Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANALISIS TERHADAP TEORI DELEGASI SECARA UMUM DAN


PENERAPANNYA DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu dan Perancangan
Perundang-Undangan
Dosen Pengampu: Siti Hamimah, S.H., M.H.

Disusun Oleh:
Ardiatama Iedha Aradhea (2110631010066)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
KARAWANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tak lupa secara terus menerus dipanjatkan kepada Sang
Khalik, Allah SWT atas ridho-Nya serta shalawat dan salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah
yang berjudul ‘‘Analisis Terhadap Teori Delegasi Secara Umum dan
Penerapannya di Indonesia.’’
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu dan
Perancangan Undang-Undang. Penulis turut mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada Ibu Siti Hamimah, S.H., M.H selaku dosen pengampu mata
kuliah Ilmu dan Perancangan Perundang-undangan. Segala ilmu yang bermanfaat
terkait ilmu dan perancangan perundang-undangan di Indonesia selama satu
semester yang dirasakan oleh penulis sebagai bekal kelak dalam memperoleh
gelar sarjana hukum, ilmu tersebut dirasa sangat memotivasi sehingga dapat
diterapkan melalui penulisan makalah ini.
Sebagai makhluk yang tidak luput dari kesalahan, penulis sangat
membutuhkan dan mengharapkan segala kritik serta saran dari berbagai pihak
untuk membantu kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga kelak amal
kebaikan dan pertolongan semuanya mendapat berkah dari Allah SWT. Besar
harapan semoga makalah ini kelak dapat bermanfaat untuk pribadi penulis,
kalangan mahasiswa, maupun masyarakat umum.
Sekian yang dapat penulis sampaikan, terima kasih atas perhatiannya.

Bekasi, 03 April 2023

Ardiatama Iedha Aradhea

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Delegasi merupakan salah satu dari berbagai teori peraturan perundang-
undangan. Beberapa teori lainnya selain teori delegasi yaitu teori pengawasan,
teori perundang-undangan, serta teori hierarki norma. Secara umum teori delegasi
sudah diberlakukan dalam pemerintahan, mengingat fungsinya yang sangat
penting bagi setiap instansi yang terlibat. Penggunaan delegasi penting diketahui
untuk pembelajaran serta peninjauan terhadap bentuk pelimpahan wewenang yang
ada dalam pemerintahan. Pemberlakuan ini sudah diatur secara regulasi dalam
peraturan perundang-undangan dan berlaku di Indonesia.
Pembahasan terhadap teori delegasi bisa meliputi secara umum maupun
secara khusus. Terkait peraturan perundang-undangan hal ini masih dinilai
tumpang tindih atau kurang terorganisir. Sehingga dalam pemberlakuannya
diperlukan beberapa bentuk pendekatan secara sistematis untuk membuat
efektivitas antar beberapa teori diatas. Selanjutnya terkait teori delegasi penting
melihat perannya berdasarkan adanya teori trias politika yang dipaparkan oleh
Montesquieu dalam bukunya yang berjudul ‘‘L’Esprit des Lois’’ bahwa terdapat
tiga bentuk kekuasaan negara yaitu secara eksekutif, legislatif, dan yudikatif. 1
Delegasi secara sederhana diartikan sebagai pelempahan wewenang.
Menurut Philipus M hadjon, bahwa membagi cara memperoleh wewenang atas
dua cara utama, yaitu secara atribusi dan secara delegasi, serta kadang-kadang
juga mandat.2 Lebih lanjut delegasi berkaitan dengan istilah besluit atau
keputusan. Adanya delegasi melihat bahwa suatu keputusan oleh organ
pemerintahan yang punya wewenang untuk melakukan hal itu atau tidak. Teori
delegasi sebagai salah satu bentuk kewenangan mempunyai perbedaan dengan
teori lainnya. Pemberlakuan teori delegasi diharapkan mampu menjadi sistem
yang baik dalam menjalankan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
1
Herman dan Firman Muin, 2018, Sistematisasi Jenis Dan Hierarki Peraturan Perundang-
Undangan Di Indonesia, Jurnal Komunikasi Hukum (Jkh), Volume 4 Nomor 2 Agustus 2018,
Universitas Negeri Makassar.
2
Philipus M Hadjon, Tentang Wewenang Pemerintahan (bestuursbevoegheid), 1998, Projutistia,
Tahun XVI Nomor 1 Januari, hlm. 90.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah itu teori delegasi secara umum?
2. Bagaimana penerapan teori delegasi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui teori delegasi secara umum.
2. Untuk mengetahui penerapan teori delegasi di Indonesia.

