Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN

PRAKTEK KONSELING SEBAYA DENGAN PENDEKATAN QUR’AN DAN HADITS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Al Qu’an Dan Hadits

Dosen Pengampu : Dra. Eni Nur’aeni, M.Si

Disusun Oleh :

Denada Agustina Herliani

(211340055)

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN

BANTEN

2023
I.
1. Nama : Denada Agustina Herliani

NIM : 211340055

Kelas : 5B / BKI

Identitas Klien

2. Nama Klien : JH
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 20 Tahun
Alamat : Kp. Cipunten Agung, RT/RW 01/06, Desa Teluk, Pandeglang-Banten
Alokasi Waktu : Dilakukan selama 30 menit dalam melakukan konseling sebaya
Bidang Layanan : Permasalahan pada klien ini adalah dibidang PRIBADI
3. Fungsi Layanan : Agar konseli yakin bahwa keputusan yang di ambil adalah yang
terbaik karena konseli lebih memilih kedua orang tuanya.
4. Bentuk Layanan : Konseling Sebaya
5. Tempat Layanan : Ruang Kelas

II. Topik Permasalahan : Cinta yang Tidak Direstui Orang Tua


III. Tujuan Layanan : Agar konseli dapat bisa mengambil keputusan mengenai
percintaanya untuk kedepannya.
IV. Langkah-langkah Kegiatan Layanan

a. Tahap Awal

Pada tahap ini, saya mempersilahkan teman saya untuk bercerita. Selanjutnya, sebelum cerita
saya menanyakan kabar terlebih dahulu untuk memastikan bahwa dia akan baik-baik saja jika
harus bercerita sekarang atau tidak. Kemudian, saya bertanya terlebih dahulu kepada teman
saya , apakah dengan lapang hati ingin berbagi cerita bersama saya atau terpaksa. Saya juga
memberi penjelasan kepada teman saya, jika nanti saran yang saya berikan hanya semampu
dan sebisa saya menyampaikan. Setelah itu , saya juga memberitahu bahwasannya cerita ini
akan saya tutup rapat-rapat atau rahasia sehingga teman say aini tidak perlu khawatir
masalahnya diketahui oleh orang lain. Permasalahan yang dibahas juga permasalahan yang
terjadi saat ini bukan permasalahan yang terjadi sudah lampau.
b. Tahap Inti

Pada tahap inti ini , JH menceritakan masalahnya. Masalah JH pada kali ini adalah dia sedang
berpacaran dengan seorang laki-laki yang usianya lebih tua darinya, suatu ketika laki-laki ini
bermain ke rumah JH dan bertemu orang tua JH. Tetapi, ketika sampainya di rumah orang tua
JH ini terlihat seperti tidak senang bertemu dengan laki-laki ini. Singkatnya, setelah pulang
dari ruumah JH, JH merasa tidak enak kepada pacarnya karena sikap orang tuanya. Beberapa
lama kemudian, orang tua JH bilang kepada JH kalau mereka memang tidak suka kepada laki-
laki itu. Setelah itu, JH mengobrol dengan pacarnya mengenai orang tuanya, dan JH ini ingin
putus dengan laki-lakinya karena JH tidak mau melawan orang tuanya, tetapi laki-laki ini tidak
ingin JH pergi dari hidupnya, JH juga sebenarnya tidak ingin mengambil keputusan seperti ini,
JH juga sudah terlanjur saying dengan pacarnya ini, tapi di lain hal JH juga harus nurut kepada
orang tuanya. Akhirnya keputusan mereka untuk berpisah tidak jadi, mereka masih menjalin
kasih secara sembunyi-sembunyi di belakang orang tua JH, sampai pada akhirnya berjalan
cukup lama sekitar 7 bulan, JH merasa cape dengan hubungan yang seperti ini, yang kalau
ingin bertemu harus berbohong dengan seribu alas an kepada kedua orang tuanya. Akhirnya
JH meminta ingin putus, lagi-lagi pacarnya ini tidak mau dan masih sering Whatsapp-an dan
telepon JH. Akhirnya JH merenggangkan hubungannya bersama laki-laki ini walaupun
sebenarnya laki-laki ini masih menganggap hubungannya ini masih berlanjut. Sering kali JH
ini bilang sudah tidak ingin bersama laki-laki ini karena merasa cape karena menjalin hubungan
yang tidak sama dengan orang lain, yang direstui orang tuanya. Sudah seminggu yang lalu JH
benar-benar menyudahi semuanya, walaupun kesannya hanya JH yang ingin putus tapi
menurut JH ini keputusan yang terbaik daripada harus melawan orang tuanya. JH memblokir
social media laki-laki itu, tapi ada satu social media yang tidak JH blokir karena social media
tersebut hanya bisa mengirim pesan saja tidak bisa menelpon. JH bercerita kepada saya dia
ingin memastikan apakah tindakannya itu benar dan tidak menyakiti hati laki-laki itu atau
bagaimana. Setelah mendengar semua ceritanya, saya sebagai teman sebaya JH mendengarkan
dan memberi saran bahwa keputusan JH juga sudah benar, karena hubungan JH pun lama
kelamaan tidak membuat nyaman JH, entah itu mulai dari berbohong dan sembunyi-sembunyi
ketika ingin bertemu sebenarnya itu sudah sangat toxic dan tidak baik ada di hubungan seperti
itu. Saya juga disini mendukung keputusan JH, agar JH tidak merasa sedih dan bingung dengan
keputusannya, karena demi untuk ke depannya agar tidak terus menerus ada masalah dengan
orang tuanya dan berbuat dosa hanya demi hubungan yang tidak direstui orang tuanya.
Sebaiknya memang JH ini menghindar dari laki-laki ini seperti yang orang tuanya inginkan.
Saya bilang ke JH semoga setelah kejadian ini banyak diambil pelajarannya untuk ke depannya,
agar lebih mementingkan restu dari orang tua terlebih dahulu, dan lebih baik lagi JH tidak usah
pacaran dulu karena selain beresiko seperti sebelumnya tetapi dosa juga jika terus pacaran,
lebih baik langsung ta’aruf dan menikah.

Dalil Al-Quran tentang berpacaran (QS. Al-Isra : 32)

َ ‫س ۤا َء‬
‫س ِّبي ًْل‬ ِّ َ‫الز ٰن ٓى اِّ َّن ٗه كَانَ ف‬
َ ‫احشَةً َۗو‬ ِّ ‫َو ََل تَ ْق َر ُبوا‬

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina ; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk.”

Hadist tentang Restu Kedua Orang Tua

‫س َخطِ ا ْل َوا ِل ِد‬


َ ‫ب فِي‬ َّ ُ‫س َخط‬
ِِّ ‫الر‬ َ ‫ب فِي ِرضَى ا ْل َوا ِل ِد َو‬ َّ ‫سلَّ َم قَا َل ِرضَى‬
ِِّ ‫الر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا ب ِْن ع َْم ٍرو ع َْن النَّبِ ِِّي‬ َ ‫ع َْن‬
ِ َّ ‫ع ْب ِد‬

Artinya : “Dari Abdullah bin Amr r.a dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda : “Ridho
Allah terdapat pada ridho orang tua, dan murka Allah juga terdapat pada murkanya orang tua.”
(HR. Tirmidzi).

c. Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini, saya sebagai teman sebaya JH melakukan evaluasi dengan JH terhadap
konseling yang sudah dilakukan tadi, konselor juga akan memberikan umpan balik kepada JH
tentang perkembangannya selama proses konseling. Umpan balik ini dapat membantu JH untuk
memahami kemajuan yang telah dicapainya. Setelah itu, saya dan JH membuat perjanjian atau
rencana tindak lanjut untuk pertemuan selanjutnya. Selanjutnya, saya memastikan bahwa JH
puas dengan proses konseling yang dilakukan. Tahap akhir konseling ini adalah tahap penting
untuk memastikan bahwa klien telah siap untuk menghadapi tantangan di masa depan. Dengan
kerja sama yang baik antara klien dan konselor, tahap akhir konseling sebaya dapat berjalan
dengan lancar dan klien dapat mencapai tujuan konselingnya.

Anda mungkin juga menyukai