Anda di halaman 1dari 15

PEMBELAJARAN DAN PEMBIASAAN PERILAKU KESEHATAN DAN

KESELAMATAN ANAK USIA DINI

Dita Alya Indiriana1, Fadhilatul Mukaromah2, Herlinda Rizqi Safa’ati3, Nadhifa Zahara
Salsabila4, Nur Hayati Achmadah5, Nur Lathifah6, Nurir Ruwaidah7

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini mempunyai peran yang sangat berpengaruh pada kehidupan
tahap selanjutnya untuk anak. Dalam mendidik anak usia dini perlu adanya upaya
pembinaan berupa stimulus atau rangsangan pendidikan agar dapat membantu
pertumbuhan dan perkembangan pada anak sendiri. Kemampuan dasar anak harus
mulai dikenalkan dan terus dilatih agar dapat berkembang dan memiliki progres yang
maksimal. Namun, perlu diketahui selain pembiasaan pada aspek pengetahuan sikap
dan keterampilan sosial, bahasa, kognitif, dan seni, anak juga seharusnya sudah mulai
dikenalkan mengenai kemandirian dan pembiasaan untuk bersikap waspada, atau
biasa disebut dengan healthy and safety. Pengenalan perilaku menjaga kesehatan dan
keselamatan pada anak usia dini sudah tercantum pada lingkup perkembangan
kompetensi anak dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014, disebutkan bahwasannya
lingkup perkembangan kesehatan dan pembiasaan keselamatan anak pada usia 5-6
tahun terdiri atas; berat badan sesuai tingkat usia, tinggi badan sesuai standar usia,
lingkar kepala sesuai tingkat usia, menutup hidung dan mulut ketika batuk dan bersin,
membersihkan dan membereskan tempat bermain, mengetahui situasi yang
membahayakan diri, memahami tata cara menyeberang, mengenal kebiasaan buruk
bagi kesehatan (merokok).
Perlu diketahui pula mengenai peningkatan atau pembiasaan kesehatan dan
keselamatan pada anak juga seharusnya tetap memerhatikan pada karakteristik setiap
individu anak usia dini. Dengan menggunakan model pendekatan yang
menyenangkan tentu anak akan dengan mudah paham maksud dari penjelasan yang
disampaikan. Pendidikan keselamatan ditujukan pada pembentukan sikap dan
perilaku agar dapat menerapkan kaidah yang berguna untuk menjaga keselamatan diri
sendiri serta keselamatan orang lain (Muchamadji, 2004). Sedangkan gizi dan
kesehatan pada anak diperlukan agar imunitas yang dimiliki pada anak bisa menjadi
kuat, pembiasaan hidup bersih dan sehat (PHBS) sangat diperlukan agar anak
terbiasa untuk selalu hidup bersih dan sehat setiap saat, mulai dari mencuci tangan
menggunakan sabun sebelum makan atau setelah berpergian. Namun, masih sangat
disayangkan kurangnya pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan pada
orang tua merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan pada anak.

METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literatur review, yaitu
sebuah pencarian literatur baik internasional maupun nasional yang dilakukan dengan
menggunakan database Google Scholar, Developer Students Club (DSC) UNAIR,
Open Knowledge Maps, Semantics Scholar, EBSCO, EBOOK, dan Artikel Jurnal.
Pada tahap awal pencarian, mendapatkan 12 jurnal dan 1 ebook, dari tahun 2011
sampai 2021 dengan kata kunci; “kesehatan dan keselamatan anak”, “perilaku
kesehatan dan keselamatan”, “pembiasaan pola hidup bersih dan sehat”, “pendidikan
keselamatan diri anak”, “kesehatan dan keselamatan anak usia 0-8 tahun”. dan “gizi
dan kesehatan anak”. Disini peneliti melakukan identifikasi, mengkaji, mengevaluasi,
menafsirkan, serta menganalisis jurnal-jurnal yang telah diambil. Adapun artikel atau
jurnal yang dipilih adalah artikel yang memiliki penelitian yang serupa lalu artikel
dianalisis dan dirangkum kemudian dijadikan satu pembahasan yang utuh pada artikel
ini.

