr! s.
Khor Kok P.n& M.ni^ (r93): lnpcriclimu Elr,U,,'i Bol, Puwe7.
Uru*ry dn Kttuubba Duab K.ri84 J.l.tra: PT Gr.ltdia
Prl3t h Urrru"
Ko.ten, David (1990): C,.tting to u 21th C.ntury, Voluntery A.tib,/.
and Ut Cl.Dal Agdtdr, W€{ H.dord: Kulurian Prt 6.
k l !. t1C75t, "Ir D.?.nd.ncc . UretuI Conc.pt in n ryrint
Underdevllopmdt?" Warrd DeEirp.nau, VoL i No. 1'
Lanirr V.L (1953): "ImperialbEr: ThG Hith6t St€e of Clpit lirq"
drhm Robih W. Witd$ (d), ht[L 25-30.
Lemrr, Dani.t (1963): Th. ,sstiry q Tr,diti,,ul Sc(;l,,f: Mtur-
izing dv MtUL E,!,t,l:lan Yo.k Th. FI!. Pti..s.

130
Mccleuand, David C., (ltA): "Th€ Achi€vcment Motivc in Ecc-
nomic Ctowth," d.hm ftt*L & GabL (.d3.), hal E&"Im.
OlDonnell, Guillermo (1978J: "Refkidl on the PatEtn of Chante
in th€ Ene.uaratic-Autholitti.n fuh," lalin Aiqi@t R$rch
8.roiro, VoL ltr No. 1:
Packenharn, Robert A.,. (fr{): 'Ltin Ahericen D€P€td.ncy
Theories: streryrb afid Weakn6,€s," Matalah y.nt disam-
paikan pada seminar [re.r.ma H.rv.!d-MtT t nt ng "Politi<.l
Developm€nt ' C.mbridt€, Ma3e., 6 F.bruiri
Riftirr l€remy \1991\ Biosdtt. Polilics. A N.u Consooutn,56 Iw 4
N.&, &rlury, New York: C^5wn Publilh€B, Inc.
R6tow, w.W., ll9(81 tlic ol Econorrlt Ctouth. A Non
'tag.' Cambridte Univ.rlity Prcrs.
Co,l/,r'lrunist N:lanifr! o ;.c;rntridts
(tvi): *ldrr-frleof hb s.lf-sutrin d Growrh,'
d.hm Finlda & C.tb (cd!.), hlnL r{-160.
Roxborough, ldn ll9hl: 'Il*r'i,, 4 Undddcoilopwnl, t ndqr Th.
Micnillari Prerj lldi
S<rrumpeter, ,i,..?h, A 0*tg): "A Sociological Tl€ory of Ln-
p.ri.lisft An Ativismi in Robin W. Winls (d), htrl. 62-rl.
Tod.ro, Mch.el P:, 6'8llx E@nc'nil Mopnunt it tll€ Thht
ttoll4 Ncw Yotk lin$nan Inc.
Wallcrstein, tmnunuel, (193)r 'Dep€ndenc€ in an InterdeFnd.nt
W6rldr Th€ Umited Pcsibililies of Tr.${ormation within the
Capitalist World Economy,' Papet pre3€nd i^ ll,. Cofd.n .
on'D@ndc d atut Df1aloflncnr ,n Alflaa, Ofiaw& C.nr&, Ft_
bruary 16-1& sponsored by Canadirn A36oci.tion of Afrkan
Studies and dre $hool oI Int€m.tional Affai.!, Csrletdr Uni.
v€rsity-
, Or4,| T1L Mddn Worw-Syttcrn; Cqilalbl Agti.ul-
lh, O7igirtJ ol tli, Eun@n W,\A.E ono,fiy in tha Six-
,..r!tt Cfilury, New Yqrk A.rdedic Pra.s
, (lwl. Tht Moddn wnq-sirn Il, l,lera*ili$n dd
th. Condititiot of tla Europan Woddtbwt|, l@17fr, N...t
York AcadeEdc Pre$'
W.rd, B.6ar. & Rrne Ci{bG (1972): O lfr6v Eairt' N*lYirll
Nortorl
W.rrerr BiI (1r3): 'lmPerialism atd C{Si}Jial Lrdurdt liiatltl$"
i

Th. N@ L4 Rcvicu, No. 81, hlEL 3-{41


(1960): Iftraidir,n Pbnatt al: Cqir,,lisri, t-bndart,,
New taft Boob.

