Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Hamalik, (2015:3) mengatakan pendidikan adalah suatu proses dalam rangka

mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan

lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

memungkinkannya untuk berfungsi secara dekat dalam kehidupan masyarakat. Pengajar

bertugas untuk mangarajkan proses ini agar sasaran dari perubahan dapat dicapai

sebagaimana yang diinginkan untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran dari semua

pihak dalam proses pendidikan, baik dari pemerintah, pendidik, lingkungan masyarakat,

orang tua, dan anak didik itu sendiri.

Hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang diperoleh setelah kegiatan belajar

Nugraha, (2020). Hasil belajar merupakan output nilai yang berbentuk angka atau huruf

yang didapat siswa setelah menerima materi pembelajaran melalui sebuah tes atau ujian yang

disampaikan guru. Dari hasil belajar tersebut guru dapat menerima informasi seberapa jauh

siswa memahami materi yang dipelajari. Keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar

pada setiap siswa berbeda-beda. Hasil belajar dalam pembelajaran sangatlah penting dalam

keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajae mengajar dapat dilihat dari

hasil belajar siswa, karena dalam kegiatan belajar mengajar siswa mengalami proses belajar

mengajarnya sebagai proses perubahan yang terjadi dalam diri siswa akibat pengelaman yang

diperoleh siswa saat berinteraksi dengan lingkungannya.

Berdasarkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa kelas XI-XII masih jauh dari

kata memuaskan. Karena dalam proses belajar mengajar guru dikelas cenderung
menggunakan metode ceramah. Dalam pemilihan metode ceramah belum mampu

mendapatkan hasil belajar yang memuaskan, metode ceramah kurang menumbuhkan rasa

ketertarikan siswa yang mudah membuat siswa merasa jenuh dan bosan serta kurang mampu

membuat siswa turut aktif saat kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen tidak

melibatkan siswa langsung, karena saat guru memberikan penjelasan atau pertanyaan siswa

masuh terlihat pasif, kurang memperhatikan materi yang disampaikan hal ini akan

mengakibatkan metode yang digunakan kurang dapat terpenuhi atau tidak tercapai

sepenuhnya. Mengacu dari permasalahan ini, guru dimaksudkan harus mampu menyeleksi

metode pembelajaran yang akan digunakan dengan tepat dan sesuai.

Adapun permasalahan yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil

belajar Pendidikan Agama Kristen yang kurang memuaskan. Peneliti menemukan

permasalahan yaitu kurangnya hasil belajar siswa, siswa memiliki hasil belajar yang rendah

sulit memahami penjelasan guru sehingga pengetahuan siswa menjadi berkurang dalam

mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Siswa belum memiliki gambaran

tentang materi yang ingin disampaikan oleh guru, siswa sulit dalam mempraktekan atau

memperagakan suatu proses pembelajaran yang akan dilakukan siswa. Dengan demikian

permasalah ini jika dibiarkan dapat memberikan dampak yang serius bagi hasil belajar

pembelajaran Pendidikan Agama Kristen siswa SMA Isen Mulang Palangkaraya.

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang menjadi tujuan utama

adalah bagaimana nilai-nilai ajaran Kristen yang diajarkan dapat tertanam dalam diri siswa

sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang dilandasi dengan nilai-nilai ajaran Kristen

dalam kehidupan pribadinya, akan tetapi proses belajar di sekolah selama ini pada

kenyataannya siswa lebih berperan sebagai obyek dan guru berperan sebagai subyek, untuk
mencapai tujuan pembelajaran PAK pada diri siswa tentang nilai-nilai ajaran Kristen yang

diajarkan secara mudah serta adanya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga

siswa tidak merasa jenuh dan siswa mampu menerima materi pembelajaran dengan baik dan

mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.

Berdasarkan proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, Guru banyak

menggunakan metode ceramah dan kurang menggunakan metode-metode yang lain sehingga

kurang bervariasi dapat membuat siswa jenuh dalam belajar sehingga mengakibatkan hasil

belajar siswa tidak maksimal. Dengan permasalah tersebut maka dapat diambil solusi untuk

masalah diatas yaitu dengan menggunakan penerapan metode jigsaw karena dapat membuat

pembelajaran siswa dapat lebih maksimal siswa akan lebih aktif mengikuti proses

pembelajaran, siswa juga lebih dapat tertarik dan tidak bosan dalam mengukuti proses

pembelajaran, siswa dapat saling menerima kekurangan terhadap perbedaan tiap-tiap

individu, pemehaman siswa juga akan lebih mendalam, meningkatnya interaksi antar sesama

teman didalam kelas sehingga hasil belajar yang menjadi tujuan utama dalam pembelajaran

terpenuhi dengan baik atau memuaskan.

Oleh karena itu salah satu cara menjadikan pembelajaran aktif adalah melalui metode

yang bervariasi salah satunya ialah metode jigsaw yang dapat mempengaruhi hasil belajar

siswa SMA Isen Mulang Palangkaraya secara signifikan. Manfaat yang dapat diperoleh dari

metode jigsaw, antara lain adalah memacu siswa lebih berpikir kritis, siswa jadi lebih banyak

berinteraksi dengan teman-taman dikelas dengan bertukar pendapat mengenai tugas yang

didiskusikan, siswa lebih kreatif, meningkatkan keterampilan bicaranya siswa, siswa juga

menjadi lebih mandiri. Dengan proses metode jigsaw ini pengajaran menjadi semakin jelas,

mudah diingat dan dipahami, proses belajar lebih menarik dan mendorong keaktifan siswa
sehingga hasil belajar yang siswa capai akan jadi semakin maksimal. Maka di pilih judul dari

penelitian ini “Pengaruh Metode Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen

Siswa Kelas XI-XII Sekolah Menengah Atas Isen Mulang Palangka Raya”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah penerapan metode pembelajaran jigsaw memiliki pengaruh terhadap hasil belajar

siswa SMA Isen Mulang Palangkaraya?

2. Apakah penerapan metode pembelajaran jigsaw memiliki pengaruh yang lebih besar

terhadap hasil belajar siswa di SMA Isen Mulang Palangka Raya dari pada metode

ceramah?

C. Tujuan Penelitian

1. Menguji ada atau tidak adanya pengaruh penerapan metode pembelajaran jigsaw terhadap

hasil belajar siswa SMA Isen Mulang.

2. Membandingkan pengaruh penerapan metode pembelajaran jigsaw dan metode mengajar

ceramah terhadap hasil belajar siswa kelas SMA Isen Mulang.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu secara teoritis dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan pembelajaran bagi semua pihak di SMA Isen Mulang Palangka Raya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi guru untuk menerapkan

metode pembelajaran demontrasi demi meningkatnya hasil belajar siswa dalam

Pendidikan Agama Kristen di SMA Isen Mulang Palangka Raya.


b. Bagi Siswa

Meningkatnya keaktifan siswa dan lebih mudah mengingat terkait materi

pembelajaran dalam proses pembelajaran karena menggunakan metode pembelajaran

jigsaw yang membuat siswa lebih aktif dalam proses menyelesaikan suatu masalah.

c. Bagi sekolah

Meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama

Kristen di SMA Isen Mulang Palangka Raya.

d. Bagi peneliti

Memperkaya atau menambah wawasan dan ilmu pengetahuan pendidikan khususnya

dalam penerapan strategi pembelajaran.

E. Pembatasan masalah

Masalah dalam penelitian ini perlu dibatasi agar penelitian dapat terarah dan terfokus

secara cermat. Karena dalam penelitian ini, memungkinkan banyaknya permasalahan baru

yang muncul, maka penulis membatasi masalahnya yaitu:

1. Penelitian dilakukan terhadap guru Pendidikan Agama Kristen dan siswa-siswi yang

beragama Kristen

2. Metode yang digunakan adalah metode pembelajaran jigsaw pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Kristen.

3. Hasil belajar siswa dalam Pendidikan Agama Kristen aspek kognitif.

F. Alasan Pemilihan Judul

Alasan pemilihan judul adalah belum adanya penelitian sejenis yang pernah dilakukan

pada lokasi penelitian. Penelitian ini juga bagus untuk Siswa Sekolah Menengah Atas Isen

Mulang Palangkaraya dalam melaksanakan proses belajar mengajar dengan metode


pembelajaran jigsaw membantu siswa dalam memiliki rasa tanggungjawab atas tugas yang

diberikan, menerima materi dengan mudah dan lebih efektif dalam melaksanakan

pembelajaran, siswa juga lebih mendapatkan gambaran tentang apa yang ingin dikerjakan,

lebih mudah diingat dan dipahami, proses belajar mengajar lebih menarik sehingga apa yang

didengar dapat diterima dengan mudah oleh siswa-siswa tersebut sehingga hasil belajar yang

didapatkan juga menjadi maksimal.

G. Asumsi penelitian

Hasil belajar siswa hanya dipengaruhi oleh metode jigsaw sedangkan faktor-faktor

lainnya dianggap tidak mempengaruhi hasil belajar siswa secara signifikan.

H. Hipotesis

1. Hipotesis 1:

Ho : Metode pembelajaran jigsaw tidak memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa

Sekolah Menengah Atas Isen Mulang Palangka Raya.

H1 : Metode pembelajaran jigsaw memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa

Sekolah Menengah Atas Isen Mulang Palangka Raya.

2. Hipotesis 2:

Ho : Metode pembelajaran jigsaw memiliki pengaruh yang kecil atau sama dengan

metode ceramah terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Isen

Mulang Palangka Raya.

H1 : Metode pembelajaran jigsaw memiliki pengaruh yang lebih besar daripada

metode ceramah terhadap hasil belajar siswa di Sekolah Menengah Atas Isen

Mulang Palangka Raya.


I. Definisi istilah

Judul : Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Pendidikan

Agama Kristen Sekolah Menengah Atas Isen Mulang Palangka Raya.

1. Metode pembelajaran jigsaw adalah suatu variasi model pembelajaran kooperatif yang

terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok, yang bertanggung jawab atas

penguasaan bagian materi belajar, dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada

anggota lain dalam kelompoknya.

2. Hasil belajar siswa kompetensi atau kemampuan tertentu yang dicapai oleh siswa setelah

mengikuti proses belajar mengajar dan meliputi keterampilan kognitif, efektif, maupun

psikomotor.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Metode Pembelajaran Jigsaw

1. Pengertian Metode Pembelajaran Jigsaw

Sudrajat (2010) menjelaskan bahwa metode pembelajaran Jigsaw adalah suatu

tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan

materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Zaini (2008) menjelaskan bahwa metode pembelajaran Jigsaw merupakan strategi

yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi

beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian.

Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar

dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.

Sudrajat (2008) menjelaskan bahwa metode pembelajaran Jigsaw adalah suatu

tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan

materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Melalui interaksi belajar

yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi

berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Metode

pembelajaran jigsaw memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada

tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.


2. Fungsi Metode Pembelajaran Jigsaw

Nurhadi (2004) menyatakan bahwa metode jigsaw berfungsi:

a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa dalam pembelajaran yang ingin

dicapai disampaiakan pada siswa sekaligus memotivasi siswa untuk belajar.

b. Menyajikan informasi, informasi yang ingin disampaiakan dapat disajikan

kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bacaan.

c. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi dari metode

jigsaw untuk memotifasi siswa untuk belajar, menyajikan informasi melalui

demontrasi, dan mengoragnisasikan siswa dalam kelompok-kelompok.

3. Komponen-Komponen Metode Pembelajaran Jigsaw

Wina Sanjaya (2010) menyebutkan bahwa terdapat 4 faktor yang

mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran yaitu:

a. Guru, yang merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi

suatu strategi pembelajaran

b. Siswa, merupakan organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap

perkembangannya yang dipengaruhi pupil formative experiences dan pupil

properties.

c. Sarana dan prasana, misalnya media pembelajaran, perlengkapan sekolah, jalan

menuju sekolah, kamar kecil dan lain-lain.

d. Faktor Lingkungan, yang terdiri dari organisasi kelas dan iklim sosial- psikologis.
Berdasarkan komponen-komponen di atas dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran jigsaw memiliki pengaruh dalam melaksanakan metode pembelajaran

jigsaw dalam proses belajar mengajar.

4. Langkah-langkah Metode Jigsaw

Menurut Wena (2009) langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:

a. Pembentukan kelompok asal. Kelompok asal terdiri dari empat sampai enam

siswa dengan kemampuan yang heterogen. Tiap siswa dalam satu kelompok

diberi bagian materi yang berbeda.

b. Pembelajaran pada kelompok asal. Anggota dari kelompok asal mempelajari

bagian atau sub materi yang akan menjadi keahliannya, kemudian masing-

masing mengerjakan tugas secara individu.

c. Pembentukan kelompok ahli. Ketua kelompok asal membagi tugas kepada

masing-masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu sub-materi

pelajaran. Kemudian masing-masing ahli sub-materi yang sama dari

kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut

kelompok ahli.

d. Diskusi kelompok ahli. Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling

berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap

anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa

yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut

sub-materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.


e. Diskusi kelompok asal. Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal

masing-masing. Kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan

menjawab pertanyaan mengenai sub-materi pelajaran yang menjadi

keahliannya kepada anggota kelompok asal yang lain. Ini berlangsung secara

bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapat giliran.

f. Diskusi kelas. Guru memandu diskusi kelas membicarakan konsep-konsep

penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru

berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.

g. Pemberian kuis. Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh

masing-masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh

jumlah nilai kelompok dan kemudian dibagi menurut jumlah kelompok.

h. Pemberian penghargaan kelompok. Kelompok yang memperoleh jumlah nilai

tertinggi diberikan penghargaan berupa piagam dan bonus nilai. Skor ini

dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok,

yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota

kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok.

5. Kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran jigsaw

Menurut Usman (2002) kelebihan dan kekurangan model pembelajaran tipe

Jigsaw adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan Metode Jigsaw

Kelebihan atau keunggulan metode Jigsaw antara lain yaitu:

1). Hasil belajar lebih sempurna bila dibandingkan dengan belajar secara individu.
2). Pendapat yang dituangkan secara bersama lebih meyakinkan dan lebih kuat

dibandingkan pendapat perorangan.

3). Kerja sama yang dilakukan oleh peserta didik dapat mengikat tali persatuan.

4). Tanggung jawab bersama dan rasa memiliki (sense belonging) dan

menghilangkan egoisme.

b. Kekurangan Metode Jigsaw

Kekurangan atau kelemahan metode Jigsaw antara lain yaitu:

1). Metode ini memerlukan persiapan-persiapan yang lebih rumit daripada metode

lain sehingga memerlukan dedikasi yang lebih tinggi dari pihak pendidik.

2). Apabila terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan dan tugas akan lebih

buruk.

3). Peserta didik yang malas, memperoleh kesempatan untuk tetap pasif dalam

kelompok itu dan kemungkinan besar akan mempengaruhi anggota lainnya.

Setelah melihat dari sisi kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran jigsaw,

maka dapat disimpulkan bahwasanya menggunakan metode jigsaw juga tidak semuanya ada

sisi kelebihannya tetapi juga ada sisi kelemahanya, baik dalam menentukan waktu, tempat,

persiapan awal yang matang, faktor internal dan ekternal dari siswa, semua itu harus kita

perhatikan tidak bisa menentukan hari ini harus pembelajaran menggunakan metode jigsaw,

tetapi juga harus memperhatikan kondisi dan situasi dalam belajar.

B. Hasil Belajar Siswa

1. Pengertian hasil belajar siswa

Menurut Sudjana, (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

peserta didik setelah ia menerima pengelaman belajarnya. Hasil belajar terbagi


menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor. Ketige

ranh tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah

kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan

dengan kemampuan para peserta didik dalam mengusai isi bahan pengajaran.

Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan, namun proses mental

yang terjadi dalam diri seseorang. Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi

terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Dari beberapa pengertian belajar

di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku

yang dilakukan oleh individu sehingga adanya penambahan ilmu pengetahuan,

ketrampilan, sikap sebagai rangkaian kegiatan menuju perkembangan pribadi

manusia seutuhnya. Hasil belajar adalah hasil pembelajaran dari suatu individu

tersebut berinteraksi secara aktif dan positif dengan lingkungannya. Menurut Hamalik

hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku

pada orang tersebut.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

preatasi yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa

suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, secara garis besar, ada dua yaitu

faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam

diri atau sudah ada dalam diri siswa itu sendiri Ihsana, (2017:33). Adapun faktor

internal yang disebut yaitu :

a. Keadaan fisik atau jasmani siswa


Adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran. Misalnya, posisi

tempat duduk seorang siswa yang memiliki gangguan kesehatan mata minus

maupun silinder amat menentukan proses dan hasil belajar siswa tersebut. Tanpa

bantuan kaca mata, siswa dengan gangguan kesehatan mata akan kesulitan

mengikuti pembelajaran, terutama ketika guru harus menggunakan papan tulis di

depan kelas.

b. Kecerdasan atau inteligensi siswa

Tingkat kecerdasan atau inteligensi seseorang dapat diukur melalui tes IQ. Guru

Pintar tentu tahu, hasil tes IQ setiap siswa pasti berbeda-beda. Tentu saja, secara

umum, siswa dengan tingkat inteligensi yang tinggi lebih mudah mengikuti proses

pembelajaran di kelas dan biasanya mampu menunjukkan hasil belajar yang baik.

Akan tetapi, ada baiknya kita memandang dengan lebih luas mengenai dampak

kecerdasan pada proses dan hasil belajar.

c. Bakat minat dan motivasi siswa

Bakat dan minat individu setiap siswa adalah pembahasan yang tak bisa

sepenuhnya dipisahkan dari Kecerdasan Majemuk. Siswa dengan kecerdasan

logis-matematis yang kuat, misalnya, cenderung lebih mudah memahami materi

pelajaran Pendidikan Agama Krsiten. Semakin mudah ia memahami materi

pelajaran, biasanya semakin besar pula semangat dan motivasinya untuk belajar.

Sementara itu, siswa dengan kecerdasan musikal yang menonjol mungkin kurang

tertarik dengan pelajaran Matematika. Hal-hal seperti ini merupakan faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa.


Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Adapun faktor

eksternal yang dimaksud yaitu :

a. Sekolah

Kita sebagai guru yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar di

kelas merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar

siswa. Terlepas dari kurikulumnya, metode pembelajaran yang kita terapkan

di kelas turut mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Selain guru,

fasilitas yang ada di sekolah juga menjadi bagian dari faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar.

a. Keluarga

Peran orang tua dalam kesuksesan proses dan hasil belajar tak dapat

dielakkan. Siswa yang tumbuh dalam keluarga dengan kesadaran belajar yang

tinggi memiliki peluang untuk lebih sukses dalam proses belajarnya. Hasil

belajar siswa tersebut juga cenderung lebih baik daripada hasil belajar siswa

dari keluarga yang kurang mendukung pentingnya proses belajar.

b. Sosial masyarakat

Kultur sosial masyarakat di suatu tempat tentu mempengaruhi generasi

mudanya. Masyarakat yang dekat dengan buku, misalnya, menumbuhkan

anak-anak yang gemar membaca.

Jadi kesimpulannya, hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh factor-

faktor yang datang dari dalam diri siswa (internal) factor yang datang dari luar

diri siswa (eksternal), kedua fatktor tersebut selalu berkaitan sehingga telah

menjadi satu kesatuan yang kompleks.


3. Aspek-aspek Hasil Belajar

Menurut Benjamin S. Bloom dkk. (1956), aspek hasil belajar dapat dikelompokan

ke dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap domain disusun

menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan

hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan

mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak, yakni:

1. Domain/Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Domain

Ranah kognitif ini terdiri atas:

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari

dan tesimpan dalam ingatan. Pengetahuan berkenaan dengan fakta, peristiwa,

pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.

b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal

yang dipelajari.

c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk

menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya siswa menerapkan apa

yang dipahami.

d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-

bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik.

e. Sintesis, mencakup kemampuan membantu suatu pola baru.

f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal

berdasarkan criteria tertentu

2. Ranah afektif
Ranah afektif adalah internalisasi sikap yang menunjukan kearah

pertumbuhan batiniyah dan terjadi bila peserta didik sadar tentang nilai yang

diterima kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam

membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Hasil belajar afektif dibagi

menjadi lima tingkat yaitu:

a. Penerimaan, yang mencakup tentang hal tertentu dan kesediaan

memperhatikan hal tersebut.

b. Partisipasi, yang mencakup kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi

dalam suatu kegiatan. Misalnya siswa tidak mencontek waktu ujian

berlangsung meskipun tidak ada pengawas.

c. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima pendapat orang

lain.

d. Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk sistem nilai sebagai

pedoman dan pegangan hidup.

e. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai

dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya siswa

dapat mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang positif.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)

atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar

tertentu. Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Hasil belajar ini sebenarnya merupakan

kelanjutan dari hasil belajar kognitif, afektif. Hal ini bisa dilihat apabila peserta
didik telah menunjukan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna

yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya. Maka wujud nyata

dari hasil belajar psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar

kognitif dan afektif itu adalah:

a. Persepsi, mencakup memilah-milah (mendeskriminasikan) hal-hal yang khas

dan menyadari adanya perbedaan khas tersebut.

b. Kesiapan, yang mencakup kemampuan menempatkan diri dalam keadaan

dimana akan tejadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan, kemampuan ini

mencakup jasmani dan rohani.

c. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh

atau gerakan peniruan.

d. Gerakan terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa

contoh.

e. Gerakan komplek, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau

keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar dan tepat.

f. Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan menyesuaikan gerak-

gerik dengan persyaratan yang berlaku.

g. Kreatifitas, mencakup kemampuan malahirkan pola gerak-gerik yang baru

atas dasar prakarsa sendiri.

Jadi dapat disimpulan bahwa terdapat banyak aspek hasil belajar. Setiap

jenjang disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang

sederhana sampai dengan hal yang kompleks.

4. Pengukuran Hasil Belajar


Pengukuran diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada

hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau sesuatu

yang lain Pengukuran hasil belajar adalah suatu kegiatan atau proses untuk

membandingkan atau menentukan kuantitas sesuatu dengan sesuatu lainnya. Kata

sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, papan

tulis,dan lain-lain. Implikasinya adalah jika kita ingin mengukur hasil belajar

murid, maka kita harus mempergunakan alat pengukur hasil belajar murid

(dengan cara interview, observasi, pemberian tugas, ulangan atau ujian dengan

mempergunakan tes atau nontes). Pengukuran tidak melibatkan pertimbangan

mengenai baik-buruknya, tidak menentukan siapa yang lulus dan tidak lulus. Pada

dasarnya kegiatan menguku ini lebih mengarah kepada kuantitatif. Dengan

demikian, pengukuran hasil belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan

membandingkan suatu objek (hasil belajar) dengan skala ukuran yang ditetapkan

oleh pengukur .

Fungsi pengukuran hasil belajar menurut Syah, (2014) adalah sebagai

berikut:

a. Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun

waktu dan proses tertentu.

b. Mengetahui posisi atau kedudukan seseorang dalam kelompok kelasnya.

c. Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hasil yang baik

pada umumnya menunjukkan tingkat usaha yang efisien.

d. Untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitif

(kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.


e. Untuk mengetahui tingkat dan hasil metode mengajar yang digunakan dalam

proses belajar mengajar.

C. Pengaruh Penerapan Metode Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Siswa

Menurut Rosyidah (2016) bahwa pemberian perlakuan metode pembelajaran jigsaw

dapat berpengaruh kepada hasil belajar siswa yaitu untuk melatih siswa untuk berpikir

aktif dan mendorong siswa untuk selalu melakukan persiapan sebelum pembelajaran

dilakukan. Berdasarkan hal tersebut bahwa dapat diketahui hasil belajar siswa yang

mendapat perilaku penerapam metode jigsaw dalam pembelajaran lebih tinggi dari pada

hasil belakar siswa yang menggunakan metode ceramah hal ini menunjukkan bahwa

dengan diterapkannya metode pembelajaran jigsaw pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Kristen dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa SMA Isen Mulang Palangka

Raya.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian

Menurut Sugiyono (2017) penelitian kuantitatif merupakan "Metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat

kuantutatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan".

B. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut

Sugiono (2013:17) Penelitian eksperimen adalah penelitian yang berarti metode penelitian

untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan adalah di SMA Isen Mulang Palangka Raya yang berada di

jl. Kartini Palangka Raya.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dalam waktu 5 (lima) bulan dari bulan Agustus hingga Desember 2023

dengan tahapan sebagai berikut:

No Langkah Penelitian Waktu

1. Observai awal 1 minggu

2. Membuat RRP eksperimen 2 minggu

3. Merancang instrument 3 minggu

4. Uji validitas dan reliabilitas insterumen 1 minggu

5. Pre-test 1 minggu
6. Menjalankan eksperimen 4 minggu

7. Post-test 1 minggu

8. Analisis data 3 minggu

9. Pembuatan laporan 4 minggu

E. Sumber Data Penelitian

1. Populasi

Populasi Menurut (Suguiono 2019:126) menjelaskan bahwa populasi adalah suatu

wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil

kesimpulannya.dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMA Isen Mulang

Palangka Raya, Jl. Kartini yang berjumlah 125 orang siswa.

2. Sampel

Menurut Siyoto dan Sodik (2015), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang

diambil menurut prosedur tartentu sehingga dapat mewakili populasinya. Sampel dalam

penelitian ini terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol adalah 7A

yang tidak diberikan perlakuan baru dan tetap menggunakan metode ceramah

sebagaimana yang dilakukan di kelas tersebut selama ini. Sedangkan yang menjadi kelas

eksperimen adalah kelas 7B yang mendapatkan perlakukaan baru yaitu menggunakan

metode demonstrasi. Adapun jumlah sampel yang ada dikelas kontrol yaitu 20 orang dan

jumlah dan jumlah sampel yang ad dikelas eksperimen adalah 20 orang. Pengambilan

sampel dilakukan dengan cara random sampling yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen

diambil secara random dari 6 kelas yang ada di Sekolah Menengah Atas Isen Mulang

Palangka Raya.
F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data

kuantitatif sebagai berikut:

1. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat latihan serta alat yang digunakan

dalam pengambilan data kuantitatif untuk variabel bebas hasil belajar siswa SMA Isen

Mulang Palangka Raya pada Pendidikan Agama Kristen. Butir soal tes disusun dalam

bentuk soal pilihan ganda berdasarkan indikator terhadap hasil belajar siswa pada

pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Butir soal tes akan diuji validitas dan

reliabilitas dengan menggunkan analisis butir soal (item analisys). Butir soal yang tidak

memenuhi syarat akan digugur/dihapus.

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah statistik bertujuan untuk mengumpulkan, mengolah,

dan menganalisis data sehingga dapat disajikan dalam tampilan yang lebih baik

(Ghozali,2016).

Analisis statistik deskrptif dalam penelitian ini akan menggambarkan nilai rata-rata

(mean), nilai maksimum, nilai minimum serta kategori dari pemahaman pengaruh metode

pembelajaran demontrasi terhadap siswa Sekolah Menengah Atas Isen Mulang Palangka

Raya pada pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.

2. Analisis Statistik Inferensial


Analisis statistik inferensial digunakan untuk menarik kesimpulan atau generalisasi

dari hasil penelitian. Adapun analisis statistik inferensial yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis t-tes analysis yang digunakan untuk membandingkan hasil

belajar siswa dengan menggunakan penerapan metode demonstras dengan hasil belajar

siswa yang menggunakan model pembelajaran ceramah

DAFTAR PUSTAKA
Ade, Sanjaya. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Askara.
Adi Nugraha,Sobron., Titik Sudiatmi., Mediawati Suswandari.2020. Studi
Pengaruh Daring Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas
IV.Jurnal Inovasi Penelitian. Vol.1
Blomm, Benjamin S., etc. 1956. Taxonomy of Education Objectives : The Classification of
Educational Gools, Handbook I Cognitive Domain. New York : Longmans, Green and
Co.
Ecce, E. (2018). Pengaruh Penggunaan Metode Demontrasi Terhadap Hasil Belajar Peserta
Didik Di Kelas Vii Pada Pembelajaran Fiqih Di Mtsn Model Palopo (Doctoral
dissertation, Institut Agama Islam Negeri Palopo).
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8).
Cetakan ke VII. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar (2015). Kurikulum dan Pembelajaran. Jalarta: Bumi Askara.
Irma Listianti, Pengaruh Metode Pembelajaran Demontrasi Terhadap Hasil Belajar
Siswa.Jakarta:2014
Ihsana, 2017. Belajar dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyono. 2012. Strategi Pembelajaran. Malang UIN Maliki Press.
Nugraha, 2020.Hasil Belajar Kelas IV.Jurnal Inovasi Penelitian.
Pardede, M. (2022). Pengaruh Metode Demonstrasi Terhadap Hasil Belajar siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Kristen. Jurnal Pendidikan Religius, 4(1), 29-42.
Rusman. 2013. Model-model pembelajaran. Jakarta:Rajagrafindo
Rifai, R. (2017). Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan
Agama Kristen Materi Pembelajaran Sakramen Perjamuan Kudus VIII SMP Negeri 17
Surakarta, Tahun 2015/2016. DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, 1(2),
171-191.
Sugiono. 2013. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.
Sudjana , Nana. 2006. Penilaian hasil belajar proses belajar mengajar: Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sudrajat, Ahmad. 2010. Cooperative Learning Teknik Jigsaw. Online:
akhmadsudrajat.wordpress.com.
khmad, Sudrajat. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik dan
Model Pembelajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:PT. Remaja
Rosdakarya.
Syah, Muhibudin. 2002. Psikolog Pendidikan Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosda Karya
Siyoto dan Sodik. Dasar metode metodologi penelitian. Yogjakarta : Media publhising.
Usman, Basirudin. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press.
Wena, Made.2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kotemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group
Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Center for Teaching Staff

Development.

Anda mungkin juga menyukai