Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN

MANAJEMEN LEGISLATIF

Dosen Pengampu :

Simunawir Sitoro,S.Sos.,M.Si

Di susun oleh :

Alya Meifilina 23622010100835 Nursakinah 23522010100865


Alya Septiani 23622010100836 Risma Febrianti 23622010100868
Aulia Desy R. 23622010100837 Risma Yuliana 23522010100867
Bungawati 23622010100838 Rizal Rahman 23622010100870
Gita Aprillia 23622010100845 Sri Dea Ulandari R.S 23622010100874
Lisa Arianti 23622010100849 Tiara Saputri 23622010100877
Nahda Damayanti 23622010100855 Wahyu Auliani H. 23622010100701
Neini Mylin L. 23622010100857 Wahyu Mei Saroh 23622010100879

Kelas :
AKUNTANSI 1A

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI – NUSANTARA

SANGATTA
2023

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................2

1.3 TUJUAN.................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN LEMBAGA LEGISLTAIF...........................................4

2.2 BADAN-BADAN DI DALAM LEMBAGA LEGISLATIF..................

2.3 TUGAS LEMBAGA LEGISLATIF.......................................................9

2.4 KONSEP MANAJEMEN LEGISLATIF................................................14

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................17

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “MANAJEMEN

LEGISLATIF”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan beberapa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Simunawir Sitoro,S.Sos.,M.Si sebagai dosen mata kuliah Pengantar

Manajemen yang telah memberikan tugas kepada kami.

2. Teman-teman anggota kelompok yang turut membantu dan bekerjasama

dalam pembuatan tugas makalah ini.

Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang

berkenan.dan kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka

menambah wawasan serta pengetahuan kami khhususnya dan pihak lain yang

berkepentingan pada umumnya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di

dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab

itu, kami sangat mengharapkan kritik atau saran yang sifatnya membangun guna

menambah wawasan kami dalam membuat makalah.

Sangatta, Oktober 2023

Kelompok 1

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut Shafritz dan Russel (Kebab,2008:93) manajemen publik dapat

diartikan sebagai upaya seseorang untuk bertanggung jawab dalam

menjalankan suatu organisasi dan pemanfaatan sumber daya (orang dan

mesin) guna mencapai tujuan organisasi.

Menurut Yeremias T. Keban mengartikan manajemen publik sebagai

upaya untuk menunjuk pada manajemen instansi pemerintah. Sedangkan

menurut Nor Ghofur (2014), manajemen publik adalah manajemen

pemerintah, yang artinya manajemen publik juga bermaksud untuk

melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan terhadap

pelayanan kepada masyarakat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Manajemen Publik/Manajemen

Pemerintahan adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di

masyarakat dimana dalam penyusunannya melalui berbagai tahapan. Tata

Negara Indonesia diatur oleh konstitusi UUD 1945. Di dalamnya banyak

diatur mengenai kewenangan Lembaga negara, hak dan kewajiban

masyarakat serta negara dan lain-lain.

Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring

dengan diberlakukan otonomi daerah, yang merupakan sistem desentralisasi

kewenangan Pemerintah Pusat ke Pemerintahan Daerah. Pemberian otonomi

1
daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah karena

memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk membuat rencana

keuangannya sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang dapat

berpengaruh pada kemajuan daerahnya. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah

tidak bertanggung jawab kepada Presiden selaku Kepala Pemerintahan,

tetapi bertanggungjawab langsung kepada rakyat daerah yang langsung

memilihnya.

Pertumbuhan ekonomi mendorong pemerintah daerah untuk melakukan

pembangunan ekonomi dengan mengelola sumber daya yang ada dan

membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat untuk menciptakan

lapangan pekerjaan baru yang akan mempengaruhi perkembangan kegiatan

ekonomi dalam daerah tersebut (Kuncoro:2004). Menurut penelitian Halim

(2006) dengan adanya otonomi daerah pula, maka dengan tegas terjadi

pemisahan fungsi antara fungsi Pemerintahan Daerah (Eksekutif) dengan

fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif).

Berdasarkan pembedaan fungsi tersebut, menunjukkan bahwa antara

legislatif dan eksekutif terjadi hubungan keagenan, eksekutif melakukan

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan atas anggaran daerah, yang

merupakan manifestasi dari pelayanan kepada publik, sedangkan legislatif

berperan aktif dalam melaksanakan legislasi, penganggaran, dan

pengawasan.

2
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah ini

yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan legislatif?

2. Siapa yang termasuk dalam lembaga legislatif?

3. Apa tugas dari lembaga legislatif?

4. Bagaimana sistem dan hubungan manajemen dalam legislatif?

1.3 TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan

makalah ini yaitu :

1. Mengetahui apa itu lembaga legislatif.

2. Mengetahui badan-badan yang termasuk dalam lembaga legislatif.

3. Mengetahui tugas-tugas lembaga legialatif.

4. Mengetahui sistem dan hubungan manajemen dalam legislatif.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN LEMBAGA LEGISLATIF

2.1.1 Menurut Istilah

Legislatif berasal dari kata ‘Legg’ yang artinya hukum dan

‘Latur’ berarti tempat. Dan secara etimologi maka Legislatif berarti

tempat pembuatan hukum. Untuk istilah lain yang digunakan sebagai

sinonim dari Badan Legislatif adalah ‘Parlemen’. Kata ini berasal

dari kata Prancis ‘Parley’ yang berarti berbicara atau berdiskusi atau

berunding.

2.1.2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Berasal dari kata dasar badan (dewan) dan legislatif (berwenang

membuat UU). Sehingga badan legislatif adalah badan (dewan) yang

berkuasa membuat undang-undang.

2.1.3 Menurut Para Ahli

Beberapa ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda

mengenai lembaga legislative. Adapun beberapa ahli tersebut yakni :

1. Montesquieu (1689-1755), lembaga legislatif adalah magistrate

atau penguasa yang mengeluarkan suatu hukum dan aturan yang

berlaku di suatu wilayah.

2. John Locke menjelaskan bahwa kekuasaan legislatif adalah

kekuasaan untuk membuat dan membentuk undang-undang (UU)

yang mengikat di suatu wilayah kekuasaan tertentu.

4
3. Ikhsan Darmawan (2013) menjelaskan bahwa pengertian

lembaga legislatif adalah institusi yang bertugas dalam pembuat

kebijakan publik dalam arti negara demokrasi sehingga untuk

jumlah keanggotaan akan senantiasa lebih banyak dari Lembaga

eksekutif dalam bentuk perwakilan.

4. Nurul Huda mengatakan lembaga legislatif dikenal dengan

beberapa nama seperti parlemen, kongres, atau asembli nasional.

Dapat disimpulkan bahwa Lemabaga legislatif/badan

legislatif/legislatif/legislatur adalah badan deliberatif pemerintah dengan

kuasa membuat hukum. Legislatif dikenal dengan beberapa nama, seperti

parlemen, kongres, atau majelis nasional (Wikipedia:2022).

Lembaga legislatif merupakan institusi kunci (key institutions) dalam

perkembangan politik negara-negara modern. Perkembangan lembaga-

lembaga negara, lembaga legislatif merupakan cabang kekuasaan pertama

yang mencerminkan kedaulatan rakyat.

2.2 BADAN-BADAN DI DALAM LEMBAGA LEGISLATIF

Lembaga legislatif bisa dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu;

1. Legislatif Bikameral, artinya dalam lembaga legislatif dengan dua

rumah/kamar sedangkan uni-kameralisme berarti lembaga legislatif

dengan satu rumah / kamar. Sejumlah besar badan legislatif modern,

terutama di negara bagian besar, adalah bikameral yaitu badan legislatif

dengan dua rumah (Bi= Dua, Kameral = Rumah). Adapun negara-

5
negara yang memiliki badan legislatif ini yaitu India, AS, Inggris,

Prancis, Rusia, Swiss, Australia dan sejumlah besar negara bagian

lainnya.

2. Legislatif Unikameral. Disisi lain, kebanyakan negara bagian dan

provinsi kecil dari sistem federal, memiliki badan legislatif unikameral,

yaitu badan legislatif dengan majelis tunggal. Dimana badan

legislatifnya bikameral, majelis pertama biasanya disebut majelis

rendah, dan majelis kedua disebut majelis tinggi. Legislatif Unikameral

berlaku di Cina, Selandia Baru, Zimbabwe, Turki, Portugal, dan

beberapa negara bagian lainnya.

Lembaga legislatif di Indonesia terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dan Majelis Permusyawaratan

Rakyat (MPR). Yang dijabarkan sebagai berikut :

2.2.1 Dewan Perwakilan Rakyat

DPR adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan

rakyat. Adapun anggota DPR yaitu mereka yang berasal dari anggota

partai politik yang mencalonkan diri sebagai peserta pemilu yang

sudah terpilih saat pemilu.

Anggota DPR dipilih secara langsung oleh rakyat dan memiliki

masa jabatan 5 tahun. DPR sendiri berkedudukan di pusat. Di tingkat

provinsi disebut dengan DPRD Provinsi dan yang berada di tingkat

kota/kabupaten disebut dengan DPRD Kabupaten/Kota.

6
Anggota DPR tidak boleh merangkap jabatan sebagai pejabat

negara lainnya, hakim pada badan peradilan, pegawai negeri sipil,

anggota TNI/Polri, pegawai pada BUMN/BUMD atau badan lain yang

anggarannya bersumber dari APBN/APBD. Anggota DPR juga tidak

boleh melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga

pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan, advokat/pengacara,

notaris, dokter praktik dan pekerjaan lain yang ada hubungannya

dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR.

Jika anggota DPR diduga melakukan perbuatan pidana,

pemanggilan, permintaan keterangan, dan penyidikannya harus

mendapat persetujuan tertulis dari Presiden. Ketentuan ini tidak

berlaku apabila anggota DPR melakukan tindak pidana korupsi dan

terorisme serta tertangkap tangan.

DPR memiliki fungsi yang dijalankan dalam kerangka

representasi rakyat, yaitu :

1. Legislasi, fungsi ini dilaksanakan untuk membentuk undang-

undang bersama presiden saja.

2. Anggaran, dilaksanakan untuk membahas dan memberikan

persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap

rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh

Presiden.

7
3. Pengawasan, fungsi pengawasan dilaksanakan melalui

pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan APBN.

2.2.2 Dewan Perwakilan Daerah

DPD sebelum 2004 disebut Fraksi Utusan Daerah adalah lembaga

tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang anggotanya

merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang dipilih melalui

pemilu serta merupakan majelis tinggi (upper house) dalam lembaga

legislatif.

Adapun anggota DPD RI/DPD biasa disebut senator. DPD

memiliki jumlah yang tidak sama di setiap provinsi tetapi paling

banyak 4 orang dan memiliki masa jabatan yaitu 5 tahun. Anggota

DPD memiliki kekebalan hukum seperti tidak dapat dituntut di

hadapan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan/pendapat yang

dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-rapat DPD,

sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode

etik masing-masing Lembaga.

Berdasarkan Pasal 248 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 17 Tahun 2014, fungsi DPD adalah:

1. Pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan

otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan

pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya

alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan

dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada DPR.

8
2. Ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan

dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,

pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, pengelolaan

sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah.

3. Pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-

undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara dan

rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,

pendidikan, dan agama.

4. Pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi

daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,

hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak,

pendidikan, dan agama.

2.2.3 Majelis Permusyawaratan Rakyat

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau cukup

disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI atau MPR)

adalah lembaga legislatif bikameral yang merupakan salah

satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.

Setelah amandemen UUD 1945, anggota MPR terdiri dari

anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah.

Sebelum Reformasi, MPR merupakan lembaga tertinggi negara. MPR

9
bersidang sedikitnya sekali dalam satu tahun di ibu kota

negara, Jakarta.

MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih

melalui pemilihan umum. Keanggotaan MPR diresmikan dengan

keputusan Presiden. Sebelum reformasi, MPR terdiri atas anggota

DPR, utusan daerah, dan utusan golongan, menurut aturan yang

ditetapkan undang-undang. Jumlah anggota MPR periode 2019–2024

adalah 711 orang yang terdiri atas 575 Anggota DPR dan 136 anggota

DPD.

Masa jabatan anggota MPR adalah 5 tahun, dan berakhir

bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan

sumpah/janji. Anggota MPR sebelum memangku jabatannya

mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh

Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR. Anggota

MPR yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji secara bersama-

sama, mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pimpinan MPR.

2.3 TUGAS-TUGAS LEMBAGA LEGISLATIF

2.3.1 Tugas dan Tujuan Utama Lembaga Legislatif

Tugas utama lembaga legislatif adalah membuat undang-undang

yang berlaku di Indonesia. Namun, selain tugas utama tersebut,

lembaga legislatif juga mempunyai tugas-tugas lain yang tidak kalah

pentingnya. Berikut beberapa tugas lembaga legislatif secara garis

besar yaitu:

10
1. Menyusun rencana pembangunan nasional dan anggaran negara.

2. Menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan dijalankan oleh

pemerintah dalam rangka pembangunan nasional.

3. Menetapkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

pemerintahan dan hukum.

4. Menjaga hubungan antara Indonesia dengan negara lain melalui

hubungan parlemen.

5. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang

dan kebijakan pemerintah.

6. Memberikan persetujuan atas kebijakan dan pengangkatan pejabat

negara seperti hakim, jaksa, dan pejabat lainnya.

Tujuan utama lembaga legislatif adalah untuk menjalankan fungsi

legislasi yang meliputi pembentukan undang-undang dan pengawasan

terhadap pelaksanaan undang-undang. Selain itu, lembaga legislatif

juga bertujuan untuk memperkuat dan mempertahankan demokrasi

mewakili suara rakyat. Serta menjadi wadah untuk menyalurkan

aspirasi masyarakat.

Selain itu, tujuan lembaga legislatif juga meliputi:

1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembentukan

undang-undang yang berpihak kepada kepentingan rakyat.

2. Menjaga keseimbangan kekuasaan antara lembaga pemerintahan

dalam sistem checks and balances.

11
3. Memperkuat hubungan antara pemerintah dan rakyat melalui jalur

legislatif.

2.3.2 Tugas DPR RI atau DPR

Secara umum, fungsi dari DPR adalah sebagai check and

balance bagi kekuasaan eksekutif yang dijalankan oleh pemerintahan.

Selain itu, DPR juga berperan untuk menyerap dan menyampaikan

aspirasi rakyatnya. Hal ini senada dengan namanya yaitu sebagai

dewan perwakilan.

Berikut adalah tugas dan wewenang yang dimiliki oleh Dewan

Perwakilan Rakyat sesuai dengan UUD

1. Melakukan fungsi pengawasan kepada presiden dan wakil

presiden dengan mangajukan usul pemberhentian jika memenuhi

syarat yang terdapat dalam undang-undang dasar.

2. Menjadi saksi ketika presiden dan wakil presiden melakukan

sumpah dan janjinya untuk menjalankan tugas dan memenuhi

kewajibannya.

3. Memberikan persetujuan saat presiden membuat pernyataan

perang, perdamaian dan penjanjian dengan negara lain.

4. Memberikan persetujuan ketika presiden membuat perjanjian

internasional.

5. Memberikan pertimbangan dalam mengangkat duta dan konsul

oleh presiden.

12
6. Melakukan pertimbangan kepada presiden saat memberikan

amnesti dan abolisi.

7. Memiliki kekuasaan untuk membuat undang-undang.

8. Memberikan persetujuan rancang undang-undang mengenai

anggaran pendapatan dan belanja negara yang diajukan oleh

presiden sebagai fungsi anggaran DPR.

9. Menerima hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan.

10. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

2.3.3 Tugas DPD RI atau DPD

DPD berperan menjalankan fungsi yang mirip dengan DPR.

Yaitu, sebagai lembaga pertimbangan dan juga pengawasan kinerja

pemerintahan, tetapi pada tingkatan provinsi. Disini, DPD juga

berperan besar dalam mengatur dan mengajukan aturan-aturan yang

termasuk dalam lingkup otonomi daerah dan hubungan daerah dengan

pusat.

Berikut ini adalah tugas dan wewenang yang dimiliki oleh Dewan

Perwakilan Daerah di Indonesia:

1. Seperti dijelaskan dalam undang-undang, DPD memiliki hak

untuk mengajukan rancangan undang-uandang dasar mengenai

otonomi daerah, hubungan pemerintahan pusat dan daerah,

pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah,

pengelolaan sumber daya alam dan sumberdaya ekonomi lainnya,

serta perimbangan keungan pusat dan daerah, serta yang

13
berkaiatan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah

kepada Dewan Perwakilan Rayat (DPR).

2. Membahas rancangan undang-undang dan memberikan

pertimbangan kepada DPR.

3. Melakukan pengawasan atsa pelaksanaan undang-undang.

4. Memberikan pertimbangan mengenai rancangan undang-undang

anggaran pendapatan dan belanja negara yang dibahas oleh

presiden dan dewan perwakilan rakyat (DPR).

5. Menerima hasil pemeriksaan keuangan oleh BPK.

2.3.4 Tugas MPR

Berikut ini adalah tugas dan juga wewenang yang dimiliki oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat sesuai dengan Undang Undang

Dasar:

1. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar.

2. MPR juga memiliki berperan untuk melakukan pengawasan

dalam memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa

jabatan menurut undang-undang dasar.

3. Menjadi saksi ketika presiden dan wakil presiden melakukan

sumpah dan janjinya untuk menjalankan tugas dan memenuhi

kewajibannya.

Berdasarkan tugas dan wewenang diatas, kita dapat

menyimpulkan bahwa MPR memiliki tugas utama sebagai penjaga

14
UUD 1945 serta melantik dan memberhentikan presiden serta wakil

presiden yang sedang menjabat.

2.4 KONSEP MANAJEMEN LEGISLATIF

2.4.1 Hubungan Manajemen dalam Legislatif

Manajemen dalam konteks legislatif mengacu pada cara

bagaimana proses pengelolaan dan pengaturan berbagai aspek

dalam badan legislatif, seperti tata kelola, sumber daya, prosedur,

dan kebijakan. Hubungan antara manajemen dan legislatif

melibatkan beberapa aspek, yaitu :

1. Pengelolaan Sumber Daya: Manajemen dalam badan legislatif

berkaitan dengan cara alokasi dan penggunaan sumber daya

seperti anggaran, waktu, dan tenaga kerja untuk mencapai tujuan

legislatif yang ditetapkan.

2. Proses Pengambilan Keputusan: Manajemen membantu

dalam merancang proses pengambilan keputusan di badan

legislatif, termasuk pembuatan undang-undang, peraturan, dan

kebijakan yang dapat memengaruhi masyarakat.

3. Perencanaan dan Strategi: Manajemen melibatkan

perencanaan jangka panjang dan strategi untuk mencapai tujuan

legislatif, termasuk perencanaan sidang, agenda legislasi, dan

prioritas legislatif.

15
4. Pengawasan dan Akuntabilitas: Manajemen juga mencakup

pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan program yang

telah disetujui oleh badan legislatif, serta menentukan tingkat

akuntabilitas yang harus dijaga.

5. Hubungan dengan Pihak Eksternal: Badan legislatif perlu

menjalin hubungan dengan pihak eksternal, seperti pemilih,

kelompok advokasi, dan pemerintah, dan manajemen berperan

dalam memfasilitasi interaksi ini.

Jadi, manajemen dalam konteks legislatif adalah penting untuk

memastikan efisiensi, transparansi, dan efektivitas dari fungsi

legislasi dan peran badan legislatif dalam pemerintahan.

2.4.2 Manajemen Legislatif Pemerintahan

Manajemen dalam konteks legislatif pemerintah mengacu pada

bagaimana pemerintah mengelola berbagai aspek dalam tubuh

legislatifnya, seperti tata kelola, proses pengambilan keputusan,

perencanaan, dan pengawasan. Berikut beberapa aspek penting

hubungan antara manajemen dan legislatif pemerintah:

1. Perencanaan Kebijakan: Manajemen membantu dalam

merencanakan dan mengkoordinasikan pembuatan kebijakan

pemerintah yang akan diajukan kepada badan legislatif untuk

persetujuan. Ini melibatkan perancangan program-program

pemerintah dan inisiatif legislatif.

16
2. Hubungan Legislatif-eksekutif: Manajemen memainkan

peran penting dalam memfasilitasi komunikasi dan kerja sama

antara badan legislatif dan eksekutif. Ini termasuk koordinasi

terkait jadwal sidang, pertemuan, dan negosiasi.

3. Pengelolaan Anggaran: Manajemen anggaran adalah

komponen kunci dalam badan legislatif pemerintah. Ini

melibatkan alokasi dan penggunaan dana publik untuk

mendukung berbagai program dan kebijakan.

4. Pengawasan dan Akuntabilitas: Badan legislatif bertanggung

jawab untuk mengawasi pelaksanaan kebijakan dan program

yang telah disetujui. Manajemen dalam hal ini mencakup

pemantauan dan pelaporan terkait implementasi.

5. Proses Legislasi: Manajemen juga memainkan peran dalam

mengelola proses legislasi, termasuk penyusunan agenda

legislatif, penyusunan naskah undang-undang, dan prosedur

persetujuan.

6. Keterlibatan Pemangku Kepentingan: Manajemen juga

melibatkan pemangku kepentingan eksternal seperti kelompok

advokasi, masyarakat sipil, dan warga negara dalam proses

legislasi.

Jadi, manajemen dalam konteks legislatif pemerintah adalah

penting untuk memastikan bahwa kebijakan dan program yang

17
diusulkan dan disahkan melalui badan legislatif sesuai dengan

tujuan pemerintah dan kepentingan masyarakat secara keseluruhan

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam sistem pemerintahan, lembaga legislatif memiliki peran yang

sangat penting dalam pembentukan undang-undang dan pengawasan

terhadap pelaksanaan undang-undang. Selain itu, lembaga legislatif juga

bertujuan untuk memperkuat dan mempertahankan demokrasi serta

mewakili suara rakyat. Tugas utama lembaga legislatif adalah membuat

undang-undang, namun lembaga legislatif juga memiliki tugas-tugas lain

seperti menyusun rencana pembangunan nasional, menetapkan kebijakan,

menetapkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemerintahan dan

hukum, dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang

dan kebijakan pemerintah. Dengan menjalankan tugas-tugas tersebut,

lembaga legislatif diharapkan dapat memperkuat hubungan antara

pemerintah dan rakyat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

manajemen dalam konteks legislatif adalah penting untuk memastikan

efisiensi, transparansi, dan efektivitas dari fungsi legislasi dan peran badan

legislatif dalam pemerintahan.

18

Anda mungkin juga menyukai