131
w*" Ya, 1t958). Tlt ptutestant Ethk dtt thE Spint c,f Crpitat\sm.
New York Charles Scribner,s Son!.
Win*s, Robin W., ted.) (196t): Br,tldt tnw?ut9,n.
GoA, Crtd, Gtory,
New York HotL Rinehart & Winston.'

132
TENTANG PENULIS

trhir pada tahur t941, Arief Budiman


menyelesaikan pendidikan psikoloSi-
nya di Universilas Indonesia pada ta-
hun 1968; kemudian mengtondol Ph.D
di bidang sosiologi dari Harvard pada
tahun 1980.
Tiga predikat sering disandangkan
pada Arie, Budiman: penulis,
pendidik, altivis. Seiak di bangku SMP ia sudah gemar
menulis, sehlntta tak mengheranlan kalau namanya sering
muncul di maialah dan harian, lolal maupun nasional.
Sebagai altivir, ia termasuk Lons€ptor dan penanda-
tangan r\,rotr:t!h. pada tahrm f963. Demikian juga, tidat
absen dalam setanglaian demonslrasi pada tahun
1965/1%5. Pada t hun 190 b.libat dalaE demonstraEi anti
korupsi. Sctahun kenudian, be8ama lawan-lawan ia
memboilot Pemilu dengan melancatkan getalan gorpd. Ke-
ikubertaannF ErerEntang proyrk T.man Mini Indon6i.
Indah rrEdrberi dia s.tu bulan dalaln ta]ramn Kopfantib.
Selain arftel-artitel yang Elerryatat, m.nt n kltua dan
anSSota De{an Keenian lafarta (1%6-197f) dm mantan
an8tota Badan S].{rlo! Film itd teLh mcngha3illan b.berapa
buku, antar. lain- Cl,aiil Attt/,o: S.brllt P.tLmutn (h)EtaLa
)aya, 19761, P.,t bg0n Xiro srclr! s.br., (cranedia, 1S1),
lclcn **Ab k &r!idir, Patgelo'r,., @. di fu.h
A .nb (19Wr, M, ad Citil Sei!'y i, trdor&i. (!.b.tri
P.tryuntn$ l9SI Fa!Sd.i., U.N di Al*'i,, Sc,h
1:I'
(cr.!!di., f99l), I{.8rrr d.n P.lnb.ifd'toa, Sludi tcnlrng
tfur.bt f\fra sdtui O'rnl.
tt
S.5rg.n FFLn n Larirnf. ber.da di I Jr leteri. Pada
dt 1972-lrn ir EE .di 5t f A!€ci. . for Cu.lturd
Hodr" Parb; 1971-gn, atisbn pcrrliti lrstitute for
Adv.tt.ld Strrdi€', Princ.to.! tlew Yfik dan l9z-l%1
rc{.di staf pengaFr Udtrrsitas Crli6orni., Santa Cruz,
AS.
S.i.t i.hun 196l dr€{.di st f Fngri.. d.n Fmb.ntu
rrtto. uaunn pcn litian d.n Univ6sitas
Kdrbn s.tfa W.otr. (UKSW), S.latig.. DiFrt d6U.tr
tid.l lqrut d..i UreW prd. buLn Otd.r l99a httn
prGry., i. lEtd.prt lElr.t ad--aen dba,:brltrn
oHt-t8|y.f P0ut. Sclhu itu trtl Lld lnilrtdoo.f,
LL Erf Elbr y.ng d.p lcEebf taFt n

134

Anda mungkin juga menyukai