Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

REALITA PENJAJAHAN KOLONIAL DI NUSANTARA


Diajukan untuk memenuhi Mata Kuliah Sejarah Era Kolonialesme dan Imperalisme
Indonesia
(AKBK1306)
Dosen Pengampu :
Dr. Mohamad Zaenal Arifin Anis, M.hum

Mansyur, S.Pd., M.Hum

Daud Yahya, M.Pd

Disusun Oleh:

Anai A1 2210111220001
Herwana Julpa A1 2210111310002
Maria Margaretha Vicitta W. N. Sogen A1 2210111220010
Muhammad Akbar A1 2210111210009
Nur Rahmadianty Shafira A1 2210111120001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah,
inayah-Nya, dan sholawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah tentang “REALITA PENJAJAHAN KOLONIAL DI
NUSANTARA” secara tepat waktu.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Sejarah Asia Timur. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Oleh sebab itu kami juga menyampaikan terima
kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Bapak Dr. Mohamad Zaenal Arifin Anis, M.hum,
Mansyur, S.Pd., M.Hum, Daud Yahya, M.Pd yang telah memberikan tugas ini, sehingga
melalui tugas ini kami bisa belajar dan mendapatkan ilmu.

Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha sebaik mungkin, tapi kami sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami selaku penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun oleh pembaca serta para dosen Sejarah Asia
Timur. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya untuk
kelompok kami dan pembaca sekalian.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1 Penjajahan Yang Terjadi Di Nusantara........................................................................2
2.2 Perlawanan Terhadap Kolonial di Nusantara..............................................................4
2.2.1 Perlawanan Terhadap Portugis.............................................................................4
2.2.2 Perlawanan Terhadap Spanyol.............................................................................6
2.2.3 Perlawanan Terhadap VoC...................................................................................7
2.3 Bukti-Bukti Yang Menjadi Tanda Nusantara Di Jajah Bangsa Kolonial.....................9
2.3.1. Politik Etis............................................................................................................9
2.3.2. Sistem Tanam Paksa...........................................................................................10
2.3.3. Benteng Mandang..............................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
4.1 Kesimpulan................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nusantara mempunyai banyak sumber daya alam yang sangat diperlukan di
negeri Belanda dan Eropa yang secara umum, yakni rempah-rempah. Pada saat itu
Belanda bisa membeli rempah-rempah di Nusantara dengan harga murah, dan
kemudian mereka menjual ke Eropa dengan harga yang tinggi. Akhirnya Belanda
mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari perdagangan ini, sehingga berduyun-
duyunlah bangsa Belanda yang lain, juga bangsa-bangsa.
Kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Nusantara didorong oleh berbagai hal
seperti perkembangan Merkantilisme yang merupakan suatu faham kebijakan politik
dan ekonomi suatu negara dengan tujuan memupuk hasil kekayaan (berupa emas)
sebayak-banyaknya sebagai standar kesejahtraan dan kekuasaan untuk negara itu.
Selain itu, juga terjadinya revolusi industri yang merupakan pergantian atau
perubahan secara menyeluruh dalam memproduksi barang yang dikerjakan oleh
tenaga manusia atau hewan menjaga tenaga mesin.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana penjajahan yang terjadi di Nusantara?
2. Bagaimana bentuk perlawanan terhadap penjahahan bangsa Koloninial di
Nusantara?
3. Apa saja bukti yang menjadi tanda bahwa Nusantara di jajah oleh bangsa Kolonial?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat ditentukan tujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui penjajahan yang terjadi di Nusantara.
2. Untuk mengetahui bentuk perlawanan terhadap penjajahan bangsa Kolonial di
Nusantara.
3. Untuk mengidentifikasikan bukti-bukti yang menjadi tanda Nusantara di jajah
bangsa Kolonial.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penjajahan Yang Terjadi Di Nusantara


Penjajahan merupakan bagian yang tidak bisa dilupakan dan Sejarah.
Sejarah mencatat penjajahan sudah berlangsung selama berabad. Hal ini bermula
dengan kedatangan bangsa portugis di Malaka pada tahun 1511. Kedatangan kaum
Portugis tidaklah lepas dan Raja Portugal yang dapat berita dan Vasco da Gama jika
penghasil rempah terbanyak merupakan di Nusantara, lalu dikirimkanlah Diego
Loper de sequeira. Namun, Diego dan armadanya diusir yang menyebabkan
kemarahan Raja Portugia. Alhasil mengirim Alfonso de Albuquerque untuk
Malaka tahun itu.

Penjajahan yang dilakukan oleh Portugis memang tidak berpengaruh besar


seperti bangsa lain. Namun, dengan mulainya koloni yang dilakukan bangsa portugis
menyatakan sebuah penjajahan melalui perdagangan langsung dan terbuka. Hal itu
dilakukannya layaknya politik adu domba, dimana Portugis membantu Ternate
melawan Tidore.

Dengan kedatangan bangsa portugis menarik kedatangan bangsa-bangsa


lain. salah satunya Spanyon yang mempunyai visi dan misi yang sama dengan
portugis, yakni Kekuasaan, Kekayaan dan politik anti-islam (Gold, Glory, Gospel)
yang dikenal semangat Reonquista atau penaklukan kembali. Dimana penguasa yang
dilakukan Spanyol dan Portugis mengganggu Perdagangan Ternate dan Tidore
karena monopoli yang dilakukan bangsa asing.

Kegiatan yang dilakuan bangsa Spanyol dan Portugis memang


memengaruhi mengendalikan jalur perdagangan di Nusantara terutama daerah
sekitar maluku. Monopoli tersebut terlihan sewenang-wenang dan kejam terhadap
rakyat waktu ingin menguasai wilayah. Hal tersebut membuktikan jika Nusantara
tertindas oleh bangsa koloni. Penyiksaan yang dirasakan oleh penduduk lokal tidak
bertahan sampai sana. Kedatangan bangsa Belanda mengubah beberapa kebijakan
yang menyebabkan rakyat semakin tersiksa. Hal itu dilakukan Verenigde bost -
Indische Compagnie (VOC) yang beberapa hak, Sehingga bisa bertindak semena-

2
mena. Selain itu, VOC juga menerapkan beberapa kebijakan yana ditetapkan sebagai
berikut.

1. Verplichte Leverantie, yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga


ditetapkan VOC.
2. contingenten, yaitu kewajiban bagi rakya untuk bayar pajak berupa hasil
bumi
3. Peraturan tentang ketentuan areal dan jumlah tanaman rempan yang boleh
ditanam
4. Ekstiparsi, yaitu hak VOC menebang tanaman rempah agar tidak terjadi
kelebihan produksi yang disebabkan harga merosot
5. Pelayaran Hongi, yaitu pelayaran dengan perahu kora-kora (perahu perang)
untuk mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan VOC dan tindak
keras bagi pelanggar.

Koloni yang dilakukan VOC selalu saja ikut campur tangan dalam
pergantian raja atau bupati Belanda terutama VOC sangat merugikan pribumi
sendiri. Dimana VOC melakukan monopoli yang merugikan terlihat dari cara kerja
yang tidak efektif dan efisien, seperti pembengkakan anggaran pegawai dan korupsi
besar-besaran. Selain itu, perdagangan gelap dan perompokan bajak laut yang sangat
merugikan kaum pribumi terutama aktivitas perdagangan, Koloni
Belanda juga sering melakukan diskriminasi terutama dalam tatanan sosial
masyarakat berupa hukum yang terbagi menjadi 3 bagian, yakni golongan Eropa,
Timur-Asing, dan Pribumi.

Dari cara bangsa koloni melakukan eksploitasi dan monopoli sangat


memberikan bukti yang begitu kuat. Dimana bangsa koloni memberikan dampak
yang begitu besar kepada bangsa yang dijadikan negara koloni terutama di
Nusantara. Tindakan yang dilakukan oleh kaum bangsa koloni sangatlah tidak
mempunyai moral, tidak humanis, dan tidak bisa dibenarkan dari sudut pandang
apapun apalagi dampaknya yang begitu besar kesengsaraan rakyat pada masa itu
(Aman, 2014: 45). Hal ini bisa dilihat dari pengertian terjajah dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia yang berarti “dalam keadaan terjajah”, “tertindas”, atau
“tersusahkan”. Tindakan itu merupakan masuk dalam kategori jika Nusantara telah
dijajah oleh bangsa asing.

3
Memang pada awalnya kedatangan bangsa asing ke Nusantara hanya ingin
mencari rempah-rempah. Namun, lama-kelamaan bangsa koloni semakin serakah
dan ingin mendominasi perdagangan di Nusantara dengan cara monopoli. Sumber
daya alam juga dieksploitasi oleh bangsa koloni secara besar-besaran, sehingga
bangsa lokal sendiri tidak menikmati hasil buminya. Rasa keserakahan itu membuat
bangsa koloni melakukan tindakan tidak bermoral juga diskriminasi terhadang kaum
pribumi. Lalu dengan inilah membuktikan jika Nusantara dijajah oleh bangsa koloni
dengan memberikan dampak buruk terhadap Nusantara waktu itu.

2.2 Perlawanan Terhadap Kolonial di Nusantara


Praktek sewenang-wenang dan opresif penguasa kolonial Eropa
menyebabkan Nusantara menderita kesengsaraan dan penderitaan. Menghadapi
tindakan sewenang-wenang dan menindas menyebabkan masyarakat Nusantara
sangat gigih melakukan perlawanan. Perang pertama melawan Portugis, kemudian
kedua Spanyol, dan ke tiga Belanda.

2.2.1 Perlawanan Terhadap Portugis


Perlawanan terhadap Portugis di Nusantara merupakan Sejarah awal
perjungan bangsa Nusantara dalam melawan penjajahan Portugis yang terjadi
pada masa lalu. Perlawanan yang dilakukan ini adalah untuk memerdekakan
wilayah-wilayah mereka dari penjajahan asing. Adapun perlawanan yang
dilakukan di berbagai wilayah contohnya seperti di Ternate, Demak, dan Aceh.
1) Perlawanan Ternate
Armada yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque pada tahun
1512 dikirim untuk menaklukkan wilayah-wilayah produsen rempah-
rempah. Di bawah kepemimpinan Antonio de Abreu, armada ini memiliki
tujuan untuk mendominasi monopoli perdagangan cengkih yang dikuasai
oleh Portugis. Ekspedisi ini pertama kali dicapai pada daerah kepulauan
Banda, yang dikenal sebagai pusat produksi pala dan fuli (bunga pala).
Setelah satu kapal layar tenggelam, sisa armada kembali tiba di Ternate
pada tahun yang sama. Meskipun mengalami kesulitan karena kehilangan
kapal, ekspedisi ini akhirnya berhasil menjalin hubungan dengan Sultan
Aby Lais (wafat pada 1522), yang bersedia menyediakan cengkih bagi
Portugis setiap tahun dengan syarat pembangunan benteng di Pulau Ternate.
Bahkan, Sultan Ternate mengirim surat kepada Raja Dom Manuel dari

4
Portugal dan Kapten Malaka dengan permintaan yang sama (Mawarti
Djoened Poesponegoro, 2019: 19-23).
Antonio de Brito kemudian berhasil menjalin hubungan dagang
yang kuat dengan Ternate, yang waktu itu dipimpin oleh Sultan Kanak-
Kanak Kaicili Abu Hayat dan pengasuhnya Kaicili Darwis. Pihak Ternate
bahkan memberikan izin De Brito untuk membangun benteng pertama
Portugis di Pulau Ternate, yang dikenal dengan sebutan Gamalama, pada
tahun 1522. Dari tahun 1522 hingga 1570, terjalin hubungan dagang yang
melibatkan perdagangan cengkih antara Portugis dan Ternate. Namun,
konflik terkadang timbul antara penguasa Ternate dan pihak Portugis yang
berusaha menguasai Ternate.
Konflik antara Portugis dan Sultan Ternate berlanjut menjadi perang
besar, dimulai dengan pembunuhan Sultan Khairun (1537-1570) oleh
seorang prajurit Portugis secara khianat di benteng Gamalama. Sultan
Baabullah (1570-1584), putra Khairun, memimpin perlawanan yang
berkepanjangan, bahkan mengerahkan wilayah-wilayah Maluku lainnya
untuk melawan Portugis. Baabullah berhasil menghancurkan wilayah-
wilayah yang melawan, seperti Bacan. Selama masa pemerintahannya,
Ternate menjadi pusat perdagangan yang sibuk di Maluku. Monopoli
Portugis dicabut, dan Ternate dinyatakan sebagai pelabuhan bebas yang bisa
diakses oleh pedagang berbagai latar belakang etnis.
Namun, benteng Gamalama yang terkepung sejak tahun 1570
menyebabkan pasukan Portugis kekurangan persediaan makanan dan
menderita penyakit. Bantuan dari Malaka tidak bisa mencapai mereka lagi,
terutama setelah penyatuan Portugal dengan Spanyol pada tahun 1580.
Setelah lima tahun pengepungan, Baabullah akhirnya mengizinkan para
Portugis yang lemah untuk meninggalkan benteng tersebut, yang kemudian
dijadikan istananya.
Pada pertengahan abad ke-16, situasi yang tidak stabil muncul di
kepulauan Ambon, dengan desa-desa yang memeluk Islam tunduk pada
Ternate, dan yang beragama Kristen bergantung pada misionaris Portugis.
Konflik memburuk ketika Baabullah melakukan perang secara terbuka
melawan Portugis dan melancarkan serangan terhadap desa-desa Kristen di
kepulauan tersebut setiap tahun. Misionaris hanya terlindungi saat armada

