Anda di halaman 1dari 12

PAPER ILMU BEDAH UMUM VETERINER

GANGGUAN PADA SENDI (LUKSASI)

Oleh Kelompok 1D :
Ailsa Cinta Lufiara 2009511063
Dewa Akbar Maulana 2009511089
Ngakan Nyoman Cahaya Adi 2009511094
Aldian Bhagaswara Aris Nurmansyah 2009511106
Fauzia Hadista Anjani 2009511109
I Made Dharma Kusuma Wandira 2009511111
Bobby Edwin Demetouw 2009511112
Ni Putu Yudiantari 2009511113
Gede Widiantara 2009511114
I Gede Suta Arimbawa 2009511115
Hans Pablo Gabriel Wenas 2009511116
I Gusti Agung Putu Tegar Agastyatara 2009511117
Maria Vani Guntur 2009511118
I Gede Kurnia Sandika 2009511119
Resinta Delia Rahmadani 2009511120
Putu Wulan Cahyani 2009511121
Ni Luh Kadek Ratih Jusniari 2009511122
Dewa Ayu Sinthya Devi 2009511123
Mary Renata Devi Natalivia 2009511124
Mohammed Syafiq Furqan K 2009511125

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugerah-
Nya penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan paper ini hingga bisa
tersusun dengan baik.

Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari beberapa jurnal
dan media elektronik dengan harapan orang yang membaca dapat memahami tentang materi
Gangguan pada Sendi (Luksasi).

Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
penerbitan paper ini di masa mendatang.

Denpasar, 9 November 2022

Hormat kami,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
2.1 Definisi ........................................................................................................................ 2
2.2 Etiologi ........................................................................................................................ 2
2.3 Tanda Klinis ................................................................................................................ 3
2.4 Cara Diagnosa ............................................................................................................. 4
2.5 Prognosis ..................................................................................................................... 5
2.6 Penanganan.................................................................................................................. 5
BAB III ...................................................................................................................................... 8
PENUTUP ................................................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mekanisme dislokasi sendi temporomandibular bervariasi tergantung pada jenis


dislokasi seperti dislokasi akut, kronis menahun, dan rekuren kronis. Mekanisme
tersebut sangat berhubungan dengan struktur dan fungsi sendi temporomandibular yaitu
sebagai sistem pengunyahan yang dinamis.1 Kapsul sendi merupakan struktur paling
penting yang berperan dalam menstabilisasi sendi dan diperkuat oleh ligamen lateral,
meskipun demikian pergeseran kondilus dari fossa glenoid juga sangat dipengaruhi
oleh morfologi kondilus, fossa glenoid, eminensia artikularis, arkus zigomatikus, dan
fisura squamo timpani.
Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi jenis dan arah dislokasi. Selain itu,
umur, gigi geligi, penyebab dan lama dislokasi serta fungsi otot pengunyahan secara
signifikan berpengaruh pada mekanisme dan penatalaksanaan dislokasi sendi
temporomandibular. Prognosis dislokasi sendi temporomandibular, khususnya rekuren
kronis dan kronis menahun tidak dapat diprediksi dan hal tersebut tergantung dari
evaluasi, rencana perawatan, dan kerjasama pasien. Mekanisme dan pilihan
penatalaksanaan untuk jenis jenis dislokasi sendi temporomandibular perlu dievaluasi
agar mendapatkan terapi yang tepat dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dan etiologi dari luksasi


2. Apa saja tanda klinis serta prognosis dari luksasi
3. Cara diagnosis serta pengobatan dan penanganan pada kasus luksasi

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi dan etiologi dari luksasi


2. Mengetahui apa saja tanda klinis serta prognosis dari luksasi
3. Mengetahui cara diagnosis serta pengobatan dan penanganan pada kasus
luksasi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Luksasi adalah keadaan dimana terjadi perubahan dari letak permukaan tulang
satu terhadap lainnya yang membentuk persendian, sehingga menyebabkan rasa sakit.

2.2 Etiologi
Dislokasio atau luxatio merupakan kesalahan letak suatu tulang dari posisi
normalnya, sehingga menghasilkan deformitas dan dapat menyebabkan gejala nyeri
pada daerah yang terkena. Selain itu, luksasi juga dapat menyebabkan pembengkakan
jaringan lunak di sekitar persendian dan robekan ligamen yang mengikat tulang
tersebut.
Luksasio persendian patella merupakan kondisi bawaan di mana tulang
tempurung lutut (patella) mengalami dislokasi dari alur troklearis normal. Luksasio ini
secara klinis dapat terjadi pada bagian medial, di dalam permukaan, lateral, maupun di
luar permukaan lutut. Tulang patella berpindah ke medial persendian lutut dan terlihat
berada di belakang tulang femur, sehingga persendian lutut tidak dapat bergerak.
Tindakan pembedahan dilakukan untuk melakukan reposisi. Insisi dimulai dari daerah
parapatellar sekitar 1 cm di bagian lateral patella dan di atas sendi lutut. Jaringan sendi
di preparir dan dieksplorasi sehingga daerah femoro-tibia dapat diakses dengan baik.
Inspeksi dan konfirmasi keadaan ligamen krusiata dari lutut dilakukan untuk melihat
keparahan luksasio
Luxatio coxofemoral merupakan kejadian yang umum terjadi pada hewan kecil.
Kondisi ini biasanya disebabkan oleh trauma. Trauma tersebut dapat menyebabkan
robekan pada kapsula persendian dan juga pada ligamen yang terdapat di caput femur.
Luxatio coxofemoral juga dapat disebabkan oleh hip dysplasia. Kondisi luxatio juga
dapat berkembang secara spontan oleh tidak stabilnya persendian coxofemoral selama
berlari dan bermain.

2
2.3 Tanda Klinis
1. Luksasi patella
Tanda klinis anjing dengan luksasi patella bervariasi dari beberapa hewan dan
hanya sebagian terkait dengan derajat deformitas rangka yang terjadi bersamaan.
Kepincangan dapat terjadi intermiten atau terus menerus dan biasanya merupakan
kepincangan yang ringan hingga sedang yang menahan beban dengan sesekali
mengangkat anggota tubuh. Temuan umum selama pemeriksaan gaya berjalan adalah
upaya anjing untuk meregangkan kaki ke belakang untuk memungkinkan patela
kembali ke tempat. Dislokasi lateral menghasilkan gejala yang lebih serius daripada
gejala medial. Sedangkan luksasi traumatis muncul tiba-tiba dan biasanya dikaitkan
dengan kecelakaan traumatis seperti melompat, jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu
lintas, dan lain-lain.
2. Luksasi coxofemoral
Tanda klinis yang terjadi pada luksasi coxofemoral diantaranya adalah
kepincangan dengan tidak menumpukan kaki yang terkena, manipulasi terhadap luksasi
akan menunjukkan terjadinya krepitasi, nyeri, dan hambatan dalam bergerak. Kasus
luksasi dengan bentuk caudodorsal ditunjukkan dengan adanya abduksi kaki. Selain itu,
kaki akan terlihat lebih panjang pada kaki yang terkena dan jarak diantara trochanter
major dengan tuber ischii akan mengecil. Sedangkan pada keadaan luksasi ventral akan
menyebabkan abduksi pada kaki yang terkena serta kaki yang terkena akan terlihat
lebih panjang dari kaki di sebelahnya, dan trochanter major sulit untuk dipalpasi.
Luksasi ventral dapat menyebabkan peningkatan derajat ketidakmampuan bergerak dan
dapat menyebabkan rasa nyeri karena terjadi penekanan terhadap nervus obturator.
3. Luksasi siku
Luksasi siku dapat menyebabkan kaki depan tidak dapat digunakan, sehingga
terjadi ketimpangan akibat beban tubuh yang tidak dapat ditahan. Siku biasanya
bengkak dan kadang-kadang disertai dengan luka atau memar jika disebabkan oleh
trauma.
4. Luksasi Scapula
Luksasi scapula pada awalnya hewan akan menyeret kakinya dan tidak mau
membebani kakinya. Seiring waktu, rasa sakit mereda dan hewan akan berusaha
membebani kakinya kembali, akan tetapi bahunya akan terlihat lebih tinggi dari area
tulang belakang sehingga ketimpangan terlihat jelas.

3
5. Luksasi Sacral
Pada luksasi sacral panggul saat palpasi hewan akan merasa nyeri dan kadang
menunjukkan sikap yang galak. Apabila kedua sisi terpengaruh maka hewan tidak akan
bisa berjalan.
6. Luksasi Temporomandibular
Gejala dan tanda yang utama dari gangguan sendi temporomandibular adalah
hewan merasa nyeri, kekakuan otot disekitar sendi temporomandibula dan pada otot
pengunyah, pergerakan mandibula yang tidak normal, dan bunyi pada sendi
temporomandibular.
7. Luksasi Karpal
Tanda-tanda klinis subluksasi tidak kentara, dengan pembengkakan jaringan
lunak lokal dan reaksi nyeri pada tekanan digital di bagian dorsal tulang carpal kedua
(C2). Hewan dengan luksasi karpal mengalami kepincangan saat berjalan dan terdapat
jaringan lunak yang membengkak dengan hiperekstensi karpal dan valgus.
8. Luksasi Scapulohumeral
Tanda klinis hewan yang mengalami luksasi scapulohumeral dapat muncul
dengan derajat kepincangan yang berbeda-beda, yang dapat berkisar dari kepincangan
lengan depan unilateral ringan sampai ketimpangan yang persisten. Saat bahu dipalpasi
dan digerakkan, pembengkakan sendi yang teraba jarang terlihat, tetapi hewan yang
mengalami luksasi scapulohumeral biasanya mengalami atrofi otot dan menunjukkan
rasa sakit ketika bahu digerakkan.

2.4 Cara Diagnosa

Persendian coxofemoral merupakan persendian bebas yang terdapat di


proksimal alat gerak belakang. Sebagian besar dari luxatio coxofemoral terdapat dalam
bentuk displasia craniodorsal dari caput femur dan sisanya merupakan displasia
caudoventral. Kejadian luxatio coxofemoral biasanya disebabkan oleh trauma.
Diagnosa dari luxatio coxofemoral didasarkan pada tanda klinis yang menunjukkan
bahwa hewan biasanya tidak menumpukan kaki yang terkena. Apabila luxatio terjadi
dalam bentuk craniodorsal, maka kaki yang terkena akan digerakkan secara adduksi
atau rotasi. Selain itu diagnosa dapat diambil dari ukuran panjang kaki belakang yang
tidak simetris ketika dilakukan pemeriksaan kesimetrisan kaki belakang.

4
Menurut Denny dan Butterworth (2006), luxatio coxofemoral merupakan
kejadian yang umum terjadi pada hewan kecil. Semua breed hewan kecil dapat terkena,
tetapi kejadian terbanyak terjadi pada hewan yang berumur di atas satu tahun.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk mendukung diagnosa adalah
pemeriksaan radiologi menggunakan x-ray pada area yang diduga mengalami luksasio,
dengan cara melihat kesalahan letak suatu tulang dari posisi normalnya.

2.5 Prognosis
Secara umum prognosis dapat ditentukan berdasarkan hasil diagnosis.
Prognosis pada kasus gangguan sendi (luksasi) sangat beragam, tergantung dari sendi
pada bagian mana yang mengalami gangguan, seberapa parah kerusakan pada sendi,
dan seberapa cepat penanganan pada sendi tersebut. Prognosis meliputi tiga yaitu
fausta, dubius atau infausta. Prognosis fausta artinya suatu penyakit dapat
disembuhkan; dubius artinya kesembuhan diragukan; sedangkan infausta artinya suatu
penyakit dipastikan tidak dapat disembuhkan.

2.6 Penanganan
Konsep dasar penanganan luksasi terdiri dari empat konsep yaitu: Rekognisi,
Reposisi, Retensi, dan Rehabilitasi. Rekognisi ini merupakan tahapan dalam pre-
operasi yang dimana bertujuan untuk mengetahui kondisi dari pasien ataupun penyakit
yang dialaminya dengan melakukan tindakan anamnesa, pemeriksaan fisik (melalui
inspeksi dan palpasi), tanda klinis dengan mengukur panjang kaki (pada kasus luksasi
umumnya terjadi pemanjangan atau pemendekan), dan radiografi.
Penanganan luksasi yang diberikan pada tiap kasus berbeda-beda berdasarkan
luksasio yang dialami, contohnya seperti berikut:
● Pada Luksasi Sacral penanganan yang dilakukan harus dengan pembedahan yang
bertujuan untuk menstabilkan kembali perpindahan sendi yang terjadi. Pada
penanganan kasus dari luksasi sacral ini menggunakan satu atau dua sekrup dan
kemungkinan menggunakan pin.
● Pada Luksasi Temporomandibular dengan melakukan penanganan memanipulasi
tulang dengan menggunakan anestesi. Jika sambungan tidak stabil saat dilakukan
pemasangan kembali, maka pasca pengurangan stabilisasi mungkin dibutuhkan
penggunaan moncong penyangga. Dalam kasus yang parah, pengangkatan proses
artikular mandibula mungkin dapat diperlukan (eksisi artoplasti).

5
● Pada Luksasi Scapular pada kucing dengan kasus akut penanganan yang dilakukan
dengan mengembalikan keposisi normalnya, cukup dengan melakukan metode
perawatan Velpeau sling dan pada anjing dapat melakukan penanganan dengan
menempatkan wires atau jahitan tebal melalui scapula dan disekitar tulang rusuk
yang ada didekatnya.
● Pada Luksasi Siku jika luksasi baru terjadi, maka perlu dilakukannya manipulasi
posisi supaya kembali ke posisi normalnya dengan kondisi hewan di bawah
pengaruh bius. Jika luksasi ini kronis atau terjadi kelainan pada tulang sendi, maka
akan dilakukan reduksi bedah. Jika luksasi sudah sangat kronis, maka akan
dilakukan amputasi tungkai atau arthrodesis sebagai solusi terbaiknya.
● Pada Luksasi Karpal prosedur reduksi terbuka dan tertutup dapat dipertimbangkan
karena memungkinkan gerakan sendi dan reduksi yang berhasil dapat dicapai
terutama dalam 48 hingga 72 jam setelah trauma.
● Pada Luksasi Coxofemoral penangan harus dilakukan secepatnya jika tidak akan
terjadi trauma yang lebih parah. Penanganan yang perlu dilakukan adalah dengan
reduksi tertutup. Posisi dari pinggul di kembalikan ke posisi normal dengan hewan
dalam pengaruh anestesi pendek dan posisi ini sering didukung dengan sling.
Penanganan yang dilakukan juga dengan melakukan reduksi bedah dengan metode
toggling.
● Pada Luksasi Patella penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan
pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang bisa mengurangi rasa nyeri.
Latihan rehabilitasi fisik perlu dilakukan karena berguna untuk meningkatkan
mekanisme paha depan. Selain itu, dengan melakukan terapi pijat dan hidroterapi
dapat membantu kesehatan dan kenyamanan, serta dapat dilakukan juga tindakan
bedah yang direkomendasikan untuk hewan yang memiliki ketimpangan intermiten
atau permanen akibat luksasi patella pada anjing muda dengan tujuan mengurangi
efek negatif pada pertumbuhan tulang.
Dalam perawatan luka pada persendian, sifat kerusakan jaringan, kondisi umum
hewan dan penampilannya diperhitungkan. Dalam kasus-kasus baru, dengan sedikit
sinovia sinematik dan edema inflamasi yang lemah, rambut dihilangkan di sekitar luka,
diolesi dengan larutan yodium alkohol 5%. Jika ada gumpalan fibrin di permukaan luka
dan di saluran luka, itu tidak dihapus. Oleskan perban dengan bubuk tricilpna, bubuk
penisilin, bubuk Zhitnyuk (gula 60 g, xeroform 20 g, streptocid 15 g, asam borat 5 g)

6
atau dengan salep Vishnevsky. Ganti diganti setelah 6-8 hari. Resepkan terapi anti-
septik (antibiotik intramuskuler, terapi novocaine, glukosa, dll.).

Di hadapan luka yang luas, terutama ketika ada kontaminasi yang jelas dari
luka, dengan reaksi inflamasi yang nyata, perawatan bedah dilakukan di bawah anestesi
lokal atau konduktif. Eksisi jaringan nonviable, memberikan pendekatan ke lubang luka
kapsul. Lubang di kapsul sendi berkembang hanya di hadapan benda asing. Ketika
terkontaminasi, rongga artikular dicuci dengan larutan 0,5% novocaine dengan
antibiotik, furatsilinom 1: 5000, etherealnoye 1: 500 dengan artropuncture dari
divertikulum yang berlawanan.

Dengan tidak adanya tanda-tanda peradangan bernanah, kapsul dijahit dengan


catgut, jika tersedia. Jahitan pada jaringan periarticular dan kulit tidak diaplikasikan.
Perban ringan dengan agen antiseptik diterapkan pada luka. Pastikan untuk
menggunakan terapi antibiotik umum anti-septik dan prokain, antibiotik. Untuk tujuan
drainase luka yang lebih baik, tampon kasa dengan antibiotik, obat sulfa, dengan asam
borat, campuran asam borat dengan iodoform digunakan. Tampon dipertahankan
dengan pembalut atau jahitan sementara sampai tampak jaringan granulasi. Untuk
perawatan luka pada persendian, pembalut gipsum berhasil digunakan. Perhatian besar
harus diberikan pada pengkabelan hewan dan menugaskan mereka segera setelah
surutnya peristiwa peradangan akut dan penghentian berakhirnya sinovia.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dislokasio atau luxatio merupakan kesalahan letak suatu tulang dari posisi
normalnya, sehingga menghasilkan deformitas dan dapat menyebabkan gejala nyeri
pada daerah yang terkena. Selain itu, luksasi juga dapat menyebabkan pembengkakan
jaringan lunak di sekitar persendian dan robekan ligamen yang mengikat tulang
tersebut. Adapun berbagai jenis tanda klinis pada kejadian luksasi yaitu diantarannya
Luksasi patella, Luksasi coxofemoral, Luksasi siku, Luksasi Scapula, Luksasi Sacral,
Luksasi Temporomandibular, Luksasi Karpal, dan Luksasi Scapulohumeral.
Penanganan luksasi terdiri dari empat konsep yaitu: Rekognisi, Reposisi,
Retensi, dan Rehabilitasi. Rekognisi ini merupakan tahapan dalam pre-operasi yang
dimana bertujuan untuk mengetahui kondisi dari pasien ataupun penyakit yang
dialaminya dengan melakukan tindakan anamnesa, pemeriksaan fisik (melalui inspeksi
dan palpasi), tanda klinis dengan mengukur panjang kaki (pada kasus luksasi umumnya
terjadi pemanjangan atau pemendekan), dan radiografi.

8
DAFTAR PUSTAKA
Tanaya, I. Gede Raka Mas, and Kadek Karang Agustina. "Laporan Kasus: Ablasi Kulit Daerah
Metatarsal Sinistra Anjing Lokal." Buletin Veteriner Udayana Volume 14.4 (2022):
327-332.
Sanjaya, Gede Putra, and I. Gusti Agung Gde Putra Pemayun. "Laporan Kasus: Vulnus
Laceratum Akibat Jeratan Kawat pada Leher Anjing Lokal." (2021)
Loa G., J., A., Widyastuti S., K., Anthara M., S. (2020). Laporan Kasus: Luksasi Patella
Medial pada Miniatur Pinscher. 9(1): 129-138
Septadina I., S., Prinsip Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibular. Bagian
Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Palembang

Anda mungkin juga menyukai