Makalah Kelompok Hukum Ketenagakerjaan 5
Makalah Kelompok Hukum Ketenagakerjaan 5
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Mata Kuliah Hukum
Ketenagakerjaan
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyusun Makalah Hukum Ketenagakerjaan yang berjudul
“BEKERJA MENCARI KAYA ATAU IBADAH”
Tujuan disusunnya makalah ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
Mata Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Jumili Arianto, S.Pd.,MH selaku dosen Hukum Ketenagakerjaan yang telah banyak
memberikan bimbingan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
dan seluruh rekan-rekan serta semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah
ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Terima kasih yang sebesar – besarnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang
telah berperan aktif dalam membantu penyelesaian Makalah ini.
Kelompok 5
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................I
DAFTAR ISI......................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................2
1.4 Manfat.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................9
3.2 Saran.........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................III
II
BAB I
PENDAHULUAN
Pada kehidupan modern saat ini, kebanyakan orang menghabiskan sebagian besar
waktunya bekerja untuk mencari kekayaan atau materi. Tujuan utama adalah memperoleh
uang, status, dan kepuasan materi yang melimpah. Di sisi lain, agama juga mengajarkan
pentingnya beribadah dan mencari kebahagiaan dan kedamaian batiniah. Oleh karena itu, ada
pertanyaan yang sering muncul dibenak banyak orang tentang bagaimana cara menjaga
keseimbangan antara bekerja mencari kaya dan beribadah.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami nilai-nilai agama dan
mempertimbangkan perspektif agama tentang bekerja mencari kaya dan beribadah agar kita
dapat menjalani hidup dengan cara yang seimbang dan sesuai dengan tujuan hidup yang
sebenarnya.
Dengan penjelasan diatas maka Tim Kelompok 5 tertarik untuk membahas materi yang
berjudul “BEKERJA MENCARI KAYA ATAU IBADAH.”
1
4. Bagaimana perbedaan antara bekerja mencari kaya atau ibadah ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Namun penting untuk di ingat bahwa bekerja mencari kaya tidak boleh menjadi satu-
satunya tujuan hidup seseorang. Tujuan hidup yang seimbang mencakup tidak hanya aspek
finansial, tetapi juga spek sosial, emosional, spiritual, dan intelektual.
Berikut ini adalah beberapa motivasi yang dapat membantu seseorang dalam bekerja
mencari kaya yaitu sebagai berikut:
a) Meningkatkan kualitas hidup
Dengan mencari kekayaan, seseorang dapat eningkatkan kualitas hidupnya dan juga
keluarganya. Dengan memiliki uang yang cukup,seseorang dapat membeli barang-
barang kebutuhan dan keinginan,mengunjungi tempat-tempat baru, dan memperoleh
pengalaman-pengalaman baru yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
b) Memiliki kebebasan finansial
Mencari kekayaan dapat memungkinkan seseorang untu melakukan apapun yang di
inginkannya. Seseorang tidak akan terbatas oleh uang dan dapat memiih untuk
melakukan apa saja yang membuatnya bahagia dan memenuhi kebutuhannya.
c) Menjadi mandiri secara finansial
Seseorang yang dapat menjadi mandiri tentu ia tidak tergantung pada orang lain
untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat memberikan kepercayaan diri dan
merasa bangga atas pencapaian yang telah dicapai.
d) Memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat
Mencari kekayaan dapat memberikan seseorang kesempatan untuk bekrontribusi
lebih besar kepada masyarakat. Seseorang dapat berdonasi atau membantu organisasi
yang bertujuan membantu masyarakat yang membutuhkan.
e) Meningkatkan kredibilitas dan pengaruh
Dengan memiliki kekayaan, seseorang dapat meningkatkan kredibilitas dan
pengaruhnya di lingkungan sosial dan bisnis. Kekayaan dapat membeikan akses ke
jaringan yang lebih luas dan membuka peluan untuk berinteraksi dengan orang-orang
yang dapat membantu dalam mencapai tujuan.
Dan penting untuk di ingat juga bahwa bekerja mencari kaya tidak sama dengan “
kejar setoran” atau pengumpulan uang tanpa memperhatikan etika dan moalitas. Bekerja
mencari kaya arus dilakukan dengan cara yangbenar dan adil, serta memberikan manfaat bagi
diri sendiri dan masyarakat secara keseluruhan.
4
2.3 Makna Bekerja Mencari Ibadah
Konsep bekerja mencari ibadah dapat diartikan sebagai usaha untuk menjalankan ibadah
dengan baik melalui tindakan atau pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Hal ini harus
dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup yang lebih besar, yaitu untuk
beribadah dengan maksimal dan mencari ridha allah SWT.
Bekerja sesunguhnya merupakan salah satu bentuk rasa syukur manusia atas nikmat
kesehatan badan dan juga pikiran yang dibeikan allah SWT. Sebab ketika bekerja, seseorang
akan menggerakkan raga dan otak yang dimilikinya. Dengan menggerakkan raga dan otak
yang dianugerahkan tuhan, artinya seseorang telah berusaha mensyukuri nikmat dengan
memaksimalkan fungsi dan kegunaanya demi kemanfaatan yang lebih besar.
Banyak orang berfikir bahwa kaya dan bekerja merupakan satu kesatuan. Pikiran ini
kemudian mendorong asumsi bahwa menjadi kaya merupakan tujuan utama dalam bekerja.
Akibatnya, jika seseorang merasa telah bekerja, namun tidak juga menjadi kaya, maka rasa
kecewalah yang akan meliputinya. Kecewa kepada manusia di sekelilingnya atau pada
apapun yang menurutnya menjadi penghalang untuk jadi kaya.
Kaya seharusnya bukanlah tujuan utama dalam bekerja. Kaya dalam artian melimpahkan
harta yang dimiliki seseorang sesunguhnya tidak akan pernah mencapai makna dalam arti
sesungguhnya. Kepuasan menjadi kaya tidak akan didapatkan jika sesoerang melulu
mengejar target kelimpahan harta. Sebab, seberapapun banyak uang yang dimiliki, pati akan
ada orang lain yang memiliki harta lebih banyak. Semakin lama bekerja demi menjadi kaya,
maka semakin kekurangan yang dirasakan. Sebab sudah jamak terjadi, bahwa kian banyak
harta yang dimiliki akan kian banyak pula kebutuhan yang dirasa belum dapat terpenuhi.
Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada umat islam untuk senantiasa meniatkan
segala macam aktifitasnya di dunia ini untuk ibadah kepada allah SWT. Ibadah yang
dimaksdkan di sini bukan semata berupa sholat atau membaca alqur`an. Pada prinsipnya
apapun hal yang dilakukan jika diniatkan untuk ibadah, maka akan memiliki nilai ibadah.
Namun sebaliknya, kebaikan-kebaikan yan tampak di depan mata sebagai ibadah,. Justru
dapat kehilangan nilai ibadahnya, jika diniatkan bukan untuk beribadah.
Terdapat beberapa syarat yang mes ti dipenuhi untuk menjadikan sesuatu aktiviti
seharian manusia sebagai ibadat yang diberikan ganjaran pahala oleh Allah s.w.t.. Adapun
syarat-syarat menjadikan kerja sebagi ibadah yaitu sebagai berikut:
5
dianggap sah walaupun tanpa niat beribadat kepada Allah s.w.t.. Namun untuk
menjadikannya satu ibadat yang diberikan ganjaran pahala, maka ia mesti diniatkan
sebagai bertujuan beribadat kepada Allah s.w.t.. Karena itulah para fuqaha’ telah
meletakkan satu kaedah yang berbunyi “niat itu mengubah sesuatu amalan dari ‘adah
kepada ibadah” (al-Suyuti 1983).
2) Tidak melalaikan dari kewajiban yang lebih utama
Sesuatu aktiviti muamalat harian tidak mungkin menjadi ibadat jika ia menyebabkan
terlalai dari pelaksanaan kewajipan asas yang diperintahkan oleh Allah s.w.t..
Meninggalkan sesuatu kewajiban merupakan sesuatu yang diharamkan. Para fuqaha’
telah meletakkan kaedah bahwa aktivitas yang membawa kepada perkara yang
diharamkan, maka aktivitas tersebut juga dihukumkan haram.
3) Melakukan sesuatu muamalah atau kerja dengan sempurna
Sesuatu ibadat hanya dianggap sebagai ibadat jika dilakukan dengan penuh
komitmen, kesungguhan kesedaran dan kesempurnaan. Ini termasuk dalam
pelaksanaan ibadat yang asas seperti sembahyang, puasa dan sebagainya. Seseorang
yang bersembah yang diwajibkan melakukannya dengan penuh khusuk, komited,
penuh penumpuan dan penuh kesempurnaan dari segi syarat-syarat sah dan
sebagainya. Begitu juga dalam pelaksanaan kerja seharian. Ia mesti dilakukan dengan
penuh kesempurnaan dan ketekunan serta memenuhi syarat dan peraturan yang
ditetapkan.
Ajaran Islam juga mengajarkan umatnya untuk hidup dalam keseimbangan antara
memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani. Dalam pengertian, kebutuhan jasmani dan
kebutuhan ruhani dipenuhi secara seimbang, tidak mementingkan pemenuhan kebutuhan
jasmani manusia dengan melupakan pemenuhan kebutuhan ruhani manusia. Dalam hal ini
Allah befirman :
“ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (untuk kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi...” (QS. 28: 77).
“ Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan beramallah
untuk akhiratmu, seolah-olah kamu akan mati besok" (HR. Baihaqi)”.
6
Dalam upaya memenuhi kebutuhan ruhani manusia adalah dengan menginfakkan
harta di jalan Allah, membayar zakat mal, menyumbang dana kegiatan dakwah Islamiyah,
menyantuni fakir-miskin atau membantu kaum dhuafa, termasuk pemenuhan kebutuhan
rohani mereka sebagai bukti kedermawanan yang diridhai Allah SWT.
Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan jasmani adalah mencari rezeki atau nafkah
hidup buat diri sendiri dan keluarga. Dalam hal itu, Islam sangat menekankan agar umatnya
bekerja, mencari rezeki untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan orang yang menjadi
tanggungannya di dunia ini dengan tangan sendiri, yang dalam ajaran Islam merupakan satu
kewajiban.
Karena bekerja bagi seorang muslim adalah ibadah maka seorang muslim yang
memiliki etos kerja islami akan melahirkan perbuatan sebagai berikut :
Karena bekerja dalam Islam termasuk ibadah, maka mulailah setiap pekerjaan dengan
basmalah, sebagai tanda mohon perkenan, dan pertolongan Allah dalam kelancaran bekerja,
dan akhiri dengan hamdalah sebagai tanda syukur kepada-Nya.
7
2.4 Perbedaan Antara Bekerja Mencari Kaya Atau Ibadah
Bekerja mencari kaya atau ibadah memiliki perbedaan yang mendasar dalam
maknanya. Bekerja mencari kaya lebih focus pada keuntungan material dan finansial,
sedangkan ibadah lebih focus pada keuntungan spiritual dan moral. Tujuan utama dari
bekerja mencari kaya adalah untuk mencapai kekayaan finansial. Sedangkan tujuan utama
dari ibadah adalah mendekatkan diri pada Tuhan dan memperoleh ridha-Nya.
Namun, perbedaan tersebut tidak berarti bahwa bekerja mencari kaya dan ibadah tidak
bisa dilakukan secara seimbang dan saling mendukung satu sama lain. Bekerja mencari
nafkah atau rezeki adalah tuntutan agama yang harus dilakukan oleh setiap muslim, dan
ibadah juga merupakan tuntutan agama yang harus dilakukan oleh setiap muslim sebagai
bentuk ketaatan kepada Tuhan.
Dalam islam,bekerja mencari nafkah atau rezeki harus dilakukan dengan cara-cara yang
benar dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama. Sementara itu, ibadah harus dilakukan
dengan cara dan metode yang diatur dalam ajaran agama yang dianut. Keduanya dapat
dilakukan secara seimbang dan saling mendukung, sehingga hasil kekayaan yang didapat dari
bekerja mencari kaya dapat digunakan untuk membantu sesama atau memperluas amal
ibadah.
Bekerja mencari kaya atau ibadah sama-sama penting dalam kehidupan manusia, dan
keduanya dapat dilakukan secara seimbang tanpa mengorbankan satu sama lain. Sebagai
manusia, kita dituntut untuk berusaha mencari nafkah sebaik mungkin, sambil tetap
memperkuat keimanan dan ketaqwaan kita pada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam hal ini penting bagi setiap individu untuk menjaga keseimbangan antara bekerja
mencari kaya dan ibadah, serta mengutamakan kepentingan umat dan masyarakat luas. Kita
jug ahrus selalu menginagt bahwa tujuan utama dari hidup bukan hanya untuk mencari
kekayaan finansial, namun juga untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan memperoleh
ridha-Nya.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari rumusan masalah maka penulis dapat menyimpulkan :
1. Definisi kerja atau pekerjaan dikaitkan dengan aktivitas seharian yang dilakukan
oleh setiap individu sebagai satu usaha untuk mencari nafkah dan sara hidup sama
ada bagi dirinya atau tanggungannya.
2. bekerja mencari kaya dapat diartikan sebagai usaha untuk meraih kekayaan atau
kemakmuran finansial. tentu tidak jauh memiliki tujuannya kepada memperoleh
kekayaan. Tujuan ini dapat didasarkan pada keinginan untuk memperbaiki kondisi
finansial dan mencapai kemandirian finansial, atau untuk memperoleh keamanan
finansial di masa depan.
3. bekerja mencari ibadah dapat diartikan sebagai usaha untuk menjalankan ibadah
dengan baik melalui tindakan atau pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Hal ini
harus dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup yang lebih besar, yaitu
untuk beribadah dengan maksimal dan mencari ridha allah SWT.
4. Bekerja mencari kaya atau ibadah memiliki perbedaan yang mendasar dalam
maknanya. Bekerja mencari kaya lebih focus pada keuntungan material dan
finansial, sedangkan ibadah lebih focus pada keuntungan spiritual dan moral.
Bekerja mencari kaya atau ibadah sama-sama penting dalam kehidupan manusia, dan
keduanya dapat dilakukan secara seimbang tanpa mengorbankan satu sama lain.
Sebagai manusia, kita dituntut untuk berusaha mencari nafkah sebaik mungkin,
sambil tetap memperkuat keimanan dan ketaqwaan kita pada Tuhan Yang Maha Esa.
5. Dari hasil analisa kelompok penyaji menyimpulkan bahwasannya antara bekerja
mencari kaya atau ibadah kembali lagi pada niat masing-masing individu melakukan
pekerjaan sehingga untuk tujuan dan niat dalam bekerja tidak dapat di generalisir
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat kami ambil saran yaitu sebagai beriku:
1. Saran untuk mahasiswa agar memperkuat keimanan dan ketaqwaan pada Tuhan
seiring dengan mengejar pendidikan dan karir.
9
2. Saran untuk masyarakat lebih memperhatikan kesejahteraan dan kebutuhan orang-
orang di sekitar, dan membantu mereka ketika diperlukan
3. Saran untuk pemerintah lebih meningkatkan akses pada pelatihan dan pengembangan
keterampilan dan juga mendorong dalam pemngembangan wirausaha halal.
4. Saran untuk mahasiswa agar dapat melakukan penelitian terkait pembahasan
sehingga tidak hanya opini di perkuat dengan hasil penelitian
10
DAFTAR PUSTAKA
Sunardi, D. (2014). Etos kerja islami. JISI: Jurnal Integrasi Sistem Industri, 1(1).
Tasmara, T. (2002). Membudayakan etos kerja Islami. Gema Insani.
Ismail, M. B. M. (2018). Prinsip Bekerja Sebagai Ibadah Menurut Perspektif Islam. WORLD
OF WORK.
Warsita, R. (2011). Sistem Ekonomi Indonesia.
Abdullah, A. H. (2013). Konsep Kerja sebagai Ibadat Menurut Perspektif Islam . JURNAL
ISLAM dan Masyarakat Kontemporari, 37-48.
III