1.4 Metode Penelitian


Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian
serta melakukan pengumpulan data dengan metode normatif, serta melakukan
identifikasi secara sistematis dari sumber yang berkaitan dengan objek kajian.
Dengan menggunakan metode ini dinilai lebih efektif serta dapat mengkaji secara
sistematis terkait teori delegasi secara umum dan penerapannya di Indonesia.
Mengingat cukup luas pengaturan atau regulasi yang mengatur ilmu dan peraturan
perundang-undangan, hal ini dinilai menarik serta lebih efisien apabila
menggunakan metode normatif dalam penulisan makalah ini.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa sumber bacaan atau
studi pustaka seperti buku, artikel ilmiah, serta peraturan perundang-undangan.
Penulis juga melakukan analisis kualitatif dengan memaparkan penjelasan
berdasarkan perkataan atau pernyataan para ahli hukum. Beberapa rujukan terkait
peraturan perundang-undangan lainnya juga tak lupa disertakan untuk membantu
kesempurnaan penulisan makalah ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Delegasi Secara Umum
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat
norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan.3 Dalam peraturan perundang-undangan
terdapat teori delegasi yang mengatur tentang kebijakan pelimpahan wewenang.
Secara umum pengertian delegasi dalam peraturan perundang-undangan adalah
suatu bentuk pelimpahan wewenang yang diberikan dari satu organ pemerintahan
kepada organ pemerintahan lainnya. Selain itu secara lebih jelasnya pengertian
delegasi telah diatur dalam undang-undang.
Delegasi menurut Pasal 1 ayat (23) Undang–Undang Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan adalah pelimpahan
Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab
4
dan tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi. Apabila
wewenang telah diberikan oleh Badan atau Pejabat Pemerintahan kepada
penerima delegasi, maka selanjutnya wewenang itu akan beralih kepada penerima
delegasi atau disebut delegataris.5 Oleh karena itu kepada delegataris harus
memahami terkait dengan wewenang yang akan diterimanya.
Menurut Wasistiono (2005:140) bahwa Pendelegasian Wewenang adalah
hak seseorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas serta
tanggung jawabnya yang didelegasikan dapat dilaksanakan dengan berhasil.6

3
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
4
Pasal 1 ayat (23) Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Administrasi Pemerintahan.
5
Lihat
<https://kalteng.bpk.go.id/ujdih/asset/materi/tahukahanda/Perbedaan%20Delegasi%20Mandat.
pdf> diakses pada 1 April 2023.
6
Andri Fahruzi, Pengaruh Pendelegasian Wewenang Oleh Camat Terhadap Efektivitas Kerja
Pegawai Di Kecamatan Cimerak Kabupaten Pengandaran, Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu
Administrasi Negara Vol 5, Nomer 1 (2018).

4
Dalam pelaksanaan pendelegasian, pelimpahan wewenang dilakukan secara
langsung. Hal ini yang membedakan antara delegasi dengan mandat dan atribusi.
Pendelegasian dilaksanakan dengan beberapa cara seperti membagi tugas,
kewenangan, kewajiban, pertanggungjawaban yang akan dibuat pada satu
penjabaran tugas formil suatu lembaga atau organ pemerintahan. Sehingga dalam
memberikan delegasi yang dilakukan oleh suatu pejabat atau badan yang lebih
tinggi kepada pejabat atau badan yang lebih rendah harus secara bijaksana serta
kritis untuk dapat tersampaikan dengan baik.
Wewenang yang telah dilegasi oleh suatu pemberi delegasi kepada
delegataris terkadang masih dinilai kurang efektif. Beberapa faktor yang
menyebabkan hal itu dapat terjadi seperti kurangnya kemampuan pegawai dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan masih rendah sehingga hubungan antar
pegawai terlihat masih kurang harmonis. Contohnya yaitu masih ditemukan
adanya pegawai yang canggung dalam bekerja dengan pekerja dalam lingkungan
kerjanya. Pada faktor ini bisa saja menimbulkan keterlambatan terkait tugas atau
wewenang yang akan disampaikan. Selain itu faktor lainnya adalah kemampuan
dalam menyelesaikan pekerjannya masih minim atau rendah. Seperti yang
ditemukan pada Pajak Bumi dan Bangunan tahun 2014 yang ditargetkan sebesar
Rp. 78.650.750 namun kenyataanya tidak dapat direalisasikan karena hanya
tercapai sebesar Rp. 72.650.250 atau hanya tercapai sebesar 92.37 %.7
Dalam melakukan pendelegasian diperlukan beberapa prinsip, seperti yang
dikemukakan oleh Donnell and Weihrich yang dikutip oleh Wasistiono
(2005:145) yaitu:
1. Pendelegasian berdasarkan hasil yang diperkirakan. Delegasi yang diberikan
harus berdasarkan tujuan dan rencana yang telah disiapkan sebelumnya oleh
pemberi delegasi. Perlu tidaknya sebuah kewenangan didelegasikan, akan
tergantung kepada hasil yang diperkirakan, apakah selanjutnya dapat
menguntungkan atau merugikan.

7
Ibid.

5
2. Pendelegasian berdasarkan prinsip definisi fungsional. Pada prinsip ini
bermaksud bahwa pelimpahan kewenangan seharusnya memerhatikan
fungsional agar tugas yang diberikan dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien. Prinsip ini berfokus pada ketepatan arah pendelegasian sesuai dengan
fungsi si penerima delegasi.
3. Prinsip berurutan berdasarkan hierarkhi jabatan. Pada prinsip ini bermaksud
bahwa kewenangan diberikan secara berurutan dimulai dari lembaga atau
pejabat yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah dengan tujuan lebih jelas
dalam memberikan substansi tugas atau kewenangan yang terkait.
4. Prinsip jenjang kewenangan. Pada prinsip ini bertujuan agar dalam
pendelegasian dapat berimplikasi sesuai pada tahapannya, baik secara proses
maupun strukturnya. Prinsip ini masih berkaitan dengan prinsip hierarkhi
jabatan.
5. Prinsip yang lebih menekankan akan pentingnya satu kesatuan komando
dalam pendelegasian kewenangan. Melalui prinsip ini berarti akan lebih jelas
terkait kepada siapa dan perintah yang dilakukan karena berdasarkan satu
arahan dari yang memberikan delegasi tersebut.
6. Prinsip pendelegasian kewenangan yang diimbangi dengan pemberian
tanggung jawab yang penuh. Prinsip ini bertujuan agar pihak yang
mendelegasikan tidak ikut serta terhadap wewenang yang telah diberikan
kepada delegataris. Sehingga segala resiko tersebut sepenuhnya berpindah
tangan.
7. Prinsip keseimbangan antara kewenangan dan tanggung jawab. Hal ini
bertujuan untuk memberikan keserasian terhadap delegasi yang akan
dilimpahkan serta harus proporsional dalam pelaksanaannya.8
Selain itu juga terdapat tiga unsur utama dalam pemberian delegasi, yaitu
adalah tugas (responsibility), Kekuasaan (Authority), Pertanggungjawaban
(Accountability). Tugas yang dimaksud adalah adanya wewenang oleh pemberi
wewenang kepada delegataris, lalu kekuasaan yang dimaksud adalah wewenang
untuk mengambil keputusan terkait dengan fungsinya, dan pertanggungjawaban

8
Ibid.

6
bertujuan untuk sebagai bentuk kewajiban oleh delegataris dalam menyampaikan
wewenang yang diterima sebelumnya.9
Melalui adanya teori delegasi dalam perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia pelimpahan wewenang dijalankan. Yang dimaksud dengan kewenangan
atau wewenang merupakan kekuasaan terhadap segolongan orang tertentu atau
kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan.10 Delegasi berasal dari bahasa
Latin delegare, berarti adalah "melimpahkan". Salah satu ahli hukum, yaitu S.F.
Marbun dalam bukunya yang berjudul ‘‘Peradilan Administrasi dan Upaya
Administratif di Indonesia’’ turut memberikan defenisi bahwa delegasi bermaksa
sebagai penyerahan wewenang dari pejabat yang lebih tinggi kepada yang lebih
rendah.11 Dalam peraturan perundang-undangan tepatnya pada Pasal 13 Undang–
Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan mengatur terkait delegasi dalam pelaksanaannya. 12
Teori delegasi juga dijelaskan pada Hukum Perdata. Hal ini dikenal
sebagai bentuk pelimpahan kewajiban. Mengutip dari buku yang berjudul ‘‘Buku
Pembelajaran Contract Drafting’’, delegasi adalah pemindahan hutang dari
debitur lama kepada debitur yang baru melalui akta delegasi. Berkaitan dengan
hal itu debitur yang lama masih berkaitan dengan pelunasan hutang yang dijamin
kepada debitur yang baru. 13 Lebih jelasnya diatur pada Pasal 1417 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang berbunyi: “Pemberian kuasa atau pemindahan,
dengan mana seorang debitur memberikan kepada seorang kreditur seorang
debitur baru yang mengikatkan dirinya kepada kreditur, tidak menimbulkan suatu
pembaruan utang, jika kreditur tidak secara tegas mengatakan bahwa ia
bermaksud membebaskan debitur yang melakukan pemindahan itu dan
14
perikatannya.’’ Hal ini berarti delegasi tidak hanya diberlakukan pada

9
Lihat <https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/arti-delegasi.html> diakses pada 1 April
2023.
10
Prajudi Atmosudirjo, 1995, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, Hal. 78.
11
Lihat <https://katadata.co.id/safrezi/berita/61fcb2b41b820/delegasi-adalah-pelimpahan-
kewenangan-pahami-penjelasannya> diakses pada 2 April 2023.
12
Pasal 13 Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan.
13
Ibid.
14
Pasal 1417 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

7
pemerintahan saja, tetapi secara hukum privat juga dapat digunakan dalam teori
hukum lainnya.

2.2 Penerapan Teori Delegasi di Indonesia


Pelimpahan wewenang secara delegasi dalam penerapannya dapat
dilakukan dalam beberapa kepentingan dalam organ pemerintahan. Dalam
pelaksanaan delegasi hendaknya memperhatikan ketentuan yang telah dijelaskan
dalam peraturan perundang-undangan, salah satunya seperti kewenangan yang
telah didelegasikan tidak dapat didelegasikan lebih lanjut, kecuali apabila terdapat
ketentuan lain dalam peraturan perundang-undangan. Serta terkait wewenang
delegasi itu masih dapat diturunkan kembali dalam bentuk mandat. Ciri delegasi
secara spesifiknya adalah hanya dapat diturunkan kepada satu tingkat
dibawahnya. Sebagai pemberi wewenang juga harus memahami asas contrarius
actus, asas ini menyatakan bahwa apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
yang menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara dengan sendirinya juga
berwenang untuk membatalkannya.15
Adapun pelaksanaan delegasi secara praktiknya sudah cukup banyak
dilaksanakan dalam pemerintahan, seperti seorang kepala daerah yang
memberikan delegasi-nya kepada sekretaris daerah. Wewenang Kepala Daerah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten atau Kota secara delegatif diatur dalam Pasal
10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
yang mengatakan bahwa Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan
absolut, dapat melimpahkan wewenang kepada Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat berdasarkan asas dekonsentrasi.16 Hal ini berarti seorang
Gubernur atau Bupati dalam menjalankan tugas dan wewenangnya terikat dengan
pejabat yang berada dibawahnya. Kemudian Sekretaris Daerah dapat menerima
wewenang yang diberikan oleh Gubernur atau Bupati selama dalam hal
pelaksanaannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksaan
wewenang yang diberikan oleh Kepala Daerah Provinsi maupun Kepala Daerah

15
Lihat < https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jateng/baca-artikel/14419/Yuk-Sejenak-kita-
Kupas-Mengenai-Sumber-Kewenangan-Berupa-Delegasi.html> diakses pada 2 April 2023.
16
Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

8
Kabupaten atau Kota harus jelas serta kepada pejabat yang berperan sebagai
delegataris juga harus memahami hal tersebut.
Salah satu bentuk pelaksanaan pendelegasian terdapat pada Peraturan
Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 40 Tahun 2018 Tentang Pendelegasian
Wewenang Penandatanganan Naskah Dinas Kepegawaian. Pada Pasal 2 ayat (2)
Peraturan Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 40 Tahun 2018 Tentang
Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Naskah Dinas Kepegawaian
dijelaskan bahwa Bupati mendelegasikan penandatangan naskah dinas
kepegawaian kepada Kepala Badan Kepegawaian Daerah17. Sementara itu pada
Pasal 4 ayat (1) Peraturan Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 40 Tahun 2018
Tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Naskah Dinas Kepegawaian
juga dijelaskan bahwa Permohonan pengajuan izin belajar dan surat keterangan
18
belajar disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Daerah. Untuk
melengkapi surat tersebut, Bupati selaku pihak yang memberikan wewenang turut
melampirkan beberapa dokumen yang terdapat pada Pasal 4 ayat (2) Peraturan
Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 40 Tahun 2018 Tentang Pendelegasian
Wewenang Penandatanganan Naskah Dinas Kepegawaian.
Adapun beberapa dokumen yang dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) Peraturan
Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 40 Tahun 2018 Tentang Pendelegasian
Wewenang Penandatanganan Naskah Dinas Kepegawaian adalah:
a. Surat Permohonan Izin Belajar;
b. Foto copi SK PNS (dileges);
c. Foto copi SK Pangkat terakhir (dileges);
d. Foto copi Ijazah/STTB terakhir (dileges);
e. Foto copi SKP 2 (dua) tahun terakhir (dileges);
f. Foto copi Kartu Pegawai (dileges);
g. Surat Keterangan yang menyatakan sebagai mahasiswa dari Universitas;

17
Pasal 2 ayat (2) Peraturan Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 40 Tahun 2018 Tentang
Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Naskah Dinas Kepegawaian.
18
Pasal 4 ayat (1) Peraturan Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 40 Tahun 2018 Tentang
Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Naskah Dinas Kepegawaian.

9
h. Surat Keterangan yang menyatakan Akreditasi Universitas dan Program Studi
minimal B;
i. Surat Persetujuan dari atasan;
j. Surat Pernyataan menanggung biaya sendiri bermaterai 6000;
k. Surat Pernyataan tidak menuntut penyesuaian ijazah bermaterai 6000;
l. Daftar Riwayat Hidup berdasarkan Perka BKN Nomor 11 Tahun 2002
tanggal 17 Juni 2002;
m. Surat Pernyataan sedang tidak menjalani hukuman disiplin tingkat berat dan
sedang dari atasan.
Adapun tujuan dari pembuatan surat Peraturan Bupati Labuhanbatu
Selatan Nomor 40 Tahun 2018 Tentang Pendelegasian Wewenang
Penandatanganan Naskah Dinas Kepegawaian bertujuan agar pelaksaan delegasi
yang dilakukan dalam surat perintah tersebut dapat secara jelas dan dimengerti
oleh berbagai pihak. Selanjutnya terkait surat pendelegasian itu akan
diberitahukan kepada pihak delegataris untuk melaksanakan wewenang yang
diberikan. Pihak yang melaksanakan wewenang yaitu Kepala Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai delegataris mempunyai tanggung
jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan terkait wewenang yang diberikan.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori delegasi sebagai bagian dari bentuk pelimpahan wewenang
mempunyai ciri dan cara pelaksanaan yang membedakan dalam cara
pelaksanaannya. Delegasi secara umum diketahui sebagai bentuk pelimpahan
kewenangan dilakukan dari organ pemerintahan yang lebih tinggi kepada organ
pemerintahan yang lebih rendah. Untuk selanjutnya kewenangan itu akan
diberikan kepada delegataris selaku pihak yang menerima dan bertanggungjawab
terkait kewenangan yang diberikan oleh organ pemerintahan yang lebih tinggi
tersebut.
Adapun ciri dari teori delegasi yaitu pemberian kewenangan dilakukan
oleh organ yang lebih tinggi kepada organ yang lebih rendah, kemudian
pemberian kewenangan tersebut dilakukan secara langsung. Pendelegasian di
Indonesia banyak digunakan dalam peraturan pemerintah, peraturan presiden, atau
peraturan daerah. Dalam pelaksanaannya delegasi ini dilakukan oleh organ
pemerintahan dengan tanggung jawab beralih kepada penerima delegasi. Namun
terkadang dalam pemberian wewenang masih sering ditemukan adanya hambatan
seperti pihak yang delegataris kurang memahami atau kurangnya sintegritas antara
satu pegawai dengan pegawai lainnya.
Seperti pada penjelasan diatas, salah satu pemberlakuan delegasi telah
diberlakukan pada surat Peraturan Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 40 Tahun
2018 Tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Naskah Dinas
Kepegawaian. Sebagai kepala daerah, Bupati tak luput dari keterbatasan serta
keperluan lainnya sehingga pendelegasian diperlukan untuk keperluan tertentu.
Perlu diperhatikan bahwasannya dalam pendelegasian harus tetap sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Mengingat sebagai negara hukum, di Indonesia
regulasi terkait delegasi sudah dibentuk dan diperlukan pengawasan dengan bijak.

11
DAFTAR PUSTAKA
A. PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Administrasi Pemerintahan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Peraturan Bupati Labuhanbatu Selatan Nomor 40 Tahun 2018 Tentang
Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Naskah Dinas Kepegawaian.

B. BUKU
Prajudi Atmosudirjo, 1995, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

C. JURNAL
Herman dan Firman Muin, 2018, Sistematisasi Jenis Dan Hierarki
Peraturan Perundang-Undangan Di Indonesia, Jurnal Komunikasi Hukum (Jkh),
Volume 4 Nomor 2 Agustus 2018, Universitas Negeri Makassar.
Hadjon, M Philipus, 1998, Tentang Wewenang Pemerintahan
(bestuursbevoegheid), Projutistia, Tahun XVI Nomor 1 Januari.
Fahruzi, Andri, 2018, Pengaruh Pendelegasian Wewenang Oleh Camat
Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Di Kecamatan Cimerak Kabupaten
Pengandaran, Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara Vol 5, Nomer
1 (2018).

D. INTERNET
https://kalteng.bpk.go.id/ujdih/asset/materi/tahukahanda/Perbedaan%20De
legasi%20Mandat.pdf, diakses pada 1 April 2023.
https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/arti-delegasi.html,diakses
pada 1 April 2023.

12
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61fcb2b41b820/delegasi-adalah-
pelimpahan-kewenangan-pahami-penjelasannya, diakses pada 2 April 2023.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-jateng/baca-artikel/14419/Yuk-
Sejenak-kita-Kupas-Mengenai-Sumber-Kewenangan-Berupa-Delegasi.html,
diakses pada 2 April 2023.

13

Anda mungkin juga menyukai