Anda di halaman 1dari 13

BENTUK ISI ILMU PENDIDIKAN

(HUKUM, KONSEP, FAKTA, GENERALISASI DAN TEORI)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Dan


Pembelajaran

Dosen Pengampu :
Prof. Markhamah, M.Hum

Disusun oleh :

Candra Widyana Putra (Q100190037)


Sinta Fitriana (Q100190038)
Tri Hanung Widiyarso (Q100190039)

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020

1
BENTUK ISI ILMU PENDIDIKAN
(HUKUM, KONSEP, FAKTA, GENERALISASI DAN TEORI)

CANDRA WIDYANA PUTRA, SINTA FITRIANA, TRI HANUNG WIDIYARSO

Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Magister Administrasi Pendidikan


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A.Yani Tromol Pos 1, Pabelan, Kartasura, Surakarta, Kode Pos 57169

ABSTRAK

Struktur Ilmu Pendidikan terdiri dari Hukum, fakta, konsep, generalisasi dan
teori. Pemanfaatan Hukum, fakta, konsep, generalisasi dan teori dalam Pendidikan
bukanlah suatu hal yang baru. Namun dalam proses belajar mengajar seringkali
penggunaan istilah ini kurang tepat bahkan para siswa sering bingung apa yang dimaksud
dengan Hukum, fakta, konsep, generalisasi dan teori tersebut. Hal ini disebabkan
pengetahuan tentang Hukum, fakta, konsep, generalisasi tersebut bersifat abstrak, oleh
sebab itu bagian ini akan membahas struktur ilmu pendidikan yang terdiri dari hukum,
fakta, konsep, generalisasi dan teori.Tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk
mengetahui apa itu hukum, fakta, konsep, generalisasi dan teori dalam ilmu
pendidikan.Fakta merupakan suatu informasi atau data yang ada atau yang pernah terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dan dikumpulkan serta dikaji oleh para ahli ilmu sosial
untuk menjamin kebenarannya.Konsep adalah suatu kesepakatan bersama untuk
penamaan sesuatu dan merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan
memecahkan masalah.Generalisasi berasal dari kata “general” yang berarti umum atau
menyeluruh. Oleh karena itu generalisasi merupakan pengambilan kesimpulan secara
umum dari suatu gejala atau informasi yang kita terima yang didukung oleh data dan
fakta yang ada. Fakta, konsep, dan generalisasi merupakan bahan kajian atau materi
utama yang dipelajari dalam ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial, sehingga dari
ketiga unsur tersebut akan lahir teori-teori ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari dan
dikaji oleh siswa di dalam proses pembelajaran.

Kata kunci: Hukum, fakta, konsep, generalisasi, teori

ABSTRACT

The structure of Education consists of Law, facts, concepts, generalizations and theories.
The use of law, facts, concepts, generalizations and theories in education is not new. But
in the teaching and learning process often the use of this term is not right even the
students are often confused what is meant by the Law, facts, concepts, generalizations
and theories. This is due to the knowledge of Law, facts, concepts, generalizations that
are abstract, therefore this section will discuss the structure of education that consists of
law, facts, concepts, generalizations and theories. The purpose of the discussion of this
paper is to find out what is law, facts, concepts, generalizations and theories in
education. The fact is an information or data that exists or that has happened in everyday
life and is collected and studied by social science experts to guarantee its truth. The
concept is a joint agreement to naming something and is an intellectual tool that helps
the activities of thinking and solving problems. Generalization comes from the word

2
"general" which means general or comprehensive. Therefore generalization is a general
conclusion from a symptom or information that we receive that is supported by existing
data and facts. Facts, concepts, and generalizations are the main study material or
material learned in social sciences and social sciences, so that from the three elements
will be born theories of science that need to be studied and studied by students in the
learning process.

Keywords : Laws, facts, concepts, generalizations, theories

A. PENDAHULUAN
Ilmu-ilmu sosial mengkaji perilaku manusia yang berlangsung dalam
proses kehidupan sehari-hari dalam upaya menjelaskan mengapa manusia
berperilaku seperti apa yang mereka lakukan. Setiap ilmu sosial merupakan suatu
disiplin ilmu tersendiri yang memiliki skop materi dan metodologi tertentu,
batang tubuhm atau struktur ilmu pengetahuan (body of knowledge atau structure
of knowledge) tentang suatu bidang kajian. Setiap ilmu sosial seperti sejarahm
geografi, ekonomi, antropologi, sosiologi, psikologi sosial, ilmu politik dan
pemerintahan, memandang manusia dari sudut pandangnya masing-masing dan
menggunakan metode kerja yang berbeda untuk memperoleh struktur ilmunya.
Struktur Ilmu Pendidikan terdiri dari Hukum, fakta, konsep, generalisasi
dan teori. Pemanfaatan Hukum, fakta, konsep, generalisasi dan teori dalam
Pendidikan bukanlah suatu hal yang baru. Namun dalam proses belajar mengajar
seringkali penggunaan istilah ini kurang tepat bahkan para siswa sering bingung
apa yang dimaksud dengan Hukum, fakta, konsep, generalisasi dan teori tersebut.
Hal ini disebabkan pengetahuan tentang Hukum, fakta, konsep, generalisasi
tersebut bersifat abstrak, oleh sebab itu bagian ini akan membahas struktur ilmu
pendidikan yang terdiri dari hukum, fakta, konsep, generalisasi dan teori.
Jacob Bronowski menjelaskan bahwa ilmu adalah aktivitas menyusun
fakta-fakta yang diketahui dalam kelompok-kelompok di bawah konsep-konsep
umum, dan konsep-konsep itu dinilai berdasarkan pernyataan dari tindakan-
tindakan yang kita dasarkan padanya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
batang tubuh ilmu strukturnya, mencakup fakta, konsep, generalisasi dan teori.1

1
Muhammad Kaulan Karima, dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial: Pengantar dan Konsep Dasar,
(Medan, Perdana Publishing, 2019) hal 147.

3
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menarik rumusan masalah:
“Apa itu hukum, fakta, konsep, generalisasi dan teori?”
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu hukum,
fakta, konsep, generalisasi dan teori dalam ilmu pendidikan.
D. PEMBAHASAN
1. HUKUM
Bentuk isi Ilmu Pendidikan yang kedua adalah hukum atau prinsip.
Misalnya, Thorndike dalam Educational Psychology mengemukakan ada tiga
hukum utama dan hokum penting dalam belajar. Ketiga hukum utama tersebut,
yaitu (1) Hukum Akibat (the law of effect), (2) Hukum Latihan (the law of
exercise) dan (3) Hukum Kesiapan (the law of readiness).
2. FAKTA
Fakta adalah informasi data yang ada atau terjadi dalam kehidupan dan
dikumpulkan oleh para ahli sosial terjamin bentuk kebenarannya. Fakta
merupakan salah satu materi yang dikaji. Dengan fakta-fakta yang ada kita dapat
menyimpulkan sesuatu atau beberapa pristiwa yang pernah terjadi. Fakta
merupakan titik awal untuk membentuk suatu konsep. Dari beberapa konsep yang
saling berkaitan kita dapat membentuk suatu generalisasi. Fakta, konsep dan
generalisasi merupakan bahan kajian dalam Ilmu Pendidikan yang harus dipahami
siswa.2
Fakta adalah kejadian atau suatu hal yang sifatnya berdiri sendiri yang
berkaitan dengan manusia, misalnya banjir, tradisi budaya, dan orang yang
memproklamasikan kemerdekaan. Di sekitar kita ada jutaan fakta. Fakta-fakta
tersebut perlu diketahui dan dipahami sebagai bahan untuk melakukan analisis.
Fakta yang sama bisa menghasilkan makna yang berbeda, kerena setiap manusia
memiliki persepsi sendiri. Fakta disiplin ilmu sejarah: nama pelaku, tempat
peristiwa, tanggal, bulan, dan tahun kejadian. Fakta geografi: nama daerah, letak
daerah, pantai, datar atau daerah pegunungan, bagaimana tingkat kesuburan
tanahnya, dan lain-lain.3
2
Sunarti Dian, Pembelajaran ips Terpadu (Jakarta Timur, Pustaka Zahra, 2015) hal 16.
3
Muhammad Kaulan Karima dkk, Op.cit.

4
Untuk mendefenisikan fakta sesungguhnya tidaklah semudah yang sering
kita bayangkan. Masih terdapat berbagai pendapat dan tafsiran yang cukup
melelahkan. Apa sesungguhnya fakta itu?
1. Sesuatu yang digunakan untuk mengacu pada situasi tertentu atau khusus.
2. Sesuatu hal yang dikenal sebagai yang benar-benar ada dan terjadi,
terutama dinyatakan dengan bukti yang benar-benar terjadi.
3. Suatu penegasan, pernyataan atau informasi yang berisi atau berarti
mengandung sesutu yang memiliki kenyataan objektif, dalam arti luas
dalah sesuatu yang ditampilkan dengan benar atau salah dengan karena
memiliki realitas objektif
Tentunya tidak semua pernyataaan di atas relevan dengan pembahasan kita
sekarang ini, oleh karena itu kita seleksi. Suatu hal yang menarik dari pernyataan
diatas bahwa fakta itu sifatnya khusus maupun ataupun terbatas, tidak bersifat
general atau umum yang tidak terbatas. Selain itu menunjukkan suatu sifat yang
nyata, yang ditampilkan dengan benar-benar ada, terjadi karena memiliki realitas
objektif.
Fakta harus dirumuskan atas dasar sistem kerangka berpikir tertentu.
Fenomena yang sama akan menghasilkan fakta yang berbeda, apabila kerangka
berpikir yang dipergunakan berbeda. Fakta harus merupakan rumusan yang tajam,
tertentu, tidak mengandung pernyataan dan memiliki bukti sendiri. Maka dari itu
seoran peneliti dari Amerika James A Brank menyatakan bahwa fakta adalah
kejadian berbagai hal atau pristiwa tertentu yang pada gilirannya menjadi data
merah atau pengamatan dari ahli ilmuan-ilmuan sosial.
Sebagai contoh para sejarawan memperoleh fakta-fakta itu dari dokumen,
inskrilmu pendidikani dan ilmu-ilmu bantu sejarah lainnya. Seperti arkeologi,
epigrafi, numismatik, dan kronologi. Disinilah para sejarawan harus pandai
menyeleksi terhadap apa yang dijadikan fakta tersebut. Dengan demikian,
sejarawan yang lebih menentukan untuk berbicara dengan alasan-alasan tetentu
untuk menjadikan suatu cerita sejarah, tentang seorang tokoh, peristiwa, benar
tidak berbuat sesuatu atas fakta yang ia koleksi sendiri. Namun, tidak berarti
sejarawan itu menjadi diktator dan mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran.

5
Hubungan sejarawan maupun ahli ilmu sosial dengan fakta pada
hakikatnya setaraf, menurut Carli barat memberi dan meneima, keduanya saling
membutuhkan. Mengikat fakta itu pun memerlukan suatu penafsiran yang lebih
maju oleh sejarawan maupun ilmu-ilmu sosial menyuaratkan fakta agar dapat
bercerita dalam koridor yang memiliki retifitas objektif, namun tidak rigid, tidak
mati. Dan tetappada artinya. Demikian juga sejarawan dan para ahli ilmu sosial
lainnya, jika tidak ada fakta maka hanya karya-karyanya tidak berguna “tidak
berakar sia-sia”4
3. KONSEP
Konsep menunjuk pada suatu abstraksi, penggambaran dari sesuatu yang
konkret maupun abstrak dapat berbentuk pengertian, definisi ataupun gambaran
mental, atribut esensial yang relatif sama. Hasil dari pengabstraksian itu kita
sederhanakan dengan cara menyebutnya dengan memberi nama “nama konsep”.
Konsep dirangkai dalam suatu hipotesis, dikembangkan menjadi generalisasi.5
Konsep yaitu suatu ide yang menggambarkan hubungan antara dua atau
lebih fakta seperti konsep “kebutuhan manusia” yang berkaitan dengan berbagai
hal, misalnya pakaian, makanan, keselamatan, pendidikan, cinta dan harga diri.
Konsep dasar pengetahuan (social studies) adalah ilmu-ilmu sosial yang
disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Pengertian ini, kemudian dibakukan
dalam United States of Education’s Standards Terminology for Curriculum and
Instruction bahwa, studi ilmu-ilmu sosial berisi aspek-aspek ilmu sejarah, ilmu
ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, psikologi dan geografi yang dipilih
sebagai bahan kajian dalam pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi.
Konsep merupakan abstraksi atau pengertian abstrak, karena merupakan
ide tentang sesuatu (benda, peristiwa, hal-hal) yang ada dalam pikiran. Ia
mengandung pengertian dan penafsiran (bukan berwujud fakta konkrit). Konsep
membantu kita dalam mengadakan pembedaan, penggolongan atau penggabungan
fakta disekeliling kita.6
Konsep adalah suatu istilah, pengungkapan abstrak yang digunakan untuk
tujuan mengklasifikasikan atau mengkategorikan suatu kelompok dari suatu

4
Nadir dkk, Pengantar Ilmu Sosial (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010) hal 50-51.
5
Muhammad Kaulan Karima dkk, Op.cit., hal 149.
6
Widjajanti Mulyono Santoso, Ilmu Sosial (Jakarta, Pustaka Obor Indonesia, 2014) hal 10-11.

6
benda, gagasan atau peristiwa. Misalnya, kita mengatakan binatang klasifikasi
dari jenis-jenis makhluk yang disebutkan diatas. Jika kita menyebutkan kata
“keluarga” maka kedalam konsep keluarga itu termasuk bapak, ibu, anak-anak,
saudara, dan sebagainya.
Untuk lebih menjelaskan pengertian tentang konsep, berikut ini
dikemukakan beberapa sifatnya.
a. Konsep itu bersifat abstrak. Ia merupakan gambaran mental tentang benda,
peristiwa, atau kegiatan. Misalnya, kita mendengar kata “kelompok”, kita
bisa membayangkan apa kelompok itu.
b. Konsep itu merupakan “kumpulan” dari benda-benda yang memiliki
karakteristik kualitas secara umum.
c. Konsep itu bersifat personal, pemahaman orang tentang konsep
“kelompok” misalnya mungkin berbeda dengan pemahaman orang lain.
d. Konsep dipelajari melalui pengalaman dengan belajar.
e. Konsep bukan persoalan arti kata, seperti didalam kamus. Kamus memiliki
makna lain yang lebih luas.7
Dengan demikian, konsep adalah suatu pengertian yang disimpulkan dari
sekumpulan data yang memiliki ciri-ciri yang sama. Dapat dikatakan konsep
merupakan abstrak dari suatu kejadian atau hal-hal yang memiliki ciri-ciri yang
sama atau ide tentang sesuatu di dalam pikiran. Makin abstrak suatu konsep,
makin besar kemampuan mengumpulkan fakta yang lebih spesifik, dan
makin tidak abstrak yang berada di bawahnya.
4. GENERALISASI
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah
fenomena individual (khusus) menuju simpulan umum yang mengikat seutuh
fenomena sejenis dangan fenomena individual yang diselidiki. Dengan kata lain,
generalisasi merupakan hubungan antara dua atau lebih konsep, nisalnya
hubungan antara konsep “uang, kebutuhan, dan keinginan”. Generalisasi
menunjukkan hubungan sebab akibat antara konsep satu dengan konsep yang
lain.8

7
Sunarti Dian, Op.cit (hal 20-21)
8
Mundiri, Dasar-Dasar Pendidikan Sosial (Bandung, Gramedia Pustaka, 2012) hal 141.

7
Dalam ilmu sosial terdapat sejumlah keterampilan yang dapat
diklasifikasikan menjadi keterampilan berfikir, keterampilan teknis dan
keterampilan sosial. Sejumlah keterampilan berfikir yang penting dalam ilmu
sosial diantaranya adalah menarik kesimpulan, membuat generalisasi,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
Keterampilan teknis yang berhubungan dengan generalisasi, dapat
diwujudkan melalui penggunaan berbagai media dan alat bantu dalam mencari
dan menyajikan informasi. Keterampilan sosial bekaitan dengan kemampuan
untuk melakukan hubungan antar manusia, misalnya berinteraksi dan
berkomunikasi baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam lingkup tertentu.9
1. Jenis-Jenis Generalisasi
a. Generalisasi sempurna, yakni generalisasi yang menempatkan seluruh
fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Misalnya, setelah
kita memperhatikan jumlah hari pada setiap bulan pada tahun Masehi
kemudian menyimpulkan bahwa: Semua bulan Masehi mempunyai hari
tidak lebih dari 31 hari. Dalam penyimpulan ini, keseluruhan fenomena,
yaitu jumlah hari pada setiap bulan, kita selidiki tanpa ada yang kita
tinggalkan. Generalisasi semacam ini memberikan simpulan yang kuat
dan tidak dapat diserang, tetapi tidak praktis dan tidak ekonomis.10
b. Generalisasi tidak sempurna. Generalisasi berdasarkan sebagian
fenomena yang dilakukan untuk mendapatkan simpulan yang berlaku
bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki. Misalnya, setelah kita
menyelidiki sebagian bangsa Indonesia kita menemukan bahwa mereka
adalah manusia yang suka bergotong-royong. Atas dasar temuan ini, kita
menyimpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka
bergotong-royong. Penyimpulan ini termasuk ke dalam jenis generalisasi
tidak sempurna.11
Rochiati dalam  Jarotimec, mengungkapkan adanya empat jenis
generalisasi, yaitu:
a. Generalisasi Deskriptif.

9
Waluyo dan Suwardi, Ilmu Pendidikan Sosial (Yogyakarta,PT Gramedia 2014) hal 28.
10
Muhammad Kaulan Karima dkk, Op.cit., hal 155.
11
Ibid., hal 155 – 156.

8
Contoh: Pada umumnya pusat-pusat kerajaan terletak di tepi sungai.
b. Generalisasi Sebab Akibat.
Contoh: Di dalam revolusi, apabila golongan ekstrem berhasil
merebut kekuasaan maka akan berlangsung pementahan teror.
c. Generalisasi Acuan Nilai.
Contoh: Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah
d. Generalisasi Prinsip Universal.
Contoh: Kapasitas sebuah bangsa untuk memodelisasikan diri
tergantung pada potensi sumber daya alamnya, kualitas manusianya dan
orientasi nilai para pelaku sejarahnya.
2. Ciri-Ciri Generalisasi
a. Menunjukan hubungan dua konsep atau lebih.
b. Bersifat umum dan merupakan abstraksi yang menunjukan pada
keseluruhan kelas dan bukannya bagian atau contoh.
c. Adanya tingkat abstraksi yang lebih tinggi dari sekedar konsep.
d. Berdasarkan pada proses dan dikembangkan atas dasar penalaran
dan bukan hanya berdasarkan pengamatan semata.
e. Berisi pernyataan-pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya
dan validasi artinya diuji berdasarkan bukti-bukti yang pasti dengan
menggunakan system penalaaran dan equity.
f. Tetap satu kesatuan penting.
3. Perbedaan Antara Konsep Dan Generalisasi 
a. Generalisasi adalah dasar-dasar atau aturan-aturan yang dituangkan dalam
kalimat yang kompleks. Konsep adalah suatu kesatuan atribut berkaitan.
b. Generalisasi memiliki tesis yang menunjukan sesuatu tentang subjek
kalimat. Konsep tidak memiliki tesis.
c. Generalisasi bersifat objektif dan impersonal/tidak satu/umum. Konsep
amat subjektif dan personal yang memiliki konotatif yang berbeda antara
orang yang satu dengan orang yang lain.
d. Generalisasi memiliki aplikasi yang universal. Konsep hanya terbatas pada
orang-orang tertentu.12

12
Dadang Supardan, Op.cit hal 64-65

9
Hubungan  antar dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara emperis
dinamakan generalisasi. Oleh karena itu  generalisasi dapat berbentuk proposisi,
hipotesis, inferens, kesimpulan, pemahaman, atau prinsip.13
Ilmu pengetahuan tidak akan terbentuk secara teoritis apabila tidak
didukung oleh generalisasi, maka sudah tentu materi ilmu pengetahuan sosial
tidak terbentuk sesuai dengan struktur ilmu yang ada. Peranan generalisasi dalam
ilmu pendidikan sudah diawali sejak pengumpulan fakta atau data, membentuk
suatu konsep dan akhirnya membuat suatu generalisasi. Dengan demikian antara
fakta, konsep, dan generalisasi merupak an suatu rangkaian keseluruhan (sistem)
yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan dalam rangka membentuk suatu teori
ilmu pengetahuan termasuk ilmu pendidikan Konsep dan  generalisasi memegang
peranan penting dalam mengajar ilmu pendidikan.
5. TEORI
Teori yaitu prinsip umum yang menjelaskan hakikat gejala atau hubungan
gejala berupa rumus, aturan, kaidah, dan sebagainya. Teori merupakan rangkaian
fakta-fakta, konsep-konseo, dan generalisasi-generalisasi, serta perkiraan tentang
implikasi (akibat) dari rangkaian fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-
generalisasi tersebut yang satu sama lainnya sangat berhubungan. Kekuatan teori
terletak pada kemampuannya menerangkan dan meramalkan fenomena.
Teori ialah komposisi yang dihasilkan dari pengembangan sejumlah
preposisi atau generalisasi yang dianggap memiliki keterhubungan secara
sistematis. Keterhubungan antara preposisi atau generalisasi tersebut sudah diuji
kebenarannya secara empirik dan dianggap berlaku secara universal. Melalui teori
para ilmuan dapat menjelaskan fenomena yang ada. Dengna menggunakan teori
dalam materi kurikulum, maka siswa akan diajak untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan sedemikian rupa sehingga terjadi transfer of training
belajar sesuatu yang lain berdasarkan apa yang sudah diketahui atau dikuasai.14
Ada lima fungsi teori, yaitu:
a. Berguna sebagai kerangka kerja untuk melakukan penelitian
b. Teori memberikan suatu kerangka kerja bagi pengorganisasian butir-butir
informasi
13
Sapriya, Pendidikan ILMU PENDIDIKAN (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011) hal 16.
14
Husan dkk, Pendidikan ILMU PENDIDIKAN (Jakarta, Dekdiknas, 2016) hal 81

10
c. Teori mengungkapkan kompleksitas peristiwa-peristiwa yang tampaknya
sederhana
d. Teori mengorganisasikan kembali pengalaman-pengalaman sebelumnya
e. Teori berfungsi untuk melakukan prediksi dan kontrol
Teori dalam penelitian kualitatif mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai
alat (means) dan sebagai tujuan (ends). Fungsi pertama, teori sebagai alat pada
umumnya digunakan oleh peneliti untuk mencapai tujuan penelitian melalui usaha
penelitian dalam melengkapi dan menyediakan keterangan terhadap suatu
fenomena khusus, sehingga memungkinkan si peneliti mengetahui sesuatu secara
maksimal. Fungsi kedua, teori sebagai tujuan teori yang menghasilkan petunjuk
dan kisi-kisi kerja yang harus diperhatikan oleh para peneliti. Teori yang
digunakan tidak dapat ditentukan sebelumnya apriori. Penelitian tidak bertujuan
menguji atau membuktikan kebenaran suatu teori. Teori itu bahkan dikembangkan
berdasarkan data yang dikumpulkan (mengembangkan teori).15
Suatu Teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau
lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan
sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris. Teori
merupakan hubungan dua variabel atau lebih, yang telah diuji kebenarannya.
Variabel merupakan karakteristik dari orang-orang, benda-benda atau keadaan
yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda, misalnya usia, jenis kelamin, dsb16
Teori sebagai buah pikir manusia tentu tidak datang begitu saja, penemuan
atas sebuah teori disandarkan pada suatu hasil penelitian dan pengujian secara
berulang-ulang hingga menghasilkan sebuah hipotesis dan beranak menjadi
sebuah teori.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai teori yang
dikontraskan dengan praktik yang ada atau teori dengan fakta. Teori tidak
selamanya selalu sama dengan fakta yang terjadi pada kenyataannya, atau das
sollen dengan das sein-nya tidak sama, bertentangan, teori seolah menjadi entitas
yang berbeda dengan faktanya. Maka tidak heran jika kini banyak penelitian-

15
Ibid., hal 67.
16
Ibid., hal 70.

11
penelitian hukum khususnya yang mencoba untuk menguji kebenaran teori
dengan fakta.17
HUBUNGAN HUKUM, FAKTA, KONSEP, DAN GENERALISASI
Fakta dapat menyebabkan lahirnya teori baru. Fakta juga dapat menjadi
alasan untuk menolak teori yang ada dan bahkan fakta dapat mendorong untuk
mempertajam rumusan teori yang sudah ada. Di lain pihak, teori dapat
merangkum fakta dalam bentuk generalisasi dan prinsip-prinsip agar fakta lebih
mudah dapat dipahami. Pentingnya fakta dalam struktur susunan ilmu
pengetahuan karena fakta dapat membentuk suatu konsep dan generalisasi.
Menurut Savage dan Anstrong, mengatakan bahwa: “konsep tidak dapat
dipelajari dalam kekosongan, melainkan dicapai dalam suatu proses yang
melibatkan fakta-fakta yang khusus”. Dari beberapa fakta yang khusus dan saling
berkaitan satu sama lain, maka dapat membentuk suatu konsep atau pengertian.
E. KESIMPULAN
Fakta merupakan suatu informasi atau data yang ada atau yang pernah
terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dikumpulkan serta dikaji oleh para ahli
ilmu sosial untuk menjamin kebenarannya.
Konsep adalah suatu kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan
merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan
masalah.
Generalisasi berasal dari kata “general” yang berarti umum atau
menyeluruh. Oleh karena itu generalisasi merupakan pengambilan kesimpulan
secara umum dari suatu gejala atau informasi yang kita terima yang didukung oleh
data dan fakta yang ada.
Fakta, konsep, dan generalisasi merupakan bahan kajian atau materi utama
yang dipelajari dalam ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial, sehingga dari
ketiga unsur tersebut akan lahir teori-teori ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari
dan dikaji oleh siswa di dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

17
Fakih Samlawi dkk, Konsep Dasar ILMU PENDIDIKAN (Jakarta, Cipta Pustaka) hal 10.

12
Dian, Sunarti. 2015. Pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial Terpadu. Jakarta
Timur: Pustaka Zahra.
Husan dkk. 2011. Pendidikan ILMU PENDIDIKAN. Jakarta: Dediknas.
Karima, Muhammad Kaulan dkk. 2019. Ilmu Pengetahuan Sosial Pengantar dan
Konsep Dasar. Medan: Perdana Publishing.
Mundiri. 2012. Ilmu Pengantar Sosial.Bandung: Gramedia Pustaka.
Rochmadi, N. 2012. Fakta, Konsep, Generalisasi ILMU PENDIDIKAN. Jurnal
Memahami Keterkaitan Ilmu-Ilmu Sosial.
Nurochim. 2013. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT
Gravindo.
Santoso, Widjajanti Mulyono. 2014. Ilmu Sosial. Jakarta: Pustaka Obor.
Sapriya. 2011. Pendidikan Ilmu Pendidikan Sosial. Bandung: PT Remaja
Roldakarya.
Supardan, Dadang. 2010. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Suwardi Waluyo. 2014. Ilmu Pendidikan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

13

Anda mungkin juga menyukai