Disusun Oleh:
Anai A1 2210111220001
Herwana Julpa A1 2210111310002
Maria Margaretha Vicitta W. N. Sogen A1 2210111220010
Muhammad Akbar A1 2210111210009
Nur Rahmadianty Shafira A1 2210111120001
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, hidayah,
inayah-Nya, dan sholawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah tentang “REALITA PENJAJAHAN KOLONIAL DI
NUSANTARA” secara tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Sejarah Asia Timur. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Oleh sebab itu kami juga menyampaikan terima
kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Bapak Dr. Mohamad Zaenal Arifin Anis, M.hum,
Mansyur, S.Pd., M.Hum, Daud Yahya, M.Pd yang telah memberikan tugas ini, sehingga
melalui tugas ini kami bisa belajar dan mendapatkan ilmu.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah berusaha sebaik mungkin, tapi kami sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami selaku penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang membangun oleh pembaca serta para dosen Sejarah Asia
Timur. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya untuk
kelompok kami dan pembaca sekalian.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
2.1 Penjajahan Yang Terjadi Di Nusantara........................................................................2
2.2 Perlawanan Terhadap Kolonial di Nusantara..............................................................4
2.2.1 Perlawanan Terhadap Portugis.............................................................................4
2.2.2 Perlawanan Terhadap Spanyol.............................................................................6
2.2.3 Perlawanan Terhadap VoC...................................................................................7
2.3 Bukti-Bukti Yang Menjadi Tanda Nusantara Di Jajah Bangsa Kolonial.....................9
2.3.1. Politik Etis............................................................................................................9
2.3.2. Sistem Tanam Paksa...........................................................................................10
2.3.3. Benteng Mandang..............................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
4.1 Kesimpulan................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nusantara mempunyai banyak sumber daya alam yang sangat diperlukan di
negeri Belanda dan Eropa yang secara umum, yakni rempah-rempah. Pada saat itu
Belanda bisa membeli rempah-rempah di Nusantara dengan harga murah, dan
kemudian mereka menjual ke Eropa dengan harga yang tinggi. Akhirnya Belanda
mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari perdagangan ini, sehingga berduyun-
duyunlah bangsa Belanda yang lain, juga bangsa-bangsa.
Kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Nusantara didorong oleh berbagai hal
seperti perkembangan Merkantilisme yang merupakan suatu faham kebijakan politik
dan ekonomi suatu negara dengan tujuan memupuk hasil kekayaan (berupa emas)
sebayak-banyaknya sebagai standar kesejahtraan dan kekuasaan untuk negara itu.
Selain itu, juga terjadinya revolusi industri yang merupakan pergantian atau
perubahan secara menyeluruh dalam memproduksi barang yang dikerjakan oleh
tenaga manusia atau hewan menjaga tenaga mesin.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat ditentukan tujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui penjajahan yang terjadi di Nusantara.
2. Untuk mengetahui bentuk perlawanan terhadap penjajahan bangsa Kolonial di
Nusantara.
3. Untuk mengidentifikasikan bukti-bukti yang menjadi tanda Nusantara di jajah
bangsa Kolonial.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
mena. Selain itu, VOC juga menerapkan beberapa kebijakan yana ditetapkan sebagai
berikut.
Koloni yang dilakukan VOC selalu saja ikut campur tangan dalam
pergantian raja atau bupati Belanda terutama VOC sangat merugikan pribumi
sendiri. Dimana VOC melakukan monopoli yang merugikan terlihat dari cara kerja
yang tidak efektif dan efisien, seperti pembengkakan anggaran pegawai dan korupsi
besar-besaran. Selain itu, perdagangan gelap dan perompokan bajak laut yang sangat
merugikan kaum pribumi terutama aktivitas perdagangan, Koloni
Belanda juga sering melakukan diskriminasi terutama dalam tatanan sosial
masyarakat berupa hukum yang terbagi menjadi 3 bagian, yakni golongan Eropa,
Timur-Asing, dan Pribumi.
3
Memang pada awalnya kedatangan bangsa asing ke Nusantara hanya ingin
mencari rempah-rempah. Namun, lama-kelamaan bangsa koloni semakin serakah
dan ingin mendominasi perdagangan di Nusantara dengan cara monopoli. Sumber
daya alam juga dieksploitasi oleh bangsa koloni secara besar-besaran, sehingga
bangsa lokal sendiri tidak menikmati hasil buminya. Rasa keserakahan itu membuat
bangsa koloni melakukan tindakan tidak bermoral juga diskriminasi terhadang kaum
pribumi. Lalu dengan inilah membuktikan jika Nusantara dijajah oleh bangsa koloni
dengan memberikan dampak buruk terhadap Nusantara waktu itu.
4
Portugal dan Kapten Malaka dengan permintaan yang sama (Mawarti
Djoened Poesponegoro, 2019: 19-23).
Antonio de Brito kemudian berhasil menjalin hubungan dagang
yang kuat dengan Ternate, yang waktu itu dipimpin oleh Sultan Kanak-
Kanak Kaicili Abu Hayat dan pengasuhnya Kaicili Darwis. Pihak Ternate
bahkan memberikan izin De Brito untuk membangun benteng pertama
Portugis di Pulau Ternate, yang dikenal dengan sebutan Gamalama, pada
tahun 1522. Dari tahun 1522 hingga 1570, terjalin hubungan dagang yang
melibatkan perdagangan cengkih antara Portugis dan Ternate. Namun,
konflik terkadang timbul antara penguasa Ternate dan pihak Portugis yang
berusaha menguasai Ternate.
Konflik antara Portugis dan Sultan Ternate berlanjut menjadi perang
besar, dimulai dengan pembunuhan Sultan Khairun (1537-1570) oleh
seorang prajurit Portugis secara khianat di benteng Gamalama. Sultan
Baabullah (1570-1584), putra Khairun, memimpin perlawanan yang
berkepanjangan, bahkan mengerahkan wilayah-wilayah Maluku lainnya
untuk melawan Portugis. Baabullah berhasil menghancurkan wilayah-
wilayah yang melawan, seperti Bacan. Selama masa pemerintahannya,
Ternate menjadi pusat perdagangan yang sibuk di Maluku. Monopoli
Portugis dicabut, dan Ternate dinyatakan sebagai pelabuhan bebas yang bisa
diakses oleh pedagang berbagai latar belakang etnis.
Namun, benteng Gamalama yang terkepung sejak tahun 1570
menyebabkan pasukan Portugis kekurangan persediaan makanan dan
menderita penyakit. Bantuan dari Malaka tidak bisa mencapai mereka lagi,
terutama setelah penyatuan Portugal dengan Spanyol pada tahun 1580.
Setelah lima tahun pengepungan, Baabullah akhirnya mengizinkan para
Portugis yang lemah untuk meninggalkan benteng tersebut, yang kemudian
dijadikan istananya.
Pada pertengahan abad ke-16, situasi yang tidak stabil muncul di
kepulauan Ambon, dengan desa-desa yang memeluk Islam tunduk pada
Ternate, dan yang beragama Kristen bergantung pada misionaris Portugis.
Konflik memburuk ketika Baabullah melakukan perang secara terbuka
melawan Portugis dan melancarkan serangan terhadap desa-desa Kristen di
kepulauan tersebut setiap tahun. Misionaris hanya terlindungi saat armada
5
Portugis hadir. Untuk melindungi diri, para misionaris meminta
pembangunan benteng di Ambon, yang selesai pada tahun 1571 dan
dinamai Nossa Seighora de Anunciada. Sebagian orang Portugis yang
melarikan diri dari Ternate pada tahun 1575 menemukan perlindungan di
benteng tersebut.Perang berlanjut selama pemerintahan Sultan Said al-Din
Barakat Syah (1584-1606).
2) Perlawanan Demak
Akibat dominasi dari Portugis di Malaka telah mendesak dan
merugikan kegiatan perdagangan orang-orang Islam. Oleh karena itu,
Sultan Demak R. Patah mengirim pasukannya di bawah Pati Unus untuk
menyerang 16 Portugis di Malaka. Pati Unus melakukan serangannya pada
tahun 1512 dan 1513. Serangan ini belum berhasil. Kemudian pada tahun
1527, tentara Demak kembali melancarkan serangan terhadap Portugis yang
mulai menanarnkan pengaruhnya di Sunda Kelapa. Di bawah pimpinan
Fatahillah, tentara Demak berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.
Nama Sunda Kelapa kemudian diubah menjadi Jayakarta.
3) Perlawanan Aceh
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639),
armada Aceh siap menyerang posisi Portugis di Malaka. Kekuatan angkatan
laut sebanyak 800 orang bisa ditampung di Aceh pada saat itu. Pada kurun
waktu tersebut, Kerajaan Aceh telah berkembang mencakup wilayah
Sumatera Timur dan Sumatera Barat. Pada tahun 1629, Aceh mencoba
menyerang Portugis. Penyerangan yang dilakukan Aceh ini belum berhasil
meraih kemenangan. Namun, Aceh tetap eksis sebagai kerajaan yang
merdeka.
6
persaingan yang merugikan kedua bangsa tersebut muncul sebuah perjanjian
Tordesillas. Dimana Spanyol dilarang untuk melakukan perdagangan di
Maluku (Aman, 2014: 10-11).
7
Perjanjian Bongaya baru dilaksanakan pada tahun 1669, karena
Sultan Hassanuddin selalu melakukan pembalasan. Pada akhirnya Makassar
harus menyerahkan Benteng Ujungpandang kepada VOC. Sejak saat itu,
tidak ada kekuatan besar lain yang mengancam kekuasaan VOC di
Indonesia bagian timur. Gorontalo, Limboto dan negara-negara kecil
lainnya di Minahasan tunduk kepada VOC. Perjanjian Bongaya merupakan
perjanjian antara Sultan Hasanuddin dan VOC, yang didalamnya memuat :
perebutan wilayah kekuasaan VOC selama perang, Bima diserahkan
kepada VOC, kegiatan pelayaran para saudagar Makasar dibatasi dalam
pengawasan VOC, Penutupan Makasar sebagai pelabuhan dagang dengan
orang Eropa. Selain VOC dan monopoli VOC, mata uang yang digunakan
di Makasr adalah mata uang Belanda, dibebaskan dari cukai dan dibebaskan
dari 1.500 budak bagi VOC.
1) Mataram
Mataram merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di pulau
Jawa pada tahun. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Belanda
mendirikan 18 kantor perdagangan di Jakarta (Batavia). Kehadiran
VOC di Belanda menimbulkan bahaya besar bagi Mataram.
Selanjutnya terjadi perselisihan antara Mataram dan Belanda akibat
keserakahan Belanda untuk melakukan monopoli. Pada tanggal 8
November 1618, Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterzoon Coen
memerintahkan Van der Marct menyerang Jepara. Kerugian Mataram
cukup besar. Peristiwa ini semakin memperparah pertikaian antara
Mataram dengan Belanda. Raja Mataram Sultan Agung segera bersiap
menyerang posisi VOC di Batavia. Serangan pertama terjadi pada
tahun 1628. Tentara dari Mataram dipimpin oleh Tumenggung
Baurekso tiba di Batavia pada tanggal 22 Agustus 1628. Kemudian
disusul pasukan Tumenggung Sura Agul-Agul, dan kedua bersaudara
yakni Kiai Dipati Mandurejo dan Upa Santa.
2) Banten
Perlawanan Banten terhadap Belanda terjadi sejak awal
Belanda menginjakan kaki di Banten. Perlawanan terbesar adalah yang
dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa tahun 1656. Kerajaan Banten
8
berhasil menguasai sejumlah 19 kapal VOC, dan beberapa pos penting.
Perlawanan ini diakhiri perjanjian damai tahun 1569.
Pada tahun 1680 Sultan Ageng kembali mengumumkan perang
setelah terjadi penganiayaan terhadap para pedagang Banten oleh
VOC. Sayang sekali di Banten terjadi perselisihan antara Sultan Ageng
dengan putra mahkota Sultan Haji. Belanda memanfaatkan perselisihan
antara Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Belanda
mendukung Sultan Haji, karena lebih mudah dipengaruhi untuk
membantu kepentingan dagang Belanda. Akhirnya Sultan Ageng
Tirtayasa digulingkan, dan Sultan Haji menjadi Raja Banten.
Pada tahun 1682 Sultan Haji terpaksa menandatangani
perjanjian dengan Belanda yang isinya: VOC berhak atas monopoli
perdagangan, orang-orang Eropa saingan VOC harus diusir, Banten
menanggung semua ganti rugi perang, Banten merelakan Cirebon
kepada VOC, VOC berhak turut campur dalam setiap urusan kerajaan
Banten. Tahun 1695 kemerdekaan kerajaan Banten telah diambil oleh
VOC. Sultan Haji baru sadar, bahwa tindakannya sangat merugikan
kepentingan rakyatnya sendiri. Kerajaan Banten-pun semakin lemah,
dan kedudukan Belanda di Jawa semakin kuat.
9
kolonial Belanda. Hal ini menyebabkan terjadinya sesuatu yang tidak
seimbang dengan tujuan politik etis sendiri. Selain itu, juga terdapat bukti yang
menunjukkan adanya penjajahan secara tidak langsung oleh Belanda.
Kebijakan dari politik etis justru dijadikan alat oleh pemerintah Belanda untuk
mendapatkan tenaga kerja yang murah dan mengendalikan sumber daya alam
terutama tanah, untuk memenuhi kepentingan ekonomi mereka sendiri.
Hal ini bisa dilihat dengan terjadinya krisis ekonomi di industri gula
Jawa pada tahun 1929. Belanda masih menganggap dan memperlakukan
Hindia Belanda layaknya anak jajahan. Rasa percaya diri itu tidak pernah
berubah, bahkan setelah terjadinya pergolakan politik di Belanda. Kedatangan
Belanda ke Hindia Belanda juga bertujuan untuk mengontrol dan mengelola
semua urusan negara koloni dengan tujuan, yaitu melakukan eksploitasi
sumber daya alam dan tenaga kerja lokal. Meskipun pada awalnya, politik etis
ditujukan untuk memberikan kesejahteraan kepada penduduk Bumiputra. Akan
tetapi, kebijakan dan praktik kolonial bertujuan untuk mengutamakan
keuntungan Belanda sendiri. Pada akhirnya keberadaan politik etis dan juga
bangsa koloni mencerminkan dominasi juga eksploitasi terhadap penduduk
lokal dengan menunjukkan ketidaksetaraan perlakuan (Mahesti
Hasanah, 2015: 73-74).
10
penduduk sebuah kabupaten merosot dari 336.000 orang menjadi 120.000 dan
di kabupaten lain, dari 89.000 menjadi 9.000 orang. Hal ini juga membuktikan
jika bangsa kolonial melakukan penjajahan terhadap Nusantara, sehingga rakyat
Bumiputra waktu itu tersiksa secara batin dan fisik.
11
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa berabad-abad yang lalu
Nusantara memiliki bukti nyata akan terjajahnya tanah Nusantara dengan salah satu
terjadinya Sistem Tanam Paksa di tahun 1830-1870. Penjajahan merupakan bagian
yang tidak bisa dilupakan dan Sejarah. Sejarah mencatat penjajahan sudah
berlangsung selama berabad-abad lamanya, di Nusantara sendiri pernah dijajah oleh
Bangsa Barat seperti Portugis Inggris, Spanyol dalam bentuk jajahan yang berbeda
beda seperti eksploitasi sumber daya alam, eksploitasi manusia, monopoli
perdagangan, dan lain sebagainya.
Berbagai perlawanan dilakukan diberbagai daerah di Nusantara untuk
mengalahkan para penjajah, yang meliputi salah satunya perlawanan rakyat Banjar
untuk mengalahkan Belanda yang ingin merebut daerah kekuayaan Kerajaan Banjar,
Adapun perlawanan rakyat Tidore dalam Perang Tidore, dan lain sebagainya. Dari
peperangan yang terjadi di daerah Nusantara inilah menjadi bukti bahwa Nusantara
benar benar pernah dijajah oleh Bangsa Barat yang ingin menguasai Nusantara yang
kaya akan sumber daya alam dan rempah-rempahnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hermanto, F., Awaluddin, Y., Fikriya, R., & Sinyamin. (n.d.). Kehidupan Bangsa Indonesia
pada masa Kolonial, Pergerakan Nasional, Penjajahan Jepang hingga Kemerdekaan.
Calon Guru PPPK.
Patra, H. (2020). "Sesuatu yang Tak Pernah Terjadi” Membayangkan Kemenangan Nusantara
Melawan Kolonialisme. Jurnal Pendidikan Sejarah, 9-10.
13