5
Portugis hadir. Untuk melindungi diri, para misionaris meminta
pembangunan benteng di Ambon, yang selesai pada tahun 1571 dan
dinamai Nossa Seighora de Anunciada. Sebagian orang Portugis yang
melarikan diri dari Ternate pada tahun 1575 menemukan perlindungan di
benteng tersebut.Perang berlanjut selama pemerintahan Sultan Said al-Din
Barakat Syah (1584-1606).
2) Perlawanan Demak
Akibat dominasi dari Portugis di Malaka telah mendesak dan
merugikan kegiatan perdagangan orang-orang Islam. Oleh karena itu,
Sultan Demak R. Patah mengirim pasukannya di bawah Pati Unus untuk
menyerang 16 Portugis di Malaka. Pati Unus melakukan serangannya pada
tahun 1512 dan 1513. Serangan ini belum berhasil. Kemudian pada tahun
1527, tentara Demak kembali melancarkan serangan terhadap Portugis yang
mulai menanarnkan pengaruhnya di Sunda Kelapa. Di bawah pimpinan
Fatahillah, tentara Demak berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Nama Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta.
3) Perlawanan Aceh
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639),
armada Aceh siap menyerang posisi Portugis di Malaka. Kekuatan angkatan
laut sebanyak 800 orang bisa ditampung di Aceh pada saat itu. Pada kurun
waktu tersebut, Kerajaan Aceh telah berkembang mencakup wilayah
Sumatera Timur dan Sumatera Barat. Pada tahun 1629, Aceh mencoba
menyerang Portugis. Penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil
meraih kemenangan. Namun, Aceh tetap eksis sebagai kerajaan yang
merdeka.

2.2.2 Perlawanan Terhadap Spanyol


Penerus dari Ferdinand Magellan, yaitu Sebastian d’Elacano berhasil
menuju Kepulauan Maluku pada tahun 1521. Saat itu, bangsa Portugis sudah
berada di Maluku sebelumnya. Alhasil terjadi persaingan dan perseteruan
antara Portugis dengan Spanyol di Maluku, terutama berkaitan dengan
kerajaan Ternate dan Tidore yang tengah berseteru. Spanyol yang memberikan
dukungan kepada Tidore, sedangkan Portugis mendukung Ternate. Di dalam
perselisihan ini, Spanyol dan Tidore mengalami kegagalan. Agar tidak terjadi

6
persaingan yang merugikan kedua bangsa tersebut muncul sebuah perjanjian
Tordesillas. Dimana Spanyol dilarang untuk melakukan perdagangan di
Maluku (Aman, 2014: 10-11).

2.2.3 Perlawanan Terhadap VoC


Tindakan yang sangat arogan dan sewenang-wenang dari VOC
menimbulkan protes dari penduduk Bumiputra di berbagai daerah. Meskipun
tidak berhasil mengusir Belanda dari Nusantara, perjuangan ini akan menjadi
sebuah bukti nyata jika bangsa Nusantara pernah dijajah oleh bangsa koloni.
Warga negara Nusantara di berbagai daerah menunjukkan perlawanan terhadap
penggulingan VOC, seperti terlihat di bawah ini (Fredy Hermanto, 138).
1) Maluku
Kakiali dan Talukabesi kerajaan Hitu memimpin perang untuk
mengusir Belanda dari Maluku pada tahun 1635-1646. Meski perjuangan
tersebut tidak berhasil, tetapi hal itu membuktikan jika bangsa Nusantara
tidak menyukai penjajahan. Pada tahun 1667, Tidore sebagai kerajaan
terkuat di Kepulauan Maluku juga mengakui kekuasaan VOC itu sangat
memberikan dampak buruk. Sepanjang tahun, pengaruh Belanda di
Indonesia bagian timur semakin mengakar, begitu pula pengaruhnya di
Maluku.
2) Makassar
Pasca jatuhnya Maluku, ancaman VOC di Indonesia bagian timur
hanya tinggal di Kerajaan Gowa di Sulawesi Selatan. Gowa merupakan
kerajaan yang kuat dan mempunyai armada yang sangat besar. Terjadilah
perselisihan antara Arung Palaka Kerajaan Bone dengan Raja Gowa. VOC
memanfaatkan konflik ini dengan mendukung Arung Palaka.
Belanda menggunakan Arung Palaka untuk menyerang Gowa pada
tahun 1666. Belanda dengan bantuan Arung Palaka memenangkan
pertempuran tersebut dan Sultan Hassanuddin dari Kerajaan Gowa terpaksa
menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667
(Aman, 2014: 17).

