Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU

Mata Kuliah : Ilmu Sosial dan Perilaku Kesehatan Kelas A


Dosen : Dr. Shanti Riskiyani, S.KM., M.Kes.

PENERAPAN MODEL PERENCANAAN PRECEDE-PROCEED


PADA ANALISIS MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT
DALAM FILM FAST FOOD NATION (2006)

OLEH:
MAGFIRAH JIDAR
K012231023

PROGRAM PASCASARJANA
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
A. Deskripsi Film Fast Food Nation
Film ini menceritakan tentang proses pengolahan bahan dasar Industri Makanan yakni
Restoran Cepat Saji Mickey’s dengan menu favoritnya yaitu hamburger “Big One” yang
ternyata menggunakan patty yang terkontaminasi bakteri coliform. Kisah ini bermula dari
Don Anderson yang mendapat informasi dari direktur di industri makanan tersebut bahwa
perusahaan penggilingan daging yang diajak kerja sama ternyata menggunakan daging yang
terkontaminasi kotoran. Hal tersebut diketahui dari penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Pascasarjana jurusan Mikrobiologi yang meneliti terkait makanan cepat saji,
salah satu sampelnya yaitu patty dari hamburger Big One tersebut. Dari hasil penelitian
tersebut, diketahui bahwa daging patty yang digunakan mengandung bakteri colofirm yaitu
Esterechia coli yang melampaui batas normal.
Berdasarkan masalah itu, Don Anderson diutus oleh direkturnya ke Cody, Colorado
untuk memverifikasi apakah terdapat kesalahan pada pengolahan daging yang
digunakan di Pabrik Uniglobe Meat Packing yaitu pabrik pengolahan daging tempat Big
One dibuat dan dibekukan sebelum dikirim ke seluruh cabang restoran cepat saji Mickey’s
di Amerika. Tur Don Anderson ke pabrik pengolahan yang didampingi oleh pekerja
Uniglobe Meat Packing hanya menunjukkan kepadanya area kerja bersih dan sesuai
prosedur yang telah ditetapkan di pabrik tersebut. Namun, Don Anderson belum
meyakini hal tersebut dan menemui beberapa orang yang mengetahui megenai proses
kerja di pabrik tersebut dan mereka yang berhasil ditemui mengingatkan ke Don akan
semua rahasia yang belum diketahui mengenai Uniglobe Meat Packing. Perlahan-
lahan Don menyadari bahwa hamburger sederhana yang dijual oleh Mickey's dan di
tempat lain mungkin tidak sesehat yang diyakini masyarakat.
Dalam film ini juga ditampilkan masalah imigran illegal dari Meksiko yang
dipekerjakan di Pabrik Uniglobe Meat Packing, proses kerja di restoran cepat saji
Mickey’s, dan adanya perlawanan dari aktivis lingkungan yang berusaha untuk
membebaskan sapi yang akan digunakan dalam proses pengolahan daging patty untuk
restoran cepat saji Mickey’s.
B. Aplikasi Model Precede-Procede pada Film Fast Food Nation
1. Fase 1: Sosial Assesment (Penilaian Sosial)
Berdasarkan Film Fast Food Nation, ditampilkan bahwa penjualan makanan cepat
saji pada Mickey’s mengalami peningkatan khususnya pada menu favorit hamburger Big
One. Hal ini sesuai dengan data yang ditemukan bahwa masyarakat Amerika lebih
menyukai konsumsi makanan cepat saji. Selama tahun 2017−2018, lebih dari sepertiga
atau sebesar 36,5% orang dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi makanan cepat saji
dan pembelian secara konsisten menghabiskan sekitar seperlima anggaran pangan rumah
tangga tahunan di Amerika (Dunn, et.al, 2021). Seperti diketahui bahwa makanan cepat
saji diminati banyak orang karena makanan ini mudah didapatkan, penyajiannya cepat,
dan tidak membuang waktu lama untuk membuat makanan ini. Meskipun demikian,
masyarakat tidak memikirkan efek jangka panjang yang akan ditimbulkan dengan
mengonsumsi makanan cepat saji tersebut seperti terjadinya peningkatan risiko obesitas
yang akan menyebabkan berbagai penyakit kronis yang timbul di masa yang akan
datang.
Selain itu, masalah lain yang timbul berdasarkan film ini adalah pemilihan bahan
dasar patty yang digunakan dalam makanan cepat saji hamburger Big One. Hal tersebut
menunjukkan bahwa restoran Mickey’s kurang berhati-hati dalam melakukan kerjasama
dan baru melakukan penelusuran pada saat mengetahui masalah yang terjadi, bukan
sebelum melakukan kerja sama. Akan tetapi, prinsip pencegahan yang diterapkan oleh
Mickey’s sudah baik karena telah mencari tahu penyebab sebelum munculnya masalah
yang lebih besar.
Kemudian, berdasarkan film ini diketahui bahwa pada Pabrik Uniglobe Meat
Packing yang merupakan pabrik pengolahan daging menerapkan sistem kerja yang
mengedepankan kecepatan dalam bekerja tanpa memikirkan higienitas produk yang
dihasilkan. Hal ini diungkapkan oleh seorang ibu yang memiliki keluarga seorang
pekerja di pabrik Uniglobe Meat Packing mengatakan bahwa pada saat proses
pemisahan usus dan kotoran sapi tidak dilakukan dengan baik, hanya mengandalkan
proses yang cepat, karena dengan kecepatan tersebut, maka dapat memproduksi lebih
banyak patty dan tentunya akan memperoleh keuntungan yang lebih besar tanpa
memikirkan kebersihan dan masalah kesehatan yang akan timbul bagi masyarakat yang
mengonsumsi daging olahan tersebut.
2. Fase 2: Epidemiological Assesment (Penilaian Epidemiologi)
Pada fase kedua, penilaian epidemiologi berkaitan dengan pencarian faktor
kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup masyarakat atau kelompok yang terkena
masalah kesehatan diidentifikasi dan dicari pula bagaimana pengaruh atau akibat dari
masalah kesehatan tersebut.
Berdasarkan pada film Fast Food Nation diketahui bahwa masalah kesehatan
yang dapat muncul yaitu tingginya konsumsi makanan cepat saji dan higienitas
pengolahan bahan makanan cepat saji itu sendiri, dimana dalam film ini yaitu
pengolahan daging patty yang terkontaminasi. Berdasarkan masalah tersebut, dapat
dikaitkan dengan trias epidemiology (segitiga epidemiologi) yang merupakan konsep
dasar dalam epidemiologi dengan menggambarkan hubungan antara tiga faktor utama
yang berperan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan yaitu host (tuan
rumah/penjamu), agen (penyebab), dan environtment (lingkungan). Timbulnya masalah
kesehatan terjadi akibat ketidakseimbangan ketiga faktor (Irwan, 2017). Hubungan
ketiga faktor ini apabila dikaitkan dengan film diketahui bahwa agen dalam masalah ini
yaitu bakteri coliform (E. coli), host diidentifikasi pada hewan yaitu sapi (daging dengan
proses pengolahan yang tidak higienis), kemudian environment dalam masalah ini yaitu
lingkungan fisik yang tidak menjaga kebersihan tempat kerja dan proses kerja.
3. Fase 3: Behavioral and Environment Assesment (Penilaian Perilaku dan
Lingkungan)
Berdasarkan dari Film Fast Food Nation dapat dinilai perilaku dari konsumen
yaitu masyarakat Amerika Serikat yang memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi
makanan cepat saji, salah satunya dari restoran Mickey’s. Kemudian perilaku pada
produsen yaitu penyajian makanan di salah satu restoran cepat saji Mickey’s yang
ditunjukkan dalam film ini bahwa seorang penyaji makanan hamburger Big One tidak
menggunakan sarung tangan sehingga makan tersebut kemungkinan dapat
terkontaminasi bakteri yang ada pada tangan penyaji. Selain itu, perilaku yang menjadi
masalah utama dalam film ini yaitu perilaku pekerja di pabrik pengolahan daging,
dimana pada proses pemisahan daging yang layak diproses lebih lanjut menjadi patty
tidak dipisahkan secara baik dengan kotoran atau bagian daging sapi yang tidak layak
untuk dikonsumsi.
Pada umumnya, daging dikategorikan sebagai bahan pangan yang mudah rusak
dan berpotensi mengandung bahaya (potentialy harzardous food), mikroorganisme yang
merusak daging dapat berasal dari infeksi dari ternak hidup dan kontaminasi daging post
mortem. Kontaminasi mikroorganisme dapat berasal dari para pekerja dan juga berasal
dari tanah. Mikroorganisme yang berasal dari pekerja antara lain adalah Salmonella,
Shigella, Escherisia coli, Bacillus proteus, Staphylococcus albus, Staphylococcus
aureus, Clostridium walchii, Bacillus cereus, dan Streptococcus dari feses. Serta yang
berasal dari tanah yaitu Clostridium botulinum (Sembor dan Tinangon, 2022).
Berdasarkan pernyataan ini, apabila dikaitkan dengan hasil penelitian yang ada dalam
film ini yang menemukan bahwa terdapat bakteri coliform dalam daging patty, maka
dapat diasumsikan bahwa bakteri tersebut berasal dari proses kerja yang dilakukan pada
pabrik pengolahan daging tersebut.
Kemudian, pada aspek penilaian lingkungan diketahui bahwa pada film ini
menunjukkan secara umum lingkungan pabrik terlihat bersih dan tertata rapi. Akan
tetapi, apabila dilihat lebih detail, pada saat proses pembersihan salah satu mesin
pengolahan daging, didapatkan banyaknya tikus. Kualitas lingkungan yang sehat adalah
keadaan lingkungan yang bebas dari risiko yang membahayakan kesehatan dan
keselamatan hidup manusia, melalui rumah tempat tinggal atau yang sejenisnya, melalui
lingkungan kerja antara perkantoran dan kawasan industri atau sejenis. Sedangkan upaya
yang harus dilakukan dalam menjaga dan memelihara kesehatan lingkungan adalah
obyek sanitasi meliputi seluruh tempat tinggal/bekerja seperti: dapur, restoran,pabrik,
taman, publik area, ruang kantor, rumah dan sebagainya (Setiyawati, 2020). Berdasarkan
hal ini, kulitas lingkungan pabrik tidak sehat karena adanya hewan pengerat yaitu tikus
yang bisa menularkan penyakit kepada manusia melalui sejumlah cara. Salah satu di
antaranya adalah melalui kontak dengan kotoran, feses, atau material sarang tikus dan
hewan pengerat yang membawa kuman. Selain pada lingkungan pabrik pengolahan daging
sapi, terdapat pula masalah lingkungan pada kandang sapi, dimana kotoran sapi tersebut
akan dibuang ke Sungai dan tentunya akan mencemari air yang ada di lingkungan sekitar
pabrik.
4. Fase 4: Educational and Ecological Assesment (Penilaian Pendidikan dan Ekologi)
Penilaian pendidikan dan ekologi dilakukan berdasarkan determinan perilaku
yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat, yaitu:

a. Predisposing factors
Faktor predisposisi pada film ini meliputi pengetahuan dan sikap yang dimiliki
oleh pekerja maupun orang-orang yang mengetahui masalah kontaminasi pengolahan
daging tersebut bahwa hal ini telah lama terjadi dan tidak menimbulkan efek negatif
atau bahaya bagi kesehatan Masyarakat yang mengonsumsi daging tersebut, mereka
menganggap bahwa bakteri yang terkandung pada patty tersebut dapat hilang apabila
diolah dengan proses pemanggangan daging yang sesuai.
b. Reinforcing factors
Faktor penguat dari masalah di film ini yaitu adanya dukungan dari pihak
pemerintah, dimana dalam film diketahui dari percakapan oleh aktivis lingkungan
yang mengatakan pemerintah mengetahui mengenai pencemaran lingkungan yang
disebabkan kotoran hewan ternak (sapi) di pabrik Uniglobe Meat Packing akan
tetapi pemerintah seolah menutup kasus tersebut karena adanya penyogokan
yang dilakukan oleh pihak pabrik.
c. Enabling factors
Faktor pemungkin dari masalah ini adalah adanya proses kerja yang menuntut
dalam penyelesaian secara cepat sehingga mengabaikan kebersihan atau higienitas
dalam pemisahan daging yang layak diproses menjadi patty.
5. Fase 5: Administrative and Policy Assesment (Penilaian Administratif dan
Kebijakan)
Dalam film Fast Food Nation diketahui bahwa penerapan kebijakan Perusahaan
yaitu pabrik Uniglobe Meat Packing telah menerapkan aturan terkait larangan
penggunaan narkoba bagi pekerjanya. Hal tersebut menjadi penting karena di
pabrik pengolahan daging sapi ini terdapat banyak alat yang tentunya akan
berbahaya apabila digunakan oleh orang atau dalam hal ini pekerja di bawah
pengaruh narkoba.
Terkait dengan kebijakan industri pengolahan daging di Amerika Serikat
telah diatur dalam undang-undang Federal Meat Inspection Act dan dilaksanakan
melalui peraturan United States Department of Agriculture, specifically the Food Safety
and Inspection Service (USDA-FSIS). Dalam peraturan ini dibahas mengenai persyaratan
mulai dari kesehatan dan sanitasi, pembuangan limbah, hingga persyaratan fasilitas atau
bangunan tertentu terkait dengan industry pengolahan daging. Dalam undang-undang
tersebut, USDA-FSIS diberikan kewenangan utama untuk mengawasi produk daging
yang akan ditawarkan untuk dijual. Salah satu komponen utama pengawasan tersebut
adalah persyaratan bahwa pemotongan hewan ternak dan pengolahan produk daging
harus menjalani pemeriksaan terus menerus oleh pengawas yang ditugaskan oleh
pemerintah. Selain itu, ada berbagai persyaratan pelabelan, sanitasi dan bangunan dalam
proeses ini.
6. Fase 6: Implementation (Implementasi)
Setelah melakukan tahap penilaian yang terbagi dalam lima fase, maka telah
didapatkan gambaran masalah sosial, epidemiologi, faktor perilaku dan lingkungan,
pendidikan dan ekologi yang didukung oleh faktor-faktor predisposisi, penguat dan
pemungkin serta analisis kebijakan untuk merancang program yang sesuai dengan
masalah dalam film Fast Food Nation.
Dalam film ini, tidak terdapat perencanaan program kesehatan apa yang
dilakukan, akan tetapi terdapat implementasi dalam hal pencegahan munculnya masalah
kesehatan yang diakibatkan oleh konsumsi daging patty sebagai bahan dasar dalam
hamburger Big One, yang dilakukan melalui investigasi mengenai proses pengolahan
daging sapi di pabrik Uniglobe Meat Packing. Selain itu, dalam film ini dilakukan
pembebasan sapi-sapi yang akan digunakan oleh pabrik dalam proses pengolahan
daging menjadi patty. Proses ini dilakukan oleh aktivis lingkungan yang diinisiasi
oleh Amber, seorang mahasiswa yang juga bekerja sebagai kasir di salah satu
gerai Mickey’s. Hal ini didasari pada kekhawatiran para aktivis terkait dengan
pengolahan daging sapi dan dampak negatif yang ditimbulkan yaitu pencemaran
lingkungan.
Berdasarkan masalah kesehatan yang ada dalam film ini, program yang
dapat diimplementasikan sebagai upaya untuk mencegah masalah tersebut, yaitu:
a. Melakukan edukasi gizi dalam upaya mengurangi konsumsi makanan cepat saji
pada Masyarakat di Amerika
Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia yang dapat terjadi pada anak-anak
hingga orang dewasa. Hal ini telah menjadi masalah epidemi kesehatan yang serius
dan fenomena yang kompleks, diperkirakan menjadi penyebab kematian ke-5 di
tingkat dunia. Gambaran obesitas pada masa sekarang mempunyai dampak yang
besar terhadap masa yang akan datang, sehingga perlu dilakukan intervensi mengenai
obesitas dengan cara pencegahan melalui edukasi gizi kepada masyarakat (Said,
dkk., 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Jaiswal (2022) di India menunjukkan hasil bahwa
intervensi edukasi gizi terhadap kebiasaan makan anak-anak yang diberikan kepada
orang tua memberikan dampak yang positif terhadap perubahan pengetahuan
konsumsi makanan cepat saji trhadap anak mereka. Hal ini secara tidak langsung
akan mempengaruhi pada penyajian makanan yang akan diterapkan oleh orang tua
terhadap anak-anaknya dan mengurangi penyajian atau konsumsi makanan cepat saji.
Hal serupa juga dapat diterapkan di Amerika Serikat, dimana tingkat konsumsi
makanan cepat saji yang tinggi. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) perlu
diberikan kepada masyarakat sebagai upaya pencegahan masalah kesehatan yang
dapat ditimbulkan oleh konsumsi makanan cepat saji tersebut.
b. Penerapan Personal Hygiene dalam proses penyajian makanan
Pada film Fast Food Nation ini digambarkan mengenai proses penyajian
makanan di Mickey’s yang tidak memperhatikan personal hygiene, seperti tidak
menggunakan sarung tangan dalam penyajian makanan dan masih menyajikan
makanan yang telah jatuh di lantai, sehingga makanan yang disajikan bisa saja
mengandung bakteri yang berasal dari tangan penyaji makanan maupun dari lantai.
Terjadi peningkatan kasus keracunan makanan akibat mengonsumsi makanan
terkontaminasi oleh E. coli. Di Amerika sekitar 48 juta kasus per tahun penyakit
bawaan makanan, Di Indonesia sendiri berdasarkan BPOM insiden terbanyak kasus
keracunan disebabkan oleh makanan kasus yang terjadi di tahun 2014 mencapai lebih
dari 500 kasus. Tahun 2011 dilaporkan 18.144 orang terpapar, sedangkan kasus
Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan yang dilaporkan sebanyak 6.901
orang sakit dan 11 orang meninggal dunia. WHO menyebutkan bahwa setiap satu
kasus yang berkaitan dengan KLB keracunan pangan di suatu negara berkembang,
paling tidak terdapat 99 kasus yang tidak dilaporkan (FDA, 2015).
Penjamah makanan merupakan sumber utama kontaminasi makanan. Tangan,
mulut, rambut, dan kulit dapat mencemari makanan. Kontaminasi makanan tersebut
dapat berasal dari berbagai macam sumber kontaminasi silang, seperti transmisi dari
daging mentah ke makanan siap saji. Keberadaan Escherichia coli pada rawon dapat
disebabkan karena daging merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan
bakteri dan dapat dijadikan sebagai indikator adanya kontaminasi bakteri patogen
yang berkaitan dengan sanitasi (Arnia, 2013).
Kebersihan tangan penjamah makanan perlu diperhatikan, seperti tangan yang
kotor berkuku panjang. Selain itu perlu diperhatikan juga kebiasaan tidak mencuci
tangan dengan sabun sebelum menjamah makanan dan setelah dari toilet. Perhiasan
yang digunakan dapat menjadi tempat berkumpulnya bakteri. Selain itu perhiasan
dapat jatuh ke dalam makanan yang diolah sehingga dapat menimbulkan kontaminasi
makanan. Dalam menunjang praktik yang baik sehingga membentuk perilaku
personal hygiene yang benar, fasilitas yang disediakan juga sangat mendukung.
Fasilitas yang berhubungan dengan higiene penjamah, seperti penyediaan air, tempat
mencuci tangan dan sabun, ruang ganti pakaian, kelengkapan pakaian kerja
(seragam, clemek, penutup kepala, masker, dan sarung tangan).
c. Penerapan Kebijakan K3 di Pabrik Uniglobe Meat Packing
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah permasalahan yang paling banyak
menyita perhatian saat ini, karena mencakup karyawan, pertanggungjawaban
perusahaan, biaya dan nama baik perusahaan itu sendiri. Proses produksi dari awal
hingga akhir pada umumnya memiliki kegiatan yang membahayakan bagi pekerja,
begitu pula kondisi perusahaan dan tempat kerja. Bila hal tersebut tidak ditangani,
hal tersebut akan merugikan pekerja dan perusahaan.
Sama halnya pada film ini, terdapat kecelakaan kerja yang dialami oleh seorang
pekerja yang sedang membersihkan alat pengolahan daging, hal ini terjadi karena
adanya beberapa faktor, yaitu dari faktor manusia/ tenaga kerja itu sendiri yang lalai
dalam melakukan pekerjaannya, percaya diri dalam pekerjaan sehingga melalalikan
prosedur, menyepelekan penggunaan APD, kurangnya pelatihan K3, dan kelelahan
akibat pekerjaan. Faktor lainnya yaitu material terkait kelalaian dalam menggunakan
APD, faktor metode yiatu belum adanya prosedur K3 yang diterapkan pada
perusahaan tersebut, faktor alat serta faktor lingkungan yang mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan pekerja (Rohimat dan Azhar, 2022).
d. Sanitasi lingkungan kerja
7. Fase 7: Process Evaluation (Evaluasi Proses)
8. Fase 8: Impact Evaluation (Evaluasi Dampak)
9. Fase 9: Outcome Evaluation (Evaluasi Hasil)
REFERENSI

Arnia, W.E. (2013). Identifikasi Kontaminasi Bakteri Coliform pada Daging Sapi Segar yang
Dijual di Pasar Sekitar Kota Bandar Lampung. MAJORITY ;2(5):43-50.

Dunn, C.G., Gao, K.J., Soto, M.J., and Bleich S.N. (2021). Disparities in Adult Fast-Food
Consumption in the U.S. by Race and Ethnicity, National Health and Nutrition Examination
Survey 2017−2018. American Journal of Preventive Medicine 61(4).

Food and Drug Administrations. (2015). Foodborne Illnesses: What You Need to Know.

Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. Yogyakarta: CV. Absolute Media. Diakses secara
online pada https://repository.ung.ac.id/karyailmiah/show/1782/irwan-buku-epidemiologi-
penyakit-menular.html tanggal 4 Desember 2023.

Jaiswal, A. (2022). Nutrition Education Intervention and Fast Food Behavior in India.
İMGELEM, 6 (10): 249-260.

Said, I., Hadi, A.J., Manggabarani, S., Tampubolon, I.L., Maryanti, E. dan Ferusgel, A. (2020).
The Effectivity of Nutrition Education Booklet on Knowledge, Fast-food Consumption,
Calorie Intake, and Body Mass Index in Adolescents. Journal of Health Promotion and
Behavior, 5(1): 11-17.

Sembor, S.M. dan Tinangon, R.M. (2022). E-book Industri Pengolahan Daging. Bandung: CV.
Patra Media Grafindo Bandung. Diakses secara online pada
https://repo.unsrat.ac.id/4835/1/Buku%20Sofi%20Sembor.pdf tanggal 4 Desember 2023.

Setiyawati, I. (2020). Sanitasi, Hygiene, dan Keselamatan Kerja. Surabaya: PT. Dinamika
Astrapedia Sejahtera. Diakses secara online pada
https://www.astrapedia.co.id/storage/pdf/product/1635998004399.pdf tanggal 4 Desember
2023.

The National Agriculture Law Center, United States.

Anda mungkin juga menyukai