Anda di halaman 1dari 13

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) KELUARGA BERENCANA

PUSKESMAS KONTTRASEPSI PEMASANGAN IMPLANT


NO DOKUMEN : NO REVISI : HALAMAN :
1
PROSEDUR TETAP TANGGAL TERBIT : DI TETAPKAN OLEH :
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten TTS

Dr. Hosianni In Rantau.M.Kes


NIP.19620106 198812 2 002

PENGERTIAN KB Implant adalah :


1. Jenis implant yaitu norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut
berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm,
yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5
tahun dan Implanon terdiri dari satu batang putih lentur
dengan panjang kira kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi
dengan 68 mg 3-keto- desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun
serta jadena dan indoplant terdiri dari 2 batang yangt diisi
dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
2. Cara kerja kontrasepsi implant lender serviks menjadi kental,
mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjasi implantasi, mengurangi transportasi sperma serta
menekan ovulasi.

TUJUAN 1. Menekan ovulasi


2. Membuat lender serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu
3. Membuat perubahan pada endometrium sehingga tidak terjadi
kehamilan.
4. Mengurangi transportasi sperma

KEBIJAKAN  Kepmenkes. No.128 Thn 2004 Tentang Kebijakan Dasar


Puskesmas
 Kepmenkes. No 836 Tahun 2005 Tentang Pedoman
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
 UU No. 52 Tahun 2009 mengenai perkembangan kependudukan
dan Pembangunan Keluarga.
Pasal 21-29
Hak dan kewajiban dalam program keluarga berencana.
 UU Kes. No. 36 Tahun 2009
Pasal 5 (ayat 2):
Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh Pel.Kes yg aman,
bermutu dan terjangkau
Pasal 24 (ayat 1):
Tenaga kes. Sebagaimana yg dimaksud dlm pasal 23 HARUS
memenuhi ketentuan kode etik, standar Profesi, standar
pelayanan, SOP
Pasal 73
Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan
sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu dan
terjangkau masyarakat, termasuk keluarga berencana.
 UU Pelayanan Publik. No. 25 Tahun 2009.
Pasal 15 (poin a & f):
a. Penyelenggara berkewajiban untuk menyusun Standar
Pelayanan

f. Melaksanakan pelayanan sesuai dgn Standar Pelayanan


Pasal 20 (ayat 1 & 3):
1. Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan
Standar Pelayanan dgn memperhatikan kemampuan
penyelenggara, kebutuhan masyarakat dan kondisi
lingkungan
3. Penyelenggara berkewajiban menerapkan standar pelayanan
sebagaimana yg dimaksud pada ayat (1).
 UU Praktik Kedokteran No.29/2004 pada kondisi tidak
tersedia tenaga medis bidan dan perawat dapat
memberikan pertolongan medis dengan mengikuti petunjuk
teknis penanggulangan kegawatdaruratan sederhana.
 Permenkes RI No 1464/2010 tentang praktek bidan (pasal
10 dan 11) bidan berwenang memberikan penanganan
kegawatdaruratan pada pelayanan kesehatan ibu dan anak
yang dilanjutkan dengan perujukan.
 Peraturan Gubernur NTT Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Revolusi Kesehatan
1. Instruksi Bupati Timor Tengah Selatan Nomor
Bap.025.1/III/237/06/2010 tentang Pelaksanaan Revolusi KIA
dalam rangka percepatan penurunan angka kematian dan angka
kematian Bayi di Kabupaten TTSUUD No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan
2. SK Menkes 1333 Th. 1999 tentang Penetapan standar Pelayanan
Rumah sakit
PERSIAPAN I. LINGKUNGAN YANG BERSIH DAN AMAN
II. PETUGAS
1. Sikap
2. Pengetahuan
3. Ketrampilan

III.LINGKUNGAN
Pastikan calon akseptor keluarga berencana dalam keadaan Nyaman

IV.ALAT
 Status pasien/kartu ibu
 Alat tulis
 Buku registerKB /kohort KB
 Format Inform Consent
 Kartu Jaminan(KTP,Jamkesmas,SKTM)
 Doek berlubang steril
 Implant zet
 Skalpel no 11 atau 15
 Trokar dan pendorong
 Betadin dalam tempatnya
 Kasa steril dalam tempatnya
 Band aid
 Plester
 Perban
 Gunting
 Lidocain inj
 Aguadest
 Epinefrrin untuk renjatan anafilaktik
 Klem penjepit atau forsep mosquito
 Bak instrument bertutup
 Spuit 1 cc/ 2,5 cc
 Kapas Alkohol
 Bengkok
 Sarung tangan
 Larutan klorin dalam tempatnya.

PELAKSANA Dokter ,Bidan, Perawat yang terlatih


PROSEDUR TETAP 1. Menyambut ibu dan pendamping ibu dengan sopan dan ramah serta
mempersilahkan untuk duduk
2. Memberikan penjelasan pada ibu / suami tentang
keuntungan, kerugian, cara kerja, cara pemasangan serta efek
samping dari kontrasepsi implant
3. Bila akseptor baru atau alih cara pastikan klien mengambil
keputusan sendiri.
4. Informed Concent
5. Memastikan bahwa ibu cocok atau masih cocok dan
memenuhi syarat untuk menggunakan kb implant dan
pastikan klien sedang minum obat yang dapat m,enurunkan
efektifitas implant, sudah mendapat anestesi local
sebelumnya dan alergi terhadap obat anestesi local atau jenis
lainnya.
6. Melakukan pemeriksaan meliputi timbang BB, ukur tanda
vital, lakukan pemeriksaan fisik serta memastikan lengan klien
yang akan dipasang implant adalah lengan yang tidak aktif
dipakai bekerja.
7. Mempersiapkan alat dan bahan, pastikan tanggal kadaluarsa.
8. Mempersilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun
dan air mengalir serta membilasnya.
9. Meminta ibu untuk berbaring dan menyangka lengan yang
akan dipasang implant untuk memudahkan pemasangan.
10. Menentukan tempat pemasangan yang optimal, 8 cm di atas
lipatan siku
11. Menyiapkan tempat alat lat dan membuka bungkus steril
tanpa menyentuh alat alat didalamnya.
12. Membuka dengan hati hati kemasan steril implant.
13. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
14. Mengatur alat dan bahan sehingga mudah dicapai
15. Memberitahu ibu tindakan akan segera dilakukan agar ibu
rileks
16. Mempersiapkan tempat insisi dan meminta ibu membebaskan
pakaian pada tempat insisi. Desinfeksi tempt dengan larutan
antiseptic dengan memakai klem , mulai mengusap dari
tempat yang akan diinsisi kearah luar dengan gerakan
melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering
17. Melakukan komunikasi dengan klien secara aktif agar klien
rileks.
18. Memasang doek steril ditempat pemasangan implant pastikan
lubang harus cukup lebar untuk tempat pemasangan
19. Menarik obat anestesi 3 ml dari ampul dengan spuit 3 cc
20. Memberitahu ibu akan dilakukan tindakan suntik
21. Memasukkan jarum tepat dibawah kulit pada tempat insisi
kemudian aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk
kedalam pembuluh darah. Suntikan sedikit obat anastesi
untuk membuat gelembung kecil dibawah kulit.Kemudian
tanpa memidahkan jarum masukkan kebawah kulit sekitar 4
cm, hal ini akan membuat kulit dermi9s terangkat dari jaringan
lunak dibawahnya.kemudian tarik jarum pelan pelan sehingga
membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anestesi
sebanyak 1 ml diantara tempat yang akan dipasang kapsul.
22. Menyimpan spuit didalam baki
23. Memastikan obat anestesi sudah bekerja dengan menyentuh
tempat insisi dengan jarum atau skapel, bila ibu tidak rasa
sakit dilnjutkan dengan insisi tempat pemasangan
24. Memegang skapel dengan sudut 45o, buat insisi dangkal untuk
sekedar menembus kulit.
25. Mengambil trokar dan plunger. Ingat kegunaan ke 2 tanda
pada trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam
menghadap keatas. Ada 2 tanda pada trokar, tanda 1 dekat
pangkal menunjukkan batas trokar dimasukkan di bawah kulit
sebelum memasukkan setiap kapsul. Tanda ke 2 dekat ujung
menunjukkan batas trokar yang harus tetap di bawah kulit
setelah memasang setiap kapsul
26. Memasukkan trokar dengan ujung yang tajam menghadap
keatas dan pendorong didalamnya masukkan ujung trokar
melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau
kianan dengan pola seperti kipas, gerakkan trokar ke depan
dan berhenti saat5 ujung tajam seluruhnya berada dibawah
kulit ( memasukkan trokar jangan dengan paksaan bila ada
tahanan coba dari sudut lain).
27. Mengangkat trokar sedikit keatas sehingga kulit terangkat.
Masukkan trokar perlahan lahan dan hati hati kearah tanda (1)
dekat pangkat
28. Saat trokar masuk sampai tanda (1) cabut pendorong
29. Memasukkan kapsul pertama ke dalam trokar gunakan ibu jari
dan jari telunjuk atau pinset atau klem untuk mengambil
kapsul dan memasukkan ke dalam trokar, selanjutnya
mendorong kapsul masuk kedalam trokar dan masukkan
kembali pendorong. Untuk mendorong kapsul kearah ujung
trokar, pegang pendorong dengan erat sambil ujung jari
telunjuk menahan kapsul, selanjutnya tarik perlahan lahan
tabung kerah luka insisi sampai tanda 2 muncul didepan luka\
insisi.Saat pangkal trokr menyentuh pegangan pendorong,
raba ujung kapsul sudah keluar seluruhnya dari trokar.
30. Memutar ujung trokar kearah lateral kanan dan kembali lagi
ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama
bebas.Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 drajat untuk
memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah
trokar menusuk kapsul sebelumnya.
31. Bila tanda 1 sudah tercapai masukkan kapsul berikutnya
kedalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya. Untuk
mengurangi resiko infeksi dan ekspulsi pastikan bahwa ujung
kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
32. Mencabut trokar dimana sebelumnya meraba kapsul untuk
memastikan semua kapsul terpasang baik.
33. Mengeluarkan trokar secara perlahan lahan menekan tempat
insisi dengan jari menggunakan kasa betadin selama 1 menit
untuk menghentikan perdarahan.
34. Membersihkan tempat pemasangan dengan kasa antiseptic.
35. Menutup luka insisi dengan mempertemukan kedua tepi luka
insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kasa steril
( Luka insisi tidak perlu dijahit).
36. Memeriksa adanya perdarahan serta menutup daerah
pemasangan dengan pembalut untuk mengurangi memar.
37. Menyampaikan pada klien bahwa tindakan pemasangan sudah
selesai dan mempersilahkan duduk.
38. Membereskan alat-alat
39. Merendam dalam larutan klorin selama 10 menit selanjutnya
dibersihkan
40. Membuka sarung tangan, merendam dalam klorin dan
mencuci tangan.
41. Memberi petunjuk cara perawatan dirumah serta hal hal yang
harus diperhatikan pasca pemasangan implant.
42. Memberi pengobatan yang sesuai untuk infeksi local
43. Membuat kesepakatan untuk kunjungan ulang
44. Mengucapkan terimakasih atas kunjungan ibu
45. Melakukan dokumentasi

UNIT TERKAIT  Poli Umum


 Apotik

Sumber 1. Anonim, 2008 Peraturan Mentri Kesehatan RI No


290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
2. Permenkes 1464/2010 tentang praktek dan kewenangan bidan
3. Sarwono Prawirohardjo, JNPKR/FOGI,BKKBN,Depkes dan
JHPIEGO/STARHA, 2006, Buku Panduan Praktis Kontarasepsi Edisi 2
4. ______, 2006 Buku Panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi,Edisi 2

5. _____, 2011 Promosi Konseling kesehatan Reproduksi, Jakarta


6. Ketrampilan dan prosedur keperawatan Dasar 2003
7. Standar Operasional Pelayanan Puskesmas dan RS Tahun
2011
8. ______2007, Penanggulangan Kegawatdaruratan Sehari-hari dan
Bencana dalam kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan
Poskesdes,Jakarta:Depkes RI.
9. ______1994, pedoman KB IBI,Jakarta
10. ______2005 Modul Pelatihan ABPK dalam KIP/K Keluarga Berencana
bagi provider..
11. Prof.dr Ida Bagus Gde Manuaba,DSOG,2010 Ilmu kebidanan,
Penyakit kandungan dan Keluarga berencana.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) KEBIDANAN KONTRASEPSI


