Anda di halaman 1dari 29

PEMAHAMAN GLOBAL HEALTH

(MAKALAH)

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Global Health

Dosen Pengampu : Panji Fortuna Hadisoemarto, dr., MPH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

Lailatul Izzah Abdullah NPM. 130920210001

Puji Ayu Asri Sri Lestari NPM 130920210506

R. Desi Mayawati NPM 130920210023

Sigit Aditya NPM 130920210005

Siti Fatimah NPM 130920210035

PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa saya mengucapkan

terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan

sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah

ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami

berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan

sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 25 Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI………………………………………………………………….............. ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang............................................................................................................ 1

2. Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi Global Health................................................................................................ 3

2. Konteks Global Health................................................................................................ 6

3. Segitiga Kebijakan...................................................................................................... 11

4. Proses Kebijakan……………………….………………………………………….... 17

5. Konsep Power Dalam Global Health……………………………………………….. 21

6. Prinsip Global Health……………………………………………………………….. 22

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.................................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkembangan kesehatan global selalu dinamis dan menuntut setiap

stakekholder menyesuaikan dengan situasi tersebut. Pengetahuan tentang apa, siapa,

dan bagaimana sistem kesehatan global ini menjadi penting agar bisa memahami

situasi dengan seksama dan tepat (2). Ada kesenjangan sangat besar antara

kelompok masyarakat yang kaya, kuat, dan sehat dengan kelompok yang miskin,

lemah, dan sakit. Segera setelah mencapai kemajuan, berbagai negara dihadapi oleh

transisi yang menuntut strategi dan kebijakan baru yang kreatif dan inovatif. Upaya

perbaikan derajat kesehatan harus fokus pada pemerataan kesempatan, sumber daya,

pendidikan, dan akses program kesehatan. Hal tersebut merupakan cara tunggal

mengeliminasi ketidakadilan dan merealisasikan kesehatan global pada abad ke-20.

Kehadiran organisasi global seperti PBB, WHO, Bank Dunia, dan UNICEF, mampu

mengubah perspektif global dan mengembangkan upaya kesehatan masyarakat (3).

1
2. Tujuan

1) Untuk mengetahui dan memahami definisi global health

2) Untuk mengetahui dan memahami konteks global health

3) Untuk mengetahui dan memahami segitiga kebijakan

4) Untuk mengetahui dan memahami konsep power dalam global health

5) Untuk mengetahui dan memahami prinsip global health

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Global Health

Global health merupakan suatu area studi, penelitian dan praktik yang

menempatkan prioritas pada perbaikan kesehatan. Tujuan dari global health adalah

pencapaian keadilan atau kesetaraan dalam kesehatan untuk semua orang di seluruh

dunia. Global health memberikan penekanan pada isu kesehatan, determinan, dan

solusi yang bersifat transnasional yang melibatkan multidisiplin dan interdisiplin ilmu

baik di dalam dan diluar ilmu kesehatan. Perbedaan Global Health, International

health dan public health dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini[13].

Global Health International Health Public Health

Berfokus pada isu-isu yang Berfokus pada isu-isu Berfokus pada isu-isu

secara langsung maupun kesehatan selain di negara kesehatan masyarakat di

tidak langsung berdampak sendiri, terutama pada suatu negara

pada kesehatan tapi dapat negara dengan penghasilan

melampai batas-batas negara rendah- menengah.

Pengembangan atau Pengembangan dan Pengembangan dan

implementasi solusi sering implementasi solusi implementasi solusi tidak

membutuhkan kerjasama biasanya melibatkan melibatkan kerjasama global

global kerjasama bilateral

3
Meliputi pencegahan meliputi pencegahan berfokus pada program

penyakit di suatu populasi penyakit di suatu populasi pencegahan di suatu

dan perawatan klinis dan perawatan klinis populasi

individu individu

Tujuan utama adalah Tujuannya membantu orang- Tujuan utamanya adalah

keadilan/kesetaraan orang di negara lain kesetaraan kesehatan dalam

kesehatan antar negara dan suatu negara atau

untuk semua orang di dunia masyarakat

Sangat interdisipliner dan Tidak menekankan pada Mendorong pendekatan

multidisiplin di dalam dan multidisiplin ilmu multidisiplin khususnya

diluar ilmu kesehatan ilmu kesehatan dan ilmu

pengetahuan sosial

Menurut Stuckler dan McKee (2008), Global Health juga dapat dipandang dari

berbagai sisi, diantaranya global health sebagai kebijakan luar negeri, sebagai

pengaman, sebagai aktivitas sosial, sebagai investasi dan sebagai kesehatan

masyarakat. Hal ini dijelaskan pada tabel di bawah ini.[14]

4
Prinsip Tujuan Penyakit Prioritas Institusi pelaksana

Global health sebagai Perdagangan, aliansi, Penyakit infeksi, US State Department,

kebijakan luar negeri demokrasi, HIV/AIDS USAID, President’s

pertumbuhan Emergency Plan for

ekonomi, reputasi, AIDS Relief

stabilisasi atau

destabilisasi negara

Global health sebagai Memerangi bioteror, Avian Influenza, US Centers for

pengaman penyakit infeksius Severe Acute Disease Control and

dan resistensi obat Respiratory Prevention

Syndrome, Multidrug

resistant tuberculosis,

AIDS

Global health sebagai Melawan kemiskinan Malnutrisi, Bill and Melinda

aktivitas sosial HIV/AIDS, Gates Foundation,

Tuberculosis, dan lain-lain

Malaria, Penyakit-

penyakit langka

Global health sebagai Memaksimalkan HIV/AIDS, malaria World Bank and

investasi pengembangan International

ekonomi Monetary Fund,

International Labour

Organization, Sektor

5
swasta

Global health sebagai Memaksimalkan Beban penyakit di WHO, vertical

kesehatan masyarakat dampak kesehatan seluruh dunia disease-specific non

governmental

organization

2. Konteks Global Health

Isu kesehatan global bukan merupakan hal yang baru, semenjak di deklarasikan

nya Foreign Policy & Global Health (FPGH) pada tahun 2007 di Oslo, Norwegia.

FPGH yang diprakarsai oleh 7 (tujuh) negara: Indonesia, Thailand, Norwegia, Prancis,

Brazil, Afrika Selatan, dan Senegal melalui menteri luar negeri dengan tujuan untuk

mensinergikan antara kebijakan politik luar negeri suatu negara dengan kebijakan isu

kesehatan tingkat global maupun nasional, yang disebabkan karena rentannya pada

kondisi kesehatan manusia dalam suatu negara dengan negara lain. Deklarasi Oslo

sudah menemui kesepakatan untuk memasukan aspek kesehatan dalam pembahasan

dan juga keputusan politik luar negeri, membangun kerjasama dalam penanganan

global health security.

Apa yang sedang terjadi dan dialami oleh oleh dunia saat ini yaitu covid-19

merupakan penyakit sebab dari coronavirus dalam penularannya, virus tersebut

menjadi ancaman global, melihat pandemi tidak melihat batas-batas negara yang

dikarenakan dari pergerakan manusia. Kalau melihat dan merujuk pada FPGH

6
seharusnya dunia sudah mempersiapkan untuk penanganannya, apalagi negara yang

memprakarsai termasuk Indonesia.

Isu kesehatan penting dibahas, karena isu tersebut merupakan pengadopsian

sebagai bagian dari lensa politik luar negeri suatu negara, hal dipengaruhi oleh faktor

berikut:

1) Kesehatan adalah Hak Asasi Manusia (HAM), perihal tersebut sangat menentukan

bagi stabilitas pembangunan nasional, dan

2) Meningkatnya kerentanan yang bersifat umum (common vulnerability) bagi

negara-negara terhadap resiko kesehatan masyarakat dan juga melihat ancaman

yang ada, dimana pergerakan manusia, hewan, tumbuhan, dan perubahan iklim

berlangsung makin kerap, cepat dan juga lintas batas (trans-boundary).

Resiko bersama yang dialami tidak mungkin bisa ditangani sendiri, perlu

adanya kerjasama internasional dalam upaya mengatasinya. Selain itu juga kerjasama

di tingkat lokal dalam suatu pemerintahan sangat diperlukan dan dibutuhkan.

Suatu negara tidak juga harus egois dan juga bimbang dengan penerapan

kebijakannya dalam penanganan covid-19, sebagai contoh kebimbangan dalam

menentukan kebijakan apakah dibutuhkan lockdown atau tidak. Selain itu sudah

seharusnya dalam penanganannya praktik diplomasi kesehatan dan juga kerjasama

7
internasional suatu negara sangat diperlukan dalam menuntaskan dan memutus mata

rantai penularan coronavirus.

Isu kesehatan global tidak bisa dipisahkan oleh kepentingan negara dan juga

politik suatu negara. Berbicara negeri kita ini, perihal kesehatan merupakan bagian dari

salah satu pilar politik luar negeri Indonesia. Oleh sebab itu sudah seharusnya negara

bergerak secara cepat dan transparan dalam memutus mata rantai penularan

coronavirus dalam penyakit covid-19 yang menjadi sebuah bencana kesehatan.

Berbicara isu kesehatan global, karena kesehatan merupakan bagian dari Hak

Asasi Manusia dan sangat menentukan bagi stabilitas pembangunan nasional yang

pada saat ini dialami oleh dunia termasuk Indonesia.. Menurut data yang sudah

dikumpulkan oleh Johns Hopkins University, ada lebih dari 1,9 juta orang yang

terinfeksi coronavirus. Sementara kematian secara global di seluruh dunia setiap

harinya bertambah, dan akan terus bertambah mengingat virus tersebut penularannya

yang cepat.

Menurut laporan Aljazeera bahwasannya paling tidak ada 185 negara yang

terinfeksi coronavirus. Selain itu sampai saat ini penulis menuliskan ada 16 negara

yang belum ada kasus coronavirus, yaitu negara: Comoros, Kiribati, Lesotho, Marshall

Islands, Micronesia, Nauru, Korea Utara, Palau, Samoa, Sao Tome and Principe,

Solomon Islands, Tajikistan, Tonga, Tuvalu, Turkmenistan, dan Vanuatu, dan perihal

tersebut menjadi pertanyaan kenapa belum ada kasus covid-19?

8
Dalam menyikapi covid-19 yang penularannya melalui coronavirus, kita akan

melihat dari konsep Human Security atau keamanan manusia. Apakah negara gagal

dalam memenuhi keamanan manusia atau sedikit terlambat untuk rakyatnya dengan

kebijakan yang kurang strategis dan tidak cepat?

Keamanan manusia kedepannya harus lebih diperhatikan dan juga menjadi

prioritas bagi negara bangsa. Berbicara konsep keamanan manusia bisa kita merujuk

atau mengacu pada konsep keamanan manusia menurut United Nations Development

Programme (UNDP) atau Program Pembangunan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Menurut UNDP ada 7 (tujuh) komponen penting, dan harus diperhatikan dan dipenuhi

oleh negara, yaitu:

1) Bebas dari kemiskinan dan jaminan pemenuhan kebutuhan hidup.

2) Akses terhadap kebutuhan pangan.

3) Kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan juga adanya proteksi

dari penyakit.

4) Proteksi dari polusi udara dan pencemaran lingkungan.

5) Keselamatan fisik dari ancaman yang diakibatkan perang, kekerasan domestik,

kriminalitas, penggunaan obat-obatan terlarang, dan juga kecelakaan lalu lintas.

6) Kelestarian identitas kultural dan tradisi budaya, dan

7) Perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan juga kebebasan dari

tekanan politik.

9
Konsep keamanan manusia sangat penting untuk dipenuhi oleh negara, baik

negara maju ataupun negara berkembang, baik negara sosialis, komunis atau pun

kapitalis. Kemampuan negara sosialis dan komunis dalam menangani covid-19 sudah

bisa dilihat, begitu pula dengan sisi kemanusiaan yang dibangun dan yang diciptakan

oleh mereka (negara sosialis dan komunis) dalam pemenuhan kesehatan untuk

rakyatnya sudah terbukti. Sebagai contoh dari keberhasilan sementara dari negara

Vietnam dalam memutus mata rantai penularan coronavirus, dan juga negara Cuba

yang tenaga medisnya dikirim untuk membantu negara maju di Eropa.

Dari konsep keamanan manusia sudah seharusnya negara untuk bisa memenuhi

dari poin-poin yang sudah dituliskan diatas, misalnya pemenuhan terhadap pelayanan

kesehatan dan proteksi dari penyakit covid-19, pemenuhan kebutuhan hidup,

pemenuhan kebutuhan pangan, dan juga perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia

(HAM).

Selain berbicara keamanan manusia sudah seharusnya negara-negara termasuk

Indonesia dampak dari pandemi covid-19 untuk mengimplementasi konvensi

internasional dan juga harus dipenuhi, karena sudah meratifikasi, yaitu konvenan

ICESCR (International Covenant on Economic, Social, Cultural Rights) atau kovenan

internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya sebuah perjanjian

multilateral yang diterapkan oleh PBB pada tanggal 16 Desember 1966. Karena

dampak yang terjadi akibat covid-19 bisa dilihat dari dampak ekonomi, sosial, dan

budaya.

10
Negara yang sudah meratifikasi sudah seharusnya memenuhi kebutuhan-

kebutuhan rakyatnya, dan hak-hak tersebut sudah seharusnya dijamin oleh negara.

Sebagai contoh yang harus dijamin adalah hak kesehatan, hak pendidikan, hak buruh,

karena dampaknya banyak buruh yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), dan juga

hak atas standar kehidupan yang layak atas dampak dari pandemi covid-19. Indonesia

sudah mengesahkan kovenan ICESCR pada tahun 2005 melalui Undang Undang (UU)

No. 11. Dengan itu tidak ada alasan negara untuk tidak mengimplementasikan dan tidak

memenuhi poin-poin yang ada dalam konvensi dan UU.

Dampak yang terjadi selain diatas yaitu adanya diskriminasi dan juga stigma

terhadap siapapun yang positif covid-19 tanpa harus melihat status sosial. Dan juga,

sudah seharusnya negara untuk bersama-sama tanpa melihat status, ekonomi, sosial,

dan politik untuk bisa mengedukasi masyarakat untuk tujuan tidak adanya stigma dan

diskriminasi terhadap korban pandemi covid-19. Kita semua berharap pandemi covid-

19 segera berakhir, dan negara bisa dengan cepat memutus mata rantai penularan

coronavirus melalui kerjasama yang masif secara bilateral, regional, dan multilateral.

3. Segitiga Kebijakan

Kebijakan sering diartikan sebagai sejumlah keputusan yang dibuat oleh

mereka yang bertanggung jawab dalam bidang kebijakan tertentu bidang kesehatan,

lingkungan, pendidikan atau perdagangan (4). Orang-orang yang menyusun

kebijakan disebut dengan pembuat kebijakan. Kebijakan dapat disusun di semua

tingkatan pemerintah pusat atau daerah, perusahan multinasional atau daerah,

11
sekolah atau rumah sakit. Orang-orang ini kadang disebut pula sebagai elit kebijakan

satu kelompok khusus dari para pmbuat kebijakan yang berkedudukan tinggi dalam

suatu organisasi dan sering memiliki hubungan istimewa dengan para petinggi dari

organisasi yang sama atau berbeda. Misal: elit kebijakan di pemerintahan dapat

beranggotakan para menteri dalam kabinet, yang semuanya dapat berhubungan dan

bertemu dengan para petinggi perusahaan multi nasional atau badan internasional,

seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (Massie, 2012).

Memahami hubungan antara kebijakan kesehatan dan kesehatan itu sendiri

menjadi sedemikian pentingnya sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan

masalah kesehatan utama yang terjadi saat ini meningkatnya obesitas, wabah

HIV/AIDS, meningkatnya resistensi obat sekaligus memahani bagaimana

perekonomian dan kebijakan lain berdampak pada kesehatan. Kebijakan kesehatan

memberi arahan dalam pemilihan teknologi kesehatan yang akan dikembangkan dan

digunakan, mengelola dan membiayai layanan kesehatan, atau jenis obat yang dapat

dibeli bebas. Untuk memahami hal tersebut, perlu mengartikan apa yang dimaksud

dengan kebijakan kesehatan (Berridge, 2016)

Kerangka yang digunakan dalam memahami pentingnya mempertimbangkan

isi kebijakan, proses penyusunan kebijakan dan bagaimana kekuatan digunakan

dalam kebijakan kesehatan (Massie, 2012).

Segitiga kebijakan kesehatan merupakan suatu pendekatan yang sudah sangat

disederhanakan untuk suatu tatanan hubungan yang kompleks, dan segitiga ini

meunjukkan kesan bahwa keempat faktor dapat dipertimbangkan secara terpisah.

12
Sebenarnya tidak demikian, namun pada kenyataannya para pelaku dapat

dipengaruhi (sebagai seorang individu tau seorang anggota kelompok atau

organisasi) dalam konteks dimna mereka tinggal dan bekerja, konteks dipengaruhi

oleh banyak faktor, seperti ketidak-stabilan atau ideology, dalam hal sejarah dan

budaya serta proses penyusunan kebijakan, bagaimana isu dapat menjadi suatu

agenda kebijakan dan bagaimana isu tersebut dapat berharga dan dipengaruhi

pelaksana, kedudukan mereka dalam struktur kekuatan, norma dan aharapan

merekasendiri. Isi segitiga tersebut menjelaskan atau seluruh bagian ini. Jadi segitiga

tersebut tidak hanya membantu dan berfikir sistematis tentang pelaku-laku yang

berbeda yang meungkin memengaruhi kebijakan, tetapi juga berfungsi seperti peta

yang menunjukkan jalan-jalan utama. Berikut adalah gambar segitiga analisis

kebijakan (Abdi, 2017) :

Berdasarkan gambar diatas, pelaku berada ditengah kerangka kebijakan

kesehatan. Pelaku dapat digunakan untuk menunjuk individu., organisasi atau

bahkan suatu Negara dan kepemerintahan. Namun penting untuk dipahami ini adalah

bentuk penyederhanaan. Individu tidak dapat dipisahkan dari organisasi di mana

13
mereka bekerja dan setiap organisasi atau kelompok dibangun dari sejumlah orang

yang berbeda, yang tidak semuanya menyuarakan hal yang sama, masing-masing

memiliki norma an kepercayaan yang berbeda.