HASIL

Author &
Tujuan Metode Sampel Hasil
Tahun
Metode Untuk Metode Terdiri dari Dari hasil
pembelajaran menganalisis deskriptif. anak usia penelitian ini
dalam pembelajaran dini. ditemukan
pengenalan dan dalam bahwa
pembiasaan pengenalan pembiasaan dan
perilaku dan pengenalan
kesehatan dan pembiasaan perilaku
keselamatan perilaku kesehatan dan
pada anak usia kesehatan dan keselamatan
dini, (Ni Made keselamatan pada anak dapat
Ayu pada anak diterapkan
Suryaningsih, usia dini. dengan berbagai
Christiani Endah metode. Metode
Poerwati, I Made ini digunakan
Elia Cahaya, untuk
2019). merealisasikan
strategi yang
sudah
ditetapkan.
Pendidikan Untuk Metode Tidak Dari hasil
keselamatan diri memberikan kualitatif menggunakan penelitian ini
anak usia dini, pendidikan bersifat sampel ditemukan
(Tri Widayati, kepada anak deskriptif karena bahwa
2018). tentang eksploratif. penelitian pendidikan
keselamatan studi kasus keselamatan
pada dirinya. telah untuk anak usia
menentukan dini dikenalkan
subjek melalui kegiatan
penelitian bermain.
terlebih Melalui kegiatan
dahulu. bermain yang
menyenangkan
memudahkan
anak untuk
paham terhadap
keselamatan
untuk dirinya
dan anak lebih
mudah untuk
menerapkan.
Implementasi Untuk Pengumpulan Terdiri dari Dari penelitian
metode meningkatkan data. anak usia ini ditemukan
experiential perilaku dini. bahwa
learning dalam kesehatan dan penerapan
menumbuhkan keselamatan metode
perilaku anak usia experiential
kesehatan dan dini. learning dapat
keselamatan meningkatkan
anak usia dini, perilaku
(Ni Made Ayu kesehatan dan
Suryaningsih, keselamatan
Christiani Endah anak usia dini.
Poerwati, I Made Selain itu, juga
Elia Cahaya, meningkatkan
2020). kemampuan
kognitif melalui
pendekatan
tematik sains
berbasis
permainan.
Pendidikan Untuk Deskriptif, Terdiri dari Dari penelitian
kesehatan, gizi, menganalisis orang tua ini ditemukan
dan perilaku orang tua siswa dan bahwa jarangnya
hidup bersih dan yang anak usia anak melakukan
sehat bagi anak melaksanakan dini, berjemur dan
usia dini di masa perilaku menggunakan
pandemi sehat, gizi dan masker. Hal itu
COVID-19, perilaku dikarenakan
(Libri Rizka hidup bersih anak tidak
Nuri Windarta, dan sehat di terbiasa
2021). masa melakukan hal
pandemi. tersebut tetapi
dalam perilaku
sehat dan aspek
pemenuhan gizi
orang tua
memenuhi
kriteria yang
baik.
Pemahaman Untuk Metode Terdiri dari Dari penelitian
orang tua menganalisis survei. orang tua ini menunjukkan
mengenai gizi pemahaman siswa. bahwa
seimbang pada orang tua kebanyakan
anak usia 4-5 tentang gizi orang tua
tahun, (Siti seimbang. memiliki
Maulani, Fanny pemahaman
Rizkiyani, Dianti yang merata
Yunia Sari, mengenai
2021). pengetahuan gizi
seimbang.
Penerapan Untuk orang Metode Terdiri dari Hasil dari
positive tua agar deskriptif. orang tua dan penelitian ini
parenting dalam melakukan anak. menunjukkan
pembiasaan pola pembiasaan perlunya orang
hidup bersih dan pola hidup tua menjaga
sehat kepada bersih dan sikap dan
anak usia dini, (I menerapkan mengajarkan
Gusti Lanang positive positive
Agung Wiranata, parenting parenting karna
2020). kepada anak. orang tua akan
menjadi teladan
atau row model
bagi anaknya.
Dan penting
juga bagi orang
tua untuk
membiasakan
pola hidup
bersih apalagi di
keadaan
pandemi
sekarang ini.
Mengembangkan Untuk Metode Terdiri dari Hasil dari buku
perilaku sehat orangtua agar deskriptif. orang tua. ini menunjukkan
pada anak usia membentuk bahwa
2-4 tahun, (Elfi pola hidup mengembangkan
Syahreni). sehat pada perilaku hidup
anak sejak sehat seharusnya
dini. dilakukan sejak
dini karena
membentuk pola
hidup sehat lebih
mudah daripada
mengubah
kebiasaan yang
tidak sehat.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan
Keselamatan diri adalah pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tentang bahaya
dan cara-cara menghindarkan diri dari hal-hal yang membahayakan atau
menimbulkan kecelakaan.
Menurut Mathis dan Jackson (2002, p. 245), bahwa keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cerdera yang
terkait dengan pekerjaan. Secara umum, kesehatan merujuk pada kondisi fisik
umum, mental, dan stabilititas emosi.
Adapaun Menurut Vinje (1991), memaparkan bahwa anak-anak tergolong rentan
kecelakaan karena mereka memiliki keterbatasan kognitif. Pemahaman yang
terbatas ini mengakibatkan anak kurang dapat mengantisipasi dan mengatasi
kondisi bahaya yang muncul terhadap dirinya. Hal ini yang akan dapat berakibat
untuk keselamatan diri anak.
Sedangkan konsep sehat, menurut WHO (World Health Organization)
merumuskan dalam cankupan yang sangat luas, yaitu keadaan yang sempurna
baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan atau cacat. Bahwa kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan,
jiwam dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.
Menurut Robert. H. Brook (2017: 585), kesehatan adalah sebuah sumber daya
yang dimiliki semua manusia dan bukan merupakan suatu tujuan hidup yang perlu
dicapai. Kesehatan tidak terfokus pada kehidupan fisik yang bugar tetapi meliputi
jiwa yang sehat dimana seseorang dapa bersikap toleran dan dapat menerima
keadaan.
B. Pendidikan Keselamatan Diri Anak Usia Dini
Anak-anak dikenalkan dengan keselamatan dirinya melalui kegiatan bermain yang
menyenangkan. Anak juga dilibatkan secara langsung dan aktif didalamnya.
Anak-anak diberikan kesempatan berpartisipasi untuk mengidentifikasi
lingkungan sekolahnya, menemukan tempat-tempat yang berpotensi
membahayakan diri, dan mengetahui cara menghindarinya. Sehingga menjadikan
anak-anak lebih perhatian terhadap keselamatan dirinya. Selain itu, anak juga
berusaha mencari pemecahan masalah jika terdapat potensi bahaya yang
dihadapinya, misalnya anak bermain di dekat ayunan, jika ada temannya sedang
bermain ayunan, agar tidak terbentur ayunan tersebut, atau anak akan mengambil
dan menyimpan gunting yang tergeletak di lantai agar tidak melukai siapapun
yang berjalan di lantai tersebut. Sebelum kegiatan dilakukan, pendidik menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam rencana tersebut, dituangkan
kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam pendidikan
keselamatan diri anak usia dini. Selanjutnya, pendidik membuat denah lembaga
yang sederhana dan mudah dipahami anak. Pendidik juga menyiapkan alat dan
bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan, yaitu alat tulis dan kertas. Kemudian
pendidik menjalankan tahapan demi tahapan dalam pendidikan keselamatan diri
anak usia dini.
Subindikator pemahaman anak mengenai bahaya di lingkungannya mencakup,
antara lain:
1. Anak mampu menyebutkan benda atau tempat atau perilaku yang
memungkinkan adanya bahaya.
2. Anak mampu menyebutkan aktivitas bermain dalam ruangan yang berpotensi
membahayakan diri.
3. Anak mampu menyebutkan aktivitas bermain di luar ruangan yang berpotensi
membahayakan diri.
Sedangkan subindikator pemahaman cara menghindari bahaya, terdiri dari:

1. Anak mampu mengetahui cara bermain yang benar di dalam ruangan.


2. Anak mampu mengetahui cara bermain yang benar di luar ruangan.
C. Metode Pembelajaran dalam Pembiasaan Perilaku Kesehatan dan
Keselamatan Anak
Menurut Notoatmodjo (2014), perilaku sehat adalah perilaku-perilaku yang
berkaitan dengan upaya mencegah atau menghindari penyakit dan mencegah atau
menghindari penyebab datangnya penyakit atau masalah kesehatan (preventif),
serta perilaku dalam mengupayakan, mempertahankan, dan meningkatkan
kesehatan (promotif). 1
Menurut Becker (dalam Marmi & Margiyati, 2013), perilaku sehat adalah
perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.2 Perilaku tersebut mencakup
tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri,
penjagaan kebugaran melalui olahraga dan makanan bergizi.
Kesehatan berasal dari kata sehat, yang memiliki arti keadaan dimana manusia
utuh dan mempunyai fungsi-fungsi untuk menempatkan diri secara berlanjut pada
perubahan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya
sehari-hari.3
Kesehatan adalah peran terpenting dalam penanggulangan datangnya penyakit,
dalam kesehatan seharusnya kita membiasakan dengan pola perilaku hidup bersih
dan sehat, baik diterapkan dalam diri sendiri maupun di masyarakat. Pembiasaan
adalah salah satu cara yang efisien diaplikasikan dalam pembelajaran atau
memberi pendidikan kesehatan pada anak usia dini.
Adapun dipaparkan mengenai metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pengenalan dan pembiasaan perilaku kesehatan dan keselamatan pada anak usia
dini, berikut ini:
1. Metode demonstrasi.

1
S. Notoatmodjo, Ilmu Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta).
2
Marmi & Margiyati, Pengantar Psikologi Kebidanan, (Yogyakarta: Nuha Medika).
3
Libri Rizki Puri Windarta, Pendidikan Kesehatan, Gizi, dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Bagi Anak Usia Dini
di Masa Pandemi Covid-19, (Genious: Indonesian Jurnal of Early Childhood Education), Vol. 2, No. 1, 2021, hal.
42.
Menurut Daradjat (2008), metode demonstrasi adalah metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.
Metode demonstrasi dapat berarti suatu cara menyajikan bahan pelajaran
dengan memperlihatkan atau mempertunjukkan sesuatu proses dan hasil dari
proses itu untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengenalan dan pembiasaan
perilaku kesehatan dan keselamatan dapat dilakukan melalui aplikasi metode
demonstrasi.
Pendidik, tenaga medis, orang tua, maupun orang dewasa lainnya, dan anak itu
sendiri dapat langsung berperan dalam mendemonstrasikan keterampilan yang
ingin ditanamkan, seperti cara menggosok gigi yang benar. Peserta didik yang
lain dapat mengamati, bertanya, dan mempraktekan kebiasaan sehat yang
mereka lihat dalam demonstrasi.
2. Metode simulasi.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,
prinsip, atau keterampilan tertentu (Sanjaya, 2008).4
Simulasi dapat digunakan dengan semua asumsi tidak semua proses
pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya.
Pengaplikasiannya dalam upaya pengenalan kesehatan dan keselamatan anak,
seperti simulasi peristiwa gempa bumi. Bencana gempa bumi memiliki
dampak yang sangat besar dan tidak dapat dipekirakan kedatangannya. Untuk
itu, sangat penting dilakukan suatu kegiatan simulasi terhadap bencana ini
untuk anak-anak. Sehingga pada saat terjadinya peristiwa ini, anak memiliki
pengetahuan dan dapat bereaksi dengan tepat.
3. Metode bercerita.
Metode bercerita adalah cara bertutur kata dalam penyampaian cerita atau
memberikan penjelasan kepada anak secara lisan. Menurut Aqid (2009),
metode bercerita dapat mengembangkan daya imajinasi, daya pikir, emosi, dan
penguasaan bahasa anak.
Cerita yang disampaikan harus mengandung pesan, nasihat, dan informasi
yang dapat ditangkap oleh anak. Sehingga anak dapat dengan mudah
memahami cerita serta meneladani sikap-sikap positif yang terkandung di
4
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group).
dalam cerita tersebut. Pengenalan dan pembiasaan perilaku kesehatan dan
keselamatan dapat dilakukan melalui aplikasi metode bercerita. Cerita yang
disampaikan oleh guru ataupun orang tua, seperti cerita tentang hidup sehat
ataupun akibat buruk jika tidak mencuci tangan. Sehingga diharapkan setelah
anak mendengarkan paparan cerita tersebut, anak dapat memilah kebiasaan
baik serta mampu menerapkan perilaku menjaga kesehatan dan menghindari
kebiasaan buruk.
4. Metode bermain.
Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain adalah aktivitas yang menyatu
dengan dunia anak, yang didalamnya terkandung bermacam-macam fungsi,
seperti pengembangan kemampuan fisik motorik, kognitif, afektif, sosial, dan
kemampuan lainya. Dengan menerapkan metode bermain, anak akan
mengalami suatu proses yang mengarahkan pada perkembangan kemampuan
manusiawinya.
Hurlock (2010), menyebutkan bahwa terdapat 8 manfaat dari kegiatan
bermain, diantaranya yakni:
1) Perkembangan fisik.
2) Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam.
3) Dorongan berkomunikasi.
4) Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan.
5) Sumber belajar.
6) Rangsangan bagi kreativitas.
7) Perkembangan wawasan diri.
8) Belajar bersosialisasi.

pengaplikasiannya dari metode ini, seperti yang dapat digunakan dalam


mengenalkan dan membiasakan perilaku bersih dan sehat yakni melalui
bermain peran. Anak-anak dikenalkan dengan keselamatan dirinya melalui
kegiatan bermain yang menyenangkan. Selain itu, anak juga dilibatkan secara
langsung dan aktif di dalamnya.

Dalam pembiasaan perilaku kesehatan dibagi menjadi, berikut:


1. Pola hidup bersih dan sehat.
Pola hidup bersih dan sehat adalah perilaku yang diaplikasikan atas kesadaran
diri yang bertujuan untuk menolong dirinya sendiri (Kemdiknas, 2010).
Program pembiasaan yang sehari-hari dilaksanakan di lembaga PAUD adalah
sebagai salah satu rencana yang efisien untuk memberi pembelajaran pada
anak usia dini pola hidup bersih dan sehat (Wiyani, 2018).
Dalam rencana pembiasaan, anak usia dini dapat belajar secara langsung pola
hidup bersih dan sehat, seperti cara mencuci tangan, membuang sampah pada
tempatnya.
Adapun beberapa manfaat dari pola hidup bersih dan sehat (Kemdiknas,
2010), yaitu:
1) Setiap diri maupun rumah tangga meningkat kesehatannya.
2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3) Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat.5
2. Gizi seimbang
Dalam tumbuh kembang anak yang sehat itu sangat diperlukan asupan gizi
yang seimbang. Dalam pemenuhan gizi yang seimbang ini terdapat pola
makan sehat yang dilaksanakan dalam pendidikan gizi dan kesehatan.
Pendidikan gizi adalah pembelajaran tentang pengetahuan, sikap, dan
keterampilan untuk makan sehat dan tepat waktu ( Santoso, S. Fan Ranti,
2009). Dalam anak usia dini pendidikan gizi sangatlah penting untuk
membangun kesadaran anak dalam menutrisi tubuh maupun pola makan yang
sehat.
Menurut Irianto (2007), kriteria dalam makan sehat adalah cukup kualitas dan
kuantitas, higenis, cara memasak yang tidak berlebihan, teratur dalam
penyajian, minum 6 gelas air dalam 1 hari. Untuk mencapai kriteria makanan
sehat maka orang tua juga perlu mengetahui hal- hal yang harus diperhatikan
agar anak mempunyai pola makan sehat, diantaranya pengetahuan mengenai
gizi dan karakteristik anak. Oleh karena itu, orang tua perlu mempunyai
berbagai hal baik pengetahuan, pengalaman, dan kegiatan dalam memberikan
perawatan kesehatan serta pemberian gizi seimbang untuk mencapai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Pengetahuan gizi seimbang, diantaranya:
1. Pengertian gizi seimbang.
2. Pentingnya gizi seimbang.

5
I Gusti Lanang Agung Wiranata, Penerapan Positive Parenting dalam Pembiasaan Pola Hidup Bersih dan
Sehat Kepada Anak Usia Dini, (Pratama Widya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini), Vol. 5, No. 1, 2020, hal. 84.
3. 4 gizi seimbang.
4. Visualisasi gizi seimbang
5. Macam-macam gizi seimbang.
6. Kebutuhan gizi berkaitan dengan proses tubuh.
7. Akibat gizi kurang pada tubuh.6
Pembiasaan dan pengenalan perilaku kesehatan dan keselamatan pada anak usia
dini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode. Cara pertama dengan
melalui pemberian contoh perilaku bersih dan sehat. Kedua, dalam proses
pembelajaran dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran yang inovatif.
Dan yang ketiga, melalui koordinasi yang baik antara pendidik dengan orang tua,
agar terjadi keselarasan nilai yang ditanam pada diri anak.
D. Implemetasi Metode Experiential Learning Menumbuhkan Perilaku
Kesehatan dan Keselamatan Anak
Experiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai
sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus-menerus mengalami
perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri (Dumiyati,
2016).
Proses belajar melalui metode ini, mengikutsertakan individu dalam suatu
aktivitas, melihat kembali secara kritis aktivitas tersebut, memperoleh insight dari
analisis yang dilakukannya dan mengambil hasilnya untuk mengubah perilaku
(Sulistyowati, 2015).
Selain itu, Wahyuni menyebutkan bahwa model experiential learning
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengalami keberhasilan
dengan memberikan kebebasan peserta didik untuk memutuskan pengalaman apa
yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang ingin mereka
kembangkan, dan bagaimana mereka membuat konsep dari pengalaman yang
mereka alami tersebut (Wahyuni, 2010). Hal ini berbeda dengan pendekatan
belajar tradisional dimana peserta didik menjadi pendengar pasif dan hanya
pendiidk yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan peserta didik.7
Menurut Ervin (Affrida, 2017), kemandirian anak usia prasekolah dibentuk
melalui pola asuh membiasakan anak aktivitas sederhana untuk memenuhi
6
Siti Maulani, Fanny Rizkiyani, Dianti Yunia Sari, Pemahaman Orang Tua Mengenai Gizi Seimbang Pada Siswa
Taman Kanak-Kanak, (Kiddo: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini), Vol. 2, No. 2, 2021, hal. 155-156.

7
Suwandi, Pendekatan Belajar AUD, (Jakarta : PT Gramedia, 2018), hal 34.
kebutuhan diri sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri. Mengalami
berarti menghayati situasi-situasi sebenarnya. Semua hasil belajar diperoleh
melalui kegiatan sendiri. Dengan begitu peserta didik akan memperoleh
pengalamannya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Pengalaman merupakan seluruh kegiatan dan hasil yang komplek dari interaksi
aktif manusia. Sebagai makhluk hidup yang sadar, yang tumbuh dengan
lingkungan di sekitarnya yang berubah dalam perjalanan waktu. Seperti dapat
meningkatkan pemahaman anak tentang bahaya dan cara menghindarinya.
Pendidikan keselamatan diri ini merupakan salah satu upaya preventif untuk
mengurangi kecelakaan di lembaga pendidikan. Tahapan pembelajaran dalam
penelitian tersebut, meliputi belajar bahaya, survei bahaya, peta bahaya, dan cara
menghindari bahaya. Anak-anak dapat mengikuti proses pendidikan keselamatan
diri. Dan adapun penanaman kebiasaan sehat melalui kegiatan eating clean yaitu
membiasakan makan sehat sejak dini, melatih anak makan berbagai jenis makanan
bergizi, memenuhi asupan gizi seimbang yang diperlukan tubuh anak, anak
terbiasa memakan buah dan sayur, serta memudahkan orang tua dalam
menyiapkan menu makan bekal untuk anak.
E. Media Pengenalan Safety Behavior untuk Anak Usia Dini
Pengenalan safety behavior tidak terlepas dari pemanfaatan media pembelajaran.
Media-media tersebut berupa jalan sehat, APE lalu lintas, helm, saklar, dan stop
kontak, gunting, lisan, keset, dan kain lap, serta kartu jemput. Perilaku
keselamatan yang perlu dikenalkan untuk anak usia 3-4 tahun, bahwa didalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 137 Tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, mencakup pemahaman arti
warna lampu lalu lintas dan pemahaman tentang berjalan di sebelah kiri. Perilaku
keselamatan yang perlu dikenalkan untuk anak usia 4-5 tahun, meliputi
pemahaman berbagai alarm bahaya dan pengenalan rambu lalu lintas di jalan.
Perilaku keselamatan yang perlu dikenalkan untuk anak usia 5-6 tahun, termasuk
pengetahuan tentang situasi yang membahayakan diri dan pemahaman tata cara
menyeberang.8
Seperti pengenalan traffic light pada awalnya terbantu dengan APE lampu merah-
kuning-hijau. Penggunaan gambar diam itu semakin lengkap dengan simulasi

8
Muryatma, Hubungan antara Faktor Keselamatan Berkendara dengan Perilaku
Keselamatan Berkendara, (Jurnal Prokomes), hal 155-166.
langsung di jalan raya. Anak-anak dikondisikan untuk berhenti saat lampu merah
menyala, siap-siap berjalan ketika lampu berubah kuning, dan berjalan ketika
lampu kuning berganti lampu hijau. APE stop, APE belok, dan APE lurus
dimanfaatkan guru untuk membantu pengenalan rambu-rambu lalu lintas. Guru
terlebih dahulu menjelaskan masing-masing fungsi rambu tersebut dan apa
tindakan yang harus dilakukan saat anak menjumpai rambu tersebut. Selanjutnya
diadakan simulasi supaya fisik-motorik anak menjadi lebih terbiasa saat kondisi
sesungguhnya terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatullah, M. Agung. (2019). Media Pengenalan Safety Behavior untuk Anak Usia Dini.
Al-Atfal Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 5, No. 2, 183-189.

Muryatma. (2017). Hubungan Antara Faktor Keselamatan Berkendara dengan Perilaku


Keselematan Bagi Berkendara. Jogja: Jurnal Prokomes.

Maulani, S., Rizkiyani, F., Sari, D. Y. (2021). Pemahaman Orang Tua Mengatasi Gizi
Seimbang Pada Anak Usia 4-5 Tahun. KIDDO: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia
Dini, Vol. 2, No. 2.

Suwandi. (2018). Pendekatan Belajar AUD. Jakarta: PT. Gramedia.

Suryaningsih, N. M. A., Poerwati, C. E., & Cahaya, I. M. E. (2019). Implementasi Metode


Experiential Learning dalam Menumbuhkan Perilaku Kesehatan dan Keselamatan
Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4 (1), 187-200.

Suryaningsih, N. M. A., Poerwati, C. E., & Cahaya, I. M. E. (2020). Metode Pembelajaran


dalam Pengenalan dan Pembiasaan Perilaku Kesehatan dan Keselamatan Pada
Anak Usia Dini. Seminar Ilmiah Nasional Teknologi, Sains, dan Sosial Humaniora
(SINTESA), Vol. 2, No. 1.

Widayati, T. (2018). Pendidikan Keselamatan Diri Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Visi, 13
(2), 113-122.

Wiranata, I Gusti Lanang Agung. (2020). Penerapan Positive Parenting dalam Pembiasaan
Pola Hidup Bersih dan Sehat kepada Anak Usia Dini. Pratama Widya: Jurnal Anak
Usia Dini, Vol. 5, No. 1.

Widarta, Libri R. P. (2021). Pendidikan Kesehatan, Gizi, dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat bagi Anak Usia Dini di Masa Pandemi Covid-19. GENIUS: Indonesian Journal
of Early Childhood Education, Vol. 2, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai