Proposal Penelitian Delinto Liunesi (Revisi)
Proposal Penelitian Delinto Liunesi (Revisi)
OLEH
DELINTO LIUNESI
1701050076
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
NIM 1701050076
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
HartoyoYudhawardana,S.Si.,M.i
NIP. 196911101999031 003
I
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena begitu besar
dan luas cinta-Nya sehingga dengan karunia dan tuntunan-Nya Proposal “ANALISIS
PENERAPA MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA” dapat terselesaikan
dengan baik. Proposal ini dibuat untuk penelitian tugas akhir dan penyususnan skripsi nantinya.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Dr. I Wayan Sukarjita, S.Pd., M.Pd, selaku pembimbing utama yang
telah dengan sabar dan penuh tanggung jawab memberikan bimbingan dan motivasi dalam
pemyusunan proposal ini, dan ibu Kadek Ayu Astiti, S.Pd.,M.Pd, selaku pembimbing kedua
yang telah dengan sabar dan penuh tanggung jawab memberikan bimbingan dan motivasi dalam
pemyusunan proposal ini, beserta bapak Vinsensius Lantik, S. Pd., M.Pd, selaku penguji dalam
proposal ini.
1. Bapak Prof. Ir. Fredrik Lukas Benu, M.Si., Ph.D, selaku Rektor Universitas Nusa Cendana
2. Bapak Dr. Melkisedek Taneo, M. Si selaku Dekan FKIP Universitas Nusa Cendana
3. Bapak Hartoyo Yudhawardana, S.Si., M.Si, Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika
FKIP Universitas Nusa Cendana.
4. Teman – teman seangkatan 2017 (GenTFis’17) yang berjumlah 98 orang diantaranya Abel
Harapan, Adriana Sipora Saefatu, Adventus Senlau, Alberto Dimu Hau, Aleksius Ronaldia
Billa, Amelia Hajar, Ana Carenina C.M.Temu, Angeline Monika Bunga Fernandez, Ani
Imelda Perang Sir, Apriana Udju Nadji, Apridiana Fera Ciks, Beata Graceshela Muki,
Betruida Lobo, Claudia Puspita Mea, Claudya G. K. Nuban, Kris Hadjo, Delviana Novita
Jelita, Deni A Letuna, Dewi R. Manu, Dina Maria Talan, Djody Peter P. Uas, Dolisa C.
Nabunome, Dorothea P. Un Asa, Dwi Anindita Mola Kore, Eduar Iwan Penlaana, Elfiana
Hadianti Juita, Elvira Clarita Melur, Febronia Herlinda Lalus, Febru R. Mukin, Fransiska
II
M.A.Naimule, Fransiskus Akurdas, Frengki Deferson Dimu, Frisca G. Dano, Giasinta Ivonia
Narut, Hermanus Alvrianus, Hidayatullah D.Mau, Imanuel J.Weny, Indri Ayu Lisnahan,
Inosensius Y.Un, Irene R.Ro Assan, Jen Melindi B.A.Takel, Jenny Claudia Ferista Besin,
Jessica Amelia Lapuisaly, Kresensia Kurniawati Mala Pasa, Lusia Kona Tukan, Mardi Sabu,
Maria Alacque Azi Nuwa, Maria F. N. Labaona, Maria Goreti Halim, Maria Imelda Mali,
Maria S.Pele Alu, Maria Yasinta Dhiu, Maria Yunita Loro, Mariani M.A.Enda, Marta
Grazela, Mateus A.Djoko, Mediana Loda Lende, Melciana Banase, Melda Dina Bangu, Mes
Malelak ( Keting), Metriana Tas'au, Norbed Dethan, Nurhuda Tulit Masan, Olimpas
T.Tamoes, Oshing Orianti Sunbanu, Pascalia Christin Duka, Petrus L.C.Halundaka, Putri
P.Saik, Rinardius Baptista Ati, Sabinus Tukan, Sofia Setia , Sriyanti Aleta Lusi, Stevani Teuf,
Sulistyawati N.Nendir, Tersiana Haba, Theresia Deviana Tina, Theresia Erica Resi, Theresia
S.Blegur, Venna Marlisya Tasoin, Vice Irawati Saefatu, Yakobus Brino, Yasilta Liufeto,
Yenji Revita Tulle, Ylon Ernawati Amalo, Yohana Aprilia Ririn Sareng, Yohanes Ngao
Ngole, Yohanes Woi Seda, Yonrit Gabriel Tanesib, Yosefina Merlina Narsia, Yosua William
Manafe, Yulinda Aleng, Yuni Setianingsih Benu, Yusri Yusman, dan Zwingli Ronald Snae.
5. Kaka hebat FIFA 14 dan seluruh warga KSF (Kelompok Studi Fisika), Program Studi
Pendidikan Fisika FKIP Universitas Nusa Cendana yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penyusunan proposal ini.
6. Kedua Orang Tua hebat yang Tuhan percayakan untuk membimbing dan membearkan
Penulis yaitu Bapak Stefanus Liunesi dan Yane Marice Boimau yang selalu memotivasi
Penulis dalam menyelesaikan penyusunan proposal ini.
Dalam penulisan Proposal ini saya sebagai penulis menyadari bahwa masih sangat
banyak keterbatasan, kekeliruan dan kendala yang dihadapi, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan proposal ini.
Penuli
DAFTAR IS
III
I
PROPOSAL PENELITIAN
KATA PENGANTAR....................................................................................................................II
DAFTAR ISI.................................................................................................................................III
BAB I
PENDAHULUANAN
1. Manfaat teoritis.................................................................................................................6
2. Manfaat Praktis.................................................................................................................6
1. Batasan Penelitian.............................................................................................................6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
BAB III
METODE PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................24
IV
BAB I
PENDAHULUANAN
Mengacu pada konsep tersebut jelas bahwa pendidikan perlu diarahkan untuk
mengembangkan seluruh potensi peserta didik dengan tujuan menjadikan peserta didik
selain menjadi pribadi yang beriman dan berilmu tetapi juga cakap, kreatif dalam
berpikir sehingga peserta didik secara mandiri dapat menemukan dan menciptakan
sesuatu yang baru, melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang
bernalar dan lebih dapat dipertanggungjawabkan sehingga akan berdampak pada
pengembangan keterampilan intelektual peserta didik (intellectual skills) dan
keterampilan sosial peserta didik (social skills) dalam setiap aspek kehidupannya.
Intellectual skills dalam kerangka ini adalah kemampuan mengembangkan pola-pola
berpikir kreatif. Sedangkan social skills adalah implikasi dari intellectual skills tersebut,
seperti memiliki sikap-sikap toleran, kebersamaan sampai pada persatuan dan kesatuan
bangsa yang mampu berdiri di atas perbedaan sesuai dengan napas Bhineka Tunggal Ika.
Fenomena lain selain masalah diatas yang terjadi sekarang adalah: pertama,
peserta didik kurang memiliki kemampuan berpikir kreatif untuk menghasilkan banyak
gagasan atau ide, yang dikarenakan peran guru dalam mengajar cenderung bertindak
sebagai pengajar belum bertindak sebagai pembelajar. Menempatkan sentralitas peran
guru sebagai pengembang konsep peserta didik, diperlukan upaya guru dalam
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kreatif, artinya peserta didik
tidak hanya memperoleh informasi konsep yang terpola, namun bagaimana pola berpikir
diserahkan kepada masing-masing peserta didik, apakah pola berpikir konvergen
ataupun pola berpikir divergen, sehingga akan timbul banyak gagasan atau ide-ide dalam
diri peserta didik. Kedua, kurangnya kemampuan peserta didik untuk mengemukakan
bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Karena peran guru
2
dalam situasi pembelajaran tidak menciptakan proses belajar pada pencarian ilmu untuk
memecahkan masalah.
Kemampuan berpikir kreatif pada diri peserta didik tersebut akan terwujud,
tentunya diperlukan perubahan dalam metode, model maupun media pembelajaran di
sekolah. Adanya perubahan kurikulum, guru harus mampu merancang pembelajaran
yang mampu memotivasi peserta didik untuk lebih kreatif. Dengan adanya perubahan
kurikulum sekarang ini, dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator
sedangkan yang lebih aktif adalah peserta didik. Hal yang harus dilakukan seorang guru
antara laindengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan berusaha menambah
pengetahuan tentang materi itu sendiri. Oleh karena itu guru sangat penting dalam
pembelajaran di kelas (Satriyo, 2006).
3
menghasilkan pemikiran yang bermutu. Sesuai dengan pendapat Sani (2014) yang
mengatakan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan mengembangkan ide yang
tidak biasa, berkualitas, dan sesuai tugas. Hal ini merupakan pengembangan diri
terhadap ide-ide baru yang memiliki mutu yang baik. Berdasarkan pendapat yang telah
diuraikan,bahwa berpikir kreatif adalah sebuah proses yang mengembangkan ide-ide
yang tidak biasa dan menghasilkan pemikiran yang baru yang memiliki ruang lingkup
yang luas.
4
Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang
menuntun siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui kegiatan pencarian atau
penyelidikan melalui bimbingan guru (Mulyasa, 2005). Inkuiri terbimbing menurut
Amri dan Ahmadi (2010) terjadi apabila siswa diberikan kesempatan untuk bekerja
merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri.
Guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam menentukan topik, pertanyaan, dan bahan
penunjang.
5
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini ialah bagaimana penerapan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dalam
meningkatkan kemampuan berpikir krearif siswa?
6
masalah dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan
variabel yang diteliti adalah kemampuan berpikir kreatif siswa.
2. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mencari jawaban atas batasan permasalahan yang telah dirumuskan
yaitu model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan variabel yang diteliti adalah
kemampuan berpikir kreatif siswa.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
8
2. Sartayn menyatakan bahwa belajar adalah as a change in behavior as a
result of experience. Perubahan-perubahan itu meliputi hal-hal respon
terhadap stimulus ( Rangsangan-rangsangan ), memperoleh ketrampilan (
Skills ). Mengetahui fakta-fakta dalam mengembangkan sikap terhadap
sesuatu.
3. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Menurut pengertian ini Belajar adalah merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat, tetapi lebih luas dari itu dan bukan hanya penguasaan
hasil latihan, merupakan perubahan kelakuan. Pengertian ini sangat
berbeda dengan pengertian lama tentang belajar, yang menyatakan bahwa
belajar memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan-latihan,
pemebetukan secara otomatis dan seterusnya.
4. Menurut Crow belajar memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan
dan sikap.
5. Witheringthon merumuskan pengertian belajar,s ebagai suatu perubahan
dalam kepribadian, sebagaimana yang dimanifestaikan dalam perubahan
penguasaan pola-pola respon atau tingkah laku yang baru, yang ternyata
dalam perubahan ketrampilan, kebiasaan, kesanggupan, atau pemahaman.
2.1.2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses pengembangan pengetahuan,
ketrampilan, atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan informasi
dan lingkungan. Menurut UU No. 22 (2003) Tentang system pendidikan nasional
menjelaskan bahwa Pembelajaran proses interaksi dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkugan belajar.
Menurut Suherman (2003), pemebelajaran merupakan proses komunikasi
fungsional antara peserta didik dan guru dalam rangka perubahan sikap dan pola
pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi yang bersangkutan. Di dalam
pembelajaran terdapat tujuam yang harus dicapai yaitu gambaran tentang tingkah
laku yang diharapkan setelah mempelajari materi pembelajaran tertentu.
9
Pemebelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajaranya. Pembelajaran merupakan suatu
bantuan yang diberikan guru agar terjadi suatu pemerolehan ilmu dan
penegtahuan, penguasaan kemahiran, dan tabiat serta pembentukan sikap dan
kepercayaan diri pada siswa. Dengan kata lain, pemebelajaran adalah proses
untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Proses ini dialami
sepanjang hayat seorang manusia serta berlaku di manapun dan kapanpun.
Pemebelajaran adalah suatu sistem atau proses yang memebelajarkan siswa yang
yanhg direncanakan atau desain, dilaksanakan dan 8 dievaluasi secara sistematik
agar siswa mendapat tujuan-tujuan pemebelajaran secara efektif dan efesien.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajran merupakan rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai
oleh siswa sebagai akibat dari hasil pemebelajaran yang dinyatakan dalam bentuk
tingkah laku yang diamati dan diukur. Rurmusan pemebelajaran ini harus
disesuaikan dengan kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indicator pencapaian
siswa.
2.2. Model pembelajaran
2.2.1. Pengertian model pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial. Menurut Mulyani model pembelajaran merupakan
suatu pola atau rencana yang dipakai pendidik dalam mengorganisasikan materi
pelajaran, maupun kegiatan peserta didik dan dapat dijadikan petunjuk
bagaimana pendidik mengajar di depan kelas. Penggunaan model pembelajaran
tertentu akan menghasilkan pencapaian tujuan-tujuan yang telah diprogramkan.
Joyce dan Weil menyatakan bahwa: “Models of teaching are really
models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value,
ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them
how to learn”. Hal ini berarti bahwa model pembelajaran merupakan model
belajar dengan model tersebut pendidik dapat membantu peserta didik untuk
mendapatkan atau mempermudah informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan
10
mengekspresikan ide dari diri sendiri. Selain itu, mereka juga mengajarkan
bagaimana mereka belajar.
2.3. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
2.3.1. Pengertian Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang berarti pencarian atau
penyelidikan. Sesuai dengan pernyataan Gulo (2002) bahwa inkuiri merupakan
suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa
secara maksimal untuk dapat merumuskan sendiri penemuannya melalui proses
mencari dan menyelidiki secara sistemastis, kritis, analogis, dan analitis (Trianto,
2007). Kegiatan penyelidikan dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan. Pembelajaran inkuiri mengharuskan siswa untuk menghadapi pada
suatu masalah. Tujuan dari pemberian masalah adalah supaya siswa termotivasi
untuk menyelidiki suatu masalah menggunakan keterampilannya dalam rangka
mencari penjelasan tentang permasalahan yang dihadapi.
Menurut Alexander dan Ling (2008) mendefinisikan inkuiri adalah
aktifitas beraneka segi meliputi observasi, membuat pertanyaan, memeriksa
sumber informasi lain untuk melihat apa yang telah diketahui, merencanakan
investigasi, memeriksa kembali menurut bukti eksperimen, menggunakan alat
untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterprestasi data, mengajukan
jawaban, penjelasan, dan prediksi, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen.
Inkuiri memerlukan identifikasi asumsi, berpikir kritis dan logis, dan
pertimbangan keterangan atau penjelasan alternatif.
11
eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
kritis dan logis.
Berdasarkan pengertian dari inkuiri di atas, dapat dikatakan bahwa
inkuiri merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa secara aktif
dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman, dapat dikatakan siswa
membangun sendiri konsep terkait ilmu pengetahuan, mulai dari merumuskan
masalah, mengumpulkan data/informasi, mengajukan pertanyaan, membuat
hipotesis, melakukan percobaan, menganalisis hasil percobaan, dan membuat
kesimpulan. Tujuan utama inkuiri adalah mengembangkan keterampilan
intelektual, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.
Siswa diharapkan mampu menyelidiki mengapa suatu peristiwa dapat terjadi
serta mengumpulkan informasi dan mengolah data secara ilmiah untuk
mencari jawabannya. Model pembelajaran inkuiri lebih menekankan siswa
untuk mencari (search) pengetahuan dari pada perolehan (acquisitiori)
pengetahuan.
Inkuiri menurut Colburn (2010) dibedakan menjadi tiga pendekatan
inkuiri, yaitu:
a. Structure Inquiry (inkuiri terstruktur)
Dalam inkuiri terstruktur, siswa akan mengadakan penyelidikan dan
penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang
disediakan guru.
b. Guided Inquiry (inkuiri terbimbing)
Meskipun siswa melakukan penyelidikan berdasarkan pada pertanyaan yang
diajukan guru, tetapi siswa yang menentukan prosedur dan
penyelidikannya.
12
topik, pertanyaan, bahan dan prosedur ditentukan sepenuhnya oleh guru
sedangkan yang menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan dilakukan
oleh peserta didik.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing berbeda dengan jenis
inkuiri lainnya, pada model pembelajaran inkuiri terbimbing siswa hanya
diberikan sebuah masalah, topik dan pertanyaan, sedangkan prosedur serta
analisis hasil dan pengambilan kesimpulan dilakukan oleh peserta didik
dibawah bimbingan yang intensif dari guru. Pada tahap permulaan
penerapan inkuiri terbimbing diberikan banyak bimbingan terhadap siswa,
sedikit demi sedikit bimbingan dikurangi. Siswa memerlukan bantuan untuk
mengembangkan kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun
siswa harus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi tetapi
pertolongan guru tetap diperlukan (Zuriyani, 2010).
14
konfirmasi, dalam bentuk: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.
Langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri atas enam
langkah yang dimulai dari menyajikan masalah, membuat hipotesis, merancang
percobaan, melakukan percobaan, menganalisis data, dan membuat kesimpulan
(Trianto, 2007). Dalam model ini guru memberikan bimbingan dan pengarahan
cukup luas. Pada awal bimbingan lebih banyak diberikan sedikit demi sedikit
dikurangi sesuai dengan perkembangan pengalaman siswa. Langkah-langkah
model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dijelaskan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Pembelajaran
Tahap I: Membimbing, Menyidentifikasi dan
Menyajikan mengidentifikasi dan merumuskan masalh
masalah merumuskan masalah
Tahap II: Membuat Membimbing siswa Merumuskan
hipotesis Berhipotesis Hipotesis
Tahap III: Membimbing siswa Merancang percobaan
merancang merancang percobaan
percobaan
Tahap IV: Membimbing siswa Melakukan
melakukan mendapatkan informasi percobaan untuk
percobaan melalui percobaan mengumpulkan
data/informasi
Tahap V: Membimbing siswa untuk Menganalisis data
menganalisis data mengolah data yang hasil percobaan
Diperoleh
Tahap VI: Membimbing siswa Membuat kesimpulan
Membuat membuat kesimpulan
kesimpulan
(Sumber : Trianto, 2007).
15
2.3.4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut Wulanningsih, dkk. (2012) menyatakan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran
biologi untuk meningkatkan keterampilan proses, karena sintaks dan tahap-
tahap pembelajaran inkuiri terbimbing dibangun melalui metode ilmiah
sehingga dapat melatih keterampilan proses sains pada siswa. Pembelajaran
inkuiri terbimbing memungkinkan adanya interaksi yang aktif antara sesama
siswa. Piaget dan Vigotsky menekankan hakikat sosial dari belajar, yaitu
menggunakan kelompok belajar dengan anggota yang berbeda-beda
kemampuannya (Ibrahim, 2002). Siswa belajar melalui interaksi dengan
teman sebaya yang lebih mampu dalam kelompok belajar. Siswa secara
bertahap memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan ahli, yaitu guru atau
teman sebaya yang lebih tahu, sehingga melalui proses scaffolding diharapkan
dapat memperkecil kesenjangan prestasi belajar antara siswa berkemampuan
akademik tinggi dengan siswa berkemampuan akademik rendah. Smith, et al.
(2007) menyatakan bahwa inkuiri terbimbing memperlihatkan kegiatan
pembelajaran yang membuat siswa aktif meliputi mengamati, mengajukan
pertanyaan, mengumpulkan informasi lain yang diperlukan, merencanakan
penelitian, menggunakan perlengkapan untuk mengumpulkan data,
menganalisis dan mengiterprestasikan data, memberikan jawaban, dan
mengkomunikasikan hasilnya. Dari kegiatan tersebut kemampuan siswa dalam
melakukan sains akan semakin berkembang.
Selain kelebihan yang terdapat dalam model pembelajaran inkuiri
terbimbing terdapat pula kelemahannya. Menurut Hanafiah dan Suhana (2009)
menyebutkan bahwa kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu
siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan
berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik, keadaan kelas
yang jumlah siswanya terlalu banyak maka tidak akan mencapai hasil yang
memuaskan, dan kritik bahwa inkuiri terlalu mementingkan proses pengertian
saja dan kurang memperhatikan perkembangan sikap siswa.
16
2.4. Kempuan Berpikir Kreatif
Menuurut Susanto (2013) kemampuan berpikir kreatif merupakan sebuah proses
yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibelitas, dan elaborasi. Hal
tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir kretif dapat mengembangkan daya pikir
yang mencakup wawasan dengan unsur yang luas.Kemampuan berpikir kreatif dapat
menghasilkan pemikiran yang bermutu.sesuai dengan pendapat Sani (2014) yang
mengatakan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan mengembangkan ide yang
tidak biasa, berkualitas, dan sesuai tugas. Hal ini merupakan pengembangan diri terhadap
ide-ide baru yang memiliki mutu yang baik.
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan,bahwa berpikir kreatif adalah sebuah
proses yang mengembangkan ide-ide yang tidak biasa dan menghasilkan pemikiran yang
baru yang memiliki ruang lingkup yang luas.
Belajar berpikir adalah aktivitas kognitif yang dilakukan secara mental untuk
memecahkan suatu masalah melalui proses yang abstrak. Berpikir adalah suatu proses
penyusunan kembali kecakapan kognitif (yang bersifat ilmu pengetahuan). Dalam
belajar berpikir ini, orang dihadapkan pada suatu permasalahan yang harus dipecahkan,
tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.
Berpikir kreatif atau yang sering dikenal sebagai berpikir divergen adalah proses
berpikir yang berorientasi pada suatu jawaban yang baik atau benar, ini perlu dilatihkan
kepada peserta didik, karena hal ini membantu peserta didik memiliki kemampuan
melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak
gagasan.
Tipe berpikir dapat di bedakan menjadi 2 macam yaitu berpikir konvergen atau terpusat
(convergent thinking) dan berpikir divergen atau menyebar (divergent thinking). Cara
berpikir konvergen mengarah pada satu kesimpulan khusus. Sedangkan cara berpikir
divergen lebih menekankan pada variasi jawaban yang berbeda terhadap suatu
pertanyaan, sehingga kebenaran dari jawaban tersebut bersifat subyektif.
Semiawan mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk
memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.Definisi
berikutnya diutarakan oleh Csikzentmihalyi, beliau memamparkan kreativitas sebagai
17
produk berkaitan dengan penemuan sesuatu, memproduksi sesuatu yang baru, daripada
akumulasi keterampilan atau berlatih pengetahuan dan mempelajari buku.
Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah aktivitas
yang melibatkan pengembangan kemampuan berpikir seseorang untuk mengungkapkan
gagasan-gagasan dan menghasilkan sesuatu yang tidak biasa (unik) untuk dapat
menyelesaikan suatu permasalahan.
Supriadi mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua
kategori, kognitif dan, nonkognitif. Ciri-ciri kognitif diantaranya orisinalitas,
fleksibilitas, kelancaran dan elaborasi. Sedangkan ciri nonkognitif di antaranya motivasi
sikap dan kepribadian kreatif.
Empat hal yang dapat diperhitungkan dalam pengembangan kreativitas yaitu;
Pertama, memberikan rangsangan mental baik pada aspek kognitif maupun
kepribadiannya serta susasana psikologis (Psychological Athmosphere). Kedua,
menciptakan lingkungan kondusif yang akan memudahkan anak untuk mengakses
apapun yang dilihatnya, dipegang, didengar, dan dimainkan untuk pengembangan
kreativitasnya. Ketiga, peran serta pendidik dalam mengembangkan kreativitas, artinya
ketika kita ingin anak menjadi kreatif, maka akan dibutuhkan juga pendidik yang kreatif
pula dan mampu memberikan stimulasi yang tepat pada anak. Keempat, peran serta
orang tua dalam mengembangkan kreativitas anak.
Munandar menekankan perlunya kreativitas dipupuk sejak dini, disebabkan
beberapa faktor di bawah ini:
a. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan
kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia sebagaimana yang
dikembangkan oleh teori Maslow. Kreativitas merupakan manifestasi dari individu
yang berfungsi sepenuhnya.
b. Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-
macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk
pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan.
c. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi pribadi dan lingkungan,
tetapi terlebih juga memberikan kepuasaan kepada individu.
18
d. Kreativitas yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dalam
era pembangunan ini, kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan Negara
bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide baru, penemuan baru, dan teknologi
baru, untuk mencapai hal ini, sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif harus dipupuk
sejak dini.
2.4.1. Indikator-indikator Berpikir Kreatif
Tabel 2.3. Indikator-indikator Berpikir Kreatif
19
4 Berpikir Mampu memperkaya dan Mencari arti yang
terperinci mengembangkan suatu lebih mendalam
(elaboration) gagasan atau produk. terhadap jawaban atau
Menambahkan atau pemecahan masalah
memperinci detil-detil dari dengan melakukan
suatu obyek, gagasan, atau langkahlangkah yang
situasi sehingga menjadi terperinci.
lebih menarik.
5 Menilai Mampu mengambil Menentukan pendapat
(evaluation) keputusan terhadap situasi sendiri mengenai suatu
yang terbuka. Tidak hanya hal.
mencetuskan gagasan, tetapi Menganalisis masalah
juga melaksanakannya. atau penyelesaian
secara kritis dengan
selalu menanyakan
“Mengapa?”.
(Sumber: Susanto, 2013)
20
BAB III
METODE PENELITIAN
22
3.5. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah daftar chek-list klasifikasi
bahan penelitian, skema/peta penulisan dan format catatan penelitian.
Tabel 3.1. Instrumen Penelitian
2.
Penerapan model
pembelajaran inkuiri 3.
terbimbing untuk
meningkatkan
kemampuan berpikir 4.
kreatif siswa
5.
23
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, Philip dan Tan Aik Ling. 2008. Promoting Inquiry Through Science Reflectife
Journal Writing, Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology
Education.
Amir, S. dan Ahmadi K. I. 2010. Proses pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam kelas.
Jakarta : Prestasi Pustaka Raya.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik . Jakarta: Rineka cipta.
Asyik, M. 2009. Permendiknas No. 41/2007 dan 22/206 merupakan pelindung eksistensi
sekolah swasta. Tersedia pada http://www.linguaprima.org/?p=40 Diakses pada
tanggal 24 januari 2021.
Creswell, W. 2007. Designing and Conducting Mixed Methods Research. New York : Sage
Publicationa.
Depdiknas, 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Fitri Kurniati, Soetjipto, Sifak Indana. 2018. Membangun keterampilan berpikir kreatif siswa
melalui pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. Jurnal penelitian pendidikan
ipa/ jppipa, vol.3 no.1,http://journal.unesa.ac.id/index.php/jppipa
Folmer et, al. 2009. Innovations In Teacher’s Education. New York : New York Press.
24
Gulo, W. 2002. Metode penelitian. Jakarta:PT. Grasindo.
Hanafiah dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika
aditama.
Joyce B. Weil M. 2000. Models Of Teaching. USA. Person Education, Inc, Publishing as
Allyn& Bacon.
Jumanta Hamdayana. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Khan, M. & Iqbal, M.Z. 2011. Effect of inkuiri lab teaching method on the development of
scientific skill through the teaching of biology in Pakistan. Languange in
India,Vol. 11, No.1 hlm 169-178.
Koray, O. & Koksal, M. 2009. The effect of creative and critical thingking based laboratory
application on creative and logical thingking abilities of prospective teachers.
Asia-pasific forum on science learning and teaching journal, 10 (2), 1-13.
Redza Dwi Putra1 , Yudi Rinanto , Sri Dwiastuti , Irwan Irfa’i. Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada
Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran
2015/2016. Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol
13(1) 2016: 330-334.
Sani. 2014. Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
Aksaran.
25
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Susanto. 2013. Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar. Jakarta: PT Pustaka
Indonesia Press.
Smith. 2007. Inquiry-oriented Instruktion in science: who teach that way?. Proquest
Education Journal. 29 (3); 169-199.
Susanto, A. 2002. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Prenada Media Group.
Trianto Ibdu Badar al-Tabany. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif; Progesif, dan
Kontekstual. Jakarta: Prenamedia Group, 2014
Wulanningsih, Sri., Prayitno, B.A., dan Probosari, R.M. 2012. Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains
Ditunjukan dari Kemampuan Kemampuan Akademik Siswa SMA Negeri 5
Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi, volume 4, nomor 2,33-43.
Zuriyani, Elsi. 2010. Strategi pembelajaran inkuiry pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal of
Widiyaiswara BDK Palembang. Hal 11
26