1). Konten

Konten kebijakan berhubungan dengan teknis dan institusi. Contoh aspek

teknis adalah penyakit diare, malaria, typus, promosi kesehatan. Aspek institusi adalah

organisasi publik dan swasta. Konten kebijakan memiliki empat tingkat dalam

pengoperasiannya yaitu:

a. Sistemik atau menyeluruh di mana dasar dari tujuan dan prinsip-prinsip

diputuskan.

b. Programatik adalah prioritas-prioritas yang berupa perangkat untuk

mengintervensi dan dapat dijabarkan ke dalam petunjuk pelaksanaan untuk

pelayanan kesehatan.

c. Organisasi di mana difokuskan kepada struktur dari institusi yang bertanggung

jawab terhadap implementasi kebijakan.

d. Instrumen yang menfokuskan untuk mendapatkan informasi demi

meningkatkan fungsi dari sistem kesehatan.

2). Proses

Proses kebijakan adalah suatu agenda yang teratur melalui suatu proses

rancang dan implementasi. Ada perbedaaan model yang digunakan oleh analis

kebijakan antara lain:

14
a. Model perspektif (rational model) yaitu semua asumsi yang mengformulasikan

kebijakan yang masuk akal berdasarkan informasi yang benar.

b. Model incrementalist (prioritas pilihan) yaitu membuat kebijakan secara pelan

dan bernegosiasi dengan kelompok-kelompok yang berminat untuk menyeleksi

kebijakan yang diprioritaskan.

c. Model rational (mixed scanning model) di mana penentu kebijakan mengambil

langkah mereview secara menyeluruh dan membuat suatu negosiasi dengan

kelompok-kelompok yang memprioritaskan model kebijakan.

d. Model puncuated equilibria yaitu kebijakan difokuskan kepada isu yang

menjadi pokok perhatian utama dari penentu kebijakan.

Masing-masing model di atas memilah proses kebijakan ke dalam komponen

untuk mengfasilitasi analisis. Meskipun pada kenyataannya, proses kebijakan itu

memiliki karakteristik tersendiri yang merujuk kepada model-model tersebut

(Nugrohu, 2003).

3). Konteks

Konteks kebijakan adalah lingkungan atau setting di mana kebijakan itu dibuat

dan diimplementasikan (Kitson, Ahmed, Harvey, Seers, Thompson, 1996). Faktor-

faktor yang berada di dalamnya antara lain politik, ekonomi, sosial dan kultur di mana

hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap formulasi dari proses kebijakan (Walt,

1994). Ada banyak lagi bentuk yang dikategorikan ke dalam konteks kebijakan yaitu

peran tingkat pusat yang dominan, dukungan birokrasi dan pengaruh aktor-aktor

international juga turut berperan.

15
4). Aktor

Aktor adalah mereka yang berada pada pusat kerangka kebijakan kesehatan.

Aktor-aktor ini biasanya memengaruhi proses pada tingkat pusat, provinsi dan

kabupaten/kota. Mereka merupakan bagian dari jaringan, kadang-kadang disebut

juga mitra untuk mengkonsultasi dan memutuskan kebijakan pada setiap tingkat

tersebut. Hubungan dari aktor dan peranannya (kekuasaannya) sebagai pengambil

keputusan adalah sangat tergantung kepada kompromi politik, daripada dengan

hal-hal dalam debat-debat kebijakan yang masuk diakal (Ditlopo et al., 2011).

Dalam menjalankan kebijakan oleh para aktor kebijakan ada beberapa faktor

kontekstual yang memengaruhi kebijakan. Secara kontekstual faktor yang mungkin

memiliki pengaruh pada kebijakan kesehatan antara lain:

a. Faktor Situasional, merupakan kondisi yang tidak permanen yang dapat

berdampak pada kebijakan. Contoh : perang, kekeringan, bencana alam dan

sebagainya di mana hal ini sering disebut sebagai “ fokus event” yang bersifat

satu kejadian saja yang menyebabkan perubahan pada aspek tertentu.

b. Faktor Struktural, merupakan bagian dari masyarakat yang relatif tidak

berubah, faktor ini meliputi sistem politik, mencakup pula keterbukaan sistem

tersebut dan kesempatan bagi warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam

pembahsan dan keputusan kebijakan. Faktor struktural juga meliputi jenis

ekonomi dan dasar untuk tenaga kerja. Contoh : pada saat gaji perawat rendah

atau terlalu sedikit pekerjaan yang tersedia untuk tenaga yang sudah terlatih,

16
negara tersebut dapat mengalami perpindahan tenaga profesional ini ke sektor

di masyarakat yang masih kekurangan.

c. Faktor Budaya, dapat memengaruhi kebijakan kesehatan. Dalam kehidupan

masyarakat kedudukan sebagai minoritas atau perbedaan bahasa dapat

menyebabkan kelompok tertentu memiliki informasi yang tidak memadai

tentang hak-hak mereka atau mnerima layanan yang tidak sesuai dengan

kebutuhan mereka. Sehingga dengan kondisi ini memengaruhi kebijakan

pemerintah.

d. Faktor Internasional atau Exogenous yang menyebabkan meningkatnya

ketergantungan antara negara dan memengaruhi mekandirian dan kerjasama

internasional dalam kesehatan. Contoh , pemberantasan polio telah

dilaksanakan hampir diseluruh dunia melalui gerakan nasional atau regional,

kadang dengan bantuan Badan International seperti WHO. Namun , meskipun

satu daerah telah berhasil mengimunisasi polio seluruh balitanya dan tetap

mempertahankan cakupannya, virus polio tetap bisa masuk ke daerah tersebut

dibawa oleh orang-orang yang tidak diimunisasi yang masuk lewat perbatasan

(Berridge, 2016).

4. Proses Kebijakan

Proses pengembangan kebijakan berlangsung sebagai sebuah siklus kebijakan

yang dimulai dari pengaturan agenda (agenda setting) dengan penetapan atau

pendefinisian masalah publik yang signifikan dan mengundang perhatian masyarakat

luas (public concern) karena besarnya tingkat kepentingan yang belum terpenuhi

17
(degree of unmeet need) sehingga memunculkan tindakan pemerintah. Proses

pembuatan atau formulasi kebijakan merupakan satu tahapan penting dalam

pengembangan kebijakan yang akan menentukan dampak kebijakan terhadap sasaran

kebijakan.

A. Agenda Setting/Pembuatan Agenda

Sebagai respons terhadap permasalahan publik, mesin legislatif dan birokrasi

pemerintah dapat bergerak dan terlibat dalam proses formulasi, adopsi, dan

implementasi kebijakan, termasuk turut berperan untuk mengatasi masalah yang

muncul selama proses penyusunan kebijakan. Keterlibatan aktor, elite atau pemangku

kepentingan dapat terus berlanjut pada tahap analisis efektivitas kebijakan, untuk

menunjukkan kekurangan dalam formulasi maupun implementasi sehingga dapat

menjadi usulan agenda baru kebijakan. Oleh karena itu, pembuatan agenda menempati

urutan pertama dalam siklus pengembangan kebijakan.

Kingdon (1995) menjabarkan agenda setting pada pembuatan kebijakan publik

sebagai pertemuan dari tigas “pilar pertimbangan” penting, yaitu:

1) Masalah (problem), adalah permasalahan yang terjadi, termasuk masalah

kesehatan, yang memicu atau mendesak terbentuknya suatu kebijakan untuk

menyelesaikan masalah tersebut.

2) Solusi yang memungkinkan (possible solutions), adalah sebuah solusi yang

mengarah pada penyelesaian terhadap banyaknya permasalahan yang

kemungkinan besar mampu dilakukan pemerintah.

18
3) keadaan politik (politic circumstances), masalah publik tidak pernah akan lepas

dari pengaruh politik dalam penyusunan pembuatan agenda, pembuatan

kebijakan sampai dengan implementasi kebijakan.

B. Policy Formulation/Formulasi Kebijakan

Proses formulasi kebijakan kesehatan secara umum memliki tahapan-tahapan

berikut:

1) Pengaturan proses pengembangan kebijakan

2) Penggambaran permasalahan

3) Penetapan sasaran dan tujuan

4) Penetapan prioritas

5) Perancangan kebijakan

6) Penggambaran pilihan-pilihan

7) Perputaran untuk penelaahan sejawat dan revisi kebijakan

8) Upaya untuk mendapatkan dukungan formal

Oleh karena itu, formulasi kebijakan adalah suatu proses berulang-ulang yang

melibatkan sebagian besar komponen dari siklus perencanaan (Htwe, 2006).

Pentingnya tahap formulasi kebijakan ditekankan oleh Easton (1965) dalam teori

pembuatan kebijakan sebagai sebuah sistem.

Proses pembuatan kebijakan berlangsung sebagai sebuah sistem yang merupakan

kesatuan institusi dan proses yang terlibat dan memiliki otoritas dalam melakukan

alokasi sumber daya maupun nilai-nilai dalam masyarakat.

19
C. Policy Implementation/Pengimplementasian Kebijakan

Pengimplementasian merupakan cara agar kebijakan dapat mencapai tujuannya.

Menurut Dunn (2003) menjelaskan bahwa implementasi adalah pelaksanaan

pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu. Ada dua alternatif

dalam implementasi dalam kebijakan: mengimplementasikan dalam bentuk program

dan membuat kebijakan turunannya (Hann, 2007).

Kesiapan implementasi amat menentukan efektivitas dan keberhasilan sebuah

kebijakan. penyusunan kebijakan berbasis data atau bukti juga berpengaruh besar

terhadap sukses-tidaknya implementasi kebijakan. Oleh karena itu, keberadaan

beberapa aktor utama untuk menganalisis kesiapan, memasukkan hasil penelitian

kebijakan sebagai pertimbangan implementasi kebijakan menjadi begitu penting. Di

antaranya Komite Eksekutig Badan Kementerian Sains dan Teknologi, dan konsorsium

universitas akan menjadi menguntungkan bila seluruh hasil assesmen, analisis atau

riset dapat terkoordinasi. Para aktor utama ini juga perlu mengambil dan memiliki

tanggung jawab terhadap implementasi kebijakan sekaligus memantau kemajuan,

mengevaluasi diri, dan memastikan umpan balik untuk pembuat kebijakan serta

mengenalkan aplikasi dari semua hasil penelitian yang berguna.

D. Evaluasi Kebijakan

Evaluasi kebijakan kesehatan merupakan penilaian terhadap keseluruhan tahapan

dalam siklus kebijakan, utamanya ketika sebuah kebijakan yang disusun telah selesai

diimplementasikan.

20
Tujuannya adalah untuk melihat apakah kebijakan telah sukses mencapai

tujuannya dan menilai sejauh mana keefektifan kebijakan dapat

dipertanggungjawabkan kepada pihak yang berkepentingan. Evaluasi merupakan salah

satu mekanisme pengawasan kebijakan. Parameter yang umum digunakan adalah

kesesuaian, relevansi, kecukupan, efisiensi, keefektifan, keadilan, respons, dan

dampak. Kesesuaian evaluasi harusnya dikembangkan untuk mencakup tidak hanya

proses, tetapi juga dampak jangka pendek dan jangka panjang dari sebuah kebijakan.

5. Konsep Power Dalam Global Health

Masalah kesehatan global telah dilihat sebagai salah satu masalah yang serius.

Pada awalnya, kesehatan hanya dianggap sebagai domain kebijakan nasional di mana

negara memiliki tanggung jawab penuh untuk menjamin kesehatan rakyatnya. Namun

demikian, pada era terkini dunia yang ditandai dengan semakin meningkatnya

interkoneksi antar-sektor dan antar-aktor, permasalahan kesehatan semakin menjadi

fokus kerja sama internasional. Hal tersebut ditambah dengan munculnya perubahan

lingkungan global yang cepat dalam berbagai bidang (misalnya lingkungan hidup,

demografi, teknologi, ekonomi, dan lain-lain) yang menjadikan isu ini semakin

kompleks dan sulit dikelola.Perubahan demografi dilihat dari bertambahnya jumlah

penduduk dunia dan semakin intensnya perpindahan manusia. Meskipun pertumbuhan

penduduk dunia mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, jumlah

penduduk telah mencapai 7,8 miliar jiwa. Diperkirakan pada tahun 2050, jumlah

penduduk dunia akan mencapai 9,8 miliar jiwa. Padahal, kapasitas bumi untuk

menampung jumlah penduduk dunia memiliki keterbatasan. Hal ini terutama dirasakan

21
pada ketersediaan pangan global di mana saat ini diperkirakan hampir 74 juta penduduk

dunia membutuhkan bantuan pangan yang mendesak. Ketidaktersediaan pangan secara

memadai merupakan ancaman kesehatan yang nyata. dimana konsep power dalam

global health ini berbagai kerja sama internasional dalam global health

6. Prinsip Global Health

Prinsip dari global health ini didasari dengan adanya kesenjangan sangat besar

antara kelompok masyarakat yang kaya, kuat, dan sehat dengan kelompok yang miskin,

lemah, dan sakit. Segera setelah mencapai kemajuan, berbagai negara dihadapi oleh

transisi yang menuntut strategi dan kebijakan baru yang kreatif dan inovatif.

Upaya perbaikan derajat kesehatan harus fokus pada pemerataan kesempatan,

sumber daya, pendidikan, dan akses program kesehatan. Hal tersebut merupakan cara

tunggal mengeliminasi ketidakadilan dan merealisasikan kesehatan global pada abad

ke-20. Kehadiran organisasi global seperti PBB, WHO, Bank Dunia, dan UNICEF,

mampu mengubah perspektif global dan mengembangkan upaya kesehatan

masyarakat.

Prinsip dari global health merupakan area study, penelitian dan praktek yang

menempatkan prioritas peningkatan kesehatan untuk keadilan kesehatan masyarakat di

seluruh dunia. kritikan global health meliputi:1) Kepentingan politik dan ekonomi lebih

tinggi dari kepentingan lainnya. 2) Determinan kunci malah tidak diatasi, seperti

masalah sosial ekonomi. Dan yang dibantu hanya permasalahan akut seperti DOTS. 3)

Kebijakannya lebih banyak pada orientasi pasar.4) Evaluasi hanya jangka pendek. 5)

22
Sangat minimal project yang digunakan untuk membantu kemiskinan 6) Meningkatkan

kesenjangan antar daerah dengan adanya bantuan-bantuan tersebut.

23
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Global health merupakan ilmu yang memiliki cakupan area studi, penelitian

dan praktik yang menempatkan prioritas pada perbaikan kesehatan guna

pencapaian keadilan atau kesetaraan dalam kesehatan untuk semua orang di

seluruh dunia.

2. Global health memberikan penekanan pada isu kesehatan, determinan, dan

solusi yang bersifat transnasional yang melibatkan multidisiplin dan

interdisiplin ilmu baik di dalam dan diluar ilmu kesehatan.

3. Global health dapat dipandang dari berbagai sisi yakni sebagai kebijakan luar

negeri, pengaman, investasi, kegiatan sosial, dan kesehatan masyarakat.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Wahono. Pandemi Covid-19 dan Isu Kesehatan Global. [Internet]. Yogyakarta,

Indonesia. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. [19 April 2020]. Available

from : https://s3pi.umy.ac.id/pandemi-covid-19-dan-isu-kesehatan-global/

2. Sulistyawati. Buku Ajar Global Health. Yogyakarta : CV.Mine. 2021 Accessed

25 Juni 2022. Available from :

http://eprints.uad.ac.id/27863/1/BUKU%20AJAR%20GLOBAL%20HEALT

H_compressed%20%281%29.pdf#

3. Adisasmito W. Global Health. Jakarta : Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan FKM Universitas Indonesia. Accessed 25 Juni 2022.

Available from : https://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/mata-kuliah/global-health/

4. Manurung J., Novela V., Ulfiana Q. et al.,. Kebijakan dan Manajemen

Pelayanan Kesehatan. Medan : Yayasan Kita Menulis. 2021. Accessed 26 Juni

2022. Available from :

https://www.researchgate.net/publication/355699276_Kebijakan_dan_Manaje

men_Pelayanan_Kesehatan

5. Massie, R. (2012) ‘Kebijakan Kesehatan: Proses, Implementasi, Analisis Dan

Penelitian’, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 12(4), pp. 409–417. doi:

10.22435/bpsk.v12i4.2747.

6. Berridge, V. (2016) ‘Making Health Policy’, Making Health Policy. doi:

10.1163/9789004333109.

25
7. Abdi, M. I. (2017) ‘Implementasi Standar Nasional Pendidikan’, Fenomena,

9(1), pp. 83–104

8. Nugrohu, R. D. (2003) ‘Kebijakan Publik Evaluasi, Implementasi, dan Evaluasi

Bab II Landasan Teori’, Kebijakan Publik Evaluasi, Implementasi, dan

Evaluasi, pp. 23–38.

9. Kitson A, Ahmed LB, Harvey G, Seers K, T. D. (1996). From Research

to Practice: One Organizational Model for Promoting Research- Based

Practice. JAN. Leading Global Nursing Research, 23(3), 430–440.

10. Walt, G. (1994). Health Policy -An introduction to process and power. Zed

Books. London

11. Ditlopo, P. et al. (2011) ‘Analyzing the implementation of the rural allowance

in hospitals in North West Province, South Africa’, Journal of Public

Health Policy, 32(SUPPL. 1), pp. S80–S93. doi: 10.1057/jphp.2011.28.

12. Roy, G.A. Massie, Kebijakan Kesehatan: Proses, Implementasi, Analisis dan

Penelitian. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol 12 No. 4 Oktober 2009:

409-417.

13. Merson MH, Black RE, Mills AJ. Global Health. Diseases, Programs, Systems,

and Policies. Third Edition [Internet]. Jones & Barlett Learning. 2012. xviii.

14. Stuckler D, McKee M. Five Methaphors about Global Health-Policy.

www.thelancet.com. Vol. 372, 12 Juli 2008. P95-97.

26

Anda mungkin juga menyukai