Anda di halaman 1dari 5

pak-dalam-masyarakat- Realitas Pluralisme Masyarakat Indonesia Dalam kurikulum

2011 yang dikeluarkan Kemenag Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen Indonesia yaitu
menempatkan Realitas Pluralisme Masyarakat Indonesia sebagai pokok pertama dari materi kuliah
Pendidikan Agama Kristen dalam Masyarakat Majemuk atau biasa disingkat PAK dalam Masyarakat
Majemuk. Baiklah saya mulai pokok ini dengan pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan realitas
pluralisme masyarakat Indonesia? Kita mulai dengan pengertian pluralisme. Pluralisme adalah
keanekaragaman atau kebhinekaan. Jika demikian, dalam hal apakah kita dapat mengenakan atau
menggunakan atau menempatkan kata pluralisme? Biasanya dalam konteks kehidupan komunitas
masyarakat yang kompleks. Kompleksitas masyarakat yang dimaksud itu meliputi banyak aspek,
misalnya: ideology, politik, social, dan budaya, dan lain-lain. [1] Selain itu, pluralisme juga diartikan
sebagai adanya keberagaman dalam setiap unsure yang membentuk sendi kehidupan. Artinya tiap-tiap
bagian dari ideology, politik, social, budaya memiliki kesamaan tetapi juga terdiri dari berbagai
keragaman. [2] Dalam konteks pemahaman pluralisme sebagaimana yang dipaparkan di atas, jelas
bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman atau kebhinekaan dalam aspek-aspek berikut ini: 1. Suku,
yaitu di Indonesia terdapat 300 kelompok etnis dan sub etnis dengan beragam perbedaan bahasa dan
dialek. Juga terdapat keturunan Cina, Arab, dan India yang hidup secara turun temurun di Indonesia. [3]
2. Agama. Di Indonesia terdapat beberapa agama yang diakui Negara yaitu: 2.1. Agama Islam. Di
Indonesia Agama Islam terbagi kedalam beberapa kelompok, yaitu Nahdatul Ulama, Muhamadyah,
Persis, dan lain-lain. 2.2. Kristen, yaitu Katolik, Protestan dengan beberapa aliran yaitu Protestan arus
Lutheran, Calvinis (Reformed, Presbyterian), Anglikan (Episkopal), Mennonit, Baptis, Metodis,
Pentakostal, Kharismatik, Injili (Evangelical), Bala Keselamatan, Adventis, dan beberapan aliran yang
masih dihubungkan dengan Kristen yaitu Saksi Jehova (Menara Pengawal), Mormon (tidak ada di
Indonesia), Christian Science, Scientology, Gerakan zaman baru. [4] 2.3. Hindu, Budha. 2.4. Kong Fu Cu,
dan 2.5. Agama-agama suku yang beraneka ragam. 3. Budaya, terdapat beragam budaya di Indonesia.
Pola kebudayaan yang berlandaskan penanganan penanaman padi dengan system irigasi (sawah), pola
kebudayaan yang didasarkan pada penanganan penanaman padi dengan system perladangan. Selain
dua kebudayaan ini, ada pengaruh kebudayaan dari luar seperti pengaruh kebudayaan Hindu dan
Budha, [5] kebudayaan yang dipengaruhi Islam, Kristen dan Kong Fu Cu. 4. Bahasa, di Indonesia terdapat
250 bahasa, dan 30 kelompok etnis. [6] 5. Pulau, di Indonesia terdapat kurang lebih 13.667 pulau. Ada
pulau-pulau besar dan kecil. 6. Ekonomi yaitu adanya beragam variasi mulai dari system pertanian
sampai industri modern, lembaga keuangan juga bervariasi mulai dari system permodalan bank keliling
(rentenir, tengkulak) sampai bank modern, juga akhir-akhir ini bank syariah, sosial yaitu dari segi
demografi, penduduk Indonesia tersebar di desa terpencil yang homogeny sampai kota yang heterogen
dengan tingkat status sosial yang berbeda (yang kaya bertambah kaya, yang miskin dimiskinkan)
maupun polititik. [7] Pokok-pokok di atas itulah yang dimaksudkan dalam topik: realitas pluralisme
masyarakat Indonesia. Realitas pluralism demikian sering membuat masyarakat Indonesia rentang
bahkan rawan terhadap konflik yang sering menelan korban, khususnya korban jiwa. Salah satu unsure
pluralism Indonesia yang rawan terhadap konflik adalah pluralism agama. Adanya konflik di daerah-
daerah tertentu karena alasan agama. Pemeluk Agama yang satu mengklaim agamanya yang paling
benar, agama di luar dirinya adalah sesat/tidak benar bahkan dianggap kafir. Hal-hal ini menyebabkan
harmonisasi kehidupan bermasyarakat sering mengalami konflik. Dalam konteks demikian bagaimana
melaksanakan Pendidikan Agama Kristen. Salah satu solusinya adalah melalui mata kuliah “PAK dalam
Masyarakat Majemuk”. Dengan kata lain, bagaimana melaksanakan Pendidikan Agama Kristen dalam
hubungannya dengan sesama manusia yang tidak seiman namun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
bersama dalam sebuah Negara yang dikenal dengan masyarakat majemuk (masyarakat pluralis).
PERHATIKAN KOPI PASTE DI BLOG ini http://yannyhya.blogspot.com/2014/05/pak-dalam-masyarakat-
majemuk.html Tanggal Postingan Kamis, 22 Mei 2014 4. REALITAS DARI MAYARAKAT MAJEMUK DAN
PLURALISME Dalam konteks pemahaman pluralisme sebagaimana yang dipaparkan di atas, jelas bahwa
Indonesia memiliki keanekaragaman atau kebhinekaan dalam aspek-aspek berikut ini: a. Suku, yaitu di
Indonesia terdapat 300 kelompok etnis dan sub etnis dengan beragam perbedaan bahasa dan dialek.
Juga terdapat keturunan Cina, Arab, dan India yang hidup secara turun temurun di Indonesia. b. Agama,
di Indonesia terdapat beberapa agama yang diakui Negara yaitu: • Agama Islam. Di Indonesia Agama
Islam terbagi kedalam beberapa kelompok, yaitu Nahdatul Ulama, Muhamadyah, Persis, dan lain-lain. •
Kristen, yaitu Katolik, Protestan dengan beberapa aliran yaitu Protestan arus Lutheran, Calvinis
(Reformed, Presbyterian), Anglikan (Episkopal), Mennonit, Baptis, Metodis, Pentakostal, Kharismatik,
Injili (Evangelical), Bala Keselamatan, Adventis, dan beberapan aliran yang masih dihubungkan dengan
Kristen yaitu Saksi Jehova (Menara Pengawal), Mormon (tidak ada di Indonesia), Christian Science,
Scientology, Gerakan zaman baru. • Hindu, Budha. • Kong Fu Cu, dan Agama-agama suku yang beraneka
ragam. d. Budaya, terdapat beragam budaya di Indonesia. Pola kebudayaan yang berlandaskan
penanganan penanaman padi dengan system irigasi (sawah), pola kebudayaan yang didasarkan pada
penanganan penanaman padi dengan system perladangan. Selain dua kebudayaan ini, ada pengaruh
kebudayaan dari luar seperti pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha, kebudayaan yang dipengaruhi
Islam, Kristen dan Kong Fu Cu. e. Bahasa, di Indonesia terdapat 250 bahasa, dan 30 kelompok etnis. f.
Pulau, di Indonesia terdapat kurang lebih 13.667 pulau. Ada pulau-pulau besar dan kecil. g. Ekonomi
yaitu adanya beragam variasi mulai dari system pertanian sampai industri modern, lembaga keuangan
juga bervariasi mulai dari system permodalan bank keliling (rentenir, tengkulak) sampai bank modern,
juga akhir-akhir ini bank syariah, sosial yaitu dari segi demografi, penduduk Indonesia tersebar di desa
terpencil yang homogeni sampai kota yang heterogen dengan tingkat status sosial yang berbeda (yang
kaya bertambah kaya, yang miskin dimiskinkan) maupun politik. Pokok-pokok di atas itulah yang
dimaksudkan dengan realitas pluralisme masyarakat Indonesia. Realitas pluralisme demikian sering
membuat masyarakat Indonesia rentang bahkan rawan terhadap konflik yang sering menelan korban,
khususnya korban jiwa. Salah satu unsur pluralisme Indonesia yang rawan terhadap konflik adalah
pluralisme agama. Adanya konflik di daerah-daerah tertentu karena alasan agama. Pemeluk Agama yang
satu mengklaim agamanya yang paling benar, agama di luar dirinya adalah sesat/tidak benar bahkan
dianggap kafir. Hal-hal ini menyebabkan harmonisasi kehidupan bermasyarakat sering mengalami
konflik. Dalam konteks demikian bagaimana melaksanakan Pendidikan Agama Kristen. Salah satu
solusinya adalah melalui mata kuliah “PAK dalam Masyarakat Majemuk”. Dengan kata lain, bagaimana
melaksanakan Pendidikan Agama Kristen dalam hubungannya dengan sesama manusia yang tidak
seiman namun tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bersama dalam sebuah Negara yang dikenal
dengan masyarakat majemuk (masyarakat pluralis). 5. DASAR TEOLOGIS DARI MASYARAKAT MAJEMUK
Dasar teologis tentang masyarakat majemuk dalam uraian ini tidak bersifat biblika yaitu mencari refrensi
ayat-ayat Alkitab yang berhubungan dengan masyakat majemuk, kemudian dicari makna aslinya
(eksegesis). Usaha eksegesis itu sangat penting. Akan tetapi dalam usaha memahami dasar teologis
tentang masyarakat Pluralisme Indonesia, penulis menggunakan pendekatan teologis. Yang di
maksudkan dengan pendekatan teologis yaitu pembicaraan topik-topik tertentu secara lintas teks
Alkitab, usaha memahami lintas teks ini bermaksud merangkum pemahaman tentang masyarakat
majemuk. Ketika membicarakan masyarakat majemuk, manusia perlu meletakkan percakapan
masyarakat majemuk dalam dasar yang disebut dengan dasar teologis. Jika demikian apa dasar teologis
dalam masyarakat majemuk. Perhatikan bahwa yang distabilo di atas adalah Kopi Paste dari Blog saya.
Isi Blog saya tentang dasar Teologi Masyarakat Majemuk sbb: Minggu, 13 Januari 2013 Dasar Teologis
dan Paedagogis Masyarakat Pluralisme Indonesia Dasar Teologis Dasar Teologis merupakan salah satu
bagian dari sub topik pembahasan dari Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen dalam Masyarakat
Majemuk atau sering disingkat PAK dalam Masyarakat Majemuk. Dasar teologi yang saya maksud dalam
sub topic ini dapat dipaparkan sebagai berikut: Dasar teologis tentang masyarakat majemuk dalam
uraian ini tidak bersifat biblika yaitu mencari refrensi ayat-ayat Alkitab yang berhubungan dengan
masyakat majemuk, kemudian dicari makna aslinya (eksegesis). Usaha eksegesis itu sangat penting.
Akan tetapi dalam usaha memahami dasar teologis tentang masyarakat Pluralisme Indonesia, saya
menggunakan pendekatan teologis-filosofis. Yang saya maksudkan dengan pendekatan filosofis-teologis
yaitu pembicaraan topik-topik tertentu secara lintas teks Alkitab, usaha memahami lintas teks ini
bermaksud merangkum pemahaman tentang masyarakat majemuk. Ketika kita membicarakan
masyarakat majemuk, kita perlu meletakkan percakapan masyarakat majemuk dalam dasar yang disebut
dengan dasar teologis dan paedagogis. Jika demikian apa dasar teologis dan Paedagogis dalam
masyarakat majemuk. Upaya membahas dasar teologis dan Paedagogis dalam masyarakat majemuk
utama dan pertama kita dasarkan pada Alkitab dan sumber-sumber teologi (hasil pemikiran para
teolog). Sumber teologi kedua ini tentulah didasarkan pada Alkitab. Artinya pemahaman para teolog
tentang sikap Kristen terhadap penganut agama-agama lain tentunya didasarkan pada Alkitab.
Sedangkan akan sumber pertama yaitu Alkitab yang diyakini gereja sebagai kanon patut dijadikan
sebagai sumber utama berteologi tentang sikap Gereja/Kristen/guru agama Kristen/pendidik Kristen
terhadap pluralisme agama. Akan maksud demikian mungkin terbersit pertanyaan: Apakah Alkitab
menyaksikan tentang masyarakat majemuk/pluralisme?. Bila kita katakan ya, maka segera muncul
pertanyaan, apakah Alkitab adalah kitab masyakat majemuk? Jawabannya tentu tidak. Alkitab bukan
kitab masyarakat majemuk tetapi kitab yang menyaksikan salah satu realitas yaitu masyakat majemuk.
Alkitab memulai kesaksiannya tentang masyarakat dengan dua manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa
(bnd. Kej. 2), manusia itu beranak cucu dan berkembang dari masa ke masa sampai terbentuknya suatu
kelompok masyarakat yang agamis, yaitu umat Israel dengan kelompok masyarakat yang menyembah
dewa-dewa. Berbeda secara agamawi, selain itu perkembangan manusia melahirkan perbedaan-
perbedaan dalam sosial, budaya, kekuasaan (politik), ekonomi dan lain-lain. Tegasnya Alkitab
menyaksikan tentang masyarakat majemuk yang dimulai dengan Adam dan Hawa, Kain, Habel, Zet, Nuh,
Abraham dan seterusnya sampai umat Israel. Tuhanlah yang menciptakan manusia, entah itu manusia
yang saleh maupun manusia berdosa termasuk manusia yang kafir adalah ciptaan Tuhan. Tuhan tidak
menciptakan manusia kafir, Tuhan menciptakan manusia, dan dalam perkembangannya ada manusia
yang percaya kepada TUHAN dan ada pula yang tidak percaya. Bagian ini menyangkut doktrin pilihan
yang dapat dipercakapkan dalam Dogmatika (Soteriologi).Tegasnya secara teologis anggota dari
masyarakat majemuk yaitu manusia adalah ciptaan Tuhan. Kitab Kejadian dan kitab-kitab dalam Alkitab
membenarkan hal itu. Manusia dari suku, budaya, tingkat social, agama manapun, tetap manusia adalah
ciptaan TUHAN. Minggu, 10 Maret 2013 Model PAK yang multicultur dan Inklusif yang cocok dengan
Masyarakat Indonesia Pendidikan multicultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang
keanekaragaman cultural, hak-hak asasi manusia, serta pengurangan atau penghapusan berbagai jenis
prasangka untuk membangun suatu kehidupan masyarakat yang adil dan maju. Pendidikan multicultural
juga dapat diartikan strategi/perencanaan untuk mengembangkan kesadaran akan kebanggaan
seseorang terhadap bangsanya. Di Indonesia pendidikan multicultural relative baru dikenal sebagai
suatu pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang hetrogen, plural, terlebih
pada masa otonomi dan desentralisasi yang diberlakukan sejak 1999. Pertentangan etnis yang terjadi di
negeri ini mengajarkan betapa pentingnya pendidikan multicultural bagi masyarakat. Pada sentra-sentra
kebudayaan, seperti kota-kota besar, di mana hidup berbagai macam etnis di dalamnya, pertemuan
antar kebudayaan merupakan persoalan yang menarik. Pada prinsipnya, pendidikan multicultural adalah
pendidikan yang menghargai perbedaan. Untuk mendisain Pendidikan multicultural secara praktis
memang s tidak mudah. Akan tetapi untuk mewujudkan pendidikan multicultural maka perlu
diperhatikan dua hal: Pertama, dialog. Pendidikan multicultural tidak mungkin berlangsung tanpa dialog.
Dalam pendidikan multicultural, setiap perbedaan dan kebudayaan yang ada berada dalam posisi yang
sejajar dan sama. Tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi dari kebudayaan yang lain. Dialog
meniscayakan adanya persamaan dan kesamaan di antara pihak-pihak yang terlibat. Anggapan bahwa
kebudayaan tertentu lebih tinggi (superior) dari kebudayaan lain akan melahirkan: fasisme, nativisme,
dan chauvinism. Melalui dialog, diharapkan terjadi sumbang pemikiran yang pada gilirannya akan
memperkaya kebudayaan atau peradaban yang bersangkutan. Kebudayaan manusia pada dasarnya
memiliki nilai-nilai yang sama, yang berbeda hanyalah kemasan budaya. Dialog diharapkan dapat
mencari titik-titik persamaan sambil memahami titik-titik perbedaan antar kebudyaan. Bila hal ini
tebangun maka terjalin relasi harmonis antar perbedaan dan kebudayaan yang ada. Kedua, toleransi.
Toleransi adalah sikap menerima bahwa orang lain berbeda dengan kita. Dialog dan toleransi
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bila dialog itu bentuknya, toleransi itu isinya.
Sistem pendidikan kita selama ini terlalu menitikberatkan pada pengkayaan pengetahuan dan
ketrampilan tetapi mengabaikan penghargaan atas nilai-nilai budaya dan tradisi bangsa. (Choirul
Mahfud, 2006:viii - xiv) Perhatikan Kopi Pastenya di alamat blog berikut (lihat yang distabilo)
http://yannyhya.blogspot.com/2014/05/pak-dalam-masyarakat-majemuk.html ODEL PAK YANG
MULTIKUTUR DAN INKLUSIF 1. PENGERTIAN PENDIDIKAN MULTIKULTUR Pendidikan multicultural dapat
diartikan sebagai pendidikan mengenai keragaman kebudayaan. Secara etimologis, multikulturalisme
dibentuk dari kata multi yang berarti banyak, kultur berarti budaya, dan isme berarti aliran/paham.
Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam
komunitas dengan kebudayaan masing-masing yang unik. Dengan demikian, setiap individu merasa
dihargai sekaligus merasa bertanggungjawab untuk hidup bersama komunitasnya. Pendidikan
multicultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran tentang keanekaragaman cultural, hak-hak
asasi manusia, serta pengurangan atau penghapusan berbagai jenis prasangka untuk membangun suatu
kehidupan masyarakat yang adil dan maju. Pendidikan multicultural juga dapat diartikan
strategi/perencanaan untuk mengembangkan kesadaran akan kebanggaan seseorang terhadap
bangsanya. Di Indonesia pendidikan multicultural relative baru dikenal sebagai suatu pendekatan yang
dianggap lebih sesuai bagi masyarakat Indonesia yang hetrogen, plural, terlebih pada masa otonomi dan
desentralisasi yang diberlakukan sejak 1999. 2. PENGERTIAN PENDIDIKAN INKLUSIF Pengertian inklusif
digunakan sebagai sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan
yang semakin terbuka; mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai
perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya. Terbuka
dalam konsep lingkungan inklusif, berarti semua orang yang tinggal, berada dan beraktivitas dalam
lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat merasa aman dan nyaman mendapatkan hak dan
melaksanakan kewajibannya. Jadi, lingkungan inklusif adalah lingkungan sosial masyarakat yang terbuka,
ramah, meniadakan hambatan dan menyenangkan karena setiap warga masyarakat tanpa terkecuali
saling menghargai dan merangkul setiap perbedaan. Melihat kemajemukan yang ada di Indonesia maka
pendidikan agama yang cocok adalah pendidikan agama yang inklusif. Pendidikan inklusif adalah para
murid diajak untuk merefleksikan realitas kemajemukan. Pendidikan inklusif berarti pengajaran agama
harus lebih menekankan nilai-nilai pluralisme dan kebersamaan. PAK harus membebaskan murid dari
sekat-sekat primordial. Jangan sampai PAK melemahkan kemampuan bertoleransi dan menguatkan
fanatisme. 3. CONTOH MODEL PAK YANG MULTIKULTUR DAN INKLUSIF a. Contoh PAK yang Multikultur
Pertentangan etnis yang terjadi di negeri ini mengajarkan betapa pentingnya pendidikan multicultural
dan bagi masyarakat. Pada sentra-sentra kebudayaan, seperti kota-kota besar, di mana hidup berbagai
macam etnis di dalamnya, pertemuan antar kebudayaan merupakan persoalan yang menarik. Pada
prinsipnya, pendidikan multicultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan. Untuk mendisain
Pendidikan multicultural secara praktis memang tidak mudah. Akan tetapi untuk mewujudkan
pendidikan multicultural maka perlu diperhatikan dua model: 1. Dialog. Pendidikan multicultural tidak
mungkin berlangsung tanpa dialog. Dalam pendidikan multicultural, setiap perbedaan dan kebudayaan
yang ada berada dalam posisi yang sejajar dan sama. Tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi dari
kebudayaan yang lain. Dialog meniscayakan adanya persamaan dan kesamaan di antara pihak-pihak
yang terlibat. Anggapan bahwa kebudayaan tertentu lebih tinggi (superior) dari kebudayaan lain akan
melahirkan: fasisme, nativisme, dan chauvinisme. Melalui dialog, diharapkan terjadi sumbang pemikiran
yang pada gilirannya akan memperkaya kebudayaan atau peradaban yang bersangkutan. Kebudayaan
manusia pada dasarnya memiliki nilai-nilai yang sama, yang berbeda hanyalah kemasan budaya. Dialog
diharapkan dapat mencari titik-titik persamaan sambil memahami titik-titik perbedaan antar kebudyaan.
Bila hal ini tebangun maka terjalin relasi harmonis antar perbedaan dan kebudayaan yang ada. 2.
Toleransi. Toleransi adalah sikap menerima bahwa orang lain berbeda dengan kita. Dialog dan toleransi
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Bila dialog itu bentuknya, toleransi itu isinya.
Sistem pendidikan kita selama ini terlalu menitikberatkan pada pengkayaan pengetahuan dan
keterampilan tetapi mengabaikan penghargaan atas nilai-nilai budaya dan tradisi bangsa. Pendidikan
multikultural harus dimulai dari keluarga, sekolah, gereja, dll. Contoh penerapan pendidikan
multikultural dalam keluarga adalah mengajar anak menonton mimbar agama lain. Dari situ anak diajak
untuk memahami nilai-nilai yang sama atau yang berbeda dan memberikan pengertian kepada anak
tersebut supaya dia bisa menerima perbedaan dan persamaan tersebut. Contoh penerapan pendidikan
multikultural di sekolah adalah peserta didik diajak untuk melihat nilai budaya lain sehingga peserta
didik mengerti dan bisa menghargai yang berbeda budaya. Kelas di dekorasi dengan nuansa yang
multikultur sehingga anak didik yang berbeda budaya tidak merasa di tolak.

http://masyarakatmajemuk.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai