Anda di halaman 1dari 6

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal IOSR Humaniora Dan Ilmu Sosial (IOSR-JHSS) Volume


21, Edisi 10, Ver. 2 (Oktober 2016) PP 51-56 e-ISSN:
2279-0837, p-ISSN: 2279-0845.
www.iosrjournals.org

Etika dalam Komunikasi Organisasi


Muhammad Alfikri, S.Sos, M.Si
Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UINSU/IAIN), Medan, Indonesia

Abstrak:- Organisasi adalah entitas sosial yang secara sadar dikoordinasikan dengan batas-batas yang relatif dapat
diidentifikasi, dan bekerja secara relatif terus menerus untuk mencapai tujuan bersama. Entitas sosial, maksudnya
kesatuan yang dibentuk oleh orang-orang atau sekelompok orang yang saling berinteraksi. Komunikasi merupakan
suatu hal yang wajib digunakan dalam organisasi, lembaga dan perusahaan. Tujuan komunikasi dalam perusahaan
mengajak seluruh anggota perusahaan peduli untuk berinteraksi dengan anggota lain diluar.

Kata kunci: etika; Komunikasi organisasional; manajemen puncak

SAYA. PERKENALAN

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga dengan organisasi. Dengan menggunakan
komunikasi yang baik maka suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan sukses dan sebaliknya, kurang atau tidaknya
komunikasi, organisasi dapat menimbulkan banyak permasalahan. Komunikasi yang efektif sangat penting bagi semua
organisasi. Pemimpin organisasi dan komunikator dalam organisasi perlu memahami dan meningkatkan keterampilan
komunikasi mereka. Oleh karena itu komunikasi dan keberhasilan organisasi sangat erat kaitannya, memperbaiki komunikasi
organisasi berarti memperbaiki organisasi. Organisasi yang ideal terbentuk dari unsur-unsur universal yang dapat didirikan dan
digunakan untuk mentransformasikan suatu organisasi. Tujuan utama dalam mempelajari komunikasi adalah untuk
meningkatkan organisasi.
Organisasi adalah kesatuan sosial yang secara sadar dikoordinasikan dengan batas-batas yang relatif dapat
diidentifikasi, dan bekerja secara relatif terus-menerus untuk mencapai tujuan bersama. Entitas sosial, maksudnya, kesatuan
yang dibentuk oleh orang-orang atau sekelompok orang yang saling berinteraksi. Komunikasi merupakan suatu hal yang wajib
digunakan dalam organisasi, lembaga dan perusahaan. Tujuan komunikasi dalam perusahaan mengajak seluruh anggota
perusahaan peduli untuk berinteraksi dengan anggota lain diluar. Oleh karena itu, kegiatan komunikasi mempunyai peranan
penting dalam memperlancar kinerja kegiatan perusahaan, baik internal maupun eksternal, untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien.

II. METODOLOGI

Definisi Etika

Dalam kehidupan masyarakat modern, bahkan era postmodern, setiap individu anggota masyarakat di
dalam hal ini interaksi sosialnya dengan komunitas lain atau lingkungan, tampaknya cenderung menjadi bebas, fleksibel, dan terbuka. Dia
bukan berarti tidak ada larangan sama sekali, sebab apabila seseorang melakukan kesalahan yang menyinggung atau
melanggar terhadap orang lain, maka orang tersebut akan mendapat sanksi hukum berdasarkan tuntutan masyarakat. Hal ini
tentu berbeda dengan keadaan di masa lalu yang cenderung kaku dan tertutup, karena kehidupan sehari-hari di masa lalu
dibatasi oleh berbagai normatif atau berbagai batasan yang harus ditaati adat.

Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, setiap anggota masyarakat akan dihadapkan pada keterbatasan nilai
normatif, yang berlaku pada situasi tertentu dan cenderung berubah dari waktu ke waktu. Batasan nilai normatif
dalam berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan disebut dengan nilai etika. Dalam kehidupan sehari-hari,
kata etika dan moral sering digunakan.

Istilah-istilah ini seringkali dianggap memiliki arti yang sama, sehingga terkadang digunakan secara tumpang tindih dan
ambigu. Hal ini selalu terjadi karena pada dasarnya istilah-istilah tersebut sama-sama berkaitan dengan perbuatan manusia dan

DOI: 10.9790/0837-2110025156 www.iosrjournals.org 51 | Halaman


Etika Dalam Komunikasi Organisasi

penilaian terhadap perbuatan tersebut, misalnya baik atau buruk. Namun sebenarnya istilah-istilah tersebut mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam
perbuatan manusia.

Istilah ini ditinjau dari bahasa, berasal dari bahasa Yunani, yaitujiwa khas suatu bangsa(tunggal), yang berarti tempat
tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat istiadat, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Bentuk jamak dari kata
etikaadalah ta etha, yang artinya adat istiadat. Dalam hal ini arti kata etika sama dengan moral. Moral berasal dari kata Latin,
bulan(tunggal), atauadat istiadat(jamak) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, budi pekerti, perangai, budi pekerti dan cara
hidup. Jadi dalam hal ini etika adalah suatu pola tingkah laku atau kebiasaan yang baik dan dapat diterima oleh banyak orang
atau organisasi tertentu.

Menurut K. Bertens, ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan dalam memahami konteks etika,
yaitu etika deskriptif, etika normatif dan meta-etika:

1. Etika Deskriptif

Etika deskriptif adalah moralitas yang terkandung dalam diri seseorang dalam kebudayaan tertentu, dalam kurun waktu
sejarah tertentu, dan seterusnya. Sebab, etika deskriptif hanya bersifat penggambaran, tidak memberikan penilaian.

2. Etika Normatif

Etika normatif merupakan bagian penting dari etika dan persoalan moral yang paling menarik. Etika normatif menentukan
baik atau tidaknya suatu perilaku atau asumsi moral. Etika normatif bertujuan untuk merumuskan prinsip-prinsip etika yang dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional dan dapat digunakan dalam praktik.

3. Meta-etika

Meta-etika mempelajari logika spesifik etika. Meta-etika memfokuskan perhatiannya pada makna spesifik dari
bahasa etis. Filsuf Inggris, Geoge Moore (1873-1958), dalam bukunya, menulis meta-etika dengan highlight untuk
membandingkan satu kalimat dengan kalimat lainnya.

Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, etika adalah tindakan benar dan salah, atau baik dan buruk, yang
mempengaruhi hal lain. Nilai moral individu dan pribadi serta konteks sosial menentukan apakah suatu perilaku tertentu
dianggap sebagai perilaku yang etis atau tidak etis. Perilaku etis adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma sosial yang
diterima sehubungan dengan perbuatan yang benar dan baik. Ini menentukan kualitas individu. Sedangkan perilaku tidak etis
adalah perilaku yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa etika merupakan acuan yang selalu digunakan oleh
individu atau kelompok sebagai pedoman dalam melakukan aktivitas sehari-hari, agar aktivitas tersebut tidak merugikan orang lain. Dengan
demikian, etika dan moral sangat erat hubungannya dari segi makna. Namun dalam praktiknya, istilah etika digunakan untuk meninjau tindakan
seseorang.

Dalam pandangan Islam, etika dikenal dengan akhlak yang merupakan budi pekerti, perangai atau tingkah laku.
Dalam pergaulan sehari-hari, moral perlu diperhatikan dan dijaga, karena akan membuat sesuatu menjadi terorganisir.
Sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Miskawaih, tujuan akhlak adalah tercapainyaal-Sa'adahyang berarti kebahagiaan,
kemakmuran, kesuksesan, kesempurnaan dan kesenangan.

Alquran memerintahkan seseorang untuk bersikap lemah lembut dan sopan ketika berbicara dengan orang lain. Lebih jauh lagi, Al-
Qur'an mewajibkan seseorang untuk bersikap sopan dalam segala hal ketika berbicara. Allah memerintahkan kepada umat islam untuk selalu
bersikap lemah lembut dan itu tertuang dalam surat Ali Imran ayat 159. Artinya :
“Maka karena karunia Allah yang Maha Kuasa kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Kalau kamu tegar lagi bersikap kasar,
niscaya mereka akan menjauhkan diri dari sekeliling. Maka dari itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan bagi mereka serta
diskusikanlah permasalahan tersebut dengan mereka. Maka jika kamu telah bertekad, maka bertawakallah kepada Allah, karena Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.

Etika organisasi dapat digunakan untuk menetapkan dan menjadi tolak ukur dalam menggambarkan apa pun yang ada
etis untuk dilakukan dan tidak etis dalam organisasi. Hunt et.al juga menyatakan bahwa nilai etika organisasi adalah
tingkat pemahaman tentang bagaimana organisasi berperilaku dan bertindak dalam menghadapi masalah etika.
Tingkatan ini mencakup tingkatan yang dirasakan:

DOI: 10.9790/0837-2110025156 www.iosrjournals.org 52 | Halaman


Etika Dalam Komunikasi Organisasi

A. Bagaimana pihak manajemen dalam menilai pekerja bertindak terhadap permasalahan etika dalam organisasi.
B. Cara kerja mempertimbangkan bahwa manajemen memperhatikan masalah etika dalam organisasi dan
C. Bagaimana pekerja menilai bahwa perilaku etis (atau tidak etis) akan diberi imbalan (penalti) dalam organisasi.

