Anda di halaman 1dari 10

STRUKTUR ILMU-ILMU SOSIAL

( FAKTA, KONSEP, DAN GENERALISASI )

REVANIRA AULIA

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Ihsan Baleendah

Jl. Adipati Agung No. 40 Baleendah, Bandung

auliarevanira@gmail.com

PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Sosial di SD/MI berfungsi untuk mengembangkan
pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan peserta didik. Setiap ilmu sosial
seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, sosiologi, psikologi sosial,
dan ilmu politik memandang manusia dari sudut pandangnya masing-
masing dan menggunakan metode kerja yang berbeda untuk memperoleh
struktur ilmunya. Ilmu Pengetahuan Sosial juga merupakan seperangkat
fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan prilaku dan
tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakat, bangsa, dan
lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat
dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.
Dalam suatu struktur ilmu-ilmu sosial, tersusun dalam 3 tingkatan materi.
Adapun kajian yang akan dibahas pada artikel ini yaitu : 1) Fakta 2) Konsep
3) Generalisasi.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Ilmu

Menurut Joseph J.Schwab dalam tulisannya Siructure of the


Disciplines Meanings and Significance, konsep struktur bukanlah konsep
yang sulit untuk dipahami. It refers to the parts of an objec and thc ways in
which thcy are interrelated (Ford, 1969: 6). Hal itu mengacu pada bagian-
bagian dari suatu objek dan tata cara yang saling berhubungan. Jadi, jika
kita bicara struktur gedung maka kita bicara tentang bagian-bagian dari
gedung itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut sehingga kita
menemukan bentuk gedung tertentu. Bagian-bagian yang sama dengan
bentuk hubungan antara bagian yang berbeda akan menghasilkan bentuk
gedung yang berbeda pula.
Stuktur berhubungan dengn inquiry atau penelitian yang dilakukan
oleh disiplin itu sendiri. Struktur ini mengyangkut masalah-masalah, jalan
mana yang akan ditempuh dalam penelitian. Cara mengumpulkan data,
cara menguji data, kriteria yang dipakai dalam menetapkan kualitas data,
ukuran untuk menentukan bahwa data yang diperoleh relevan atau
mungkin tidak relevan, penting atau kurang penting jalan yang ditempuh
oleh disiplin itu sendiri, dari data mentah melalui interpretasi menuju
kepada kesimpulan.
Sebelum membahas struktur ilmu-ilmu sosial beserta implikasinya
terhadap kurikulum, khususnya terhadap proses belajar mengajar, akan
memperluas pembahasan dengan menpertautkannya terhadap pendapat
William J.Goode bahwa ilmu adalah sekumpulan pengetahuan yang
sistematis dan sekaligus sebagai metode pendekatan terhadap dunia
empiris, ilmu merupakan relasi yang rumit antara teori dan fakta (Goode,
1952:7). Selanjutnya, pendapat Jacob Bronowski (1979:54) dalam
bukunya The Values of Scicnce, mengemukakan Science is the activity of
arranging the known facts in groups under gcneral concepts, and the
concepts are judged by the facual Outcomne of the actions which we base
on them. ‘Ilmu adalah aktivitas Menyusun fakta-fakta yang diketahui
dalam kelompok-kelompok di bawah konsep-konsep umum, dan konsep-
konsep itu dinilai berdasarkan pernyataan dari tindakan-tindakan yang
didasarkan padanya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa batang
tubuh ilmu (the body of knowledge) strukturnya mencakup fakta, konsep,
dan generalisasi.1

B. Peranan Fakta

Menurut KBBI, fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang


merupakan kenyataan sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta
berasal dari kata factum yang berarti kejadian adalah tingkat paling rendah
dari suatu abstraksi. Suatu fakta adalah dalam keadaan faktual (yang
sesungguhnya) dan dapat diterima sebagaimana adanya dan nyata yang
sekarang ada atau berdasarkan jejak-jejak atau bukti yang pernah ada,
merupakan obyek, peristiwa atau kejadian. Dan faktapun tidak memiliki
konotasi nilai.
Fakta juga suatu penerapan konsep dengan menunjukkan suatu
contoh, nama obyek atau peristiwa. Kata-kata untuk fakta antara lain
menyebutkan nama, kapan peristiwa terjadi, berapa jumlah, dimana dan
lain-lain.

1
Dadang Supardan, “Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Pendekatan Struktural”,
( Jakarta : Bumi aksara, 2013 ), hal 48-49 .
Sardjiyo (2009:2.8) menjelaskan bahwa fakta dapat menyebabkan
lahirnya teori baru, menjadi alasan untuk menolak teori yang ada, bahkan
mendorong untuk mempertajam rumusan teori yang telah ada. fakta
bukanlah tujuan akhir dalam pembelajaran IPS. Pengetahuan yang hanya
bertumpu pada fakta memiliki keterbatasan. Hal tersebut disebabkan
kemampuan kita untuk mengingat sangat terbatas. Selain itu, fakta bisa
berubah sesuai dengan waktunya. Sebagai contoh perubahan cuaca suatu
daerah, perubahan bentuk pemerintahan, perubahan pemimpin suatu
kelompok, dan sebagainya. Fakta juga hanya berkenaan dengan situasi
khusus. Oleh sebab itu, fakta hendaknya tidak dijadikan tujuan akhir dalam
pembelajaran. 2

Menurut Oxford Advanced Learner ‘s Dictionary of Current Englislh (2000:


449 450), yang dimaksud fakta adalah sebagai berikut :

1. Sesuatu yang digunakan untuk mengacu pada situasi tertentu atau


khusus.
2. Kualitas atau sifat yang aktual (nyata) atau dibuat atas dasar fakta-fakta.
Kenyataa fisik atau pengalaman praktis sebagaimana dibedakan dengan
imajinasi, spekulasi, atau teori.
3. Sesuatu hal yang dikenal sebagai yang benar-benar ada dan terjadi,
terutama yang dapat dibuktikan oleh evidensi (bukti) yang benar atau
dinyatakan benar-benar terjadi.
4. Hal yang terjadi dapat dibuktikan oleh hal-hal yang benar, bukan oleh
berbagai hal yang telah ditemukan.
5. Suatu penegasan, pernyataan, atau informasi yang berisi atau berarti
mengandung sesuatu yang memiliki kenyataan objektif, dalam arti luas
adalah sesuatu yang ditampilkan dengan benar atau salah karena
memiliki realitas objektif.

Adapun ciri-ciri fakta, yaitu :

1. Dapat dibuktikan kebenaranya.


2. Memiliki data yang akurat misalnya tanggal, tempat, dan waktu
kejadian.
3. Memiliki narasumber yang dapat dipercaya.
4. Bersifat objektif (apa adanya dan tidak dibuat-buat) yang dilengkapi
dengan data.
5. Sudah dipastikan kebenaranya.
6. Informasi yang akurat. 3

2
Ahmad Susanto, “Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.” (Jakarta:
Penerbit Kencana, 2014 ) hal 126.
3
Dadang Supardan, hal 51.
C. Peranan Konsep
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian konsep adalah
gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa,
yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konsep
Menurut Soedjadi (2000:14) pengertian konsep adalah ide abstrak yang
dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang
pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
Karena konsep masih berupa gambaran atau segala sesuatu yang bersifat
abstrak yang mungkin terjadi dimanapun, maka konsep perlu diartikan
(diberikan pengertian didefinisikan, diklasifikasikan dan diberikan ciri-ciri
yang khas, unsur-unsur atau atribut yang dapat membentuk suatu
pengertian). Konsep merupakan sesuatu yang penting untuk dipelajari
karena akan membantu dalam beberapa hal seperti yang diungkapkan oleh
De Cecco (dalam Husein Achmad, 1982), kegunaan pemahaman terhadap
konsep antara lain sebagai berikut.

1. Menghadapi lingkungan yang kompleks dan luas serta mengurangi


kesulitan dalam menguasai fakta-fakta yang selalu bertambah.
2. Mengidentifikasikan macam-macam objek yang ada di sekeliling kita.
Apabila seseorang mengidentifikasikan sesuatu benda, benda tersebut
dimasukkan dalam kelas tertentu.
3. Membantu memecahkan masalah dengan menempatkan masalah dalam
klasifikasi yang benar. Dengan demikian kita memperoleh pemecahan
bagaimana memproses masalah yang ada di hadapan kita.
4. Memungkinkan kita memberikan pengajaran yang lebih kompleks dan
menerangkan secara lebih jelas.
5. Mengetahui kenyataan di dunia. Dengan melalui konsep seseorang
diharapkan bisa berpikir atau melihat sesuatu yang berhubungan,
menciptakan, dan melaksanakan segala sesuatu. Namun demikian kita
harus berhati-hati terhadap konsep stereotipe, yaitu konsep yang
didasarkan atas pengalaman-pengalaman yang keliru. 4

Dalam hal ini Yelon (dalam Husein Achmad, 1982) mengemukakan


bagaimana mengajar konsep yang baik sebagai berikut:

1. Merumuskan tujuan
Guru harus menetapkan tujuan tertentu untuk masing-masing mata
pelajaran. Dalam mengajar konsep, guru hendaknya memberi
kesempatan kepada untuk menggunakan kemampuannya dalam
memberikan atau memilih contoh-contoh tentang konsep
2. Menyadari adanya pengetahuan prasyarat yang akan membantu
pemahaman konsep

4
N. Daldjoeni, “Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial”, ( Bandung: Gama Media,
(Mutakin, 2011)2010 ), hal 91.
Syarat utama untuk mempelajari konsep adalah memilah-milah, yaitu
membedakan antara obyek yang satu dengan obyek lainnya, antara
simbol yang satu dengan simbol yang lain. Selanjutnya guru harus
mengetahui pengetahuan prasyarat, yaitu bahwa harus mampu
menunjukkan atribut definisi dan memahami konsep.
3. Menyajikan definisi dan contoh-contoh
Guru harus menyajikan definisi contoh-contoh. Sebab konsep akan
mudah dipahami apabila aspek yang relevan dengan stimulus jelas dan
aspek yang tidak relevan dengan stimulus kurang jelas atau kurang tajam.
Selain itu, konsep juga akan mudah dipahami jika guru banyak
menggunakan contoh-contoh yang positif

Dalam hal ini, komponen-komponen (disiplin-disiplin) ilmu sosial terdapat


banyak sekali konsep-konsep, yaitu :
1. Konsep-konsep ilmu sejarah
Konsep-konsep ilmu sejarah mengenal beberapa konsep seperti migrasi,
feudalisme, imperalisme, rasionalisme, sosialisme, perang, liberalisme,
perdamaian, perjanjian, persetujuan, persekutuan, candi, area, uang kuno,
perdagangan, pahlawan, dan sebagainya.
2. Konsep-konsep ilmu ekonomi
Konsep-konsep ilmu ekonomi mengenal beberapa konsep seperti tukar-
menukar, uang, pasar, bursa, liberalisme, kapitalisme, imperalisme,
koperasi, pajak, cukai, untung, rugi, harga, industri, produksi, distribusi,
konsumen, pabrik, penguasaha, pendapatan, kerja, tenaga, jasa, dan
sebagainya
3. Konsep-konsep ilmu geografi
Konsep-konsep ilmu geografi mengenal beberapa konsep seperti tanah,
air, udara, sungai, gunung, antariksa, flora, fauna, laut, gempa, sumber
alat, kependudukan, desa, kota, dan sebagainya.
4. Konsep-konsep antropologi
Konsep-konsep antropologi mengenal beberapa konsep seperti
kebudayaan, peradaban, kepercayaan, folklore, survival, adat, tradisi,
induk bangsa (ras), bahasa, sistem kekerabatan, sistem mata pencaharian,
kesenian, magis, upacara, religi, dan sebagainya.
5. Konsep-konsep sosiologi
Konsep-konsep sosiologi mengenal beberapa konsep seperti norma
sosial, kerja sama sosial, kelompok sosial, organisasi sosial, status sosial,
desa kota, urbanisasi, persaingan, kerja sama, dan sebagainya.
6. Konsep-konsep psikologi sosial
Konsep-konsep psikologi sosial Konsep-konsep psikologi sosial
mengenal beberapa konsep seperti norma prilaku sosial, interaksi sosial,
prilaku politik, budaya masyarakat, perilaku menyimpang dan
sebagainya.5

Selaniutnya, Fraenkel (1980) mengklasitikasi jenis-jenis konsep atas 6


macam.

1. Konscp konjungtif, yaitu konsep yang beriungsi untuk menghubungkan


(connective) dari keberadaan dua atau lebih atribut yang sernuanya harus
ada (Fraenkel, 1980: 58). Contohnya, konsep anak berarti ia adalah
individu yang masih kecil dan masih berusia satu sampai sepuluh tahun.
Selain itu, perilakunya pun masih belum dewasa. Sebaliknya, konsep ibu
maupun ayah mencerminkan orang dewasa yang sudah cukup tua untuk
memiliki anak.
2. Konsep disjungtif, mencerminkan adanya alternatif-alternatif yang
beragam. Contohnya, konsep olahraga bentuk dan jenisnya dapat berupa
permainan sepak bola, tenis meja, lempar lembing, maraton, dan
sebagainya.
3. Konsep relasional, yang memiliki arti mengandung suatu hubungan
khusus antara dua atribut maupun lebih yang dinyatakan secara eksplisit
dengan bilangan tertentu. Contohnya, konsep kecepatan mobil
dihubungkan dengan rata-rata perkilometer perjam. Konsep isi dihubung-
kan dengan meter kubik. Konsep luas dihubungkan dengan berapa meter
persegi.
4. Konsep deskriptif, adalah konsep yang menuntut jawaban tentang
gambaran suatu benda. Konsep deskriptif ini pun menuntut pemahaman
karakteristik ataupun ciri-ciri esensial yang sama dalam mengemukakan
pendapat. Contohnya, apa itu kursi? Apa itu Presiden? Dan scbagainya.
5. Konsep valuatif, yaitu konsep yang berhubungun dengan pertimbangan
baik ataupun buruk, salah ataupun benar, cantik ataupun jelek rupa, dan
sebagainya.
6. Konsep campuran antara deskriptif dan konsep valuatif, yaitu suatu
konsep yang tidak hanya memberikan penjelasan tentang suatu
karakteristik yang dimiliki oleh benda tersebut, tetapi juga sekaligus
memberikan sikap ataupun penilaian terhadap pernyataan tersebut.
Menurut Fraenkel (1980:59), konsep ini merupakan yang paling banyak
ditemui, contohnya pembunuhan sadis, pemerintah otoriter, kolonialisme,
imperialisme, sadisme, dan sebagainya.6

5
Ahmad Susanto, “Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.” (Jakarta:
Penerbit Kencana, 2014 ) hal 128.
6
Dadang Supardan, “Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Pendekatan Struktural”,
( Jakarta : Bumi aksara, 2013 ), hal 53-54.
D. Peranan Generalisasi

Schuneke (1988:16) mengemukakan bahwa generalisasi merupakan


abstraksi dan sangat terikat konsep. Generalisasi menghubungkan
beberapa konsep sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu pola
hubungan yang bermakna dan menggambarkan hal yang lebih luas.
Menurut Nursid Sumaatmadja (1980:83), generalisasi adalah hubungan
dua konsep atau lebih dalam bentuk kalimat lengkap, yang merupakan
pernyataan deklaratif dan dapat dijadikan suatu prinsip atau ketentuan
dalam IPS.

Jadi dapat disimpulkan bahwa generalisasi merupakan pernyataan


yang bersifat umum, tidak terikat pada situasi khusus, yang menunjukkan
adanya hubungan di antara konsep. Seseorang dikatakan menyusun
generalisasi, apabila orang itu menarik dua konsep atau lebih dengan
sedemikian rupa sehingga saling berhubungan satu dengan Iainnya.
Generalisasi yang tidak menyebut orang, tempat atau benda adalah
generalisasi yang baik. Dengan tidak menyebut orang, tempat, atau
benda, abstraksi generalisasi yang kita buat makin tinggi. Selain itu, jika
kita menyebut orang, tempat, atau benda, tingkat keberlakuannya
menjadi sempit atau rendah. Generalisasi harus ditulis sedemikian rupa
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam berbagai situasi yang
bagaimanapun juga. Tabel berikut menyajikan perbandingan generalisasi
dengan konsep, menurut Rochiati (2006:6).7

GENERALISASI KONSEP
Generalisasi adalah prinsip-prinsip atau Konsep bukan merupakan prinsip
rules (aturan) yang dinyatakan dalam dan dinyatakan tidak di dalam
kalimat sempurna. kalimat yang sempurna.
Generalisasi memiliki dalil. Konsep tidak memiliki dalil.
Generalisasi objektif dan impersonal. Konsep subjektif dan personal.

Generalisasi dapat disusun dalam bentuk dan ruang lingkup yang


sederhana sampai kepada yang luas dan kompleks, Oleh karena itu,
James A. Banks s (1977: 99-101) membedakan 3 tingkat generalisasi.

1. High Order Generalizations disebut juga laws atau principles, yaitu


generalisasi yang pemakaiannya secara universal. Contohnya interaksi
antara suatu masyarakat dengan lingkungan mereka, memengaruhi
Cara yang ditempuh mereka untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Intermediate Level Generalizations, ialah generalisasi yang digunakan
dikawasan tertentu dan kebudayaan tertentu. Contohnya, wilayah

7
Awan Mutakin “Pengantar Ilmu Sosial” (Jakarta: Dikgutentis, 2011), hal 73.
Indonesia yang terletak di daerah tropis yang subur dan daerahnya
luas, menyebabkan Bangsa Indonesia di pedesaan sebagian besar
hidup dari pertanian.
3. Law Order Generalizations, yaitu generalisasi yang digunakan atas
data dari dua atau tiga sampel kecil, misalnya tentang sekelompok
kota pada satu kawasan tertentu. Contohnya, suatu kelimpahan curah
hujan yang tinggi serta suhu udara yang sejuk, menyebabkan daerah
Lembang Bandung cocok untuk tanaman sayuran kol, sawi, maupun
kentang.

Ditinjau dari tipe-tipenya, generalisasi menurut Fraenkel (1980: 74),


dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu generalisasi deskriptif,
kausal, korelatif, dan kondisional.

1. Generalisasi Deskriptif, yaitu suatu generalisasi yang hanya


mendeskripsikan suatu hubungan yang ada. Contohnya, peradaban
Eropa menyebar ke Afrika, Asia, dan Amerika, baik melalui
kolonisasi maupun cara-cara damai.
2. Generalisasi Kausal, yaitu suatu generalisasi yang menjelaskan
hubungan sebab akibat terjadinya suatu peristiwa. Contoh, adanya
imperialisme Barat, melahirkan nasionalisme Asia dan Afrika.
3. Generalisasi Korelatif, suatu generalisası yang menunjukkan adanya
hubungan satu sama lain. Contohnya, pada unnumnya industri berat di
Eropa berdekatan dengan tambang-tambang batu bara.
4. Generalisasi Kondisional, artinya suatu generalisasi yang
menyarankan apa yang akan terjadi jika seandainya suatu kondisi
khusus dilaksanakan, dengan demikian adanya suatu persyaratan
khusus. Contohnya recovery ekonomi Indonesia sulit untuk dapat
pulih kembali, jika faktor keamanan bagi investor tidak terjamin.8

E. CONTOH KETERKAITAN FAKTA, KONSEP, DAN


GENERALISASI PADA PENDIDIKAN IPS SD KELAS AWAL

Fakta, konsep, dan generalisasi sangat erat kaitannya dalam dimensi


pengetahuan. Ketiganya juga memiliki hubungan timbal balik dengan bahan
ajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS. Guru
sebagai seseorang yang paling dekat dengan tentu mengetahui kemampuan
masing-masing nya. Oleh sebab itu, guru harus mampu menyusun bahan
ajar yang sesuai dan menyampaikannya kepada melalui kegiatan
pembelajaran yang tepat.

8
Dadang Supardan, “Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Pendekatan Struktural”,
( Jakarta : Bumi aksara, 2013 ), hal 53-54.
Berikut ini disajikan contoh keterkaitan fakta, konsep, dan generalisasi
pembelajaran IPS di kelas awal. Contoh berikut ini untuk kelas 3 semester 1

1. Tema : Lingkunganku
2. Subtema : Lingkungan rumah
3. Tujuan Pembelajaran :
a. Menjelaskan pengertian lingkungan alam
b. Menjelaskan pengertian lingkungan buatan
c. Menjelaskan pengertian rumah
d. Menyebutkan benda-benda dari alam yang ada di sekitar rumah
e. Menyebutkan benda-benda buatan manusia yang ada di sekitar
rumah
f. Menceritakan pentingnya lingkungan alam dan buatan bagi manusia
4. Fakta
a. Daftar benda-benda/barang-barang yang berasal dari alam dan
buatan manusia
b. Cerita tentang pengalaman sebagai anggota keluarga di rumah
c. Daftar tugas harian di rumah
d. Hak dan kewajiban anggota keluarga terhadap lingkungan alam dan
buatan
5. Konsep
Rumah, lingkungan alam, lingkungan buatan, lingkungan sosial,
kedudukan dan peran, pernikahan, rumah tangga, tata krama, sopan
santun, dan sebagainya.
6. Generalisasi
a. Di sekitar rumah terdapat lingkungan alam dan buatan
b. Setiap anggota keluarga di rumah harus bertanggung jawab terhadap
kebersihan dan keindahan lingkungan rumah sesuai dengan perannya
masing-masing.9

KESIMPULAN

Fakta merupakan suatu informasi atau data yang ada yang pernah
terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dikumpulkan serta dikaji oleh para
ahli ilmu sosial untuk menjamin kebenarannya. Konsep adalah suatu
kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan alat
intelektual yang membantu kegiatan unruk berfikir dan memecahkan
masalah. Generalisasi berasal dari kata “general” yang berarti umum atau
menyeluruh. Oleh karena itu generalisasi merupakan pengambilan
kesimpulan secara umum dari suatu gejala atau informasi yang kita terima
yang didukung oleh data dan fakta yang ada. Fakta, konsep dan generalisasi
merupakan bahan kajian materi utama yang dipelajari dalam ilmu

9
Widoyoko,” Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah” (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2018) hal 51.
pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial, sehingga dari ketiga unsur tersebut
akan lahir lah teori-teori ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari dan dikaji
oleh peserta didik didalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Daldjoeni, N. (2010). Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung :
Gama Media.

Dr. H. Dadang Supardan, M. (Oktober 2013). Pengantar Ilmu Sosial (


sebuah kajan pendekatan struktural ). Jakarta : Bumi Aksara: PT
Bumi Aksara.

Mutakin, A. (2011). Penagantar Ilmu Sosial . Jakarta: Dikgustentis.

Susanto, A. (2014). Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.


Jakarta: Penerbit Kencana.

Widoyoko. (2018). Peneliain Hasil Pembelajaran di Sekolah . Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai