Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Solving

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING


TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI
SDN PONNGOK 3

Ilmia Nur Ummaha1


Lailil Imroatul Mutasitah2
Alfina Hidayatul Khusna3
Nur Sofia Devi4
Agus Miftakus Surur ilmiaummaha@gmail.com, 2laililasita@gmail.com, 3fdwi03159@gmail.com,
5 1
4
nur.s.devi.5@gmail.com, 5surur.math@gmail.com

ABSTRACT

This study aimed for describing:1) the use of problem solving method by Indonesian teacher in 6th grade
students 2) students response towards the use of problem solving method by Indonesian teacher in 6th
grade students, 3) the teachers obstacle about the use of problem solving method by Indonesian teacher
in 6th grade students of SD Ponggok 3. This study used descriptive quantitative design. The subjects of
this study are the teacher and the students. The objects of this study are the use of the method, students
response and the teacher’s obstacle. This study used several methods such as observation and interview.
The data was analyzed by using descriptive quantlitative. The conclusions of this study are: 1) the use of
problem solving method was effective and fulfilled the procedure, 2) 2) the students response are
dominantly positive, 3) the teacher’s obstacle are the students and the facilities in the school. This study
suggested that Indonesian teacher to keep the effectiveness of the learning and motivate the students
then for the school staff to improve the facility.
Keywords: Lerning , Lerning Model, Problem Solving.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) penggunaan metode problem solving oleh guru bahasa
Indonesia dalam pembelajaran debat di kelas VI (2) respons siswa terhadap penggunaan metode problem
solving dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VI (3) kendala guru yang datang dari siswa dalam
penggunaan metode problem solving pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas VI SD Ponggok 3.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah guru
dan siswa. Objek dalam penelitian ini adalah penggunaan metode problem solving, respons siswa, dan
kendala guru. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan metode
wawancara. Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Simpulan penelitian ini adalah
(1) penggunaan metode problem solving telah efektif dan sesuai prosedur. (2) respons siswa sebagian
besar positif. (3) kendala yang ditemukan oleh guru adalah dari segi siswa dan fasilitas sekolah yang sangat
terbatas. Saran penelitian ini ialah, guru Bahasa Indonesia agar mempertahankan keefektifan
pembelajaran dan lebih memotivasi siswa, serta untuk pihak sekolah lebih meningkatkan fasilitas
pembelajaran.
Kata kunci: Pembelajaran, Model Pembelajaran, Problem Solving.

114| Jurnal Auladuna


Ilmia Nur Ummaha
Lailil Imroatul Mutasitah
Alfina Hidayatul Khusna
Nur Sofia Devi
PENDAHULUAN

Model pembelajaran problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara melatih para
murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama – sama [1]. Model
pembelajaran problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah
sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan
atau jawabannya oleh siswa [2]. Secara bahasa problem solving berasal dari dua kata yaitu problem dan
solves. Makna bahasa dari problem yaitu “a thing that is difficult to deal with or understand” (suatu hal
yang sulit untuk melakukannya atau memahaminya), sedangkan solve dapat diartikan “to find an answer
to problem” (mencari jawaban suatu masalah). Sedangkan secara terminologi problem solving adalah
suatu cara berpikir secara ilmiah untuk mencari pemecahan suatu masalah [3].

Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa metode problem solving adalah suatu
pembelajaran yang menjadikan masalah kehidupan nyata, dan masalah-masalah tersebut dijawab
dengan metode ilmiah, rasional dan sistematis. Dalam proses penelitian pada pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas VI SDN Ponggok 03 ada beberapa masalah yang muncul, masalah tersebut antara
lain: Kurangnya strategi atau model pengajaran yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa indonesia;
Kurangnya metode dalam meningkatkan belajar siswa sehingga dalam proses belajar pun siswa merasa
kurang semangat. Selain itu juga masih rendahnya kemampuan peserta didik dalam pemcaham masalah
dan minat dalam pelajaran bahasa indonesia; hasil belajar siswa mata pembelajaran Bahasa Indonesia
masih tergolong kurang.

Masalah - masalah seperti inilah yang sering muncul dalam penggunaan model pembelajaran
problem solving sehingga menyebabkan tingkat minat dan hasil belajar siswa akan menurun. Dari
beberapa masalah tersebut ada beberapa solusi yang dapat diberikan, diantaranya sebagai berikut:
meningkatkan strategi atau model pengajaran yang di lakukan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.;
menambahkan metode dalam meningkatkan belajar siswa sehingga dalam proses belajar pun siswa
merasa kurang semangat; membantu peserta didik dalam memecahkan masalah dan minat pembelajaran
Bahasa Indonesia; Meningkatkan belajar siswa agar hasil belajar Bahasa Indonesia bisa baik Penelitian
ini dilakukan untuk mengananlisis bahwa model pembelajaran problem solving dapat digunakan sebagai
alternatif untuk pembelajaran yang lebih efektif. Dengan pembelajaran problem solving siswa dapat
berpikir kritis dan memecahkan suatu masalah secara bertahap [4]. Teknik pembelajaran problem
solving membuat otak bekerja, sehingga siswa menjadi aktif dan kreatif. Aktif yang dimaksud ialah aktif
dalam mencari tahu dan menemukan masalah [5]. Sedangkan kreatif yang dimaksud ialah kreatif dalam
merumuskan atau menarik kesimpulan [6].

Rendahnya minat dan hasil belajar di SDN Ponggok 03 diduga karena beberapa faktor yaitu:
pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centered learning), pembelajaran yang
berorientasi pada pengejaran materi tanpa pemecahan masalah, kurangnya minat belajar peserta didik
terhadap mata pelajaran bahasa indonesia. Dengan melalui model pembelajaran Problem Solving, siswa
dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara
satu dengan yang lainnya, dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman
sebangku ataupun dengan teman sekelasnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di

Jurnal Auladuna|125
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Solving

depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
[7]. Sehingga dapat meningkatkan ketuntasan belajar ranah siswa dan membuat siswa semangat dalam
mempelajari bahasa Indonesia. Maka dari itu penulis ingin meneliti dari salah satu model pembelajaran
yang ada, apakah dengan memperhatikan model pembelajaran dengan menggunakan model problem
solving dapat menunjang minat dan hasil belajar dalam kegiatan belajar mengajar bahasa indonesia.
Oleh sebab itu saya mengambil penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Problem Solving Terhadap Minat Dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI SDN Ponggok
03”.

METODE

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu
penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat
dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya,
kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran (verifikasi) atau penolakan dalam bentuk dokumen data empiris lapangan [8]. Penelitian
kuantitatif adalah suatu penelitian yang lebih banyak menggunakan logika hipotesis verivikasi yang
dimulai dengan berfikir deduktif untuk menurunkan hipotesis kemudian melakukan pengujian di
lapangan dan kesimpulan atau hipotesis tersebut ditarik berdasarkan data empiris [9]. Riset kuantitatif
merupakan metode pemecahan masalah yang terencana dan cermat, dengan desain yang terstruktur
ketat, pengumpulan data secara sistematis terkontrol dan tertuju pada penyusunan teori yang
disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara empiris [10]. Pendekatan
kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variabel,
memberikan deskripsi statistic, menaksir dan meramalkan hasilnya [11]. Desain penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif harus terstruktur, baku, formal dan dirancang sematang mungkin
sebelumnya. Desain bersifat spesifik dan detsil karena desain merupakan suatu rancangan penelitian
yang akan dilaksanakan sebenarnya.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
“metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterterpretasi obyek sesuai dengan apa
adanya" [12]. Penelitian deskriptif merupakan penelitian paling sederhana, dibandingkan dengan
penelitian-penelitian yang lain karena dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap
objek atau wilayah yang diteliti. Ini artinya bahwa dalam penelitian, peneliti tidak mengubah,
menambah, atau mengadakan manipulasi terhadap objek atau wilayah penelitian. Dan jenis dari
penelitian diskriptif yang peneliti gunakan adalah penelitian korelasi sebab akibat dimana peneliti
bermaksud untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran problem solving terhadap
minat dan hasil belajar siswa.

124| Jurnal Auladuna


Ilmia Nur Ummaha
Lailil Imroatul Mutasitah
Alfina Hidayatul Khusna
Nur Sofia Devi
Teknik sampling

Sampling adalah cara mentukan sampel adalah yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang
akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat dan penyebaran populasi agar
diperoleh sampel yang reprensif [9].

Analisis data

Penelitian kuantitatif, teknik analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul [13]. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh
responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotensis yang telah diajukan.

Rumus Slovin
𝑁
n = 1+𝑁. 𝑒2

Keterangan

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

E = error / galat

PEMBAHASAN

Problem Solving

Problem Solving adalah suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk
menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai keinginan yang ditetapkan. Problem
Solving adalah suatu tipe pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan
pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan keterampilan [14]. Dalam hal ini pembelajaran
Problem Solving sangat potensial untuk melatih peserta didik berfikir kreatif dalam menghadapi
berbagai masalah baik itu masalah pribadi maupun masalah kelompok. Peserta didik belajar sendiri
untuk mengidentifikasi penyebab dan alternatif untuk memcahkan masalahnya. Menyatakan bahwa
model pembelajaran Problem Solving adalah suatu model yang melibatkan siswa aktif secara optimal,
memungkinkan siswa melakukan eksplorasi, observasi eksperimen, investigasi, pemecahan masalah
yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep-konsep dasar dari berbagai konten area [15].
Sedangkan secara terminologi problem solving adalah suatu cara berpikir secara ilmiah untuk mencari
pemecahan suatu masalah [3].

Menurut Polya tentang langkah Problem Solving, yaitu: (1) Memahami masalah (understand) Siswa
membaca, memahami dan kemudian menuliskan masalah dengan katakata sendiri. (2) Membuat
rencana pemecahan masalah (plan) Siswa menuliskan langkah yang akan ditempuh dalam memecahkan

Jurnal Auladuna|125
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Solving

masalah/soal. (3) Memecahkan masalah sesuai rencana (solve) Memeriksa kembali (look back) [16]. Ciri
– Ciri Model Pembelajaran Problem Solving Karakteristik khusus model pemecahan masalah adalah
sebagai berikut: (1) Adanya interaksi antar siswa dan interaksi antara guru dan siswa. (2) Adanya dialog
matematis dan konsensus antar siswa. (3) Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah,
dan siswa mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya. (4) Guru
menerima jawaban “ya” atau “tidak” dan bukan untuk mengevaluasi [7].

Minat Belajar

Minat belajar terdiri dari dua kata yakni minat dan belajar. Dua kata ini beda arti, untuk itu penulis
akan mendefinisikan satu persatu, Secara etimologi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, minat
diartikan sebagai “perhatian”, kesukaan (kecenderungan) kepada sesuatu keinginan [17]. Ditinjau dari
segi terminologi, para ahli memberikan pendapat tentang minat, di antaranya: Menurut menjelaskan
minat (interest) adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus
menerus [18]. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu [19]. Sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. (1) Pendorong siswa
untuk berbuat dalam mencapai tujuan. (2) Penentu arah perbuatan siswa yakni ke arah tujuan yang
hendak dicapai. (3) Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan siswa yang mempunyai motivasi
senantiasa selaktif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai. Faktot-faktor yang
Mempengaruhi Minat Belajar. Faktor internal adalah faktor yang berkaitan dengan diri siswa,meliputi
kondisi fisik dan psikisnya.sedangkan faktor eksternal adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
tumbuhnya minat belajar siswa yang berada di luar diri siswa.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai setelah mengalami proses belajar atau setelah
mengalai interaksi dengan lingkungannya guna untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang akan
menimbulkan tingkah laku sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hasil belajar adalah suatu proses mental
yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap dengan ketrampilan proses dan
dilaksanakan [20] agar menimbulkan tingkah laku progresif dan adaptif [6]. Hasil belajar adalah
Penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan
kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasa imateri pelajaran yang telah diberikan.
Pemahaman Konsep (Ranah Kognitif) Pemahaman menurut Bloom adalah seberapa besar siswa
mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa. Ranah
Afektif (Sikap Siswa) Ranah afektif terdiri dari lima jenis perilaku, yaitu: Penerimaan, Partisipasi,
Penilaian dan penentuan sikap, Organisasi, dan Pembentukan pola hidup.

Tinjauan Pustaka

Model Problem Solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara melatih para murid
menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersamaan. Problem Solving adalah
metode yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada terselesainnya
suatu masalah secara menalar [23].

124| Jurnal Auladuna


Ilmia Nur Ummaha
Lailil Imroatul Mutasitah
Alfina Hidayatul Khusna
Nur Sofia Devi
Langkah-langkah penggunaan Model Problem Solving sebagai berikut: (1) Ada masalah yang jelas
untuk dijelaskan. (2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
yang mucul. (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. (4) Menguji kebenaran jawaban
sementara tersebut. (5) Menarik kesimpulan.

Kelebihan metode problem solving sebagai berikut [3]: (1) Metode ini dapat membuat pendidikan
di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehadupan, khususnya dengan dunia kerja. (2) Proses belajar
mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan didalam kehidupan dalam keluarga,
masyarakat, dan bekerja, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia. (3) Metode
ini merangsang pengembangan kemampuan berpikirsiswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam
proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi
dalam rangka mencari pemecahan. (1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang
telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. (2) Proses belajar mengajar
dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa
mengambil waktu pembelajaran lain.

Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dariguru menjadi
belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadangkadang
memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa [3].

Minat diartikan sebagai “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah keinginan. Minat
adalah perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan [24]. Minat adalah sesuatu yang sangat
penting bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas. Dengan minat orang akan berusaha mencapai
tujuannya. Oleh karena itu minat dikatakan sebagai salah satu aspek psikis manusia yang dapat
mendorong untuk mencapai tujuan.

“Minat merupakan dorongan dari dalamdiri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan
atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu obyek atau kegiatanyang
menguntungkan, menyenangkan dan lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya” [22].
“Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasaketertarikan pada suatu halatau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh [25]. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan
sesuatu di luar diri”.

Dengan adanya minat maka akan memberikan waktu yang lebih lama dalam berkonsentrasi. Jadi
siswa yang memiliki minat akansenantiasa untuk selalu menjaga konsentrasinya pada pelajaran tersebut.
Minat berperan penting dalam mengambil keputusan berpikir dan menentukan arah dalam segala
aktivitas termasuk dalam proses belajar. Minat siswa juga ditunjukkan dengan perasaan suka dan
perasaan tidak suka terhadap pelajaran. Siswa yang berminat dan memiliki kebutuhan tertentu pada
suatu bidang pelajaran maka siswa tersebut cenderung untuk selalu menyukai pelajaran tertentu. Dan
siswa tersebutakan memiliki kepuasan jika pelajaran tersebut mampu memberian ketertarikan baginya.

Jurnal Auladuna|125
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Solving

Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan guru [26]. Dari
sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan
pada saat sebelum belajar.

Hasil belajar adalah suatu penelitian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-
ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya
karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang
lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan prilaku kerja yang baik.

Penelitian ini bersifat kuantitatif dimana data yang di hasilkan akan berbentuk angka. Dari data yang
di dapat di lakukan analisis dengan menggunakan software SPSS dan juga Microsoft Excel. Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap
Minat dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas VI di SDN Ponggok 3.

Tujuan yang didasarkan, data di kumpulkan dengan kuisioner sebanyak 22 peserta didik kelas 6 yang
belajar di SDN Ponggok 3. Penyebaran kuisioner di lakukan dengan cara menyebarkan lewat Google
Form yang mana akan di sebar melalui grup WhatsApp Para Wali Murid/ Peserta Didik yang belajar di
SDN Ponggok 3. Penelitian ini menggunakan 3 Variabel yaitu Model Pembelajaran Problem Sholving,
Minat Belajar dan juga hasil Belajar. Penelitian ini memiliki 13 item pertanyaan pada setiap variable nya.

Jumlah Responden

Jumlah responden merupakan latar belakang dalam pengisian kuisioner yang ada dalam penelitian
ini. Tujuan dari jumlah responden ini adalah untuk mengetahui responden yang menjawab pertanyaan
dalam setiap variable. Penelitian ini mendapatkan Jumlah Responden yang berupa peserta didik kelas
VI SDN Ponggok 3.

Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 22 sampel Peserta Didik kelas VI SDN Ponggok
3 yang terdiri dari 10 siswa Laki- laki dan 12 Perempuan. Ini menunjukkan bahwa siswa kelas VI SDN
Ponggok 3 bersedia merespon dengan baik pertanyaan- pertanyaan yang tersedia.

Validitas Instrumen

Validasi Instrumen digunakan untuk memberikan instruksi dalam validasi. Dalam penelitian ini
untuk validatornya adalah salah satu guru kelas VI di SDN Ponggok 3. Untuk Lembar Validasi
Instrumen Angket dapat dilihat di bagian lampiran.

Berdasakan Lembar Validasi Instrumen Angket maka penelitian ini sudah menunjukkan
ketercapaian atau keberhasilan suatu alat dalam mengukur apa yang hendak di ukur.

Penyebaran Angket

Penyebaran angket disini di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan dari responden
yang ada. Penelitian ini menggunakan 3 variabel dalam menyusun pertanyaan dengan setiap variable

124| Jurnal Auladuna


Ilmia Nur Ummaha
Lailil Imroatul Mutasitah
Alfina Hidayatul Khusna
Nur Sofia Devi
terdiri dari 13 item pertanyaan. Penyebaran angket di lakukan melalui Google Form yang di sebar
melalui Grup WhatsApp.

Berdasarkan table di atas maka peneliti dapat mengetahui tanggapan dari para peserta Didik kelas
VI SDN Ponggok 3 tentang pertanyaan- pertanyaan yang di sediakan oleh peneliti, jadi peneliti bisa
mengukur kemampuan peserta didik ketika mendapatkan model pembelajaran Problem Sholving
terhadap minat dan juga hasil mata pelajaran Bahasa Indonesia ini.

Data

Data yang di peroleh disini merupakan hasil dari jawaban- jawaban dari responden peserta didik
tentang 3 variabel yang di ajukan oleh peneliti. Variable yang di maksud di sini yang pertama tentang
Model Pembelajaran Problem Sholving, yang kedua adalah Minat Belajar Bahasa Indonesia, yang ketiga
yaitu Hasil Belajar Bahasa Indonesia. Berikut peneliti sajikan table dari setiap variable yang di ajukan :

Analisis Data

Uji Korelasi

Pada penelitian yang di lakukan ini, hipotesis yang di ajukan adalah sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan signifikan positif antara model Pembelajaran Problem Sholving dengan minat
dan hasil belajar Bahasa Indonesia.

Hi : ada hubungan signifikan antara model pembelajaran Problem Sholving dengan minat dan hasil belajar
Bahasa Indonesia.

Pengujian ini juga menggunakan progam Excel. Adapun hasil uji Excel dari hipotesis adalah sebagai
berikut :

Uji Regresi

Teknik analisis merupakan langkah yang di gunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam
penelitian. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitian. Adapun teknik
analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teknik Regression Analysis. Penelitian ini
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antar variable, apabila ada seberapa eratnya
pengaruh serta berarti atau tidaknya pengaruh itu, adapun analisis data dalam penelitian ini
menggunakan ketentuan.

Prosentase Determinasi (Pengaruh)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Prosentase Determinasi (Pengaruh), dan untuk hasilnya
sebagai berikut:

Jurnal Auladuna|125
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Solving

Tabel 1. Hasil Prosentase Determinasi (Pengaruh)

SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.278477
R Square 0.07755
Adjusted R Square 0.031427
Standard Error 4.847621
Observations 22

ANOVA
Significa
df SS MS F nce F
39.511 39.511 1.6813
Regression 1 49 49 81 0.209503
469.98 23.499
Residual 20 85 43
Total 21 509.5

Standa
rd Lower Upper Lower Upper
Coefficients Error t Stat P-value 95% 95% 95.0% 95.0%
6.8741 3.5913 0.0018 39.026 10.348 39.026
Intercept 24.68774 51 87 24 10.34851 97 51 97
-
Model 0.2031 1.2966 0.2095 0.6871 0.1603 0.6871
Pembelajaran 0.26341 42 81 03 -0.16034 56 4 56

R = (rh)2x 100%

= 0,07 x 100%

= 7%

Berdasarkan table di atas ditunjukkan bahwa minat memberikan dampak sebesar 7 % terhadap hasil
pembelajaran. Nilai prosentase cukup kecil sehingga tidak dapat mempengaruhi hasil pembelajaran
secara signifikan. Walaupun demikian, minat tetap memberikan pengaruh, sehingga peningkatan minat
siswa pada hal tertentu perlu ditingkatkan supaya dampak yang ditimbulkan bisa menjadi bertambah.

122| Jurnal Auladuna


Ilmia Nur Ummaha
Lailil Imroatul Mutasitah
Alfina Hidayatul Khusna
Nur Sofia Devi

PENUTUP

Berdasarkan hasil prosentase determinasi pengaruh terhadap minat belajar didapatkan sebanyak
30%, dimana prosentase tersebut terbilang cukup rendah dan belum bisa menjadikan model
pembelajaran Problem Solving sebagai solusi utama atas rendahnya minat belajar siswa kelas VI pada
mata pelajaran bahasa Indonesia. Akan tetapi model pembelajaran ini masih bisa digunakan sebagai
alternatif atau selingan ketika siswa mulai bosan dengan metode atau strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru

Berdasarkan hasil angket yang kami bagikan kami menemukan beragam respon dari siswa, mulai
dari yn.g merasa senang, tertarik, bahkan tertekan sekalipun. Karena dalam penggunaan model
pembelajaran problem solving ini siswa dituntut untuk memecahkan masalah yang kadang terasa sangat
sulit pemecahannya, jadi siswa harus aktif dan kreatif.

Berdasarkan hasil nilai mata pelajaran bahasa Indonesia kami menemukan adanya peningkatan hasil
belajar walupun tidak semua siswa mengalami peningkatan tersebut.

Referensi

[1] I. Alipandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional, 1984.
[2] N. Sudirman and A. Tabrani, Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Karya, 1987.
[3] S. B. Djamarah and A. Zain, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Karya, 2010.
[4] A. M. Surur, “Peningkatan Kemampuan Khatabah (Public Speaking Skill) Santri Ma’had Darul
Hikmah IAIN Kediri,” Ijaz Arab. J. Arab. Learn., vol. 1, no. 2, 2018.
[5] M. N. Hasan, “Pengaruh Aktivitas Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Pada Mata Pelajaran
Ke-Muhammadiyah-an,” J. Transform., vol. 12, no. 2, pp. 136–143, 2016.
[6] A. M. Surur, “Peningkatan Fluency dan Elaboration dengan Modified Free Inquiry,”
EDUDEENA, vol. 01, no. 01, pp. 21–29, 2017.
[7] Suparman, “Pengaruh Model Pembelajaran Matematika Creative Problem Solving (CPS)
Berbantuan CD Interaktif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada siswa SMA.,” J. UT,
vol. 39, no. 2, 2013.
[8] A. M. Surur, “Formasi 4-1-5 Penakhluk Masalah (Studi Kasus: Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Proposal Skripsi STAIN Kediri 2017),” Pros. Semin. Nas. PPKn III, pp. 1–8, 2017.
[9] Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2017.
[10] Sudyaharjo, Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.
[11] M. Fitrah and Luthfiyah, Metodologi penelitian: penelitian kualitatif, tindakan kelas & studi kasus.
Sukabumi: CV Jejak (Jejak Publisher), 2018.
[12] L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011.
[13] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2014.
[14] A. Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
[15] A. M. Surur, A. H. Rosyidi, Y. A. Prasetia, K. Asrori, and L. Azizah, “Problematika Pembelajaran

Jurnal Auladuna|125
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Problem Solving

Siswa MTs Sunan Gunung Jati (Studi Kasus Latar Belakang Siswa Menghadapi Ujian),” Edudeena,
vol. 1, no. 1, pp. 13–32, 2018.
[16] Robbins, P. Stephen, and M. Coulter, Manajemen. Jakarta: Erlangga, 2010.
[17] Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta. Jakarta, 2007.
[18] S. Alisuf, Psikologi Pendidika. .
[19] M. Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
[20] I. Rusuli, “Refleksi Teori Belajar Behavioristik dalam Perspektif Islam,” J. Pencerahan, vol. 8, no. 1,
pp. 38–54, 2014.
[21] C. Rakhmat and D. Suherdi, Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Depdikbud PPGSP, 1999.
[22] A. Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana, 2013.
[23] W. Gulo, Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo Nana, 2002.
[24] M. Sahalahudin, Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990.
[25] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
[26] M. Dimyati, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti, 1994.

124| Jurnal Auladuna

Anda mungkin juga menyukai