IMPLANT

PUSKESMAS PENCABUTAN IMPLANT


NO DOKUMEN : NO REVISI : HALAMAN :
1
PROSEDUR TETAP TANGGAL TERBIT : DI TETAPKAN OLEH :
Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten TTS

Dr. Hosianni In Rantau.M.Kes


NIP.19620106 198812 2 002

PENGERTIAN Pencabutan Implant adalah :


1. Pengeluaran kapsul implant dengan metode pencabutan untuk
implant sama hanya berbeda pada jumlah kapsul yang
terpasang.
2. Metode pencabutan yang dsigunakan adalah standar dengan
menggunakan klem mosquito atau crile untuk menmjepit
kapsul.
TUJUAN 1. Mengeluarkan kapsul yang masa pemakaian sudah selesai
2. Meenghindari terjadinya komplikasi lainnya.
3. Klien nyaman.
KEBIJAKAN  Kepmenkes. No.128 Thn 2004 Tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas
 Kepmenkes. No 836 Tahun 2005 Tentang Pedoman
Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan
 UU No. 52 Tahun 2009 mengenai perkembangan kependudukan
dan Pembangunan Keluarga.
Pasal 21-29
Hak dan kewajiban dalam program keluarga berencana.
 UU Kes. No. 36 Tahun 2009
Pasal 5 (ayat 2):
Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh Pel.Kes yg aman,
bermutu dan terjangkau
Pasal 24 (ayat 1):
Tenaga kes. Sebagaimana yg dimaksud dlm pasal 23 HARUS
memenuhi ketentuan kode etik, standar Profesi, standar
pelayanan, SOP
Pasal 73
Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan
sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu dan
terjangkau masyarakat, termasuk keluarga berencana.
 UU Pelayanan Publik. No. 25 Tahun 2009.
Pasal 15 (poin a & f):
a. Penyelenggara berkewajiban untuk menyusun Standar
Pelayanan

f. Melaksanakan pelayanan sesuai dgn Standar Pelayanan


Pasal 20 (ayat 1 & 3):
1. Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan
Standar Pelayanan dgn memperhatikan kemampuan
penyelenggara, kebutuhan masyarakat dan kondisi
lingkungan
3. Penyelenggara berkewajiban menerapkan standar pelayanan
sebagaimana yg dimaksud pada ayat (1).
 UU Praktik Kedokteran No.29/2004 pada kondisi tidak
tersedia tenaga medis bidan dan perawat dapat
memberikan pertolongan medis dengan mengikuti petunjuk
teknis penanggulangan kegawatdaruratan sederhana.
 Permenkes RI No 1464/2010 tentang praktek bidan (pasal
10 dan 11) bidan berwenang memberikan penanganan
kegawatdaruratan pada pelayanan kesehatan ibu dan anak
yang dilanjutkan dengan perujukan.
 Peraturan Gubernur NTT Nomor 42 Tahun 2009 tentang
Revolusi Kesehatan
3. Instruksi Bupati Timor Tengah Selatan Nomor
Bap.025.1/III/237/06/2010 tentang Pelaksanaan Revolusi KIA
dalam rangka percepatan penurunan angka kematian dan angka
kematian Bayi di Kabupaten TTSUUD No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan
4. SK Menkes 1333 Th. 1999 tentang Penetapan standar Pelayanan
Rumah sakit
PERSIAPAN I. LINGKUNGAN YANG BERSIH DAN AMAN
II. PETUGAS
1. Sikap
2. Pengetahuan
3. Ketrampilan

III.LINGKUNGAN
Pastikan calon akseptor keluarga berencana dalam keadaan Nyaman

IV.ALAT
 Status pasien/kartu ibu
 Buku KIA
 Alat tulis
 Buku registerKB /kohort KB
 Format Inform Consent
 Kartu Jaminan(KTP,Jamkesmas,SKTM)
 Doek berlubang steril
 Skalpel no 11 atau 15
 Betadin dalam tempatnya
 Kasa steril dalam tempatnya
 Plester
 Perban
 Gunting
 Lidocain inj
 Aguadest
 Epinefrrin untuk renjatan anafilaktik
 Klem penjepit atau forsep mosquito
 Bak instrument bertutup
 Spuit 3 cc
 Kapas Alkohol
 Bengkok
 Sarung tangan
 Larutan klorin dalam tempatnya.

PELAKSANA Dokter ,Bidan, Perawat yang terlatih


PROSEDUR TETAP 1. Menyambut ibu dan pendamping ibu dengan sopan dan ramah serta
mempersilahkan untuk duduk
2. Memberikan penjelasan pada ibu / suami tentang proses
pencabutan dan perawatan pasca pencabutan
3. Informed Concent

4. Memastikan bahwa kapsul tertnam baik dan bisa dicabut dan


apakah klien sudah mendapat anestesi local sebelumnya dan
alergi terhadap obat anestesi local atau jenis lainnya.
5. Melakukan pemeriksaan meliputi timbang BB, ukur tanda
vital, lakukan pemeriksaan fisik serta memastikan lengan klien
yang akan dicabut implant adalah lengan yang terpasang
implant
6. Mempersiapkan alat dan bahan,serta tanggal pemakaian
implant.
7. Mempersilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun
dan air mengalir serta membilasnya.
8. Meminta ibu untuk berbaring dan menyangka lengan yang
akan dicabut implant untuk memudahkan pencabutan.
9. Meraba kapsul implnt untuk menentukan loksinya.
10. Memastikan posisi dari setiap kapsul dengan membuat tanda
pada kedua ujung setiap kapsul dengan mengunakan spidol.
11. Menyiapkan tempat alat alat tanpa menyentuh alat alat
didalamnya.
12. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
13. Mengatur alat dan bahan sehingga mudah dicapai
14. Memberitahu ibu tindakan akan segera dilakukan agar ibu
rileks
15. Mempersiapkan tempat insisi dan meminta ibu membebaskan
pakaian pada tempat insisi. Desinfeksi tempt dengan larutan
antiseptic dengan memakai klem , mulai mengusap dari
tempat yang akan diinsisi kearah luar dengan gerakan
melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering
16. Melakukan komunikasi dengan klien secara aktif agar klien
rileks.
17. Memasang doek steril ditempat pencabutan implant pastikan
lubang harus cukup lebar untuk tempat pencabutan
18. Sekali lagi meraba seluruh kapsul untuk menentukan
lokasinya.
19. Menarik obat anestesi 3 ml dari ampul dengan spuit 3 cc
20. Memberitahu ibu akan dilakukan tindakan suntik
21. Memasukkan jarum tepat dibawah kulit pada tempat insisi
kemudian aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk
kedalam pembuluh darah. Suntikan sedikit obat anastesi
untuk membuat gelembung kecil dibawah kulit.Kemudian
masukkan jarum secara hati hati dibawah ujung kapsul
pertama samapi lebih kurang sepertiga panjang kapsul (1 cm),
tarik jarum pelan pelan sambilmenyuntikkan obt anestesi.
tanpa mencabut jarum masukkan kebawah kapsul berikutnya.
Ulangi proses ini sampai seluruh kapsul terangkat. Jangan
menyuntikkn obat anestesi diatas kapsul karena akan
membuat jaringan menjadi oedema.
22. Menyimpan spuit didalam baki
23. Memastikan obat anestesi sudah bekerja dengan menyentuh
tempat insisi dengan jarum atau skapel, bila ibu tidak rasa
sakit dilanjutkan dengan insisi tempat pencabutan.
24. Memegang skapel dengan sudut 45o, buat insisi dangkal untuk
sekedar menembus kulit.
25. Menentukan lokasi insisi yang mempunyai jarak sama dari
ujung bawah semua kapsul, pastikan bahwa tidak ada ujung
kapsul dibawah daerah insisi.
26. Membuat insisi melintang dengan skapel
27. Mencabut kapsul yang mudah diraba dari luar yang terdekt
dengan tempat insisi, mendorong kapsul kearah insisi dengan
jari tangan samapi ujung kapsul tampak pada luka insisi,saat
kapsul tampak pada luka insisi masukkan klem lengkung
dengan lengkungan jepitan mengarah keatas kemudian jepit
ujung kapsul. Bila kapsul sulit digerkkan kearah insisi mungkin
karena jaringan maka sebaiknya memotong jaringan dengan
cara masukan klem lengkung melalui luka insisi teruskan
sampai ada dibawah ujung kapsul buka dan tutup klem untuk
memotong secara tumpul jaringan parut yang mengelilingi
kapsul lakukan juga pada semua kapsul.
Bisa dengan cara kedua yaitu dorong kapsul; sampai luka insisi
masukkan klem lengkung sampai ujung bawah kapsul tarik
keluar secara hati hati, bersihkan dan buka jaringan ikat yang
mengelilingi kapsul dengan mengosok gosok dengan kasa
steril untuk memaparkan ujung kapsul atau menggunakan
skapel secara hati hati agar tidak terpotong.
28. Menjepit kapsul dengan klem kedua.lepaskan klem pertama
dan cabut kapsul secara pelan dan hati hati.
29. Mencari kapsul berikutnya dan menggunakan teknik yang
sama untuk mencabut kapsul berikutnya.Akhiri tindakan
dengan menghitung kapsul dan pastikan seluruh kapsul sudah
dicabut.
Ingat jangan paksakan untuk mencabut 1 atau 2 kapsul sisa
yang sulit dicabut, aturan yang umum adalah bila kapsul tidak
bisa dicabut dalam waktu 20 sampai 30 menit atau klien
tampak gelisah maka hentikan tindakan pencabutan,
memulangkan klien dan meminta dating lagi jika luka sudah
sembuh.
Bila kapsul tidak dapat diraba maka rujuk untuk sinar X dan
USG.
30. Membersihkan tempat pemasangan dengan kasa antiseptic.
31. Menutup luka insisi dengan mempertemukan kedua tepi luka
insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kasa steril
( Luka insisi tidak perlu dijahit).
32. Memeriksa adanya perdarahan serta menutup daerah
pemasangan dengan pembalut untuk mengurangi memar.
33. Menyampaikan pada klien bahwa tindakan pemasangan sudah
selesai dan mempersilahkan duduk.
34. Membereskan alat-alat
35. Merendam dalam larutan klorin selama 10 menit selanjutnya
dibersihkan
36. Membuka sarung tangan, merendam dalam klorin dan
mencuci tangan.
37. Memberi petunjuk cara perawatan dirumah serta hal hal yang
harus diperhatikan pasca pemasangan implant.
38. Memberi pengobatan yang sesuai untuk infeksi local
39. Membuat kesepakatan untuk kunjungan ulang
40. Mengucapkan terimakasih atas kunjungan ibu
41. Melakukan dokumentasi

UNIT TERKAIT  Poli Umum


 Apotik

Sumber 4. Anonim, 2008 Peraturan Mentri Kesehatan RI No


290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
5. Permenkes 1464/2010 tentang praktek dan kewenangan bidan
6. Sarwono Prawirohardjo, JNPKR/FOGI,BKKBN,Depkes dan
JHPIEGO/STARHA, 2006, Buku Panduan Praktis Kontarasepsi Edisi 2
7. ______, 2006 Buku Panduan Praktis pelayanan Kontrasepsi,Edisi 2

8. _____, 2011 Promosi Konseling kesehatan Reproduksi, Jakarta


9. Ketrampilan dan prosedur keperawatan Dasar 2003
10. Standar Operasional Pelayanan Puskesmas dan RS Tahun
2011
11. ______2007, Penanggulangan Kegawatdaruratan Sehari-hari dan
Bencana dalam kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan
Poskesdes,Jakarta:Depkes RI.
12. ______1994, pedoman KB IBI,Jakarta
13. ______2005 Modul Pelatihan ABPK dalam KIP/K Keluarga Berencana
bagi provider..
14. Prof.dr Ida Bagus Gde Manuaba,DSOG,2010 Ilmu kebidanan,
Penyakit kandungan dan Keluarga berencana.

Anda mungkin juga menyukai