Kepercayaan adalah modal utama dalam berbisnis. Oleh karena itu, beberapa perusahaan mengembangkan dan
mensosialisasikan standar dan nilai etika karyawan. Dengan pemahaman dan penerapan etika bisnis diharapkan dapat
meningkatkan profesionalisme seluruh jajaran karyawannya. Secara umum butir-butir inti kode etik beberapa
organisasi, antara lain:

A. Kepatuhan, yaitu ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.


B. Integritas, yaitu tidak menyalahgunakan jabatan dan wewenang untuk kepentingan pribadi atau keluarga, menjaga nama baik
organisasi dan keamanan dan sebagainya.
C. Etis, tidak ada tindakan yang menyimpang/spekulatif.
D. Harmonisasi dalam lingkungan kerja, adalah memelihara dan membina keharmonisan lingkungan hidup dan persaingan yang sehat.
e. Kompetensi berarti senantiasa meningkatkan pengetahuan dan wawasan, mengikuti perkembangan
organisasi modern.

Kebanyakan perusahaan mempunyai kode etik sendiri untuk mendorong karyawannya berperilaku etis. Namun
kode etik saja tidak cukup sehingga pemilik dan manajer perusahaan harus menetapkan standar etika yang tinggi guna
menciptakan lingkungan pengendalian yang efektif dan efisien.

Menurut Griffin dan Ebert, ada dua pendekatan paling umum dalam membentuk komitmen manajemen
puncak terhadap praktik bisnis yang etis, yaitu:

A. Menerapkan kode etik tertulis. Banyak perusahaan menulis kode etik secara formal menyatakan keinginan mereka
untuk melakukan bisnis dengan perilaku etis. Jumlah perusahaan meningkat pesat dalam tiga dekade terakhir, dan
kini hampir semua perusahaan besar memiliki kode etik tertulis.
B. Menegakkan program etika. Banyak contoh yang menunjukkan bahwa respons etis dapat dipelajari melalui pengalaman.

Beberapa upaya untuk menghindari terjadinya pelanggaran etika dalam organisasi, maka menurut Alvin A. Arens, ada
beberapa prinsip etika yang harus dijaga bagi setiap anggota organisasi:

A. Tanggung jawab

Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai profesional, anggota organisasi harus melaksanakan
penilaian profesional dan kepekaan moral dalam semua aktivitas mereka.

b.Kepentingan Umum

Para anggota organisasi harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa untuk melayani
kepentingan umum, serta menunjukkan komitmen dan profesionalisme.

C. Integritas

Untuk menjaga dan memperluas kepercayaan masyarakat, maka para anggota organisasi harus melaksanakan segala tugasnya
tanggung jawab profesional dengan tingkat integritas yang tinggi.

D. Objektivitas dan Independensi

Setiap organisasi anggota wajib menjaga objektivitas dan bebas konflik kepentingan dalam menjalankan tugasnya
tanggung jawab profesional.

e. Kejujuran

Anggota organisasi harus menjaga standar teknis dan etika profesi,lanjutnya


berupaya meningkatkan kompetensi dan mutu pelayanan yang diberikannya, serta melaksanakan tanggung jawab secara
profesional dan sesuai dengan kemampuan terbaiknya.

f.Ruang Lingkup dan Sifat Jasa

DOI: 10.9790/0837-2110025156 www.iosrjournals.org 53 | Halaman


Etika Dalam Komunikasi Organisasi

Anggota organisasi yang berpraktik untuk umum hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip kode etik
profesi dalam menentukan ruang lingkup dan sifat pelayanan yang akan diberikan.

AKU AKU AKU. DISKUSI

Penguatan Prinsip Dasar Organisasi yang Beretika

Membangun etika organisasi tentu tidak mudah, karena harus didukung oleh seluruh pihak dalam
suatu organisasi atau lembaga. Keberhasilan pengembangan perilaku etis dan budaya organisasi akan efektif
mendukung penerapan nilai-nilai budaya. Beberapa faktor yang mendorong terciptanya etika atau perilaku etis
yang baik dalam organisasi yaitu:
Pertama, pengaruh organisasi budaya. Budaya organisasi merupakan suatu sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya.
Kedua, kondisi politik. Situasi politik adalah serangkaian prinsip, negara, jalan, cara atau alat yang tepat yang digunakan
untuk mencapai tujuan.
Prestasi tersebut dipengaruhi oleh perilaku individu atau kelompok yang terdapat dalam satu organisasi.
Ketiga, perekonomian global, karena berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan produksi, konsumsi. Selain ketiga
faktor tersebut, dapat diketahui penguatan etika organisasi yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1. Komitmen Manajemen Puncak Organisasi

Manajer puncak tentunya harus memberikan teladan dan kemauan yang kuat untuk membangun budaya yang kuat
dalam organisasi yang dipimpinnya. Peran moral/karakter seorang pemimpin dan komitmennya. Dalam suatu unit organisasi,
khususnya unit organisasi yang besar, dari manajemen diperlukan dua hal. : komitmen moral dan keterbukaan dalam
berkomunikasi. Kedua hal ini dapat membawa munculnya harapan. Perilaku etis yang kuat, karena banyak pegawai yang tidak
menyukai tindakan pimpinan yang kurang bermoral dan komunikasinya kurang terbuka.

2. Organisasi Lingkungan yang Kondusif

Banyak hasil penelitian yang memberikan indikasi terjadinya kesalahan seperti korupsi dalam suatu organisasi karena
kurangnya kesadaran positif pegawai terhadap kesalahan tersebut. Rendahnya kesadaran dan rendahnya moral akan menyuburkan
tindakan kecurangan yang pada akhirnya akan mencapai titik impas dan dapat menghancurkan organisasi. Faktor ketidakpedulian
tersebut disebabkan oleh :

A. Manajemen puncak kurang peduli dengan hukuman dan imbalan.


B. Umpan balik negatif dirasakan oleh karyawan yang tidak bermoral atau memiliki mentalitas yang baik dan penempatan yang tidak adil atau tidak
sesuai dengan kemampuan karyawan.
C. Meningkatnya rasa ketidakpedulian akan terjadi dalam organisasi
D. Pemimpin lebih otoriter dan kurang menghargai pegawai.
e. Rendahnya loyalitas dan rasa berorganisasi.
F. Anggaran yang tidak rasional dan pemaksaan pencapaian target yang tidak rasional.
G. Kurangnya pelatihan karyawan dan kurangnya kesempatan promosi.
H. Organisasi yang akuntabilitasnya tidak jelas.
Saya. Kurangnya komunikasi dan metode dalam organisasi.

Personil dalam organisasi harus membantu menciptakan instrumen yang mengarah pada budaya organisasi
dan lingkungan yang mendukung. Manajer Unit Sumber Daya Manusia mempunyai tanggung jawab terhadap
pelaksanaan program, inisiatif dan konsisten dengan strategi manajemen.

3.Petugas Perekrutan dan Promosi

Setiap anggota dalam organisasi pasti mempunyai nilai-nilai kejujuran, integritas dan kode etik pribadi.
Oleh karena itu, dalam pencegahan terjadinya kecurangan, maka organisasi harus mempunyai kebijakan yang efektif dalam
rekrutmen dan promosi pegawai. Dengan memperhatikan proses rekrutmen dan promosi yang baik, maka suatu organisasi

DOI: 10.9790/0837-2110025156 www.iosrjournals.org 54 | Halaman


Etika Dalam Komunikasi Organisasi

akan mampu merekrut anggota yang mempunyai tingkat kejujuran yang tinggi, khususnya untuk posisi-posisi yang memerlukan tingkat kejujuran
tertinggi.

4. Komunikasi Organisasi Iklim yang Baik

Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari oleh manusia. Komunikasi adalah inti dari semuanya
hubungan sosial. Jika seseorang telah menjalin hubungan yang permanen, maka sistem komunikasi yang dilakukannya akan menentukan apakah
sistem tersebut mempererat atau mempersatukan mereka.

5. Pelatihan Manajemen Organisasi Berkelanjutan

Karyawan baru harus dilatih mengenai nilai-nilai organisasi dan penerapan standar di
saat perekrutan. Pelatihan harus bersifat eksplisit yang dapat mengadopsi harapan seluruh karyawan. Termasuk
dalam hal ini adalah pertanyaan tentang bagaimana mengkomunikasikan permasalahan yang dihadapi anggota
organisasi. Harus ada kepastian dari manajemen senior seperti harapan karyawan dan tanggung jawab
komunikasi.

Komitmen terhadap pendidikan berkelanjutan dan kesadaran bagi karyawan mengenai isu-isu yang berkaitan dengan etika dan anti-
korupsi mendorong terbentuknya organisasi yang dapat diandalkan. Oleh karena itu, program pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan harus dibuat untuk kepentingan organisasi dan relevan dengan keinginan pegawai.

6. Penegakan Disiplin

Disiplin merupakan kunci penting dalam meraih kesuksesan. Disiplin harus dijunjung tinggi secara bersama-sama oleh seluruh elemen
organisasi. Sebab jika hanya dilakukan oleh sekelompok orang, maka cepat atau lambat orang lain juga akan terkena
dampaknya.

IV. PENGARUH ETIKA KOMUNIKASI ORGANISASI

Redding dan Sanborn sebagaimana dikutip Muhammad Ami mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah mengirimkan dan
menerima informasi dalam organisasi yang kompleks; komunikasi internalinternal, hubungan manusia,
hubungan serikat manajer, komunikasi ke bawah atau komunikasi dari atasan ke bawahan, komunikasi ke atas
atau komunikasi dari bawahan ke atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi mereka yang mempunyai level/
tingkatan yang sama dalam organisasi, keterampilan komunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan
program evaluasi komunikasi.

V. KESIMPULAN

Etika merupakan tata cara moral dalam berbuat baik, khususnya dalam organisasi. Nilai-nilai etika dalam suatu
organisasi dituangkan dalam kaidah atau ketentuan hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis. Aturan ini disusun agar setiap
orang mampu bertindak atau berperilaku baik ketika berinteraksi dengan orang lain dalam organisasi. Etika berfungsi sebagai
pedoman perilaku atau pola perilaku pada setiap individu atau anggota suatu organisasi. Dalam organisasi, etika mempunyai
peranan yang paling penting dan mempunyai nilai yang tinggi. Hal ini untuk mengawasi keadaan dalam organisasi agar tercipta
suasana organisasi yang disiplin, tegas dan profesional serta harmonis dalam organisasi dengan seluruh anggotanya.

DOI: 10.9790/0837-2110025156 www.iosrjournals.org 55 | Halaman


Etika Dalam Komunikasi Organisasi

REFERENSI

[1] Lalu, Sutrisnodan I Cenik Ardana. EtikaBisnisdanProfesi. Jakarta: Salemba Empat, 2009.
[2] Amir, Mafri. EtikaKomunikasi Massa dalamPandangan Islam. Jakarta: Logos,1999.
[3] Arens, Alvin A dan James K. Loebbecke. Audit: Pendekatan Terpadu. Prentice Hall, 1997.
[4] __________. Auditing dan Jasa Assurance. Jakarta: Erlangga, 2006.
[5] Bertens, K.Etika. Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama, 2011.Griffin, Ricky W dan Ronald J. Ebert.
Bisnis. Texas: Prentice Hall, 2006. Goldhaber, Gerald M. Komunikasi Organisasi. Universitas
Negeri New York: Wm.C. Cokelat Penerbit, 1986.
[6] Berburu, SD dkk. “Nilai Etika Perusahaan dan Komitmen Organisasi dalam Pemasaran” dalam jurnal
Ilmu Pemasaran, No 53. tahun1989
[7] Jamil, Alwiyah. PengaruhEtikaKerja Islam TerhadapSikapPadaPeruabahanOrganisasi:
KomitmenOrganisasiSebagai Mediator. .Semarang: TesisFakultasEkonomiUniversitasDiponegoro, 2007.
[8] Masmuh, Abdullah. KomunikasiOrganisasiDalamPerspektifTeoridanPraktekMalang: UMMPress, 2010.
[9] Miskawaih, Ibnu. MenujuKesempurnaanAkhlak, teri. Helmi Hidayat. Bandung:Mizan, 1994.
[10] Muhammad, Ami. KomunikasiOrganisasi. Jakarta: BumiAksara, 2005. Rudito, BambangdanMeliaFamiola.
EtikaBisnis&TanggungJawabSosialPerusahaan di Indonesia. Bandung: Rekayasa Saints, 2007.

[11] Schein, Edgar H. Budaya Organisasi dan Kepemimpinan. San Fransisco: JosseyBass, 1992.

DOI: 10.9790/0837-2110025156 www.iosrjournals.org 56 | Halaman

Anda mungkin juga menyukai