7
Perjanjian Bongaya baru dilaksanakan pada tahun 1669, karena
Sultan Hassanuddin selalu melakukan pembalasan. Pada akhirnya Makassar
harus menyerahkan Benteng Ujungpandang kepada VOC. Sejak saat itu,
tidak ada kekuatan besar lain yang mengancam kekuasaan VOC di
Indonesia bagian timur. Gorontalo, Limboto dan negara-negara kecil
lainnya di Minahasan tunduk kepada VOC. Perjanjian Bongaya merupakan
perjanjian antara Sultan Hasanuddin dan VOC, yang didalamnya memuat :
perebutan wilayah kekuasaan VOC selama perang, Bima diserahkan
kepada VOC, kegiatan pelayaran para saudagar Makasar dibatasi dalam
pengawasan VOC, Penutupan Makasar sebagai pelabuhan dagang dengan
orang Eropa. Selain VOC dan monopoli VOC, mata uang yang digunakan
di Makasr adalah mata uang Belanda, dibebaskan dari cukai dan dibebaskan
dari 1.500 budak bagi VOC.
1) Mataram
Mataram merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di pulau
Jawa pada tahun. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Belanda
mendirikan 18 kantor perdagangan di Jakarta (Batavia). Kehadiran
VOC di Belanda menimbulkan bahaya besar bagi Mataram.
Selanjutnya terjadi perselisihan antara Mataram dan Belanda akibat
keserakahan Belanda untuk melakukan monopoli. Pada tanggal 8
November 1618, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen
memerintahkan Van der Marct menyerang Jepara. Kerugian Mataram
cukup besar. Peristiwa ini semakin memperparah pertikaian antara
Mataram dengan Belanda. Raja Mataram Sultan Agung segera bersiap
menyerang posisi VOC di Batavia. Serangan pertama terjadi pada
tahun 1628. Tentara dari Mataram dipimpin oleh Tumenggung
Baurekso tiba di Batavia pada tanggal 22 Agustus 1628. Kemudian
disusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, dan kedua bersaudara
yakni Kiai Dipati Mandurejo dan Upa Santa.
2) Banten
Perlawanan Banten terhadap Belanda terjadi sejak awal
Belanda menginjakan kaki di Banten. Perlawanan terbesar adalah yang
dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1656. Kerajaan Banten

8
berhasil menguasai sejumlah 19 kapal VOC, dan beberapa pos penting.
Perlawanan ini diakhiri perjanjian damai tahun 1569.
Pada tahun 1680 Sultan Ageng kembali mengumumkan perang
setelah terjadi penganiayaan terhadap para pedagang Banten oleh
VOC. Sayang sekali di Banten terjadi perselisihan antara Sultan Ageng
dengan putra mahkota Sultan Haji. Belanda memanfaatkan perselisihan
antara Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Belanda
mendukung Sultan Haji, karena lebih mudah dipengaruhi untuk
membantu kepentingan dagang Belanda. Akhirnya Sultan Ageng
Tirtayasa digulingkan, dan Sultan Haji menjadi Raja Banten.
Pada tahun 1682 Sultan Haji terpaksa menandatangani
perjanjian dengan Belanda yang isinya: VOC berhak atas monopoli
perdagangan, orang-orang Eropa saingan VOC harus diusir, Banten
menanggung semua ganti rugi perang, Banten merelakan Cirebon
kepada VOC, VOC berhak turut campur dalam setiap urusan kerajaan
Banten. Tahun 1695 kemerdekaan kerajaan Banten telah diambil oleh
VOC. Sultan Haji baru sadar, bahwa tindakannya sangat merugikan
kepentingan rakyatnya sendiri. Kerajaan Banten-pun semakin lemah,
dan kedudukan Belanda di Jawa semakin kuat.

2.3 Bukti-Bukti Yang Menjadi Tanda Nusantara Di Jajah Bangsa Kolonial


2.3.1. Politik Etis
Politik Etis adalah sebuah kebijakan yang diusulkan oleh Ratu
Wilhelmina dari Belanda. Dimana berupaya untuk mengatasi situasi
perekonomian yang buruk di Hindia Belanda pada masa itu. Kebijakan itu
bertujuan untuk menganalisis akar permasalahan yang menyebabkan
kemunduran ekonomi di Nusantara dengan mengembangkan usaha-usaha
pribumi. Meskipun pada awalnya, program dari politik etis bisa menunjukkan
semangat pemerintah Belanda secara langsung dalam pembangunan ekonomi
di negara koloni. Akan tetapi, dalam perkembangannya menunjukkan hasil
yang berbeda.

Di dalam pelaksanaannya politik etis justru terlihat gagal dalam


memenuhi kebutuhan penduduk Bumiputra. Penduduk Bumiputra lebih sering
dijadikan objek setia yang terus menerima program-program dari pemerintah

9
kolonial Belanda. Hal ini menyebabkan terjadinya sesuatu yang tidak
seimbang dengan tujuan politik etis sendiri. Selain itu, juga terdapat bukti yang
menunjukkan adanya penjajahan secara tidak langsung oleh Belanda.
Kebijakan dari politik etis justru dijadikan alat oleh pemerintah Belanda untuk
mendapatkan tenaga kerja yang murah dan mengendalikan sumber daya alam
terutama tanah, untuk memenuhi kepentingan ekonomi mereka sendiri.

Hal ini bisa dilihat dengan terjadinya krisis ekonomi di industri gula
Jawa pada tahun 1929. Belanda masih menganggap dan memperlakukan
Hindia Belanda layaknya anak jajahan. Rasa percaya diri itu tidak pernah
berubah, bahkan setelah terjadinya pergolakan politik di Belanda. Kedatangan
Belanda ke Hindia Belanda juga bertujuan untuk mengontrol dan mengelola
semua urusan negara koloni dengan tujuan, yaitu melakukan eksploitasi
sumber daya alam dan tenaga kerja lokal. Meskipun pada awalnya, politik etis
ditujukan untuk memberikan kesejahteraan kepada penduduk Bumiputra. Akan
tetapi, kebijakan dan praktik kolonial bertujuan untuk mengutamakan
keuntungan Belanda sendiri. Pada akhirnya keberadaan politik etis dan juga
bangsa koloni mencerminkan dominasi juga eksploitasi terhadap penduduk
lokal dengan menunjukkan ketidaksetaraan perlakuan (Mahesti
Hasanah, 2015: 73-74).

2.3.2. Sistem Tanam Paksa


Menurut Haldi Patra dalam jurnal pendidikan sejarah yang berjudul
“Sesuatu yang Tak Pernah Terjadi” Membayangkan Kemenangan Nusantara
Melawan Kolonialisme dikutip dari Kahin (1995). Dijelaskan jika pelaksanaan
sistem tanam paksa, dari kacamata Belanda bisa diukur dari sebuah kenyataan
waktu menjelang 1877, sistem ini berhasil melunasi hutang VOC yang senilai
36.500.000 gulden dan juga menambah kas negeri Belanda sejumlah
664.500.000 gulden. Dari jumlah ini, 236.000.000 gulden digunakan untuk
mengurangi hutang-hutang 113.000.000 gulden, menurunkan pajak yang
153.000.000, membangun jawatan kereta api, dan 146.000.000 gulden untuk
memperbaiki benteng-benteng. Namun, dari kacamata penduduk, sistem ini
membuat kemelaratan. Bencana kelaparan terjadi karena petani tidak sanggup
untuk membeli pangan karena waktu itu distribusi bahan pangan sangat sulit.
Sebagai akibat dari serangkaian bencana kelaparan antara tahun 1843 dan 1848,

10
penduduk sebuah kabupaten merosot dari 336.000 orang menjadi 120.000 dan
di kabupaten lain, dari 89.000 menjadi 9.000 orang. Hal ini juga membuktikan
jika bangsa kolonial melakukan penjajahan terhadap Nusantara, sehingga rakyat
Bumiputra waktu itu tersiksa secara batin dan fisik.

2.3.3. Benteng Mandang


Benteng Madang berada di kecamatan Padang Batung sebelah utara
dimana nantinya akan bertemu dengan sebuah desa yang bernama Madang.
Dimana dataran itu cukup tinggi menyerupai sebuah gunung. Dataran tinggi itu
ditata juga dibuat oleh Tumenggung Antaluddin atas perintah dari Pangeran
Hidayatullah dan Demang Lehman. Kemudian daerah benteng Madang menjadi
sebuah pertahanan pasukan Pangeran Hidayatullah dan Demang Lehman waktu
menghadapi serangan serdadu Belanda.
Menurut Direktori Pariwisata Indonesian tercatat ada lima kali serangan
yang dilakukan oleh serdadu belanda dan semuanya bisa dikalahkan oleh
pasukan Pangeran Hadayatullah beserta Demang Lehman. Serangan-serangan
yang dilakukan oleh Belanda terjadi pada tanggal 3,4,13,18 dan 22 september
1860. Pada serangan yang keempat tanggal 18 September 1860, pasukan
infantry serdadu Belanda yang dipimpin oleh Kapten Koch dihajar habis-
habisan oleh pasukan Pangeran Hidayatullah dan Demang lehman, sehingga
banyak serdadu Belanda yang tewas termasuk Kapten Koch. Saat ini Benteng
Madang telah ditata dan direnovasi oleh Pemda HSS dengan anak tangga lebih
dari 400 buah dan dapat dijelajahi dengan menggunakan mobil dengan jarak ± 8
Km dari Kota Kandangan.

11
BAB III

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa berabad-abad yang lalu
Nusantara memiliki bukti nyata akan terjajahnya tanah Nusantara dengan salah satu
terjadinya Sistem Tanam Paksa di tahun 1830-1870. Penjajahan merupakan bagian
yang tidak bisa dilupakan dan Sejarah. Sejarah mencatat penjajahan sudah
berlangsung selama berabad-abad lamanya, di Nusantara sendiri pernah dijajah oleh
Bangsa Barat seperti Portugis Inggris, Spanyol dalam bentuk jajahan yang berbeda
beda seperti eksploitasi sumber daya alam, eksploitasi manusia, monopoli
perdagangan, dan lain sebagainya.
Berbagai perlawanan dilakukan diberbagai daerah di Nusantara untuk
mengalahkan para penjajah, yang meliputi salah satunya perlawanan rakyat Banjar
untuk mengalahkan Belanda yang ingin merebut daerah kekuayaan Kerajaan Banjar,
Adapun perlawanan rakyat Tidore dalam Perang Tidore, dan lain sebagainya. Dari
peperangan yang terjadi di daerah Nusantara inilah menjadi bukti bahwa Nusantara
benar benar pernah dijajah oleh Bangsa Barat yang ingin menguasai Nusantara yang
kaya akan sumber daya alam dan rempah-rempahnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aman. (2014). Indonesia: Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme. Yogyakarta: Pujangga


Press Yogyakarta.
Hasanah, M. (2015). Ekonomi Politik Kolonialisme "Perspektif Kebijakan Ekonomi Politik
Pemerintah Hindia Belanda dalam Mengelola Industri Gula Mangkunegara pada
1870-1930". Yogyakarta: PolGov.

Hermanto, F., Awaluddin, Y., Fikriya, R., & Sinyamin. (n.d.). Kehidupan Bangsa Indonesia
pada masa Kolonial, Pergerakan Nasional, Penjajahan Jepang hingga Kemerdekaan.
Calon Guru PPPK.

Indonesia, D. P. (n.d.). direktoripariwisata.id. Retrieved from Benteng Madang:


https://www.direktoripariwisata.id

Indonesia, T. N. (2019). Sejarah Nasional Indonesia "Kemunculan Penjajahan di Indonesia".


Jakarta: Balai Pustaka.

Miftakhuddin. (2019). Kolonialisme "Eksploitasi dan Pembangunan Menuju Hegemoni".


Bojong Genteng: CV Jejak.

Patra, H. (2020). "Sesuatu yang Tak Pernah Terjadi” Membayangkan Kemenangan Nusantara
Melawan Kolonialisme. Jurnal Pendidikan Sejarah, 9-10.

13

Anda mungkin juga menyukai