Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN HASIL OBSERVASI

‘'Mengembangkan Kemampuan Sosial Emosional AUD di TK. Sri Lestari’’


Disusun dalam Rangka Memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Sosial Emosional AUD
Dosen Pengampu : Esti Novi Andyarini,M.Kes

Oleh:
Kelompok 1
Diva Ayu Ermawati 06010922005
Lilis Nabila Aisyah 06010922007
Nur Maulidia Agustin 06010922012
Rani Julia Octaviana 06010922013
Aisyah Nur Halizah 06020922019
Aulia Sari Fatihah 06020922024
Rifda Zulfia Rahmatika 06020922041
Rismalia Olga Safitri Z.C 06020922042
Ummu Saroh Zamzamiah 06020922045
KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran tuhan yang maha Esa yang telah memberikan kami kemudahan
untuk dapat menyelesaikan makalah Observasi ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Berkat
rahmat Allah SWT dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
1. Bu Esti Novi Andyarini,M.Kes selaku dosen pengampu mata Perkembangan Sosial
Emosional AUD Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya yang
telah memberikan arahan, bimbingan serta dukungan kepada kami dalam menulis dan
menyelesaikan tugas makalah Observasi ini.
2. Teman - teman kelas A, khususnya bagi kelompok 1 mata kuliah Perkembangan
Sosial Emosional AUD Anak yang selalu memberikan masukan kepada kami dalam
penulisan dan menyelesaikan tugas makalah Observasi ini.
Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian tugas makalah Observasi ini, Khususnya kepada teman-teman meluangkan waktu
demi terselesaikannya tugas makalah Observasi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah Observasi ini masih banyak memiliki kekurangan. Meskipun penulis telah
mengerahkan segala kemampuan untuk lebih teliti, tetapi penulis masih merasakan adanya
kekurangan - kekurangan dalam penyusunan tugas makalah ini. Untuk itu, penulis selalu
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi selangkah lebih maju. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Surabaya, 23 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak usia dini yang biasanya kita ketahui dengan istilah golden age adalah masa
rentang anak usia 0-6 tahun yang sedang mengalami masa perkembangan dan
pertumbuhan yang sangat pesat atau biasa disebut dengan masa emas (golden age).
Karena pada masa ini otak anak sangat mudah menyerap berbagai informasi yang akan
berpengaruh terhadap masa depannya.
Perkembangan adalah peningkatan kemampuan atau keterampilan yang bersifat
kompleks dan fungsional dalam suatu proses yang teratur dan nyata sebagai hasil pengalaman dan
proses pendewasaan. Perkembangan juga terkait dengan perkembangan motorik, kognitif, sosial
dan emosional. Perkembangan sosial emosional pada anak usia dini sangatlah penting,
Perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah kemampuan anak untuk
sepenuhnya mengelola dan mengekspresikan emosi baik positif maupun negatif. Anak-
anak juga dapat belajar secara aktif dengan berinteraksi dengan teman sebaya dan orang
dewasa di sekitar mereka dan menjelajahi lingkungan mereka. Perkembangan sosial
emosional merupakan proses dimana anak belajar beradaptasi untuk memahami situasi
dan emosi dalam berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya, mendengarkan,
mengamati, dan meniru apa yang mereka lihat. Perkembangan sosial emosional juga
sangat sensisif bagi anak-anak untuk memahami perasaan satu sama lain dengan
berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. sebab perilaku emosi dan sosial ada
hubungannya dengan aktivitas dalam kehidupannya. Semakin kuat emosi memberikan
tekanan, akan semakin kuat mengguncangkan keseimbangan tubuh untuk melakukan aktivitas
tertentu. Jika kegiatan sesuai dengan emosinya maka anak akan senang melakukannya dan secara
mental akan meningkatkan konsentrasi pada aktivitasnya.
Pada dasarnya, setiap anak tidak akan terlepas dari perkembangan sosial
emosional. Terkadang perkembangan sosial emosional anak seringkali dikesampingkan
oleh orang tua dan guru. Akibatnya, tidak jarang anak seusia mereka seringkali merasa
marah dan emosi ketika tidak diperbolehkan oleh guru untuk tidak bermain saat proses
pembelajaran, ingin menang sendiri dan main sendiri, sibuk dengan dunianya, dan
seringkali terdapat anak yang agak lebih aktif secara fisik dari yang lain sehingga guru
terfokus padanya dan proses pembelajaran tidak kondusif. Hal ini termasuk ekspresi
emosi anak yang sangat wajar, namun jika dibiarkan maka akan berakibat munculnya
perilaku negatif pada anak. Anak yang sehat pada emosi adalah anak yang mampu
mengungkapkan ekspresinya secara positif. Agar anak mampu mengungkapkan secara
positif, maka guru perlu mengembangkan kemampuan perkembangan sosial emosional
pada anak sejak usia dini.dengan perkembangan sosial dan emosional yang positif
memudahkan anak untuk bergaul dan belajar lebih baik, serta kegiatan sosial lainnya.
Oleh karena itu, memahami anak-anak dan membantu mereka memahami perasaan
mereka sendiri dan anak-anak lain sangat penting untuk menumbuhkan rasa hormat dan
kepedulian terhadap orang lain.
Perkembangan sosial emosional sangat penting keberadaannya pada diri
seseorang karena hubungannya dengan kemampuan anak dalam menjalin interaksi
dengan orang lain. Terlebih ketika berada di sekolah, anak akan melakukan banyak
interaksi secara langsung kepada guru dan teman-temannya, sehingga akan menstimulasi
perkembangan sosial emosionalnya (Bakken et al. dalam Wulandari & Purwanta (2021)).
Jika anak tidak memiki kompetensi sosial, maka anak bisa dibanyangkan bagaiamana
anak akan membangun karirnya di kemudian hari. Begitupula dengan emosional anak,
emosional anak perlu dikembangkan ke arah yang positif sehingga anak mampu
mengekspresikan emosi sesuai dengan harapan lingkungan agar dapat diterima oleh
komunitas dimana anak berada (Khaironi, 2018). Oleh karenanya, sinergi atau kerjasama
antara guru dan orang tua sangat diperlukan, karena mereka dapat membantu anak untuk
mengelola emosi (Sukatin, et al., 2019). Saat di sekolah, guru sebagai orang tua kedua
bagi anak sangat perlu memperhatikan dan mengambangkan potensi dan kemampuan
sosial dan emosional anak karena proses sosialemosi, melibatkan perubahan dalam
hubungan dengan seseorang dengan orang lain, perubahan emosi, dan perubahan dalam
kepribadian. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan
perilaku sosial emosional anak usia 5-6 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hasil analisis dari perkembangan sosial emosional anak usia dini?
2. Bagaimana perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di TK Sri
Lestari?
3. Apakah ada permasalahan sosial emosional yang dialami anak di TK Sri Lestari?
1.3 Tujuan Penelitian
1. untuk mengetahui hasil analisis perkembangan sosial emosional anak usia dini
2. untuk mengetahui hasil perkembangan sosial emosional anak usia 5-6 tahun di
TK Sri Lestari
1.4 Manfaat Penelitian
manafaat bagi peneliti : melalui peneltian ini peniliti dapat menambah wawasan
dan pengalaman langsung sekaligus berbagi ilmu dengan menganalisis bagaimana hasil
dari perkembangan sosial emosional anak usia dini dan mengetahui permasalahan yang
dialami anak usia dini 5-6 tahun di TK Sri Lestari.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Teori
1. Pengertian Sosial
Pengertian masyarakat, kata masyarakat berasal dari kata latin “socius”. artinya
segala sesuatu lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama-sama
(Salim, 2002). Sudarno (dalam Salim, 2002) menekankan pada pemahaman
masyarakat dalam strukturnya, khususnya tatanan hubungan sosial internal
masyarakat menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas)
pada kedudukan sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang
berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu. Winandi (dalam Ibrahim, 2003)
mengartikan struktur sosial sebagai sekumpulan elemen dengan karakteristik tertentu
dan sekumpulan hubungan antara unsur-unsur tertentu. Kita dapat menyimpulkan
bahwa masyarakat adalah segalanya sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat
lahir, berkembang dan tumbuh bersama dalam hidup. Lebih tepatnya, kata sosial
mengacu pada hal-hal yang berkaitan dengan banyak hal yang berbeda. peristiwa
dalam masyarakat, khususnya pergaulan manusia, kemudian dengan Pemahaman ini
dimungkinkan untuk mencoba memperbaiki kehidupan bersama-sama (Shadily,
1993: 1-2). Dengan kata lain, menurut Hassan Shadily, sosiologi adalah ilmu tentang
masyarakat atau ilmu sosial mempelajari orang-orang sebagai anggota kelompok
atau masyarakat (bukan sebagai individu, tanpa memandang kelompok atau
komunitas), yang berkaitan dengan adat istiadat, kepercayaan, atau agama, perilaku
dan seni atau biasa kita sebut dengan kebudayaan mencakup seluruh aspek
kehidupan (1993:2). Terbentuknya struktur sosial dan munculnya proses sosial, lalu
Adanya perubahan sosial tidak lepas dari aktivitas interaktif Ilmu sosial merupakan
salah satu bidang ilmu sosiologi. Interaksi sosial adalah suatu hubungan yang di
dalamnya terjadi proses saling mempengaruhi antar pihak individu, antar individu
dengan kelompok, atau antar kelompok (Soekanto, 2003: 423). Menurut Soerjono
Soekanto (Soekanto, 1992:471), sosiologi komunikasi merupakan subbidang
sosiologi yang mempelajari interaksi sosial, khususnya hubungan atau komunikasi
yang menimbulkan proses saling mempengaruhi mempengaruhi individu, individu
dan kelompok secara setara antar kelompok. Menurut Soekanto, sosiologi
komunikasi juga berkaitan dengan dengan berbicara di depan umum, khususnya
bagaimana seseorang menyapa audiens. Secara umum, sosiologi komunikasi
mempelajari interaksi masyarakat dengan segala aspek yang berkaitan dengan
interaksi tersebut seperti bagaimana interaksi (komunikasi) berlangsung dengan
menggunakan media, Apa saja efek media yang muncul dari interaksi tersebut,
hingga Bagaimana perubahan sosial dalam masyarakat didorong oleh dampak
perkembangan media dan konsekuensi sosial yang ditimbulkannya masyarakat
karena perubahan yang dipromosikan oleh media. Media massa menurut McQuail
(1994:6) adalah sarana komunikasi terjadi pada tingkat komunitas yang lebih luas.
Pada tingkat komunikasi ini dilakukan melalui media massa. McQuail lalu berkata
Ciri-ciri utama media massa, sumbernya adalah organisasi resmi dan pengirim
profesional, pesan yang beragam dan dapat diprediksi, Pesan diproses dan
distandarisasi, pesan tersebut merupakan produk yang berharga penjualan dan makna
simbolik, hubungan antara komunikator dan komunikator sepihak, tidak manusiawi,
tidak etis dan penuh perhitungan. Oleh karena itu, bidang komunikasi massa
berkaitan dengan sumber berita, pesan komunikasi, komunikasi antara komunikator
dengan komunikator, dan dampak informasi terhadap masyarakat (Bugin, 2007: 31).
2. Pengertian Emosi
Mendengar emosi seringkali membawa kita pada pikiran negatif. Kita terbiasa
menganggap emosi sebagai gambaran kemarahan, kesedihan, frustrasi, dll. Dalam
psikologi, emosi didefinisikan sebagai pola kompleks dari respons pengalaman,
perilaku, dan fisiologis yang digunakan untuk mengatasi masalah atau peristiwa
penting yang dialami individu. . Singkatnya, emosi adalah reaksi terhadap peristiwa
yang menimpa kita. Bagaimana cara kerja emosi? Di dalam otak kita terdapat sistem
limbik, yaitu pusat yang mengatur emosi, ingatan, dan perilaku seseorang. Sistem
limbik terdiri dari beberapa bagian dengan fungsi berbeda. Ada hipotalamus,
thalamus, dan amigdala. Selama kejadian tertentu, sistem limbik mengirimkan sinyal
ke tiga bagian ini. Sinyal-sinyal ini diproses dan menyebabkan kita bereaksi secara
alami. Hal itulah yang membuat kita takut, khawatir, atau membuat kita lari ketika
tiba-tiba mendengar suara-suara menakutkan di malam hari. Selain sensasi, sistem
limbik juga mempengaruhi respons fisiologis (karakteristik tubuh), seperti kulit
pucat, keringat dingin, atau detak jantung cepat. Menurut psikolog Paul Ekman,
manusia memiliki 6 (enam) emosi dasar yang dibagi ke dalam kategori emosi
tertentu. Enam emosi tersebut adalah:
1) Emosi marah
Jenis emosi ini adalah yang paling berbahaya diantara yang lainnya.
Seringkali orang di sekitar kita melarang kita untuk marah, padahal itu adalah
emosi manusia. Terlalu sering memendam amarah dapat meningkatkan
hormon stres sehingga memicu gangguan kecemasan. Yang perlu kita
perhatikan adalah bagaimana cara mengungkapkan kemarahan kita. Sumber
emosi marah antara lain: cemburu, jengkel, benci, marah, dengki, dan hinaan.
2) Perasaan jijik
Emosi ini sering kali dipicu oleh penampilan, bau, atau tekstur tertentu.
Respons utama kita sering kali adalah menghindari atau menjauhi benda-
benda menjijikkan. Hal ini juga berlaku ketika kita melihat perilaku buruk
orang lain, seperti pelecehan seksual, pornografi, dan perilaku buruk lainnya.
Berasal dari emosi jijik yaitu; sakit, bosan, kesal, bosan dan lelah.
3) Perasaan takut
Emosi ini termasuk salah satu yang paling tidak menyenangkan karena
kondisi mental kita seringkali juga berperan aktif dalam meningkatkan emosi
tersebut. Ketakutan seringkali muncul ketika seseorang mencoba
mengantisipasi sesuatu yang mengancam dirinya secara fisik atau fisiologis.
Turunan dari emosi ketakutan adalah perasaan teror, gugup, cemas, tersiksa,
waspada, ragu, dan tidak berdaya.
4) Emosi bahagia
Itu adalah emosi yang paling dicari dan dihargai. Perasaan ini muncul ketika
kita mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, menghabiskan waktu bersama
orang yang kita cintai, dll. Emosi bahagia juga bisa muncul bersamaan
dengan emosi lainnya, seperti perasaan senang karena mendapat beasiswa
namun sedih karena juga harus meninggalkan keluarga. Emosi yang timbul
dari kebahagiaan adalah perasaan puas, lega, gembira, damai, bangga,
untung, bersyukur, dan semangat.
5) Emosi sedih
Saat mengalami emosi sedih, orang cenderung bersikap pasif seperti
mengucilkan diri, malas beraktivitas, dan lain-lain. Emosi ini juga bisa
berlangsung lama sehingga perlu segera dicarikan solusinya. Emosi yang
berasal dari kesedihan adalah rasa malu, kehampaan, kekecewaan, kasihan,
kesedihan, rasa bersalah, kesepian, kesakitan, dan ditinggalkan.
6) Perasaan yang tidak terduga
Emosi ini adalah emosi yang berlangsung sesingkat mungkin. Setiap hari kita
sering menerima banyak kejutan, baik negatif maupun positif. Asal mula
emosi terkejut adalah perasaan terkejut, tertipu dan terpesona. Setelah
mengetahui berbagai jenis emosi dasar, ada baiknya kita juga mengetahui
cara mengenali atau memvalidasi setiap emosi yang kita rasakan. Sebagian
besar dari kita mungkin belum familiar dengan istilah tersebut, namun
mengenali, merasakan, dan mengetahui penyebab dari emosi yang kita
rasakan dapat membuat kita menjadi lebih baik. Menurut definisinya, validasi
emosional adalah kemampuan mengenali emosi yang dirasakan. Memvalidasi
suatu emosi tidak berarti menegaskan bahwa Anda benar, melainkan
mengakui bahwa Anda merasakan emosi tersebut. Memvalidasi emosi adalah
sesuatu yang membutuhkan latihan, kita bisa memulainya dengan mengakui
apa yang kita rasakan dan mengapa kita merasakannya. Cobalah atur dulu
pernapasan Anda agar tenang, lalu rasakan dan kenali emosi Anda. Misalnya:
“Iya, aku marah karena temanku tidak menepati janjinya” atau “Aku sedih
karena tidak lolos seleksi” dan masih banyak lagi emosi lainnya. Hal ini
tentunya perlu dilatih secara rutin agar kita terbiasa sadar akan emosi kita.
Mengabaikan dan menghindari emosi yang kita rasakan hanya akan
memperparah emosi tersebut dan membawa kita pada berbagai jenis
kecemasan atau penyakit mental lainnya. Jika kita bisa memvalidasi emosi
kita, maka akan lebih mudah menemukan solusi atas emosi yang kita rasakan.
Hal ini juga dapat diterapkan pada orang-orang terdekat kita, seperti anak
atau pasangan kita, untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat, tenang
dan bahagia.
2.2. Faktor-Faktor perkembangan emosi
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak usia dini yaitu:
1. Faktor ekonomis
2. Faktor biologis
3. Pola asuh
4. Lingkungan

Dari factor diatas, factor lingkungan dan pola asuh yang menjadi salah satu factor yang
kita juga harus mempunyai kendali penuh untuk mengontrol lingkungan mana yang
mau dipijak anak di stage awal kehidupan mereka dan pola asuh yang bagaimana yang
harus kita terapkan kepada mereka. Fase perkembangan emosi anak usia dini 5 tahun
pertama anak merupakan fase golden ages atau masa emas untuk perkembangan anak
dan di 5 tahun pertama ini adalah fase yang penuh tantangan dan cukup sulit bagi para
orang tua untuk menghadapinya , mengingat anak seringkali tantrum , cemburu, marah-
marah tanpa alasan, atau menangis dan sebagainya . dan di 5tahun ini merupakan fase
yang istimewa karena anak usia dini Tengah membentuk kepribadian dan karakter diri
dan mereka sedang berusaha untuk dapat mengenali dan mengontrol emosi mereka .
Fase perkembangan anak di 5 tahun pertama
1. Usia 0-18 bulan : membentuk kepercayaan dan rasa aman
2. Usia 18 bulan – 36 bulan [ 3 tahun] : membentuk rasa ragu, malu, dan ingin
mandiri
3. Usia 36bulan – 72bulan [ 3tahun-6tahun] : membentuk inisiatif dan memiliki rasa
bersalah.
BAB III
HASIL OBSERVASI
3.1. Metode penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif yang meggunakan
metode pengumpulan data, wawancara, dokumentasi yang dilakukan dengan cara
memberikan pertanyaan atau pernyataan tertulis, kepada orang tua tentang
perkembangan sosial emosional terhadap dampak dari pola asuh orang tua bagi anak
usia dini. pada penelitian ini juga menggunakan pendekatan yang berbasis
ethnography di TK Sri Lestari.
3.2. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data
 Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:
1. Wawancara
merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan
informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk
dijawab oleh orang yang diwawancarai.
2. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan
berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak
hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi
cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk mempelajari perilaku
manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini juga tepat dilakukan
pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu besar.
 Instrumen yang digunakan saat pengumpulan data penelitian ini yaitu:
1. kuisioner / angket perkembangan sosial emosional
2. kuisioner / angket masalah mental emosional
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pengumpulan data dengan kuisoner terstruktur yang disebarkan berupa
angket yang di berikan kepada wali murid melalui guru di TK. Sri Lestari sebanyak 30
angket dan hanya mendapat responden sebanyak 25 orang. Hal tersebut dilakukan untuk
memeroleh validasi data agar sesuai dengan kenyataan yang ada pada saat ini. Profil
responden dalam observasi ini diamati untuk memberi gambaran seperti apa orang tua
menanggapi terhadap perkembangan sosial emosional anak usia dini.
4.1
Pilihan
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Sering Tidak
Sering Sering
(S) Sering
(SS) (TS)
(STS)
1. Saya memberikan alasan pada anak saya, 20 5
ketika saya melarangnya bermain
2. Sebagai orangtua, saya memberikan perintah 1 16 8
apapun yang saya inginkan pada anak saya
3. Saya membiarkan anak saya bermain 4 1 5 15
seharian tanpa menegurnya
4. Apabila anak saya melakukan kesalahan, 2 1 8 14
saya akan langsung menghukumnya (seperti
menjewer, mencubit)
5. Saya memberikan peraturan pada anak dan 2 1 5 17
Memberikan alasan mengapa ia harus
mematuhinya
6. Saya membiarkan anak saya bermain 5 20
sendirian ataupun berdiam diri sendirian
7. Saya tidak menghiraukan ketika anak saya 2 13 10
tidak mau atau malas untuk berangkat
sekolah
8. Ketika anak saya melakukan kesalahan, 17 5 3
saya akan menanyakan dulu alasan ia
melakukanya
Pilihan
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Sering Tidak
Sering Sering
(S) Sering
(SS) (TS)
(STS)
9. Saya tidak menghiraukan apa yang 2 3 8 12
dilakukan anak saya
10. Saya kurang memberikan perhatian pada 3 8 14
kebutuhan yang di butuhkan anak
11. Apabila anak saya mengungkapkan 12 8 3 2
pendapat yang berbeda dengan saya, saya
akan Menghargainya
12. Saya membiarkan ketika anak terjatuh dan 6 8 11
menangis pada saat bermain
13. Saya memberikan apapun yang anak saya 6 4 9 6
Inginkan
14. Saya menerapkan kedisiplinan dalam segala 16 9
hal pada anak saya
15. Saya mengarahkan anak saya tentang 18 7
perbuatan baik yang perlu dilakukan
16. Saya membiarkan anak bertingkah sesuka 3 5 9 8
hati
17. Saya memarahi anak, apabila nilai raport 1 2 7 15
anak saya jelek
18. Saya tidak menuntut prestasi pada anak saya 8 6 11
19. Saya menggunakan kata- kata positif dalam 7 12 4 2
melarang anak (tidak menggunakan kata
jangan dan tidak boleh)
20. Saya membiarkan anak mengamuk 9 7 3 6
meluapkan Amarahnya
21. Saya membela anak ketika anak melakukan 3 1 5 16
Kesalahan
22. Saya marah jika anak tidak mau tidur siang 8 11 5 1
23. Saya bermain bersama anak pada saat santai 15 6 22
dirumah
24. Saya mendidik anak dengan tegas walaupun 5 10 8 2
tidak sesuai dengan keinginan anak
25. Sayan memberikan kesempatan anak untuk 15 8 1 1
bermain tetapi dengan memberikan batas
waktu tertentu
26. Bila anak merayakan ulang tahun, saya akan 8 9 8
memberikan hadiah sesuai keinginan anak
27. Apapun peraturan yang saya berikan, maka 5 9 10 1
anak saya tidak boleh membantah dan harus
mematuhinya
Pilihan
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Sering Tidak
Sering Sering
(S) Sering
(SS) (TS)
(STS)
28. Saya tidak ada waktu untuk mengajak anak 4 3 9 9
saya bermain bersama
29. Saya selalu mengawasi setiap hal yang 12 9 3 1
dilakukan Anak
30. Ketika anak saya belajar, saya tidak 2 4 6 13
Membimbingnya
31. Saya memberikan pujian terhadap 14 8 1 2
keberhasilan yang dicapai anak
32. Waktu bekerja saya lebih lama dari waktu 5 13 2 5
bersama anak
33. Saya memberikan kebebasan pada anak 4 2 13 6
untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
diri saya
34. Ketika saya harus pergi meninggalkan anak 4 1 9 11
di rumah, saya tetap pergi tanpa
sepengetahuan Anak
35. Saya membiarkan ketika anak melakukan 6 7 7 5
yang anak saya sukai
36. Saya memberikan ancaman atau hukuman 5 6 7 7
jika anak melawan saya
4.2 KUESIONER PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA 5-
6 TAHUN

Cara pengisiannya dengan memberikan tanda check list (√) pada salah satu
kolom yang telah disediakan, yaitu kolom sering sekali (SS), Sering (S), kadang-
kadang (KK), dan Tidak pernah (TP).

No Pernyataan SS S KK TP
1. Anak saya mudah beradaptasi dengan 18 5 2
lingkungan baru
2. Anak saya malu kepada orang yang baru dikenal 2 3 10 10
3. Anak saya berani maju di depan kelas 15 4 6
4. Anak saya menangis saat ditinggal 8 7 6 4
5. Anak saya mudah berteman dengan teman baru 16 7 2
6. Anak saya belajar dengan rajin 13 6 6
7. Anak saya datang ke sekolah tidak tepat waktu 3 5 10 7
8. Anak saya membuang sampah pada tempatnya 11 9 4 1
9. Anak saya memakai sepatu sendiri 12 6 7
10. Anak saya tidak pernah mengembalikan 5 20
mainan yang dipinjamnya
11. . Anak saya mau makan jika disuapi 3 3 12 7
12. Anak saya merapikan mainan ketempat semula 12 5 8
setelah selesai bermain
13. Anak saya menaruh sepatu, baju, dan tas 10 6 9
sekolah pada tempatnya
14. Anak saya suka lupa waktu saat bermain 2 5 15 3
15. Anak saya disiplin waktu ketika bermain 5 16 4
16. Anak saya suka cari perhatian kepada teman 6 12 4 3
17. Anak saya suka bermain dengan teman sebaya 13 7 5
18. Anak saya tidak mau berbagi mainan kepada 4 8 12
orang lain
19. Anak saya suka bekerja sama dengan temannya 11 9 4 1
20. Anak suka menang sendiri saat bermain 3 7 15
21. Anak saya suka memuji hasil karya milik 4 5 16
temannya
22. Anak saya suka bicara dengan nada tinggi 6 12 7
kepada temannya
23. Anak saya suka membantu teman yang sedang 10 3 12
kesulitan
24. Anak saya menangis saat tidak bisa 4 6 10 5
menyelesaikan tugas
25. Anak saya selalu mengucapkan salam ketika 19 6
berangkat dan pulang sekolah
4.3 KUESIONER MASALAH MENTAL EMOSIONAL (KMME)

No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anak anda sering terlihat marah tanpa 4 21
sebab yang jelas?
(seperti banyak menangis, mudah tersinggung
atau bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang
sudah biasa dihadapinya).
2 Apakah anak anda tampak menghindar dari 3 22
teman-teman atau anggota keluarganya?
(seperti ingin merasa sendirian, menyendiri atau
merasa sedih sepanjang waktu, kehilangan minat
terhadap hal-hal yang biasa sangat dinikmati).
3 Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak 3 22
dan menentang terhadap lingkungan di
sekitarnya?
(seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri,
seringkali melakukan perbuatan yang berbahaya
bagi dirinya, atau menyiksa binatang atau anak-
anak lainnya).
dan tampak tidak perduli dengan nasihat-nasihat
yang sudah diberikan kepadanya?
4 Apakah anak anda memperlihatkan adanya 3 22
perasaan ketakutan atau kecemasan berlebihan
yang tidak dapat dijelaskan asalnya dan tidak
sebanding dengan anak lain seusianya?
5 Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh 3 22
karena adanya konsentrasi yang buruk atau
mudah teralih perhatiannya, sehingga mengalami
penurunan dalam aktivitas sehari-hari atau
prestasi belajarnya?
6 Apakah anak anda menunjukkan perilaku 2 23
kebingungan sehingga mengalami kesulitan
dalam berkomunikasi dan membuat keputusan?
7 Apakah anak anda menunjukkan adanya 4 21
perubahan pola tidur?
(seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga
sepanjang hari, sering terbangun di waktu tidur
malam oleh karena mimpi buruk, mengigau).
8 Apakah anak anda mengalami perubahan pola 5 20
makan?
(seperti kehilangan nafsu makan, makan
berlebihan atau tidak mau makan sama sekali).
9 Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit 4 21
kepala, sakit perut atau keluhan-keluhan fisik
lainnya?
10 Apakah anak anda seringkali mengeluh putus asa 2 23
atau berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya?
11 Apakah anak anda menunjukkan adanya 2 23
kemunduran perilaku atau kemampuan yang
sudah dimilikinya?
(seperti mengompol kembali, menghisap jempol,
atau tidak mau berpisah dengan orang
tua/pengasuhnya).
12 Apakah anak anda melakukan perbuatan yang 3 22
berulang-ulang tanpa alasan yang jelas?
1. Kuisoner tentang perkembangan sosial emosional anak Berikut merupakan
rincian dari hasil survei kepada orang tua terkait regulasi orang tua terhadap
perkembangan sosial emosional anak di TK Sri Lestari :
1) Saya memberikan alasan pada anak saya, ketika saya melarangnya bermain
Menurut data di atas jawaban sangat sering merupakan jawaban yang paling banyak
dipilih oleh responden, yakni sekitar 80%,dan yang memilih jawaban sering ada sekitar 20 %
responden yang memberikan jawaban sering. kedua jawaban tersebut merupakan jawaban
yang bersifat positif Yang artinya banyak dari orangtua yang selalu memberikan alasan
Ketika melarang anak untuk bermain. Apabila anak Ketika dilarang oleh orangtuanya untuk
melakukan sesuatu yang ia senangi tentu anak ingin mengetahui alasannya.
2) Sebagai orangtua, saya memberikan perintah apapun yang saya inginkan pada
anak saya
Menurut data di atas jawaban tidak sering merupakan jawaban yang paling
banyak dipilih oleh responden, yakni sekitar 64%,dan yang memilih jawaban sangat
tidak sering ada sekitar 32 % responden yang memberikan jawaban sangat tidak
sering, jawaban tersebut yang bersifat positif yaitu banyak orangtua yang tidak
memberikan perintah apapun yang diinginkanya kepada anak, orang tua memberikan
kebebasan kepada anak namun tetap dalam pengawasan orang tua sehingga anak
merasa nyaman dan anak tidak merasa tertekan atau terbebani . kemudian ada sekitar
4% responden yang memberikn jawaban sering jawaban tersebut merupakan
jawaban yang bersifat negative yang artinya ada beberapa orang tua yang
memberikan perintah apapun sesuai keinginan orang tua kepada anak. Hal tersebut
apabila tidak sejalan dengan apa yang anak inginkan akan timbul perasan tertekan
dan menimbulkan rasa tidak nyaman Ketika Bersama orang tua.

3) Saya membiarkan anak saya bermain sehari tanpa menegurnya


Menurut data di atas jawaban sangat tidak sering merupakan jawaban yang
paling banyak dipilih oleh responden, yakni sekitar 60%,dan yang memilih jawaban
tidak sering ada sekitar 20 % responden yang memberikan jawaban tidak sering, dari
kedua jawaban tersebut merupakan jawaban yang bersifat positif yang artinya
banyak dari orangtua yang tidak membiarkan anaknya bermain seharian tanpa
menegurnya, membiarkan anak bermain dengan bebas itu baik, tetapi orang tua juga
harus memberikan batas waktu agar anak dapat membedakan mana waktu yang tepat
untuk bermain dan mana waktu yang tidak diperbolehkan untuk bermain jadi
menegur dan menasehati merupakan pilihan yang tepat. kemudian ada sekitar 16%
responden yang menjawab sangat sering ,dan yang memilih jawaban sering ada
sekitar 4 % responden dari kedua jawaban tersebut merupakan jawaban yang
bersifat negative yang artinya ada beberapa orang tua yang membiarkan anaknya
bermain seharian tanpa menegurnya sehingga anak tidak mengenal waktu saat
bermain.

4) Apabila anak saya melakukan kesalahan, saya akan langsung menghukumnya


(seperti menjewer, mencubit)
Menurut data di atas jawaban sangat tidak sering jawaban tersebut merupakan
jawaban yang paling banyak dipilih oleh responden yaitu 56% dan jawaban tidak sering
ada 32% responden, kedua jawaban tersebut merupakan jawaban yang bersifat positif
Yang artinya banyak dari orangtua yang tidak langsung menghukum anaknya dengan
memukul atau mencubitnya setelah anak melakukan kesalahan, Menegur anak tidak
boleh dengan kekerasan fisik,hal itu dapat memberikan kesan buruk bagi anak (anak
akan menjadi trauma dan murung), dan yang merespon sangat sering ada 8% dan yang
menjawab sering ada 4% responden karena anak akan jauh lebih senang apabila
dinasehati dengan baik dan tanpa kekerasan fisik.

5) Saya memberikan peraturan pada anak dan memberikan alasan mengapa ia harus
mematuhinya
Menurut data di atas jawaban sangat tidak sering merupakan jawaban yang
paling banyak dipilih oleh responden, yakni sekitar 68%, dan ada sekitar 20%
responden yang memberikan jawaban tidak sering, kedua jawaban tersebut merupakan
jawaban yang kurang baik karena jika anak tidak diberi peraturan maka anak akan
berperilaku seenaknya sendiri banyak dari orangtua yang memberikan peraturan pada
anak dan memberikan alasan mengapa ia harus mematuhinya. Dalam hubungan antara
orangtua dan anak tentu ada kesepakatan diantara keduanya orang tua boleh
memberikan peraturan kepada anak dengan menjelaskan alasan dari peraturan yang
dibuatnya. Kemudian ada sekitar 8% responden yang memberikan jawaban sangat
sering dan 4% responden yang memberikan jawaban sering, kedua jawaban tersebut
merupakan jawaban yang bersifat positif yang artinya orang tua memberikan peraturan
dan menjelaskan peraturan yang dibuatnya.

2. Kuisoner masalah mental emosional (KMME)


1) Apakah anak anda sering terlihat marah tanpa sebab yang jelas?
(seperti banyak menangis, mudah tersinggung, atau bereaksi berlebihan terhadap hal
yang sudah biasa dihadapinya)
Dari hasil survei tersebut dapat dilihat sebanyak 84% responden memilih
Tidak, sedangkan 16% responden memilih Ya. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa anak tidak memiliki alasan ketika dia sedang meluapkan perasaannya atau
ketika sedang berekspresi.
2) Apakah anak anda tampak menghindar dari teman-teman atau anggota keluarganya?
(seperti ingin merasa sendirian, menyendiri atau merasa sedih sepanjang waktu,
kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa sangat dinikmati) .

Dari hasil survei tersebut dilihat sebanyak 88% responden memilih Tidak,
sedangkan 12% responden memilih Ya. Dapat disimpulkan bahwa anak lebih banyak
berbaur dengan keluarganya.
3) Apakah anak terlihat berperilaku merusak dan menentang terhadap lingkungan
disekitar lingkungannya?
(seperti melanggar peraturan yang ada, mencuri, seringkali melakukan perbuatan yang
berbahaya bagi dirinya, atau menyiksa Binatang atau anak-anak lainnya).
Dan Nampak tidak peduli dengan nasihat-nasihat yang sudah diberikan kepadanya?

Dari hasil survei terlihat ada 88% responden memilih Tidak,bahwa anak
berperilaku baik sesuai dengan norma yang ada. Namun terdapat 12% responden memilih
Ya yaitu, anak yang masih melakukan perilaku yang kurang baik, seperti sering tidak peduli
dengan nasihat yang diberikan kepada anak tersebut.
4) apakah anak anda memperlihatkan adanya perasaan ketakutan atau kecemasan
berlebihan yang tidak dapat dijelaskan asalnya dan tidak sebanding dengan anak lain
seusianya?

Dari hasil survei terlihat ada 88% responden memilih Tidak, yang berarti bahwa
anak tidak ada rasa ketakutan atau kecemasan yang berlebih sehingga masih dapat
dikendalikan. Sedangkan 12% lainnya menyatakan bahwa adanya rasa ketakutan atau
kecemasan yang lebih dibandingkan dengan anak seusianya.
5) apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh karena adanya konsentrasi yang buruk
atau mudah teralih perhatiannya sehinngga mengalami penurunan dalam aktivitas
sehari-hari atau prestasi belajarnya?
Sebanyak 88% responden memilih Tidak, sedangkan 12% lainnya memilih Ya.
Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak anak memiliki konsentrasi yang cukup atau
cukup fokus dalam melakukan sebuah aktivitas. Sedangkan beberapa dari anak
memiliki keterbatasan konsentrasi dan sering kali kehilangan fokus ketika melakukan
sesuatu.
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Suci Lia, dan Nova Adi Kurniawan. “Perkembangan Sosial dan Emosional Anak Usia
Dini,” t.t.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-singkawang/baca-artikel/15077/Mengenal-dan-
Memvalidasi-Emosi.html
“Jptamadmin,+583+Syahreni+yenti+9814-9819-1.Pdf,” n.d.
Sari, Suci Lia, and Nova Adi Kurniawan. “Perkembangan Sosial dan Emosional Anak Usia
Dini,” n.d.

Anda mungkin juga menyukai