Anda di halaman 1dari 45

ANALISIS MOTIVASI PENDAKI PADA KEGIATAN OLAHRAGA

REKREASI MOUNTAIN HIKING DI GUNUNG MARAPI NAGARI KOTO


BARU KECAMATAN SEPULUH KOTO KABUPATEN TANAH DATAR

PROPOSAL

Oleh :
M. ALVIN WIJAYA
17089112/2017

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN


DEPARTEMEN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : Analisis Motivasi Pendaki Pada Kegiatan Olahraga


Rekreasi Mountain Hiking Di Gunung Marapi Nagari
Koto Baru Kecamatan Sepuluh Koto Kabupaten
Tanah Datar

Nama : M. Alvin Wijaya


Nim/BP : 17089112/2017
Program Studi : Ilmu Keolahragaan
Departemen : Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas : Ilmu Keolahragaan

Padang, Oktober 2023

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Panasehat Akademik

Dr. Ridho Bahtra, S.Si, M.Pd Dr. Didin Tohidin, M.Kes AIFO
NIP. 19870502 201404 1 001 NIP. 19581018 198003 1 001

i
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 10
C. Batasan Masalah......................................................................................... 10
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian........................................................................................ 10
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 12
A. Kajian Teori ................................................................................................ 12
1. Motivasi .................................................................................................. 12
2. Pendaki Gunung (Mountaineer) ............................................................. 15
3. Prosedur Pendakian Gunung .................................................................. 17
4. Olahraga Rekreasi .................................................................................. 24
5. Olahraga Hiking ..................................................................................... 29
6. Gunung Marapi ....................................................................................... 30
7. Kegiatan Mountain Hiking ..................................................................... 31
B. Kerangka Konseptual ................................................................................. 32
C. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 33
BAB III METODELOGI PENELITIAN .............................................................. 34
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 34
B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 34
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 35
D. Jenis Data dan Sumber Data ...................................................................... 36
E. Instrumen Penelitian................................................................................... 36
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 39
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 41

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan mahkluk hidup dengan berbagai macam aktivitas dan

kegiatan, serta kesibukan yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan orang

menjadi stress akibat dari berbagai macam pikiran pekerjaan kesehariannya

serta kurangnya gerak yang dapat mengundang berbagai macam penyakit non-

infeksi, diantaranya penyakit jasmani seperti penyakit kardiovaskular,

penyakit rohani atau jiwa seperti stress, sulit berkonsentrasi, terganggunya

emosional, social interactions dan lain-lain. Rutinitas keseharian yang cukup

tinggi tersebut harus ditunjang dengan kondisi psikologis dan fisik tubuh yang

seimbang agar dapat meninimalisir tingkat stress serta menjaga kondisi fisik

tetap sehat. Keseimbangan kondisi fisik dan psikologis tersebut dapat dicapai

dengan usaha manusia salah satunya melalui aktivitas rekreasi yang bertujuan

mengurangi tegangan-tegangan pada pikiran dan tubuh (refreshing dan

relaksasi).

Rekreasi menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia untuk mencapai

kesejahteraan hidup semua umat manusia. Rekreasi dengan segala bentuk

aktivitasnya yang bersifat rekreatif, yang dapat mengembalikan kondisi jiwa

dan raga bahkan menjadi lebih segar dan bugar dari yang tadinya mengalami

tekanan akibat rutinitas dari pekerjaan sehari-hari yang dapat mengakibatkan

kejenuhan, kebosanan ataupun kepenatan. Tujuan rekreasi bermuara pada

1
2

peningkatan kualitas dan pencapaian kesejahteraan hidup manusia, oleh

karenanya kegiatan rekreasi dan pelaksanaanya harus selaras dengan upaya

yang menyehatkan, ini berarti kegiatan bersenang-senang yang dapat

mengancam kesehatan jiwa dan fisik sungguh harus dihindari. Rekreasi

dilakukan pada saat waktu luang. Atau senggang. Setiap individu mempunyai

hak yang sama untuk mendapatkan kepuasan serta memperkaya penggunaan

waktu luangnya tersebut. Waktu luang tersebut banyak orang yang

menggunakannya dengan melakukan aktivitas olahraga. Olahraga sudah

menjadi sebuah trend atau gaya hidup bagi manusia dan menjadi sebuah

kebutuhan mendasar dalam hidupnya.

Dalam era globalisasi ini olahraga menjadi sangat penting sebagai salah

satu dalam upaya penurunan dan pencegahan tingkat stress, peningkatan

kesehatan, serta upaya pemeliharaan dan mempertahankan keseimbangan

kualitas hidup. Pada Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2022

pasal 1 ayat 11 tentang Keolahragaan menyatakan bahwa,

“Olahraga masyarakat adalah olahraga yang di lakukan oleh masyarakat


berdasarkan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang
sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat yang di
lakukan secara terus menerus untuk kesehatan, kebugaran, dan
kegembiraan”.

Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan pada saat waktu luang

dengan tujuan untuk mendapat kesehatan, kebugaran, penyegaran sikap dan

mental yang dapat memulihkan kembali kekuatan baik fisik maupun mental,

ataupun untuk memperoleh kegembiraaan atau hanya untuk memperoleh

kesenangan dan rileksasi dari rutinitas keseharian.


3

Olahraga rekreasi sejauh ini sudah dianggap sangat penting dalam

kehidupan manusia, semua lapisan masyarakat sudah menempatkan kegiatan

rekreasi ini pada rating teratas dalam kegiatan sehari-hari mereka, bahkan

tidak jarang ada yang sudah menjadwalkan kegiatan ini dan menjadi kegiatan

wajib setiap minggunya. Rekreasi dipandang penting karena dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah masing-masing bahkan

rekreasi juga sangat berpengaruh pada pendapatan Negara dengan

memanfaatkan tempat-tempat wisata untuk menarik pengunjung dari dalam

negeri maupun wisatawan dari berbagai mancanegara.

Sehingga olahraga rekreasi menjadi kebutuhan fundamental bagi setiap

manusia, aktivitas tersebut ada yang diawali dengan mengadakan perjalanan

ke suatu tempat atau melakukan permainan. Teknologi dan informasi dewasa

ini menyediakan lahan subur bagi tumbuh kembangnya penggiat aktivitas

alam terbuka di Indonesia dan menjadikan alam terbuka sebagai aktivitas

olahraga rekreasi.

Aktivitas olahraga sering dijadikan sebagai sarana untuk berekreasi

terutama yang berhubungan dengan alam salah satunya adalah olahraga

rekreasi penjelajahan alam pendakian gunung. Dahulu masyarakat

menganggap bahwa gunung adalah daerah yang berbahaya, seram, angker dan

mistis sehingga untuk mendaki atau sekedar menyusuri daerah pegunungan

menjadi sesuatu yang tabuh. Menengok belasan tahun silam pendakian

gunung mungkin bukan menjadi tempat rekreasi pilihan, hanya para pecinta

alam atau kalangan terbatas saja yang memilih mendaki gunung. Sesuai
4

dengan namanya kegiatan pendakian gunung, bukanlah kegiatan yang mudah

untuk dilakukan, dan dilakukan secara spontan, namun harus mempersiapkan

diri mengingat berjalan berhari-hari dengan membawa beban tas carrier yang

berat yang berisi bekal dan di hantui rasa ketakutan dan kekhawatiran akan

terjadinya sesuatu hal yang tidak diinginkan merupakan sebuah tantangan

yang harus di hadapi oleh pendaki.

Pendakian gunung/mendaki gunung dalam Olahraga, profesi, dan rekreasi

wisata alam bertujuan untuk menggapai tempat atau tempat tertinggi untuk

menikmati keindahan alam (Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya

Alam dan Ekosistem. 2015).

Gunung saat ini menjadi lokasi yang banyak digemari dan dipilih

masyarakat untuk melakukan aktivitas penjelajahan Alam sebagai olahraga

rekreasi, bahkan mendaki atau pendakian gunung mungkin sudah merupakan

suatu kebanggan, ekstistensi selain daripada menikmati liburan. Ribuan orang

memilih menghabiskan liburannya dengan melakukan aktivitas pendakian

gunung. Fenomena ini menyita perhatian masyarakat belakangan ini

khususnya Masyarakat Sumatera Barat.

Salah satu destinasi olahraga rekreasi yang sering di kunjungi oleh

wisatawan adalah Gunung Marapi yang terletak ke dalam wilayah Kabupaten

Agam dan Kabupaten Tanah Datar, dan Kotamadya Padang Panjang. Untuk

melakukan aktivitas pendakian para pendaki biasanya menuju ke Pos yang

telah di sediakan yang terletak di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sepuluh Koto

Kabupaten Tanah Datar.


5

Gunung Marapi merupakan sebuah gunung api bertipe strato yang berada

di Sumatera Barat. Dilansir dari laman vsi.esdm.go.id, ketinggian Gunung

Marapi adalah 2.891,3 mdpl dengan beberapa bagian kawah. Bagian-bagian

kawah Gunung Marapi antara lain Kaldera Bancah, Kapundan Tuo, Kabun

Bungo, Kapundan Bongso, Kawah Verbeek atau Kapundan Tenga.

Gunung Marapi merupakan salah satu destinasi hiking yang populer di

Pulau Sumatera. Pendakian di Gunung Marapi tidak hanya menawarkan

keindahan alam yang spektakuler, tetapi juga memberikan tantangan fisik dan

mental bagi para pendaki.

Kegiatan mountain hiking merupakan sebuah kegiatan yang di adakakan

oleh BKSDA Kabupaten Tanah Datar pada akhir pekan (Sabtu dan Minggu).

Kegiatan olahraga mountain hiking ini berdiri pada tahun 2016 dan menarik

simpati pendaki untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Sejak

berdirinya kegiatan ini, peningkatan minat pendaki selalu meningkat setiap

tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa animo Masyarakat begitu tinggi pada

kegiatan tersebut. Ini terlihat dari data pendakian gunung marapi dari tahun

2016-2020.

Tabel.1 Jumlah pendaki pertahun di Gunung Marapi

Tahun Jumlah Pendaki

2016 3.021

2017 3.432

2018 3.951
6

2019 3.989

2020 4.123

Sumber: data pendakian posko gunung marapi (2020)

Hiking secara umum merupakan aktivitas yang dilakukan di alam terbuka

dengan medan atau lintasan yang bervariasi, dapat dilakukan oleh semua

kalangan dengan situasi dan kondisi tertentu, dilaksanakan pada waktu luang

untuk mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu kebugaran, kesenangan,

kepuasan, dan pengalaman baru. Hiking merupakan salah satu olahraga di

alam terbuka sebagai suatu aktivitas yang lebih banyak berorientasikan alam,

tentunya memiliki risiko yang tinggi. Oleh karena itu setiap kegiatan yang

dilakukan memerlukan ketrampilan, kecermatan, dan kekuatan fisik bagi

setiap pelakunya.

Hiking dapat diartikan sebagai kegiatan luar ruangan yang terdiri dari

perjalanan pendek dan panjang (kurang dari satu jam dan lebih dari beberapa

hari) dalam pemandangan alam dan budaya, serta sering di rural area.

Tujuannya adalah untuk kesenangan, olahraga, perenungan atau pengalaman

lainnya.

Kegiatan hiking pada saat ini sangat digemari oleh semua kalangan

Masyarakat. Tingginya animo masyarakat melakukan kegiatan hiking

menunjukan meningkatnya minat khalayak khususnya kaum muda-mudi

dalam melakukan pendakian. Namun begitu, fenomena ini pasti didasari oleh

motivasi ataupun niat awal dalam melakukan pendakian.


7

Perilaku yang didorong oleh kekuatan yang ada didalam dirinya sendiri

disebut motif, atau dapat diartikan motif adalah sebagai pendorong atau

penggerak dalam diri manusia yang diarahkan pada tujuan tertentu

(Komarudin, 2015:23). Lebih lanjut Sofyan S. Willis (2013:71) mengatakan

“motif disebut juga dorongan orang untuk bertindak”. Sedangkan menurut

Ghufron dan Rini (2012:83) mengatakan motif yang ada pada diri seseorang

akan mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai

sasaran kepuasan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

motif adalah suatu penggerak, alasan, dorongan dalam diri seseorang yang

mempunyai peran utama dalam setiap tindakan atau perbuatan seseorang atau

dapat diartikan sebagai latar belakang yang mendasari orang tersebut untuk

melakukan suatu tingkah laku yang mempunyai tujuan. Motif dan motivasi

memiliki hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan keduanya. Istilah

motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu Movere yang berarti dorongan atau

menggerakan. Dalam bahasa Inggris disebut Motivation artinya dorongan.

Menurut Komarudin (2015:23) motivasi berarti menggerakan atau

mendorong untuk bergerak. Sedangkan menurut Alderman (1974) dalam

Komarudin (2015:23) juga menjelaskan bahwa motivasi merupakan

kecenderungan pada arah dan selektivitas dari tingkah laku yang diawasi

dengan koneksinya pada konsekuensinya, kecenderungannya untuk

mempertahankan tujuan hingga tercapai. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan

manusia akan menimbulkan motif, dan motif menimbulkan dorongan untuk


8

bergerak memenuhinya yang disebut motivasi. Akibatnya timbul drives

(kegiatan/usaha) untuk mencapai tujuan (goal).

Motivasi masyarakat melakukan aktivitas pendakian gunung yaitu sebagai

berikut: 1) Ingin memperoleh kepuasan karena dapat mendaki gunung yang

tinggi dan memperoleh apa yang diinginkan yaitu rekreasi, kesengan dan

refreshing, 2) Ingin menggapai tempat tinggi yaitu puncak dan melihat alam

seperti sunrise, sunset, hutan, awan dan lainnya dari ketinggian, dan 3) Ingin

mendapatkan pengalaman baru dalam hidupnya bagi pendaki pemula, bagi

yang sudah terbiasa mendaki ingin mendapat pengalaman yang baru dengan

mendaki gunung yang belum pernah didaki atau mendaki gunung-gunung

yang pernah didaki sebelumnya dengan jalur yang berbeda.

Berdasarkan hasil observasi berupa melihat kondisi di kawasan Gunung

Marapi, para pendaki mountain hiking sangat termotivasi dalam melakukan

pendakian. Walaupun medannya banyak terdapat tantangan dan rintangan

yang sangat ekstrim hal tersebut tidak menggoyahkan semangat para pendaki.

Oleh karena itu penulis ingin mengetahui motivasi pendaki gunung mengikuti

mountain hiking. Faktor penyebab pendaki dalam mengikuti mountain hiking

Tapi walau bagaimanapun kegiatan mendaki gunung tetap merupakan

kegiatan yang berbahaya. Beberapa pendaki masih mengabaikan manajemen

keselamatan dalam pendakian gunung. Tidak sedikit orang yang telah

meninggal di gunung karena berbagai sebab seperti tersesat, kehilangan jalur,

fisik yang kurang memadai dan mental yang tidak siap menerima keadaan
9

alam (cuaca buruk dan berkabut) yang mengakibatkan hilangnya jalur

pendakian.

Sarana dan prasarana pada pendakian juga belum memadai seperti masih

banyaknya jalur yang ekstrim yang bisa saja membahayakan pendaki dan juga

tidak memiliki arah petunjuk jalan. Kemudian juga fasilitas seperti MCK di

sepanjang jalur pendakian belum ada. Pendaki hanya mengandalkan sumber

air di sekitar jalur pendakian yang tentu saja suatu saat akan mencemari

sumber air tersebut.

Mendaki gunung merupakan kegiatan yang menantang dari pada sekedar

jalan kaki naik turun gunung untuk menikmati pemandangan atau hiking.

Didalam pendakian gunung banyak hal-hal yang harus diketahui, berupa:

aturan-aturan pendakian, perlengkapan pendakian, persiapan, cara-cara yang

baik dalam pendakian dan lain-lain. Kemudian juga sarana dan prasarana yang

mendukung seperti medan yang terjal maupun akses jalan menuju ke puncak.

Semua inilah yang tercangkup dalam bidang Mountaineering motivasi

pendaki untuk melakukan kegiatan hiking di Gunung Marapi menjadi topik

yang menarik untuk dikaji. Pemahaman tentang motivasi ini dapat

memberikan informasi penting tentang faktor-faktor yang mendorong pendaki

untuk melakukan kegiatan hiking dan mengapa Gunung Marapi menjadi

destinasi hiking yang populer di Indonesia. Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Motivasi Pendaki Pada

Kegiatan Olahraga Rekreasi Mountain Hiking di Gunung Marapi Nagari Koto

Baru Kecamatan Sepuluh Koto Kabupaten Tanah Datar”.


10

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah yang ada pada pendaki yang melakukan kegiatan hiking

di Gunung Marapi.

1. Bahaya mendaki gunung.

2. Faktor penyebab pendaki dalam mengikuti mountain hiking.

3. Sarana dan prasarana pendakian belum memadai.

4. Belum di ketahui motivasi pendaki gunung mengikuti mountain

hiking.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah

tentang “motivasi pendaki pada kegiatan olahraga rekreasi mountain hiking di

Gunung Marapi”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat di rumuskan Bagaimana

motivasi pendaki pada kegiatan olahraga rekreasi mountain hiking di Gunung

Marapi?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

ingin mengetahui motivasi pendaki pada kegiatan olahraga rekreasi mountain

hiking di Gunung Marapi.

F. Manfaat Penelitian
11

Dengan adanya penelitian mengenai motivasi pendaki pada kegiatan

olahraga rekreasi mountain hiking di Gunung Marapi Nagari Koto Baru,

Kecamatan Sepuluh Koto, Kabupaten Tanah Datar diharapkan akan

memperoleh dan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi pengelola, dapat meningkatkan kualitas objek wisata rekreasi dan

atraksi rekreasi yang disaji melalui informasi mengenai motivasi pendaki

dalam mengujungi objek wisata rekreasi.

2. Bagi pendaki, dapat dijadikan referensi dalam berkegiatan olahraga

penjelajahan alam terutama dalam pendakian gunung.

3. Bagi Peneliti: dapat mempelajari lebih banyak tentang motivasi pendaki

dan bahan referensi dalam melakukan penelitian serupa.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif

dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam

seseorang untuk melakukan aktivitasaktivitastertentu demi mencapai

suatu tujuan (Sardiman 2010:73).

Sardiman (2010 :73) motivasi adalah perubahan energy dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului

dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang

dikemukanakan MC. Donald ini mengandung tiga elemen penting,

yaitu: (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy

pada diri setiap individu manusia. (2) motivasi ditandai dengan

munculnya rasa atau”feeling”, afeksi seseorang dalam hal ini motivasi

relevan dengan persoalan-persoaalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang

menentukan tingkah laku manusia. (3) motivasi akan dirangsang

karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya

merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.

Motivasi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah: 1)

dorongan yang timbul pada diri seseorang baik secara sadar maupun

12
13

tidak sadar untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu, 2) usaha

yang menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak

mendapat kepuasan dengan perbuatan (Hasan Alwi 2003:756)

Sementara itu motivasi adalah suatu perubahan energi dari pribadi

seseorang yang di tandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk

mencapai tujuan. Rumusan ini memiliki unsure bahwa motivasi

dimulai dari adanya perubahan energy dalam pribadi, motivasi di

mulaii dari timbulnya perasaan (afektif) dan motifasi di tandai oleh

reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi memiliki dua komponen

yaitu komponen dalam dan komponen luar, komponen dalam terdiri

atas kebutuhan-kebutuhan diri dan drive, sedangkan komponen luar

tujuan yang hendak dicapai. Motivasi berfungsi sebagai pendorong,

pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk

mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 2007:106)

b. Macam-macam Motivasi

Menurut Djamarah S.B. (2008:149-152) dalmam membicarakan

macam-macam motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang,

yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang

disebut “motivasi instrinsik” dan motivasi yang berasal dari luar diri

seseorang yang disebut “motivasi ekstrinsik”.

1) Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi Instrinsik adalah motif-motif yang

menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,


14

karena dalam setiap diri iindividu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Dorongan untuk belajar bersumber pada

kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang

terdidik dan berpengetahuan. Jadi motivasi instrinsik muncul

berdasarkan kesadaran dengan tujuan esensial, bukan sekedar

atribut atau seremonial.

2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik.

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi

karena adanya perangsang dari luar.

Menurut Mudjiono dan Dimyati (2006:86-88) motivasi primer

adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif-

motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau

jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani sehingga

perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya.

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari hal ini berbeda

dengan motivasi primer. Motivasi sekunder memegang peranan

penting nagi kehidupan manusia.

Dari sejumlah ahli yang merumuskan klasifikasi motivasi,

pembagian yang paling populer membagi motivasi menjadi dua

bentuk yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi

instrinsik terjadi bila motivasi tersebut bersumber dari dalam diri


15

sendiri. Sementara motivasi ekstrinsik terjadi bila dorongan

bertindak datang dari luar diri. (Husdarta, 2010:40)

Dalam buku interaksi motivasi belajar mengajar Sardiman A.M

(2006:86-89) macam atau jenis motivasi ini dapat dilahat dari

berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi dan motif-

motif yang aktif itu sangat bervariasi.

2. Pendaki Gunung (Mountaineer)

a. Beberapa pengertian mountaineer dalam rahayu:

1) Mountaineer merupakan bahasa Inggris yang berarti pendaki

gunung atau seorang pendaki gunung. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (1988) dalam Rahayu (2012) pendaki berasal

dari kata daki yang berarti orang yang mendaki. Jadi pendaki

gunung adalah orang yang berolah raga dengan mendaki gunung.

2) Menurut Ekapasers (2006) istilah mountaineer diartikan sebagai

sebutan untuk seseorang yang senang melakukan kegiatan dialam

bebas atau mendaki gunung atau yang lebih dikenal dengan

mountaineering.

3) Menurut Sispalaoasis (2011) mountaineer adalah berasal dari kata

“mountain” yang berarti gunung. Mountaineer adalah orang yang

melakukan kegiatan mendaki gunung yang terdiri dari tiga tahap

kegiatan, yaitu hill walking, scrambling, climbing dan bentuk

climbing terdiri dari rock climbing serta snow ice climbing. Dari

beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mountaineer


16

adalah seorang pendaki gunung yang senang melakukan kegiatan

dialam bebas mulai dari melintasi bukit sampai dengan pendakian

gunung yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi dan

membutuhkan peralatan khusus.

b. Persiapan Bagi Mountaineer

Mahesa (2010) dalam rahayu 2012 persiapan umum untuk

mendaki gunung yaitu:

1) Kesiapan mental

Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka

fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.

2) Kesiapan fisik

Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya: stretching

atau perenggangan agar tubuh kita dapat terlatih kelenturannya.

Jogging (lari pelan-pelan) waktu, jarak dan kecepatan selalu kita

tambah dari waktu sebelumnya.

3) Kesiapan administrasi

Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan

memasuki kawasan yang akan dituju.

4) Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan

Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan

minimal yang perlu bagi pendaki adalah pengetahuan tentang

navigasi darat, survival serta EMC (emergency medical care)

praktis.
17

c. Definisi Mountaineering

Mountaineering adalah kegiatan mendaki gunung yang terdiri dari

tiga tahap kegiatan, yaitu: hill walking, merupakan perjalanan

pendakian bukit-bukit yang landai, tidak mempergunakan peralatan

dan teknis pendakian. Scrambling, merupakan pendakian pada tebing

batu yang tidak terlalu terjal, tangan hanya digunakan sebagai

keseimbangan. Climbing, merupakan pendakian yang membutuhkan

penguasaan teknik pendakian.

Sedangkan menurut Eka Pasers (2006) dalam Rahayu 2012

Mountaineering adalah suatu teknik gabungan pendakian yang

memerlukan teknik dan alat-alat khusus. Berdasarkan uraian diatas

dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan

mountaineering adalah suatu teknik gabungan pendakian dengan

kegiatan yang bermedan gunung yang dapat menjadi hobi bagi banyak

orang serta menjadi prestasi yang dapat dibanggakan. Menurut Sastha

(2007: 12), mendaki gunung dapat diartikan sebagai olahraga di alam

bebas, namun karena aktivitasnya dilakukan dialam terbuka mendaki

gunung memerlukan kondisi fisik yang prima untuk melakukan

olahraga ini.

3. Prosedur Pendakian Gunung

Agar pendakian gunung terlaksana dengan aman dan nyaman sehingga

tujuan dapat tercapai, maka pendakian gunung memerlukan prosedur


18

dalam pelaksanaanya. Prosedur pendakian menurut Sastha (2007:12)

sebagai berikut:

a. Sebelum perjalanan

1) Rencana perjalanan anda jauh-jauh hari agar anda dapat

mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan diri anda.

2) Cari informasi sebanyak mungkin mengenai daerah atau lokasi

tujuan anda. Informasi bisa anda dapatkan dari buku, internet,

koran, majalah ataupun dari teman-teman anda yang telah

melakukan perjalanan ke tempat tersebut.

3) Pililah daerah atau lokasi yang menjadi tujuan perjalanan agar anda

bisa memperkirakan alokasi waktu perjalanan dan biayayang harus

dipersiapkan.

4) Siapkan semua identitas diri. Dan jika perlu, surat jalan dari

kepolisiansetempat untuk kegiatan yang sifatnya lebih besar,

seperti ekspedisi.

5) Persiapkan kondisi fisik anda dengan rajin berolaraga sebelum

melakukan perjalanan jauh. Misalnya dengan joging atau renang.

6) Biasakan membawa alat tulis untuk mencatat hal-hal yang penting

selama perjalanan.

7) Tinggalkan pesan atau catatan kepada keluarga atau orang terdekat

mengenai tempat yang akan anda tuju.


19

8) Catatlah semua perlengkapan yang akan anda bawah dengan cara

membuat daftar perlengkapan (check list) dan cek kembali sebelum

berangkat.

9) Sesuaikan kapasitas perlengkapan dengan jangka waktu anda saat

melakukan perjalanandan sesuaikan dengan kondisi daerah atau

lokasi tujuan anda, serta cuaca pada saat itu.

10) Siapkan perlengkapan perjalanan anda seperti pakaian dan

peralatan untuk perjalanan atau pendakian sesuai dengan likasi

yang dituju. Jangan berlebihan atau kekurangan. Untuk melakukan

pendakian, beban yang dibawah biasanya sepertiga dari berat tubuh

anda, yaitu sekitar 15-20 kg.

11) Dalam memilih barang yang akan dibawa mendaki carilah selalu

alat atau perlengkapan yang berfungsi ganda. Tujuannya adalah

untuk meringankan berat beban yang harus anda bawah. Contoh

aluminium foil yang bisa menjadi pengganti piring, untuk

membungkus sisah nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting

bisa dilipat, sehingga tidak memakan tempat.

12) Selalu siapkan kantong-kantong plastik dalam carrier/backpack

anda, karena akan berguna sekali nanti sebagai tempat sampah

yang harus anda bawa turun, baju basah, dan lain sebagainya.

13) Selalu gunakan kantong plastik untuk membungkus pakaian anda

agar pakaian tidak basah dan lembab.


20

14) Gunakan kantong plastik untuk mengatur barang dalam

carrier/backpak anda (dapat dikelompokkan masing-masing

pakaian, makanan dan item lainnya). Ini untuk mempermuda jika

sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan, dan

sebagainya.

15) Siapkan makanan dan air yang cukup setidaknya untuk keperluan

pribadi anda.

16) Apabila anda pergi dengan group atau rombongan, bagi

perlengkapan group agar tidak rangkap.

17) Membungkus ulang makanan yang anda bawah seperti makanan

dalam kotak, botol dan kaleng kedalam kantong isi ulang atau

kantong plastik. Tujuannya untuk mengurangi berat dan tempat

pada saat pelakukan packing.

18) Siapkan persediaan makanan ekstra jika sewaktu-waktu terjadi

cuaca buruk atau keterlambatan seperti alokasi waktu yang

meleset.

19) Selalu siapkan P3K atau first and kit dalam tas anda.

20) Jangan pernah membiarkan barang-barang atau perlengkapan

menggantung diluar carrier anda, karena akan menyulitkan

perlgerakan anda sewaktu mendaki.

21) Dan lain-lain.

b. Selama perjalanan
21

1) Laporkan kedatangan anda kepada petugas yang berwenang atau

aparat desa setempat mengenai maksud dan tujuan kedatangan

anda.

2) Apabila sampai di lokasi, cari informasi mengenai situasi dan

kondisi setempat pada 3-7 hari terahir, termasuk kehidupan liarnya,

seperti hewan. Informasi bisa anda dapatkan dari petugas jagawana

(polisi hutan) dan penduduk setempat.

3) Anda juga bisa mencari informasi mengenai hal-hal atau kebiasaan

penduduk setempat untuk menghindari konflik, dengan cara

menghormati kebiasaan tersebut. Informasi tersebut bisa anda

dapat dari petugas jagawana, aparat setempat atau tokoh

masyarakat.

4) Ikutilah aturan-aturan yang sudah ditetapkan dilokasi-lokasi

perjalanan (misalnya di Taman Nasional), serta jangan merusak

atau mengacuhkan hal-hal yang sudah berlaku dan ditetapkan.

5) Jangan merusak rambu-rambu atau shelter yang telah dibuat,

karena akan merugikan diri anda dan orang lain.

6) Sebaiknya berjalan di gunung dengan langkah-langkah kecil,

karena dengan langkah yang terlalu besar akan merusak

keseimbangan tubuh.

7) Dengan fisik yang baik, seorang pendaki gunung dapat berjalan 2-3

jam tampa istirahat. Atau berjalan minimal satu jam diselingin

istirahat sepuluh menit sudah cukup baik.


22

8) Ikuti jalan setapak yang sudah ada. Di gunung, jalan setapak

biasanya berkelok-kelok mengikuti kontur alam, sehingga tidak

terlalu menanjak. Tidak usah memotong jalan setapak yang

berkelok-kelok itu. Lintasan biasanya curam. Lagi pula, memotong

jalan setapak tersebut dapat dapat merusak jalan yang sudah ada.

Tidak usah segan untuk kembali turun dan memeriksa jalan setapak

yang ada, seandainya lintasan di depan meragukan anda.

9) Lindungi diri dan anggota kelompok anda selama melakukan

perjalanan.

10) Lindungi alam atau lingkungan sekitar anda dengan tidak merusak

dan melakukan berbagai vandalisme (merusak batang pohon

dengan menggunakan pisau atau mencorat-coretnya dengan dengan

cat dan sejenisnya).

11) Bawa selalu kembali barang-barang bawaan anda yang menjadi

sampah. Tentunya barang-barang yang lama di urai seperti plastik

dan sejenisnya

12) Simpanlah pakaian kotor kedalam kantung sendiri dan jangan

mencampurnya dengan pakaian bersih, terutama pakaian yang

basah dan berbau.

13) Gunakan kembali kantung-kantung yang bisa dipakai ulang apabila

memungkinkan.
23

14) Berjalan atau berkemah pada jalur atau tempat yang sudah

ditentukan, terutama daerah yang telah ditetapkan sebagai taman

nasional atau cagar alam seperti Gunung Gede pangrango.

15) Gantilah pakaian yang anda gunakan pada saat mendaki dengan

pakaian yang bersih dan kering ketika akan tidur atau pada saat

berkemah.

16) Jangan terlalu dekat mendirikan tenda dengan aliran sungai, danau

dan sumber air lainya. Sebisa mungkin hindarilah pencemaran.

Dengan begitu, anda juga memberikan kesempatan pada kehidupan

liar untuk datang dan minum disumber-sumber air tersebut. Selain

itu, juga untuk melindungi anda dari bahaya banjir karena naiknya

permukaan air.

17) Apabila meninggalkan area perkemahan, selalu cek kembali lokasi

tersebut sebelum anda meninggalkanya. Usahakan kondisi

ditempat itu kembali seperti sedia kala sebelum anda datang.

Jangan meninggalkan apapun ditempat tersebut.

18) Berhati-hatilah apabila ingin membuat api unggun. jika tidak perlu,

sebaiknya tidak membuat api unggun. Gunakanlah batang pohon

atau ranting yang telah rubuh dan mati. Pastikan api unggun yang

anda buat telah mati ketika anda meninggalkannya.

19) Jangan membuang kotoran kedalam sumber air.


24

20) Kurangi dampak pencemaran dengan tidak mandi langsung

disungai atau sumber air lainya apabila menggunakan sabun

berbahan detergen.

21) Dan lain-lain

c. Setelah mendaki

1) Laporan kedatangan kepada petugas yang berwenang untuk

memberikan informasi telah selesai melaksanakan pendakian.

2) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan pendakian gunung.

4. Olahraga Rekreasi

a. Olahraga

Secara umum orang memahami olahraga merupakan salah satu

aktifitas jasmani yang dilakukan oleh orang, sekelompok orang dengan

tujuan untuk mencapai kebugaran jasmani. Menurut Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2005 disebutkan bahwa olahraga adalah segala

kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, dan

mengembangkan potensi jasmani, rohani dan social. Uraian tersebut

senada dengan apa yang disampaikan oleh Adolf Ogi penasehat khusus

Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa ‘sport

teacheslife skill-sport remain the best school of life”. Jadi olahraga

sebagai sarana mengembangkan potensi jasmani, rohani, social, dan

sekaligus sebagai sekolah kehidupan. Selain itu definisi olahraga yang

dikemukakan Matveyev (1981; dalam Rusli, 1992), bahwa olahraga

merupakan kegiatan otot yang energik dan dalam kegiatan itu atlet
25

memperagakan kemampuan geraknya (performa) dan kemauannya

semaksimal mungkin.

b. Rekreasi

Rekreasi merupakan sebuah istilah yang lebih populer dari pada

waktu luang. Pandangan tradisional menjelaskan bahwa rekreasi

adalah suatu aktifitas waktu luang baik yang dilakukan secara individu

atau kelompok tidak terkait siapapun guna mencapai kepuasan (Murni

Muhamad, dan Yudha M. 2000: 2)

1) Hakekat dan Karakteristik Rekreasi

Didasari oleh pandangan filsafat, aktifitas rekreasi mengandung

ciri-ciri khusus yang dapat membedakan dengan aktifitas lainnya.

Meskipun berbagai kegiatan dapat menjadi rekreasi namun

karakteristik yang menjadi kekhususan dalam aktifitas rekreasi

menjadi payungnya. Menurut pakar kerekreasian karakteristik

rekreasi terdiri dari sembilan unsur sebagai berikut:

a) Melibatkan aktifitas

b) Dilakukan pada waktu luang

c) Tidak memiliki bentuk yang permanen

d) Sukarela

e) Adanya motivasi

f) Dilakukan secara sungguh-sungguh

g) Fleksibel

h) Universal
26

i) Memberi manfaat positif

2) Potensi Rekreasi

Dari rekreasi yang ada dapat digali berbagai potensi yang dapat

memberi nilai-nilai positif bagi pembentukan personaliti individu

seperti :

a) Fisik

b) Psiks

c) Emosional

d) Sosial

e) Intelektual

f) Spiritual

3) Peranan Rekreasi

Ada dua alternatif yang harus digali tentang peranan rekreasi.

Pertama bahwa fungsi rekreasi adalah fungsi keseimbangn, fungsi

kompensasi, atau fungsi korektif, berfungsi sebagi penangkal

kegiatan rutin, dan berfungsi memberikan terapi bagi manusia yang

stres dalam kehidupannya. Kedua bahwa rekreasi harus dilihat

sebagi fungi integrasi dan fungsi pengembngan, fungsi pelengkap,

dalam keseluruhan hidup.

a) Rekreasi sebagai Kompensasi

Rekreasi memberi kompensasi dalam kehidupan manusia atau

menyeimbangkan fungsi karena ketegangan dalam bekerja.

b) Rekreasi sebagai korektif


27

Rekreasi dapat dimanfaatkan sebagai suatu mediasi untuk

mengoreksi ketidak mampuan menyesuaikan diri secara

personal atau sosial.

4) Sarana dan Prasarana Rekreasi

Ada tiga lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana dan

prasarana rekreasi yaitu :

a) Lingkungan yang sengaja di buat

Sarana ini biasanya dibuat untuk memenuhi tuntutan pelaku

rekreasi dimana pada umumnya mereka menunut adanya

pelayanan yang memuaskan dari pengelola. Dan yang

terpenting mereka terpuaskan bebagai keinginanya itu.

b) Lingkungan sosial

Sarana dan prsarana semacam ini umunya dirancang dalam

bentuk kegiaan yang melibatkan banyak orang dan juga sarana

prasarana ini bisa dimanfaatkan sebagai wahana untuk kontak

sosial, sosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar

atau mengembangkan bakat

c) Lingkungan alam

Lingkungan alam telah tersedia menjadi pendukung yang tak

bernilai harganya. (Murni Muhamad dan Yudha,2000:19)

c. Olahraga Rekreasi

Olahraga rekreasi adalah kegiatan olahraga yang dilaksanakan,

untuk mencari kegembiraan, kepuasaan, persahabatan, dan


28

meningkatkan kesegaran jasmani, bukan untuk memperoleh

kemenangan atau prestasi saja. Jenis kegiatan dari olahraga rekreasi

antara lain :

1) Olahraga yang dilakukan dalam pertandingan atau perlombaan

antar kelas antar sekolah, antar almamater dan sebagainya. Seperti

pada jenis olahraga sepakbola, bola basket dan sebagainya

2) Olahraga yang dalam pelaksanaanya hanya untuk memperoleh

kesenangan, peraturanya dapat disederhanakan seperti

permainanpermainan yang dilakukan di tempat-tempat rekreasi,

seperti permainan bola voli yang dimainkan di tepi pantai.

3) Permainan anak-anak yang dilakukan untuk mengisi waktu luang,

yang hanya menggunakan waktu singkat seperti permainan halma,

kejar-kejaran dan sebagainya. Selain jenis olahraga tersebut masih

banyak jenis olahraga yang dapat dipakai sebagai kegiatan dalam

mengisi waktu luang seperti :

4) Olahraga air

Jenis olahraga air ialah renang, polo air, loncat indah, menyelam di

laut, ski air, selancar, boating, mendayung, perahu layar dll.

5) Olahraga dirgantara

Jenis olahraga dirgantara ialah: agntole, terbang laying,

aeromodeling, dan lain-lain.

Selain itu tujuan olahraga rekreasi antara lain adalah ;

1) Pengisi waktu luang


29

2) Pelepas lelah, kebosanan dan kepenatan

3) Sebagai imbangan subsisten activity (kegiatan

pengganti/pelengkap), contoh pendidikan dan

pekerjaan/bekerja

4) Sebagai pemenuh fungsi social (fungsi social ini dilakukan

untuk kegiatan kelompok serta rekreasi aktif)

5) Untuk memperoleh kesegaran jasmani dengan olahraga yang

menyenagkan

6) Memperoleh kesenangan dengan cara berolahraga

7) Memperkenalkan olahraga bahwa olahraga itu menyenangkan.

5. Olahraga Hiking

Olahraga hiking dalam Bahasa Indonesia berarti pengembaraan/

penjelajahan, yaitu salah satu bentuk olahraga penjelajahan di alam bebas

yang sampai saat ini terus berkembang dan semakin banyak diminati.

Adakalanya orang-orang menyebut hiking sebagai olah raga jalan santai di

alam bebas, tidak terikat oleh aturan-aturan baku, universal, serta bebas

dalam jumlah peserta. Kelebihan-kelebihan itulah yang mendorong orang

untuk menggemari olah raga ini. Pada sisi lain, hiking berarti juga kegiatan

menikmati alam, meresapi ketenangan/kesejukan, dan merasakan

keselarasan komponen dalam ekosistem. Hal-hal tersebut secara umum

sulit dirasakan oleh masyarakat modern (diperkotaan), mereka seolah-olah

terikat oleh rutinitas, kemacetan, kesibukan, dan pencemaran. Olahraga


30

hiking dapat membentuk keberanian hidup, ketabahan,

kerjasama/kekompakan, kesabaran dan jiwa kepemimpinan seseorang.

Hiking pada dasarnya merupakan bentuk lain dari aktivitas jalan kaki,

dalam perjalanannya terspesifikasikan berdasarkan tujuan, latar belakang,

serta objek (medan). Mulai dari sinilah lahir bentuk kegiatan lain seperti

susur pantai, mendaki gunung, lintas alam (cross country), camping, dan

lain-lain. Jadi tanpa aktivitas dasar lainnya, memahami hakikat jalan kaki

merupakan dasar dari seorang penjelajah (hiker) yang tangguh.

Secara filosofi, hiking merupakan manifestasi dari bentuk kepedulian

manusia terhadap lingkungannya. Upaya memahami diri sendiri, dengan

jalan kaki manusia mencoba melihat sosok-sosok disekitarnya serta

fenomena-fenomena alam yang sedang terjadi. Lebih dari itu, manusia

dapat menilai kelemahan/ ketergantungannya terhadap Tuhan Yang Maha

Esa dan kepada alam sekitar, bahwa hidup manusia tidak sendiri, namun

saling berketergantungan antara satu dengan yang lain.

6. Gunung Marapi

Gunung Marapi, juga dikenal sebagai Merapi atau Berapi (Gunuang

Marapi dalam bahasa Minang), adalah gunung berapi yang terletak

di Sumatra Barat, Indonesia. Gunung ini tergolong gunung yang paling

aktif di Sumatra. Terletak dalam kawasan administrasi Kabupaten

Agam dan Kabupaten Tanah Datar, gunung berketinggian 2.891 mdpl ini

dapat juga dilihat dari Kota Bukittinggi dan Padang Panjang. Gunung

Marapi sudah meletus lebih dari 50 kali sejak akhir abad 18.
31

Menurut tambo, gunung ini adalah situs yang pertama kali dihuni

oleh orang Minangkabau setelah kapal mereka mendarat di gunung ketika

ukurannya sebesar telur dan dikelilingi oleh air. Ada sejumlah besar batu

penguburan tegak (menhir) di wilayah yang berorientasi ke arah gunung,

yang menunjukkan makna budayanya. Mulai Juli 2023, pendakian ke

gunung marapi harus booking tiket dahulu secara online di BKSDA

Sumbar.

7. Kegiatan Mountain Hiking

Mountain haiking merupakan kegiatan mendaki gunung bersama yang

di lakukan pada akhir pekan di gunung marapi Koto Baru. Tujuannya

adalah untuk bersenang-senang atau kembali ke alam untuk menjernihkan

pikiran. Kegiatan mountain hiking di bentuk pada tahun 2017. Awalnya

kegiatan ini hanya di ikuti oleh Komunitas Pecinta Alam Koto Baru.

Namun seiiring berjalannya waktu kegiatan ini merambah ke masyarakat

umum dari berbagai usia ataupun genre.

Setiap akhir pekan, pendaki yang berpartisipasi pada kegiatan ini

selalu mengalami peningkatan. Tetapi, kegiatan mountain hiking sempat

terhenti pada masa covid-19(2020-2021). Namun sejak new normal di

terapkan tepatnya pada tahun 2022 kegiatan ini kembali aktif sampai

sekarang. Dan juga banyak pendaki dari luar daerah Sumatera Barat

berpartisipasi pada kegiatan mountain hiking ini.


32

B. Kerangka Konseptual

Pendakian gunung merupakan salah satu kegiatan outdoor yang cukup

berbahaya. Setiap detail harus direncanakan sebelum memulai pendakian

gunung, mulai dari jadwal perjalanan, kondisi lapangan, perlengkapan dan

faktor lainnya. Pendakian gunung/mendaki gunung dalam Olahraga, profesi,

dan rekreasi wisata alam bertujuan untuk menggapai tempat atau tempat

tertinggi untuk menikmati keindahan alam.

Kegiatan mountain hiking merupakan sebuah kegiatan yang di adakakan

oleh Komunitas Pecinta Alam Nagari Koto Baru pada akhir pekan (Sabtu dan

Minggu). Kegiatan olahraga mountain hiking ini berdiri pada tahun 2017 dan

menarik simpati pendaki untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Gambar 1. Alur kerangka konseptual


33

C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu penjelasan sementara perilaku atau keadaan

tertentu yang telah terjadi.Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara

dari penyataan yang ada pada perumusan masalah penelitian. Juliandi (2015,

hal. 44).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik hipotesis bahwa terdapat

motivasi pendaki pada kegiatan olahraga rekreasi mountain hiking di Gunung

Marapi Nagari Koto Baru Kecamatan Sepuluh Koto Kabupaten Tanah Datar.
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan

penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah- langkah yang sistematis.

Sugiyono (2014, hlm. 6) menyatakan bahwa: “Metode penelitian dapat

diartikan sebagai cara ilmiah untu mendapatkan data yang valid dengan

tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan

tertentu sehingga dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan

mengantisispasi masalah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kuantitatif deskriptif yaitu dengan cara mencari informasi tentang

gejala yang ada, didefinisikan dengan jelas tujuan yang akan dicapai,

merencanakan cara pendekatannya, mengumpulkan data sebagai bahan untuk

membuat laporan. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui motivasi

pendaki pada kegiatan olahraga rekreasi mountain hiking di Gunung Marapi

Nagari Koto Baru Kecamatan Sepuluh Koto Kabupaten Tanah Datar.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan mengungkapkan data yang ditemui di lapangan, yaitu

motivasi pendaki pada kegiatan olahraga rekreasi mountain hiking di Gunung

Marapi. Maka, penelitian ini bertempat di Nagari Koto Baru Kecamatan

Sepuluh Koto Kabupaten Tanah Datar. Dengan waktu pelaksanaannya setelah

proposal ini di setujui.

34
35

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini merupakan motivasi pendaki pada

kegiatan olahraga rekreasi mountain hiking di Gunung Marapi Nagari

Koto Baru Kecamatan Sepuluh Koto Kabupaten Tanah Datar. Aktivitas

yang dilakukan oleh responden dilakukan di tempat yang terbuka atau

outdor. Dan responden yang digunakan peneliti berkisar umur 15 tahun

sampai 35 tahun, laki-laki atau perempuan.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah insidental

sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu

siapa saja yang secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui

itu cocok sebagai sumber data. (Sugiyono, 2016: 124).

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin

banyak sampel digunakan dalam penelitian tidak selalu menghasilkan

penelitian yang baik karena hal tersebut tergantung dari sifat-sifat atau

ciri- ciri yang terdapat pada subjek penelitian dalam populasi. Maka

peneliti mengambail sampel Minimal 50 pendaki pada kegiatan olahraga

rekreasi mountain hiking di Gunung Marapi Nagari Koto Baru Kecamatan

Sepuluh Koto Kabupaten Tanah Datar.


36

D. Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data dalam peneIititan ini adalah data primer. Data primer adalah

data yang Iangsung diambil dari sampel yang diteliti.

2. Sumber Data

Penelitian ini didapatkan langsung melalui penelitian lapangan terhadap

motivasi pendaki pada kegiatan olahraga rekreasi mountain hiking di

Gunung Marapi Nagari Koto Baru Kecamatan Sepuluh Koto Kabupaten

Tanah Datar.

E. Instrumen Penelitian

1. Alat Pengumpul Data

Instrumen merupakan alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaan menjadi lebih baik, cermat,

lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket atau kuesioner.

a. Angket

Angket menurut Riyanto (2001:87) adalah alat untuk

mengumpulkan data berupa daftar pertanyaan yang disampaikan

kepada responden untuk dijawab secara tertulis. Mengenai jenis angket

dilihat dari jenis penyusunan itemnya dapat dibedakan menjadi dua

macam,yaitu angket terbuka dan angket tertutup.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis angket tertutup.

Mengenai angket tertutup dijelsakan oleh Riyanto (2001:87)


37

merupakan angket yang menghendaki jawaban pendek, atau

jawabannya diberikan dengan membulat kan tanda tertentu. Daftar

pertanyaan disusun dengan disertai alternative jawabannya, responden

diminta untuk memilih salah satu jawaban atau lebih dari alternative

yang sudah disediakan.

b. Dokumentasi

Digunakan dalam sebuah penelitian sebagai sumber data yang

dapat dimanfaatkan untuk menguji, menganalisa, menafsirkan bahkan

bisa juga untuk meramalkan setiap bahan tertulis ataupun video.

c. Skala Pengukuran

Dari beberapa macam skala yang ada, penulis mengambil skala

yaitu Summated Rating Scales (Likert Scales) atau Skala Likert yang

sudah terbukti bahwa skala teresebut sering digunakan untuk

menentukan sikap/perilaku seseorang. Hal tersebut senada dengan

pengertian Skala Likert yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:93)

menjelaskan bahwa Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik

oleh peneliti.

Distribusi respons atau pilihan jawaban yang dimaksud di atas

yaitu dalam penskalaan terhadap suatu topik dapat diberikan nilai

dengan alternatif pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tiada

pendapat, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. cara memberikan nilai
38

dilakukan dengan menyatakan perilakunya itu ke dalam lima alternatif

pilihan jawaban yaitu: (1) Sangat setuju, (2) Setuju, (3) Ragu-ragu, (4)

tidak setuju, dan (5) Sangat tidak setuju. (Nurhasan dan Cholil

2007:349)

Adapun kategori penskoran setiap butir pernyataan positif, yaitu

5,4,3,2,1. Sedangkan untuk kategori butir dengan pernyataan negatif,

yaitu 1,2,3,4,5. Untuk lebih jelasnya dapat melihat table di bawah ini :

Tabel 3.1 Tabel Distribusi Skor Jawaban

Alternative Jawaban Skor Indikator (+) Skor Indikator (-)


Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Kurang Setuju 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5

Berdasarkan pembahasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

kuesioner angket dan skala Likert yang dipilih sesuai dengan

permasalahan yang hendak penulis teliti, yaitu untuk mengetahui motivasi

pendaki pada kegiatan olahraga rekreasi mountain hiking di Gunung

Marapi Nagari Koto Baru Kecamatan Sepuluh Koto Kabupaten Tanah

Datar. Setelah itu dievaluasi dan dikaji sejauh mana motivasi pendaki

pada kegiatan olahraga rekreasi mountain hiking tersebut.

Instrumen penelitian angket yang digunakan akan berbentuk selebaran

yang telah dinyatakan valid dan reliabel dengan melalui tes validitas dan

relibilitas agar instrumen tersebut dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data dalam penelitian ini. Maka sebelum itu penulis menyusun
39

butir-butir pertanyaan dan pernyataan dalam angket yang menjadi

indikator angket penelitian ini melalui susunan konsep kisi-kisi yang

berhubungan dengan Minat atau pembahasannya. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada Tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Motivasi Pendaki di Gunung Marapi

Butir
No. Variabel Indikator
+ -
▪ Minat 1,3 2
▪ Kesenangan 4,5
1 Internal
▪ Kemauan 6,7 8
▪ Kepuasan 9,10 11
▪ Lingkungan 12,13,14 15
▪ Keluarga 16,17 18
2 Eksternal ▪ Kelompok/organisasi 19,20,21 22,23
▪ Promosi sosial media 24,25,26 27
▪ Sarana Prasarana 28,29,30

Angket yang telah tersusun dari kisi-kisi di atas inilah yang akan di

ujivaliditas dan uji relibilitasnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi,

atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006). Bentuk kuesioner yang


40

digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan. Kuesioner disusun

berdasarkan aspek-aspek motivasi pendaki pada Kegiatan Olahraga Rekreasi

Mountain Hiking di Gunung Marapi Nagari Koto Baru Kecamatan Sepuluh

Koto Kabupaten Tanah Datar.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian deskriptif analisis data akan dilakukan secara kuantitatif

dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

𝑓
𝑝= × 100 %
𝑛
1. Menjumlahkan seluruh skor angket pada setiap butir pertanyaan untuk

mendeskripsikan hasil penelitian. Data yang telah dijumlahkan skornya

akan dianalisis frekuensi persentasenya. Karena penelitian deskriptif,

maka teknik yang digunakan untuk statistik deskriptif ialah tabulasi

frekuensi atau menentukan persentase menggunakan rumus menurut A.

Muri (2005:40) sebagai berikut :

Catatan:

f = Frekuensi

n = Jumlah Sampel

2. Selanjutnya deskriptif analisis frekuensi, untuk menguji apa Minat utama

yang mendorong masyarakat dalam melakukan aktivitas olahraga,

sehingga bisa diketahui gambarannya. Data yang telah diperoleh kemudian

disimpulkan.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Hendri. 2008. Panduan Teknis Pendakian Gunung (Edisi Revisi).


Yogyakarta : Andi.
A.Muri, Y. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Brocherie, Franck, Olivier Girard & Grégoire P Millet. 2015. Emerging
Environmental and Weather Challenges in Outdoor Sports. Switzerland:
Institute of Sports Sciences, Department of Physiology, Faculty of Biology
and Medicine, University of Lausanne.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem. 2015.
Erone. 2010. Materi Pengetahuan Pecinta Alam (PAPAS). Pasundan: PAPAS.
Gufron M. Nur & Risnawita, Rini. 2012. Teori-teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Hermawan, Riyan. 2015. Pendidikan Karakter Melalui Pendakian Gunung Pada
Mahasiswa Pecinta Alam Sunan Kalijaga (MAPALASKA). Skripsi.
Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Husdarta. 2010. Sejarah dan Filsafat Olahraga. Jakarta: Alfabeta.
Iryani, Neni. 2013. Dlajah: Persiapan Naik Gunung. Bandung: Wanadri.
Kipreos, George. 2012. A Biological Super Athlete or a Product of the Sport
Industry. Greece: International Journal of Sport Management Recreation
& Tourism, Vol.9.
Komarudin. 2015. Psikologi Olahraga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhamad Murni dan Yudha M. 2000. Pendidikan Rekreasi. Jakarta: Depdiknas.
Nurjannatun, Devi. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Wisatawan
Terhadap Pemanfaatan “Klinik Wisata” (Studi Kasus Wisata Pantai
Parangtritis Yogyakarta). Skripsi. Semarang: Fakultas Kedokteran UNDIP.
Nurhasan. 2007. Tes dan Pengukuran Pendidikan Olahraga. Bandung: FPOK
UPI.

Oemar, Hamalik. 2007. Psikologi Mengajar dan Belajaran. Jakarta: Bumi aksara.
Pitama, I Gede dan I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Andi.
Rahayu, Sofura Meirliana Furi. 2012. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap

41
Motivasi Berprestasi Mountaineering Pada Mountaineer (Pendaki
Gunung) Wanita. Depok: Universitas Gunadarma.
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.

Sadewa, Agustinus Rae. 2012. Kematangan Emosi Pada Pendaki Gunung Ditinjau
Dari Jenis Kelamin. Skripsi. Surabaya: Universitas Katolik Widya
Mandala.
Sastha, Harley Bayu. 2007. Mountain Climbing for Everybody Panduan (Mendaki
Gunung). Jakarta: Mizan Publika Persada.
Sobur, Alex. 2016. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sofyan S. Willis. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Syaiful, Bahri Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 3 Tahun 2005 Tentang Sistem
Keolahragaan Nasional 2005. Jakarta: Kementrian Negara Pemuda dan
Olahraga Republik Indonesia.

42

Anda mungkin juga menyukai