Anda di halaman 1dari 18

MATEMATIKA PADA AWAL PERAADABAN MANUSIA II

Geometri Bangsa Mesir Kuno


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah dan Filsafat
Matematika yang diampu oleh Bapak Dr. H. Iskandar Zulkarnain, M.Si, Ibu Asdini
Sari, M.Pd, dan Bapak Muhammad Sa'duddien Khair, M.Pd.

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2

Nor Azizah (NIM 2210118120004)


Fasha Adelia Lismana (NIM 2210118220012)
Nur Nisrina Zakiya (NIM 2210118220035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah dan Filsafat Matematika, dengan judul
Matematika pada Awal Peradaban Manusia II Geometri Bangsa Mesir Kuno.
Penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada Bapak Dr. H. Iskandar Zulkarnain, M.Si, Ibu Asdini Sari, M.Pd, dan
Bapak Muhammad Sa'duddien Khair, M.Pd sebagai dosen pengampu. Dan teman-
teman serta berbagai pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaikan makalah
ini.
Menyadari banyaknya kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah
ini. Karena itu, saya sangat mengaharap kritikan dan saran dari para pembaca untuk
melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pandangan bagi para pembaca dan
penulis tentang geometri bangsa mesir kuno.

Banjarmasin, 25 Agustus 2023

Kelompok 2

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................I
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Mengaproksimasi Luas Lingkaran......................................................................3
B. Volume dari Piramida Pancung..........................................................................6
C. Spekulasi-Spekulasi tentang Piramida Agung....................................................8
D. Contoh penyelesaian geometri pada zaman Mesir Kuno..................................11
BAB III.........................................................................................................................13
PENUTUP....................................................................................................................13
A. Kesimpulan.......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................14

II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Matematika merupakan ratunya ilmu, semua cabang ilmu pasti


memerlukan perhitungan. Matematika berasal dari bahasa latin
“methematika” yang mulanya diambil dari bahasa yunani “mathematike”
yang berarti mempelajari (Efendi et al., 2021). Perkataan itu mempunyai asal
kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike
berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama yaitu mathein atau
mathenein yang artinya belajar (Utami & Ulfa, 2021). Jadi, berdasarkan asal
katanya maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan
berpikir. Bahasa symbol, matematika adalah bahasa numrik. Matematika itu
merupakan studi besaran, struktur, ruang dan perubahan (Parnabhakti &
Ulfa, 2020). Matematika memiliki sejarah yang panjang yang dapat ditelusuri
dari jaman Mesopotamia dan Mesir kuno seperti yang diungkapkan (Adrian
et al., 2020).

Geometri adalah salah satu cabang ilmu Matematika. Istilah ‘geometri’,


adalah gabungan dari dua kata dalam bahasa Yunani yang berarti ‘bumi’ dan
‘ukuran’. Geometri merupakan bagian dari peradaban bangsa Mesir Kuno, di
mana luapan tahunan Sungai Nil membuat para pemegang kekuasaan pada
masa itu harus terus-menerus memantau ukuran tanah milik penduduk untuk
kepentingan pungutan pajak. Tugas penyurveian di Mesir Kuno dilakukan
oleh para ahli yang disebut perentang tali atau pengikat-tali, karena peralatan
yang mereka gunakan hanyalah seutas tali dengan buhul atau tanda-tanda
pada tiap interval yang sama. Papirus Rhind dan Papirus Moskow telah
menjadi sumber-sumber utama untuk membantu kita memahami geometri
yang berkembang di Mesir ketika itu.

Awal munculnya salah satu budaya di dunia pada dasarnya adalah


perilaku politik. Antara 3500 hingga 3100 SM, komunitas pertanian di Mesir
secara mandiri berpegang teguh pada bidang yang berbatasan dengan sungai
Nil, secara bertahap bidang tanah bergabung menjadi kesatuan yang semakin
besar, hingga di bidang tersebut berdirilah dua kerajaan yaitu kerajaan Mesir
1
Hulu dan Mesir Bawah. Kemudian sekitar 3100 SM, wilayah-wilayah ini

2
dipersatukan oleh penakluk militer dari selatan untuk memimpin barisan
panjang Firaun, untuk melindungi dari serbuan luar. Mesir merupakan negeri
yang paling mampu berkembang secara seimbang dan kekal dari peradaban
kuno.

B. Rumusan Masalah

1) Bagaimana mengaproksimasi luas lingkungan?

2) Bagaimana volume dari piramida pancung?

3) Apa saja spekulasi-spekulasi tentang piramida agung?

C. Tujuan Penulisan

1) Mengetahui bagaimana mengaproksimasi luas lingkungan.

2) Mengetahui Bagaimana volume dari piramida pancung.

3) Mengetahui apa saja spekulasi-spekulasi tentang piramida agung.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mengaproksimasi Luas Lingkaran

Permasalahan-permasalahan geometris dalam Papirus Rhind terdapat


pada permasalahan-permasalahan 41–60, dan berkaitan sangat erat dengan
jumlah gandum yang tersimpan dalam lumbung-lumbung yang berbentuk
persegi panjang dan silinder. Mungkin pencapaian terbaik dari bangsa Mesir
dalam geometri dua-dimensi adalah cara mereka untuk mencari luas dari
sebuah lingkaran, yang muncul pada Permasalahan 50:

Contoh dari sebidang tanah yang bulat dengan diameter 9 khet.


1
Berapakah luasnya? Kurangilah dari diameter tersebut, yaitu 1, sehingga
9

sisanya adalah 8. Kalikan 8 dengan 8; hasilnya 64. Jadi luas bidang tanah itu
adalah 64 setat.

Cara sang penulis papirus untuk mencari luas lingkaran dapat dengan
1
mudah dinyatakan: Kurangi diameter lingkaran tersebut oleh
9 bagiannya dan
kuadratkan sisanya. Dalam simbol-simbol modern, proses ini sama dengan
𝑑2 8𝑑2
rumus 𝐴 = 𝑑 − = , di mana d menyatakan panjang dari diameter
9 9

lingkaran. Jika kita bandingkan hasil ini dengan rumus yang kita gunakan untuk
𝜋𝑑
2
𝜋𝑑
2
8𝑑2 82
mencari luas lingkaran, yaitu maka = , jadi kita peroleh 𝜋 = 4 =
4 4 9 9

3,1605 … bagi orang Mesir inilah yang menjadi nilai perbandingan dari keliling
lingkaran dengan diameternya. Nilai tersebut merupakan aproksimasi yang
1
mendekati 3 , yang bagi banyak siswa merupakan contoh yang baik untuk
7

digunakan sebagai latihan.

Pada periode Babilonia Lama (kira-kira 1800–1600 S.M.), keliling dari


sebuah lingkaran ditemukan dengan cara menghitung tiga kali diameternya.
Jika hal ini kita anggap sama dengan 𝜋d, kita akan lihat bahwa perhitungan
tersebut sama dengan menggunakan 3 untuk nilai 𝜋. Bangsa Yahudi
menggunakan nilai yang sama dalam Perjanjian Lama, di mana
dimensidimensi dari kamar mandi yang terdapat dalam Kuil Sulaiman
digambarkan. Ayat yang mengandung ini
4
ditulis sekitar tahun 650 S.M. dan mungkin saja diambil dari catatan kuil
tersebut yang bertanggal 900 S.M. Tulisan tersebut kurang lebih seperti
berikut: “Dan dia membuat laut mencair, 10 kubit dari pinggiran satu ke
pinggiran lainnya: bentuknya melingkar… : dan sebuah garis dengan panjang
30 kubit membatasinya secara melingkar.” Sebuah lempengan (tablet) berisi
tulisan kuno ditemukan di Susa oleh seorang arkeolog Perancis pada ekspedisi
yang dilakukan di tahun 1936 (terjemahannya dipublikasikan pada tahun
1950) tampaknya dibuat untuk menunjukkan bahwa penulis Babilonia
menggunakan
1
3;7,30 atau 3 sebagai nilai dari 𝜋. Nilai ini setidaknya sebaik aproksimasi yang
8

ditemukan oleh bangsa Mesir.

Kita tidak memiliki pengetahuan langsung tentang bagaimana rumus


8𝑑2
𝐴= untuk luas sebuah lingkaran dimunculkan, tetapi mungkin saja
9

Permasalahan 48 dari Papirus Rhind yang dijadikan sebagai petunjuknya. Pada


permasalahan ini, pernyataan biasa tentang apa yang perlu untuk dilakukan
telah digantikan dengan suatu bangun yang, meski digambar agak kasar,
tampak menampilkan sebuah persegi dengan empat segitiga pada pojok-
pojoknya. Pada bagian tengah bangun itu terdapat simbol demotik untuk 9.
Dengan demikian, sang penulis papirus membuat sebuah oktagon (segi
delapan) dari persegi yang panjang sisinya 9 satuan dengan cara membagi tiga
sisi-sisi persegi tadi sama panjang dan memotong keempat segitiga sama kaki
yang terbentuk di tiap pojok
persegi tersebut (tiap segitiga memiliki luas 9 satuan persegi).
2

5
Gambar 1

6
Sang penulis mungkin saja menyimpulkan bahwa oktagon tersebut
kira- kira sama luasnya dengan lingkaran yang digoreskan dalam persegi
tersebut, karena beberapa bagian dari goresan tersebut melingkari bagian luar
oktagon dan beberapa bagiannya terdapat di bagian dalam oktagon, dan kedua
bagian ini tampak sama besar.

Gambar 2

Sekarang luas oktagon tersebut sama dengan luas dari persegi awal
dikurangi luas-luas keempat segitiga sama kaki yang terbentuk karena
keempat
9
ujung persegi itu dipotong, yaitu 𝐴 = 92 − 4 ( ) = 63.
2

Ini mendekati nilai yang diperoleh dengan cara menggunakan d = 9 pada


2
lambang 8𝑑 . Dengan demikian penjelasan yang masuk akal dari rumus luas A
9
2
8𝑑
= adalah bahwa rumus ini muncul disebabkan oleh penggunaan oktagon
9

sebagai aproksimasi awal terhadap luas lingkaran yang terdapat dalam persegi.

Permasalahan 52 dari Papirus Rhind membutuhkan penghitungan luas


sebuah trapesium (digambarkan sebagai segitiga pancung) yang sisi-sisi
miringnya tampak sama; panjang sisi-sisi 6 dan 4 dari sisi-sisi yang sejajar dan
panjang sisi yang miring diketahui.

Gambar 3

Perhitungan ini diperoleh dengan cara menggunakan rumus:


7
1
𝐴= (𝑏 + 𝑏̀ )ℎ
2

Apakah sang penulis papirus berpikir bahwa luas dari sebuah


trapesium adalah setengah dari jumlah panjang sisi-sisi sejajarnya dikalikan
dengan ketinggian miringnya, ataukah salah satu sisi yang miring itu
sebenarnya dimaksudkan tegak lurus terhadap sisi-sisi yang sejajar pada
bangun tersebut? Untuk kasus yang kedua, dia akanlah benar. Sepertinya
mungkin saja bahwa diagram di atas, yang tidak jauh dari sekedar sketsa kasar,
digambar secara asal- asalan dan bahwa salah satu dari sisi-sisi yang tampak
sama itu memang dimaksudkan sebagai garis yang tegak lurus terhadap sisisisi
yang sejajar.

B. Volume dari Piramida Pancung


Bangsa Mesir Kuno telah mengenal rumus volume piramida pancung persegi
(frustum), dalam notasi modern. Mereka pun telah dapat menghitung volume dari
piramida persegi yang utuh, yaitu dengan rumus. Para pendeta Mesir, menurut cerita
fiksi yang meresap kedalam literature masa kini, menjelaskan pada Herodotus bahwa
dimensi-dimensi dari Piramida Agung telah dipilih sedemikian hingga luas dari tiap
sisinya akan sama dengan tinggi dari Piramida tersebut.
Dengan menuliskan 2𝑏 sebagai panjang alasnya, 𝑎 untuk tinggi dari sisi
segitinganya, dan ℎ untuk tinggi Piramida, bahwa relasi Herodutus ditunjukkan oleh
persamaan
1
ℎ2 = (2𝑏. 𝑎) = 𝑎𝑏
2
Dua Papirus matematis utama yang banyak diketahui, meski berbeda zaman,
dapat dikatakan mewakili ilmu pengetahuan pada masa 2000 – 1750 S.M. Hanya ada
25 permasalahan yang terdapat dalam Papirus Moskow, tetapi salah satunya berisi
mahakarya dari geometri kuno. Permasalahan 14 menunjukkan bahwa bangsa Mesir
pada sekitar 1850 S.M. telah cukup akrab dengan rumus yang benar untuk volume
dari sebuah piramida pancung persegi (atau frustum). Dalam notasi modern,
rumusnya adalah

𝑣= (𝑎2 + 𝑎𝑏 + 𝑏2)
3
Di mana ℎ adalah tingginya, a dan b adalah panjang-panjang dari sisi-sisi
persegi yang menjadi puncak dan alasannya, secara berurutan

8
Gambar 4
Gambar yang berkaitan dengan Permasalahan 14 tampak seperti trapesoida segitiga
sama kaki,

Gambar 5
tetapi perhitungan-perhitungannya menunjukkan bahwa frustum dari piramida
persegilah yang dimaksud sang penulis. Secara umum telah diterima bahwa bangsa
Mesir telah akrab dengan rumus untuk menghitung volume dari piramida persegi
yang utuh, dan menyadari bahwa rumus itu mungkin merupakan rumus yang benar,

𝑉 = 𝑎3
3
Dalam analogi yang berkaitan dengan rumus 1
𝐴 = 𝑏ℎ untuk luas sebuah
2

segitiga, orang-orang Mesir mungkin telah menduga bahwa sebuah piramida


merupakan perkalian sebuah konstanta dengan ℎ𝑎3. Kita bahkan boleh menganggap
bahwa mereka menebak konstanta itu sebagai 1. Tetapi rumus sebenarnya
3

𝑉= (𝑎2 + 𝑎𝑏 + 𝑏2)
3

Tidak dapat semudah itu dianggapkan sebagai hasil tebakan. Rumus ini hanya

dapat diperoleh melalui sejenis analisis geometri atau aljabar dari ℎ


𝑉 = ( )𝑎2 .Meski
3

demikian, bukanlah hal yang mudah untuk merekonstruksi suatu metode yang
mungkin diturunkan dari rumus piramida pancung dengan bahan-bahan yang tersedia
bagi mereka pada saat itu.

9
Bagian dari gulungan kulit matematika, yang berisi relasi-relasi sederhana
1 1
antara pecahan-pecahan seperti 1 + =
9 18 6

C. Spekulasi-Spekulasi tentang Piramida Agung

Penelitian apapun yang berkaitan dengan matematika Mesir haruslah


melibatkan rujukan yang jelas berkaitan dengan Piramida Agung di Gizeh,
yang dibangun sekitar 2600 S.M. oleh Khufu, yang disebut Cheops oleh
bangsa Yunani. Piramida ini mengandung bukti monumental dari penggunaan
bentuk geometris dan konstruksi teknis yang berteknologi tinggi saat itu

Menurut Herodotus, 400.000 orang pekerja bekerja tahunan secara


bergiliran selama 30 tahun empat kelompok kerja terpisah yang masing-
masingnya beranggotakan 100.000 orang, tiap kelompok bekerja selama tiga
bulan. Waktu sepuluh tahun dihabiskan untuk membuat jalan ke pertambangan
batu gamping yang bermil-mil jauhnya, di atas jalan inilah diseret 2.300.000
batu berbentuk kubus dengan berat ratarata 2,5 ton dan panjang sisi-sisinya 3
kaki. Batu-batu ini dihimpitkan sedemikian sempurna hingga benda setipis
silet pun tidak dapat diselipkan ke dalam sambungan-sambungannya

Piramida Agung merupakan bangunan terbesar pada masa kuno dan


salah satu dari bangunan terbesar yang pernah didirikan. Ketika piramida itu
selesai dibangun, tingginya mencapai 481,2 kaki (31 kaki bagian puncaknya
sekarang telah hilang), keempat sisinya memiliki kemiringan 51 51 terhadap
tanah, dan alasnya memiliki luas 13acre luas yang sama dengan luas alas
katedral di Florence dan Milan, St. Peter‟s di Roma, dan St. Paul‟s dan
Westminster Abbey di London. Bahkan keakuratannya lebih menakjubkan lagi
apabila diperbandingkan. Alasnya hampir berupa sebuah persegi sempurna,

10
tidak satu pun dari keempat sisinya berbeda lebih dari 4 1/2 inci dari panjang
rata-ratanya 755,78 kaki.

Dengan menggunakan salah satu dari benda-benda langit, para


pembangun Cheops ini mampu untuk menetapkan arah sisi-sisi piramida
hampir sama tepat dengan titik-titik mata angin dari kompas, kesalahan yang
terjadi hanyalah sebesar pecahan-pecahan dari 1 .

Di antara hal-hal menakjubkan yang mereka yakini adalah bahwa


piramida tersebut dibangun sedemikian hingga setengah dari keliling alas
dibagi tinggi harus tepat sama dengan .

𝜋 = 3,1415926 … dan 2(755,78) = 3,14123 …


481,2

Meskipun selisih antara kedua nilai adalah hanya 0,00036, namun


kedekatan ini tampaknya kebetulan belaka dan tidak didasarkan pada hukum
matematika mana pun.

Para pendeta Mesir, menurut cerita fiksi yang meresap ke dalam


literatur masa kini, menjelaskan kepada Herodotus bahwa dimensi-dimensi
dari Piramida Agung telah dipilih sedemikian hingga luas dari tiap sisinya akan
sama dengan luas persegi yang memiliki sisi-sisi yang sama dengan tinggi
Piramida tersebut. Dengan menuliskan 2b sebagai panjang sisi alasnya, a
untuk tinggi dari sisi segitiganya, dan h untuk tinggi piramida, kita ketahui
bahwa relasi Herodotus ditunjukkan oleh persamaan
1
ℎ2 = (2𝑏. 𝑎) = 𝑎𝑏.
2

Teori bahwa bangsa Mesir bermaksud untuk menggunakan


perbandingan emas sebagai dasar teoretis untuk pembangunan Piramida
Agung
11
tampaknya pertama kali disusun oleh John Taylor, yang pada tahun 1859
mempublikasikan Piramida Agung, Mengapa Ia Dibangun dan Siapa yang
Membangunnya? Seorang matematikawan amatir, Taylor menghabiskan 30
tahun dari hidupnya untuk mengumpulkan dan membandingkan pengukuran-
pengukuran yang dilaporkan oleh para pengunjung Piramida. Karena satu-
satunya wacana dalam buku History karya Herodotus yang berkaitan dengan
ukuran piramida menyatakan, “Alasnya berbentuk persegi, tiap sisinya
memiliki panjang 800 kaki dan tingginya sama,” karenanya sebentuk
keyakinan dibutuhkan untuk menilai pernyataan Taylor. Lagi pula, dimensi-
dimensi yang dicatat oleh Herodotus hanyalah penanda saja.

Beberapa orang menyatakan, misalnya, bahwa bangsa Mesir telah


membangun piramida-piramida sebagai bendungan untuk menjaga pasir dari
gurun agar tidak bergerak dan menutupi daerah untuk bercocok tanam di
sepanjang pinggiran Sungai Nil. Keyakinan populer selama Zaman
Pertengahan adalah bahwa di sana terdapat lumbung-lumbung yang dibangun
dengan titah paksa oleh para tawanan Yahudi sebagai tempat untuk
penyimpanan jagung pada masa-masa panen yang berlimpah. Legenda ini
telah diukirkan pada mosaikmosaik, selesai dibuat tahun 1250 M., di Gereja
Saint Mark di Venice. Bagian cerita bergambar dari kisah Yusuf menunjukkan
saudara laki-lakinya dikirim untuk mengambil ikatan-ikatan gandum dari
piramida.

Spekulasi mulai mengambil tampilan yang lebih ilmiah pada tahun


1864, ketika seorang profesor astronomi yang sangat dihormati (Charles Piazzi
Smyth, astronom kerajaan Skotlandia) bekerja keras untuk menemukan satuan
pengukuran untuk Piramida Agung, yang dia sebut sebagai inci piramid, atau
sama dengan 1,001 kali ukuran inci. Dengan menggunakan “inchi piramid”
mistis ini untuk mengukur benjolan dan retakan di sepanjang dinding bagian
dalam piramida dan ruang-ruang di dalamnya yang mengandung tulisan-
tulisan, dia menyimpulkan bahwa Piramida Agung dirancang oleh Tuhan
sebagai alat untuk meramal, semacam Kitab Suci yang terwujudkan pada batu.
(Seorang Egiptolog asal Inggris bernama Flinders Petrie menulis bahwa dia
pernah menangkap basah seorang pemuja piramida yang diam-diam
menyimpan jendolan batu pada dinding piramida agar pengukuran-
pengukurannya sesuai dengan teori-teorinya).
12
Geometri Mesir tidak pernah berkembang lebih jauh dari tingkatan
intuitif, di mana pengukuran objek-objek nyata adalah sasaran utama dari
penggunaannya. Geometri pada periode itu tidak memiliki struktur deduktif
tidak ada hasil-hasil teoretis, ataupun aturan-aturan umum dari prosedur-
prosedurnya. Geometri mereka hanya menunjukkan perhitungan-perhitungan,
dan kadang-kadang hanya berupa perkiraan, untuk permasalahan yang
memiliki hubungan praktis dalam konstruksi dan penelitiannya.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Perkembangan Matematika dari zaman kuno hingga zaman pertengahan


tidak ada perkembangan yang berarti dan mengalami kemandekan.
Matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para
matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan
membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-
aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian. Matematika sejak saat itu
segera berkembang luas, dan terdapat interaksi bermanfaat antara matematika
dan sains, menguntungkan kedua belah pihak. Penemuan-penemuan
matematika dibuat sepanjang sejarah dan berlanjut hingga kini. Banyaknya
makalah dan buku yang dilibatkan di dalam basis data Mathematical Reviews
sejak 1940 (tahun pertama beroperasinya MR) kini melebihi 1,9 juta, dan
melebihi 75 ribu artikel ditambahkan ke dalam basis data itu tiap tahun.
Sebagian besar karya di samudera ini berisi teorema matematika baru beserta
bukti-buktinya.

Belajar sejarah bukan berarti kembali ke masa lalu akan tetapi belajar
sejarah merupakan sebuah kegiatan berpikir untuk menganalisa, mengevaluasi
kejadian masa lalu untuk diambil manfaat dalam kehidupan saat ini (Haq, 2020).
(Utami & Ulfa, 2021) menyatakan bahwa menggunakan sejarah dalam belajar
matematika dapat membuat pelajaran menjadi menarik dengan mengetahui
bagaimana asal usul teori matematika sehingga siswa termotivasi dalam belajar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Wiriani, W. T. (2021). Sejarah Serta Perkembangan Matematika dalam Dunia


Pendidikan. Jurnal Dunia Ilmu, 1(2).
Wulandari, I. A., Budiyono, M., & Abdulah, A. (2022). SEJARAH MATEMATIKA
PADA ZAMAN MESIR DAN BABILONIA. UNEJ e-Proceeding, 426-433.
Burton, D. M. (2007). The History of Mathematics: An Introduction. New York:
McGraw-Hill.
Robins, G., & Shute, C. (1990). The Rhind Mathematical Papyrus: An Ancient
Egyptian Text. New York: Dover.
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/18529/5/BAB%20II.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai